STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP JURNAL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) Disusun Oleh : FATHOR ROSIADI NIM. 0710643017 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014
STUDI OPTIMASI POLA TATA TANAM UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI PARSANGA KABUPATEN SUMENEP Fathor Rosiadi Mahasiswa Program Sarjana Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Email : f.rosiadi@gmail.com ABSTRAK Dalam Jaringan Irigasi Parsanga terjadi kekurangan debit pada penerapan pola tanam eksisting. Oleh karena itu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan melakukan optimasi dengan kendala debit atau volume dan luas lahan. Hasil akhir yang ingin diperoleh dari studi ini adalah berapa besar keuntungan maksimum yang dapat diperoleh berdasarkan pada luas lahan yang ditanami dengan memanfaatkan ketersediaan air irigasi yang ada. Luas lahan yang ada pada Daerah Irigasi Parsanga adalah sebesar 500 Ha. Pada analisa studi ini ketersediaan air irigasi dilakukan dengan satu kondisi debit yaitu debit andalan ( Q andalan 80% ). Hasil optimasi dapat diketahui keuntungan maksimum untuk Daerah Irigasi Parsanga pada pola tata tanam eksisting Dengan penerapan program linier dengan fasilitas solver, keuntungan per tahun sebesar Rp. 14.413.067.000,00, pada pola tata tanam alternatif I dengan keuntungan per tahun sebesar Rp. 17.536.463964,00, pada pola tata tanam alternatif II dengan keuntungan per tahun sebesar Rp. 19.543.827.644,00, pada pola tata tanam alternatif III dengan keuntungan per tahun sebesar Rp. 18.193.958.700,00. Optimasi air irigasi untuk Daerah Irigasi Parsanga dengan Program Linier mampu memberikan hasil yang optimal, dan hasil optimasi ini dapat digunakan untuk menentukan langkah-langkah operasional sistem pembagian air irigasi. Kata Kunci : DI Parsanga, Irigasi, Pola Tata Tanam, Optimasi, Hasil Produksi ABSTRAK In Irrigation Parsanga has occurred of water capacities shortage on the application of the existing cropping pattern. Therefore, it can be done to resolves this problem is to perform optimization with constraints capacities or volume and land area. The final results to be obtained from this study is how much the maximum profit that can be obtained based on the land area planted to take advantage of the availability of water irrigation available. Land area of the irrigation is 500 Ha. In the analysis of this study, the availability of water made a conditions are the mainstay discharge (Q mainstay of 80%). The optimization results of Parsanga Irrigation Area can be seen for the maximum benefit in the existing cropping pattern. The application of the linear program with solver facilities, profit per year of Rp. 14.413.067.000,00, on the pattern of the first alternate cropping get profit per year of Rp. 17.536.463964,00, the cropping pattern of alternative II get profit of Rp. 19.543.827.644,00, on alternate cropping pattern of the third with a gain per year is Rp. 18.193.958.700,00. Optimization of irrigation water for the irrigation area Parsanga with Linear Program is able to provide optimal results, and the results of this optimization can be used to determine the operational steps of irrigation water distribution systems. Key Words : Irrigation Area, Irrigation, Cropping Pattern System, Optimization, Production
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan adanya keadaan yang berdasar ketidaksesuaian dan penyimpangan tersebut perlu ditentukan pola tata tanam yang ideal, dimana kebutuhan air tanaman diperhitungkan dengan ketersediaan debit yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan optimasi pola tata tanam sehingga hasil dari produksi pertanian dapat dimaksimalkan. Identifikasi Masalah Air yang tersedia dalam memenuhi kebutuhan air irigasi mengalami pengurangan pada musim kemarau. Rumusan Masalah 1. Berapa debit andalan yang ada pada Daerah Irigasi Parsanga? 2. Berapa kebutuhan air irigasi Daerah Irigasi Parsanga yang diperlukan untuk masing-masing jenis tanaman yang dibudidayakan berdasar pola tata tanam? 3. Berapa luas tanaman maksimum yang didapat dari hasil optimasi? 4. Berapa keuntungan maksimum yang didapat dari hasil optimasi? 2. TINJAUAN PUSTAKA Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari) Pd =Kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm/hari) NR =Kebutuhan air untuk pembibitan (mm/hari) P =Perkolasi (mm/hari) Reff =Curah hujan efektif (mm/hari) Pola Tata Tanam Mengatur waktu, tempat, jenis dan luas tanaman pada daerah irigasi, tujuan tata tanam adalah untuk memanfaatkan persediaan air irigasi seefisien mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh baik. Neraca Air Kebutuhan air irigasi untuk tanaman dan debit andalan yang tersedia di intake maka dibuat neraca air untuk satu daerah irigasi. Sehingga kekurangan dan kelebihan air dapat dipantau atau dievaluasi pada perencanaan selanjutnya. Debit Andalan Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah daripada debit andalan adalah 20%) debit andalan ditentukan untuk periode tengah bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar data debit data harian sungai (Anonymous/KP-01, 1986). Prosedur perhitungan debit andalan adalah sebagai berikut : 1. Menghitung total debit andalan dalam satu tahun untuk tiap tahun data yang diketahui. 2. Merangking data mulai dari yang besar hingga kecil 3. Menghitung probabilitas untuk masing masing data dengan menggunakan persamaan weilbull. (Subarkah, 1980 : Kebutuhan Air Irigasi Sejumlah air yang dibutuhkan untuk tanaman pada kondisi pertumbuhan yang optimal tanpa kekurangan air yang dinyatakan dengan netto kebutuhan air di sawah (Netto from Requirement, NFR). Metode Keseimbangan Air (Water Balance) 111) Kebutuhan air irigasi di sawah : m P = 100 a. Untuk tanaman padi : 1 x % n NFR = Cu + Pd + NR + P - R eff (2-26) dimana : b. Untuk tanaman palawija : P = Probabilitas (%) NFR = Cu + P - R eff m = nomor urut data debit (2-27) dimana : n = Jumlah data debit NFR= Kebutuhan air di sawah (1 mm/hari x 10.000/24x60x60 = 1) (lt/dt/ha)
Optimasi Dalam studi ini jenis model yang digunakan adalah program linier. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa program linier cukup sederhana baik dari segi formulasinya maupun tahap penyelesaian yang dilakukan, sehingga tidak membutuhkan tingkat pemecahan yang terlalu rumit. Pemilihan ini didasarkan karena penggunaan program linier memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Metode ini dapat dipakai untuk menyelesaikan sistem dengan perubah dan kendala yang cukup banyak. 2. Penggunaan metode ini mudah, selain itu ditunjang oleh banyak paket program yang sudah beredar. 3. Fungsi matematikanya sederhana. 4. Hasilnya cukup baik. Dalam penggunaan program linier tersebut memiliki kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari program linier yaitu : 1. Memiliki fungsi matematika yang sederhana 2. Hasilnya cukup akurat 3. Modul dari metode ini mudah didapat Keterbatasan dari program linier yaitu : 1. Tidak dapat menganalisa sistem daerah irigasi yang komplek 2. Memiliki kesulitan terhadap aspek stokastik, waktu, dan fungsi tak linier. A. Model Program Linier 1. Variabel Putusan Adalah variabel yang akan dicari dan memberi nilai yang paling baik bagi tujuan yang hendak dicapai. 2. Fungsi Tujuan Adalah fungsi matematika yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan, dan mencerminkan tujuan yang hendak dicapai. Maks Z = c x n n n n 1 Dengan: Z =fungsi tujuan (keuntungan maksimum hasil pertanian) (Rp) c n = keuntungan / manfaat bersih irigasi sawah (Rp/Ha) x n = luas areal irigasi (Ha) 3. Fungsi Kendala Adalah fungsi matematika yang menjadi kendala bagi usaha untuk memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan, mewakili kendala yang harus dicapai. Kendala Volume Debit: n n 1 a x mn n b m Dan x n 0 untuk m = 1,2, 3,,m untuk n = 1, 2, 3,,n dimana: Z =fungsi tujuan (keuntungan maksimum hasil pertanian) (Rp) x n =variabel sasaran irigasi (luas areal irigasi) (Ha) a mn = konstanta (volume kebutuhan air irigasi) (m 3 /Ha) b m = volume ketersediaan air (m 3 ) c n = keuntungan / manfaat bersih irigasi sawah (Rp/Ha) m = jumlah kendala n = jumlah variabel keputusan Kendala Luas Lahan: K = X1 + X2 + X3 Xm Dengan : K = fungsi kendala X1 = luas padi X2 = luas palawija X3 = luas tebu Xm = Luas lahan Penyelesaian program linier yang memiliki jumlah variabel keputusan kurang dari samadengan dua (n 2) maka dapat dipakai secara grafis. Sedangkan untuk persamaan yang memiliki jumlah variabel keputusan lebih dari samadengan dua (n 2), maka penyelesaiannya harus menggunakan cara matematis/analitis. B. Fasilitas Solver Pada Microsoft Excel Solver adalah fasilitas didalam program Microsoft Excel pada Windows. Digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi. Solver digunakan untuk mencari solusi maksimum maupun minimum suatu permasalahan yang kita hadapi.
Gambar 1. Fasilitas solver Microsoft Excel Sumber : Program Linier 3. METODOLOGI PENELITIAN Jaringan irigasi Parsanga terletak dalam wilayah sungai anjuk secara administratif masuk dalam 3 wilayah kecamatan, yang terdiri dari 8 desa. Analisa optimasi yang dilakukan dalam studi ini adalah menggunakan debit andalan 80% yang merupakan fungsi kendala. Dengan debit tersebut dilakukan analisa optimasi dengan 4 pola tata tanam untuk mendapatkan sasaran atau keuntungan maksimum. Untuk kondisi debit tersebut dilakukan analisa optimasi dengan 4 pola tanam antara lain: 1. Pola tanam eksisting 2. Pola tanam alternatif I 3. Pola tanam alternatif II 4. Pola tanam alternatif III Optimasi yang dilakukan dengan kondisi debit dan 4 pola tanam didapatkan hasil yaitu luas lahan optimum yang dapat ditanami dan keuntungan maksimum. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Pengujian Konsistensi Data Hujan 2004-2013 Gambar 2. Lokasi Studi Sumber : Dinas PU Untuk memperlancar langkah langkah perhitungan dalam studi ini, maka diperlukan tahapan tahapan sebagai berikut : 1. Pengolahan Data Curah Hujan. 2. Pengolahan Data Debit Intake. 3. Pengolahan Data Klimatologi. 4. Perhitungan kebutuhan air tanaman. 5. Perhitungan kebutuhan air sawah. 6. Perhitungan kebutuhan air di intake. 7. Perhitungan neraca air untuk menentukan apakah debit yang tersedia dapat mencukupi debit yang dibutuhkan. 8. Optimasi pola tata tanam Optimasi alokasi air pada petak tersier dilakukan dengan menggunakan program linear dengan fungsi tujuan memaksimalkan hasil produksi dengan kendala debit air yang tersedia dan kebutuhan air irigasi. Sumber : Hasil Perhitunan Hasil pengujian konsistensi data curah hujan, pada tabel 4 menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk setiap stasiun mendekati nilai 100 %. Tabel 2. Curah hujan Andalan
Tabel 3. Perhitungan Curah Hujan Andalan Dan Crurah Hujan Efektif. Bulan Periode R 80 Re Padi Re polowijo mm mm mm/hr mm mm/hr 1 138.00 96.60 9.66 39.23 3.92 Jan 2 62.00 43.40 4.34 466.61 46.66 3 51.00 35.70 3.57 730.64 73.06 1 74.00 51.80 5.18 245.14 24.51 Feb 2 49.00 34.30 3.43 491.54 49.15 3 32.00 22.40 2.24 757.27 75.73 1 112.00 78.40 7.84 259.90 25.99 Mar 2 10.00 7.00 0.70 499.19 49.92 3 30.00 21.00 2.10 758.27 75.83 1 14.00 9.80 0.98 272.66 27.27 Apr 2 123.00 86.10 8.61 602.07 60.21 May 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jun 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Jul 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Aug 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Sep 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Oct 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Nov 2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 25.00 17.50 1.75 23.60 2.36 1 66.00 46.20 4.62 19.73 1.97 Dec 2 103.00 72.10 7.21 60.01 6.00 3 130.00 91.00 9.10 111.37 11.14 JUMLAH 1019.00 713.30 71.33 5337.23 533.72 : Perhitungan Setelah mendapatkan Curah Hujan Andalan Dan Curah Hujan Efektif kemudian mencari hasil Evapotranspirasi Potensial. Data klimatologi selama 10 tahun 2004-2013. Tabel 4. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial No Uraian Satuan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des 1 Temperatur (t) 0 C 27.300 27.200 27.900 28.400 27.900 28.120 27.500 27.600 28.600 29.300 29.200 28.400 2 Kecepatan Angin (u) m/dt 3.600 3.600 1.540 2.060 2.060 3.000 4.120 4.120 3.600 3.700 2.930 1.700 3 Kelembaban Relatif (Rh) % 88.000 87.000 87.000 86.000 87.000 83.270 79.000 79.000 78.000 79.000 81.000 85.000 4 Kecerahan matahri (n/n) % 65.000 56.000 77.000 79.000 76.000 80.910 89.000 100.000 100.000 99.000 88.000 61.000 Perhitungan 5 Nilai Angot (Ra) mm/hari 15.950 16.050 15.550 14.550 13.250 12.600 12.900 13.850 14.950 15.750 15.875 15.900 6 Tekanan Uap Jenuh (ea) mbar 33.443 32.208 34.228 35.892 35.828 34.024 32.902 32.015 36.042 36.472 35.828 34.696 7 Tekanan Uap Nyata (ed=ea*rh) 29.430 28.021 29.778 30.867 31.170 28.332 25.993 25.292 28.113 28.813 28.511 29.492 8 w 0.754 0.748 0.758 0.766 0.766 0.757 0.751 0.747 0.767 0.769 0.766 0.760 9 1-w 1 0.246 0.252 0.242 0.234 0.234 0.243 0.249 0.253 0.233 0.231 0.234 0.240 10 f(t) 15.833 15.688 15.921 16.104 16.097 15.898 15.770 15.666 16.120 16.165 16.097 15.973 11 Radiasi Gelombang Pendek (Rs) mm/hari 9.586 8.866 10.353 9.845 8.750 8.655 9.425 10.942 11.811 12.357 11.513 9.212 12 Perbedaan Tekanan Uap Jenuh dengan Tekanan Uap (ea-ed) mbar 4.013 4.187 4.450 5.025 4.658 5.692 6.909 6.723 7.929 7.659 7.317 5.204 13 f(ed) mbar 0.101 0.107 0.100 0.096 0.094 0.106 0.116 0.119 0.107 0.104 0.105 0.101 14 f(n/n) 0.685 0.604 0.793 0.811 0.784 0.828 0.901 1.000 1.000 0.991 0.892 0.649 15 f(u) m/dt 1.110 1.110 0.629 0.751 0.751 0.970 1.231 1.231 1.110 1.133 0.954 0.667 16 Radiasi bersih Gelombang Panjang ( Rn 1=f(t)*f(ed)*f(n/N)) mm/hari 1.099 1.015 1.261 1.248 1.191 1.393 1.644 1.860 1.720 1.663 1.508 1.048 17 Eto*=w*(0.75Ra-Rn 1)+(1-w)*f(u)*(ea-ed) mm/hari 5.688 5.386 5.607 5.583 4.933 5.201 6.191 6.835 7.525 7.853 7.091 5.288 18 Angka Koreksi ( c ) 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9 1.0 1.1 1.1 1.1 1.1 19 Eto=Eto* x c mm/hari 6.257 5.924 5.607 5.024 4.439 4.681 5.572 6.835 8.278 8.639 7.800 5.817 : Perhitungan Keterangan : 1 Diketahui dari data Klimatologi 6. Diketahui dari Tabel lampiran 1.2 11. (0.25+(0.54*n/N (%))*Ra 16. f(t)*f(ed)*f(n/n) Mencari Debit Andalan di Intake 2 Diketahui dari data Klimatologi 7. ea*rh 12. ea-ed 17. w*((0.75*rs-rn 1)+ (1-w))*f(u)*(ea-ed) 3 Diketahui dari data Klimatologi 8. Diketahui Dari Tabel lampiran 1.2 13. 0.34 - (0.044*((ed)^0.5)) 18. Diketahui dari Tabel lampiran 1.6 Bendung dengan rumus Weibull 2004-4 Diketahui dari data Klimatologi 9. Diketahui Dari Tabel lampiran 1.2 14. 0.1 + (0.9*n/N (%)) 19. Eto* x c 2013. 5 Diketahui dari Tabel Lampiran 1.1 10.Diketahui Dari Tabel lampiran1.2 15. 0.27*(1+ 0.864*u) Bulan Tabel 5. Perhitungan Probalitas Debit Andalan dengan Rumus Weibull. No Data Debit Rangking Data Tahun Q (m 3 /dt) Tahun Q (m 3 /dt) P (%) Weibull 1 2004 0.188 2004 0.188 9.09 2 2005 0.329 2005 0.329 18.18 3 2006 0.506 2009 0.438 27.27 4 2007 0.468 2007 0.468 36.36 5 2008 0.473 2008 0.473 45.45 6 2009 0.438 2006 0.506 54.55 7 2010 0.572 2012 0.523 63.64 8 2011 0.547 2011 0.547 72.73 9 2012 0.523 2010 0.572 81.82 Q 80 10 2013 1.424 2013 1.424 90.91 : Perhitungan Sumber :Hasil Perhitungan Tabel 6. Debit Andalan Bulan Periode Q 2010 Q Andalan (m 3 /dt) (m 3 /dt) 1 0.10 0.100 Des 2 0.94 0.940 3 1.34 1.340 1 0.94 0.940 Jan 2 1.28 1.280 3 1.44 1.440 1 1.28 1.280 Feb 2 1.28 1.280 3 1.28 1.280 1 1.28 1.280 Mar 2 1.30 1.300 3 1.30 1.300 1 1.28 1.280 Apr 2 0.71 0.710 3 0.37 0.370 1 0.17 0.170 May 2 0.10 0.100 3 0.27 0.270 1 0.31 0.310 Jun 2 0.37 0.370 3 0.37 0.370 1 0.37 0.370 Jul 2 0.37 0.370 3 0.37 0.370 1 0.27 0.270 Aug 2 0.27 0.270 3 0.14 0.140 1 0.12 0.120 Sep 2 0.12 0.120 3 0.12 0.120 1 0.12 0.120 Oct 2 0.12 0.120 3 0.12 0.120 1 0.12 0.120 Nov 2 0.12 0.120 3 0.12 0.120 1.440 Tabel 7. Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Penyiapan Lahan( metode Van De Gor dan Zijlstra) 2004-2013 No. Parameter Satuan Bulan Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nop Des 1 Eto mm/hari 6.257 5.924 5.607 5.024 4.439 4.681 5.572 6.835 8.278 8.639 7.800 5.817 2 Eo = Eto x 1,10 mm/hari 6.883 6.516 6.168 5.527 4.883 5.149 6.129 7.519 9.106 9.502 8.580 6.399 3 P mm/hari 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 2.0 4 M = Eo + P mm/hari 8.883 8.516 8.168 7.527 6.883 7.149 8.129 9.519 11.106 11.502 10.580 8.399 5 T hari 31 29 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 6 S mm 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 300.0 7 k = (M x T) / S - 0.918 0.823 0.844 0.753 0.711 0.715 0.840 0.984 1.111 1.189 1.058 0.868 8 LP = Me k / (e k - 1) mm/hari 14.789 15.181 14.329 14.231 13.524 13.997 14.305 15.205 16.560 16.542 16.206 14.477 lt/dt/ha 1.712 1.757 1.658 1.647 1.565 1.620 1.656 1.760 1.917 1.915 1.876 1.676 Sumber : Perhitungan : Hasil Perhitungan Tinggi genangan yang diperlukan dalam studi ini sebesar 50 mm selama 1 bulan (30 hari), dan diberikan saat 1 bulan Keterangan : ETo = evapotranspirasi potensial Eo = evaporasi air terbuka selama penyiapan lahan P = perkolasi setelah masa transplantasi. M = kebutuhan air untuk penggantian kehilangan air akibat evapotranspirasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan T = jangka waktu penyiapan lahan S = kebutuhan untuk penjenuhan lapisan atas e = bilangan eksponensial (2,71828) LP = kebutuhan air untuk pengolahan tanah
50mm WLR = = 1,667 mm/hari 30 Hasil dari PTT eksisting didapat Hasil dari Kebutuhan Air Tanaman, sawah, dan Intake. Gambar 3. Neraca Air Tabel 8. Rekapitulasi Perhitungan Total Air Irigasi No Pola Tanam Musim Kebutuhan Air Irigasi (lt/dt/ha) Kebutuhan D.I. Parsanga Tanam Padi Palawija Total 1 2 3 4 PTT Eksisting PTT Alternatif I PTT Alternatif I PTT Alternatif I I 7.216 0.000 7.216 II 9.184 5.522 14.707 III 0.000 8.513 8.513 I 5.030 2.397 7.427 II 0.000 5.522 5.522 III 14.044 8.513 22.557 I 7.216 3.835 11.051 II 9.184 5.522 14.707 III 0.000 8.513 8.513 I 7.216 0.000 7.216 II 11.055 0.000 11.055 III 16.007 8.513 24.520 : Hasil Perhitungan Tabel 9. Manfaat Bersih Irigasi Sawah Per Ha No Jenis Tanaman Hasil Prod Harga Jual Total Biaya Prod Manfaat (ton/ha) (Rp/ton) (Rp/ha) (Rp/ha) (Rp/ha) 1 Padi 5.00 4,000,000 20,000,000 3,651,000 16,349,000 2 Palawija (Jagung) 3.00 4,000,000 12,000,000 2,936,000 9,064,000 Sumber : Dinas Pertanian : Hasil Kabupaten Perhitungan Sumenep, 2013 Proses analisa optimasi dalam studi ini menggunakan program linier dengan bantuan fasilitas solver dalam Microsoft Exel. Dengan memasukkan nilai nilai parameter fungsi sasaran dan fungsi kendala akan diperoleh hasil atau keluaran dari komponen komponen variabel serta harga dari fungsi sasaran. Dari hasil optimasi yang dilakukan dengan kondisi debit dan masing masing empat pola tata tanam didapatkan hasil yaitu keuntungan maksimum. Tabel 10. Keuntungan Hasil Produksi ( Optimasi Program Linier) Musim Keuntungan / Manfaat Irigasi No. Debit Andalan Tanam PTT Eksisting PTT Alternatif I PTT Alternatif II PTT Alternatif III PTT Terpilih (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Debit Andalan (80%) I 8,174,500,000 9,999,999,993 9,999,999,993 10,000,000,000 II 5,078,375,000 6,000,000,000 8,007,363,680 6,657,494,378 III 1,160,192,000 1,536,463,971 1,536,463,971 1,536,463,971 PTT Alternatif II Keuntungan per Tahun 14,413,067,000.00 17,536,463,964.07 19,543,827,644.45 18,193,958,349.70 5. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisa data dengan metode Weibull diperoleh debit andalan Daerah Irigasi Parsanga dengan nilai Qandalan 80% terbesar sebesar 1,424 m 3 /dt dan nilai Qandalan 80% terkecil sebesar 0,188 m 3 /dt yang ditunjukkan pada tabel 4.11. 2. Besar kebutuhan air irigasi yang diperlukan untuk masing-masing jenis tanaman yang dibudidayakan di Daerah Irigasi Parsanga sebagai berikut : a. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam eksisting Musim tanam I adalah padi sebesar 500 m 3 /Ha, palawija sebesar 0 m 3 /Ha. Musim tanam II adalah padi sebesar 75 m 3 /Ha, palawija sebesar 425 m 3 /Ha. Musim tanam III adalah padi sebesar 0 m 3 /Ha, palawija sebesar 125 m 3 /Ha. b. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam alternatif I Musim tanam I adalah padi sebesar 400 m 3 /Ha, palawija sebesar 100 m 3 /Ha. Musim tanam II adalah padi sebesar 0 m 3 /Ha, palawija sebesar 500 m 3 /Ha. Musim tanam III adalah padi sebesar 200 m 3 /Ha, palawija sebesar 300 m 3 /Ha. c. Kebutuhan air irigasi berdasarkan pola tata tanam alternatif II Musim tanam I adalah padi sebesar 350 m 3 /Ha, palawija sebesar 150 m 3 /Ha. Musim tanam II adalah padi sebesar 235 m 3 /Ha, palawija sebesar 265 m 3 /Ha.
Musim tanam III adalah padi sebesar 0 m 3 /Ha, palawija sebesar 500 m 3 /Ha. d. Berdasarkan pola tata tanam alternatif III Musim tanam I adalah padi sebesar 500 m 3 /Ha, palawija sebesar 0 m 3 /Ha. Musim tanam II adalah padi sebesar 500 m 3 /Ha, palawija sebesar 0 m 3 /Ha. Musim tanam III adalah padi sebesar 250 m 3 /Ha, palawija sebesar 250 m 3 /Ha. 3. Berdasarkan hasil optimasi program linier dengan menggunakan fasilitas solver didapat luas tanam optimum sebagai berikut : a. Pada Pola Tata Tanam Eksisting luas tanam optimum untuk musim tanam I seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II sebesar 75 Ha, palawija sebesar 425 Ha. Pada musim tanam III sebesar 0 Ha, palawija sebesar 125 Ha. b. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 1 luas tanam optimum untuk musim tanam I seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam III seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 0 Ha, palawija sebesar 128 Ha. c. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 2 luas tanam optimum untuk musim tanam I seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II sebesar 251 Ha, palawija sebesar 249 Ha. Pada musim tanam III sebesar 0 Ha, palawija sebesar 128 Ha. d. Pada Pola Tata Tanam Alternatif 3 luas tanam optimum untuk musim tanam I seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 500 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam II sebesar 333 Ha, palawija sebesar 0 Ha. Pada musim tanam III seluas 500 Ha ditanami padi sebesar 0 Ha, palawija sebesar 128 Ha. 4. Besar keuntungan maksimum yang didapat dari hasil optimasi program linier pada masing-masing jenis pola tata tanam di Daerah Irigasi Parsanga sebagai berikut : a. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Eksisting ini adalah sebesar Rp. 14.413.067.000,00 b. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 1 yang telah dioptimasi ini adalah sebesar Rp. 17.536.463.964,07 c. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 2 yang telah dioptimasi ini adalah sebesar Rp. 19.543.827.644,45 d. Keuntungan maksimum dari Pola Tata Tanam Alternatif 3 yang telah dioptimasi ini adalah sebesar Rp. 18.193.958.349,70
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 01-07). Bandung: CV. Galang Persada. Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Bagian Penunjang, KP 01 07). Direktorat Jenderal Pengairan: Departemen Pekerjaan Umum. Montarcih, L. & Soetopo, W. 2009. Manajemen Air Lanjut. Malang: CV. Citra Malang. Sosrodarsono, S & Takeda, K. 1976. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma. Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik Edisi 1. Surabaya: Usaha Nasional Montarcih, L. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung : Lubuk Agung Suhardjono. 1994. Kebutuhan Air Tanaman. Malang: Institut Teknologi Nasional. Wirosoedarmo, Ruslan. 1985. Dasardasar Irigasi Pertanian. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Montarcih, L. 2010. Optimazation of Water Needs At Kepanjen Dam and Sengguruh Dam, East Java, Indonesia. Malang : Internasional Journal of Academy Research Vol. 2. Hal : 216 Montarcih, L. 2008. Pengaruh Perubahan Cuaca terhadap Optimasi Irigasi dengan Program linier. Malang : Citra Malang Linsley, Ray K., 1989, Teknik Sumber Daya Air Jilid II, Erlangga, Jakarta. http://www.solver.com/pricemenu.htm