BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

PENGEMBANGAN MODEL SIG PENENTUAN KAWASAN RAWAN LONGSOR SEBAGAI MASUKAN RENCANA TATA RUANG Studi Kasus; Kabupaten Tegal TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

BAB III LANDASAN TEORI

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 KONDISI MASYARAKAT KORBAN BENCANA GERAKAN TANAH SEBELUM DAN SETELAH RELOKASI PEMUKIMAN DI KECAMATAN MALAUSMA KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan mereka, termasuk pengetahuan bencana longsor lahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengenalan Gerakan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan bencana.

BAB I PENDAHULUAN. morfologi ini banyak dipengaruhi oleh faktor geologi. Peristiwa tanah

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI

DAERAH RAWAN LONGSOR (DRL) DI INDONESIA BAGAIMANA MENGANTISIPASINYA

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

Transkripsi:

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA Disampaikan pada Workshop Mitigasi dan Penanganan Gerakan Tanah di Indonesia 24 Januari 2008 oleh: Gatot M Soedradjat PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI Jln. Diponegoro no. 57 Bandung 40122 Telepon (022) 7272606, Fax (022) 7202761, Homepage :http:/www.vsi.esdm.go.id 1

1.PENDAHULUAN Batasan : Gerakan tanah adalah perpindahan material pembentuk lereng, berupa batuan, bahan timbunan, tanah atau material campuran tersebut, bergerak kearah bawah dan keluar lereng ( Varnes, D.J, 1978). Gerakan tanah adalah suatu massa tanah yang bergerak dari atas ke bawah di sepanjang lereng. Gerakan tanah terjadi apabila gaya yang menahan (Resisting Forces) massa tanah di lereng tersebut lebih kecil dari pada gaya yang mendorong/ meluncurkan tanah di sepanjang lereng. Adapun gaya yang menahan masa tanah di sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, sifat fisik / mekanisme tanah antara lain kohesi / daya ikat (c) dan sudut dalam tahanan geser tanah (φ) yang bekerja disepanjang bidang luncuran. Sedangkan gaya pendorong ini dipengaruhi diantaranya oleh kandungan air, beban bangunan, berat masa tanah itu sendiri. Kemantapan lereng biasanya dievaluasi dengan menghitung faktor keamanan (FS), yaitu perbandingan antara gaya yang menahan dengan gaya yang meluncurkan; Gaya menahan FS = Gaya peluncur Bila gaya menahan < dari gaya peluncur, maka lereng akan mantap/stabil, nilai FS>1. tetapi bila FS<1, maka lereng tersebut akan bergerak/tidak mantap. Pada dasarnya setiap sesuatu perubahan yang menyebabkan berkurangnya gaya yang menahan atau menambah gaya yang meluncurkan akan menambah kemungkinan untuk terjadi gerakan tanah. Untuk daerah permukiman yang dibangun yaitu φ (pada lereng yang terjal disarankan agar nilai FS nya >1.3 Nilai angka kemanan (FS) tergantung dari sifat fisik/mekanik tanah atau batuan, yaitu : Sudut geser dalam tahanangeser (φ). Kohesi/daya ikat tanah (c). Berat isi (γ). Kedudukan muka air tanah dan Susunan tanah/batuan serta sudut lereng. Meskipun analisis kemantapan lereng selalu di gunakan dalam perhitungan tetapi analisis ini mempunyai kelemahan disebabkan analisis kemantapan lereng biasanya dilakukan secara dua dimensi sedangkan gerakan tanah mempunyai kenampakan tiga dimensi, yang sangat memungkinkan di daerah dinding samping longsoran mempunyai mekanisme gaya lebih kecil bila dibandingkan dengan bagian tengah. Selain itu sifat sifat tanah / batuan sangatlah bervariasi yang kadang kadang sukar diukur, sehingga hasil 2

perhitungan akan mempunyai koreksi kesalahan, Sedangkan penyebaran daerah rawan gerakantanah, yang mempunyai angka kemantapan lereng kecil biasanya perlu didukung dengan metode indentifikasi gerakantanah yang ada di daerah tersebut. 2.JENIS GERAKAN TANAH Gerakan tanah dikelompokan menjadi 6 (enam) jenis berdasarkan kepada kecepatan gerakan tanah, yaitu : Gerakan tanah Rotasi Aliran Bahan Rombakan Gerakan tanah Translasi Rayapan Runtuhan batu Longsoran batu 3

3. FAKTOR PENYEBAB Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah adalah bertambahnya tegangan geser dan berkurangnya tahanan geser pada lereng. 3.1. Geologi.Struktur Geologi. Sifat bawaan batuan. Hilangnya perekat tanah. Gempa. 3.2. Keairan Curah hujan Curah hujan akan menyebabkan kandungan air pada lapisan tanah meningkat dan jenuh air, yang mengakibatkan : Tekanan air pori bertambah besar dan mengakibatkan kuat geser menurun. Kandungan air tanah naik dan terjadi pembuburan tanah atau pengembangan lempung, mengakibatkan kuat geser tanah akan menurun atau bahkan hilang,disamping itu masa tanah bertambah yang akan mengurangi tegangan geser. Lapisan tanah jenuh air. 3.3. Vegetasi. Peranan vegetasi dalam gerakan tanah merupakan masalah kompleks, karena vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor termasuk iklim, topografi dan sejarah kebakaran hutan yang semuanya mempengaruhi kemantapan lereng. 3.4. Perbuatan Manusia. Gerakan tanah dapat diakibatkan oleh kegiatan manusia, umumnya gerakan tanah yang diakibatkan oleh kegiatan manusia terjadi karena mengubah/ berubahnya bentuk lereng dan atau berubahnya tata guna lahan, kegiatan ini mengakibatkan air masuk ke dalam tanah yang mempengaruhi bobot masa tanah yang berdampak pada kestabilan/kemantapan lereng. 4. STRATEGI PENANGGULANGAN GERAKAN TANAH Di dalam hal ini peranan geologi adalah memberikan masukan, rekomendasi secara teknis, diantaranya apakah gerakan tanah ini masih aktif atau tidak? 4

Kemudian menentukan areal yang aman dari gerakan tanah sebagai tempat relokasi bila diperlukan. Analisis kestabilan lereng serta indentifikasi gejala gerakan tanah sangat membantu, yang perlu dilakukan dalam penanggulangan bencana gerakan tanah perlu mempertimbangkan skala prioritas : Segera selamatkan jiwa dan harta. Kebutuhan yang mendesak, contohnya korban yang sakit, luka, kebutuhan utama tandu dan obat obatan, tenda diperlukan untuk penampungan korban sementara. Kemana dan bagaimana korban dievakuasi. Dengan sarana dan prasarana apa evakuasi dilakukan termasuk sarana, rute atau trace jalan. Tindakan apa yang perlu dilakukan setelah evakuasi baik tindakan sosial maupun teknis. Kemampuan keamanan petugas dan korban dalam evakuasi. Informasi dan komunikasi, dalam hal ini sistem informasi melalui apa informasi dilaksanakan. Karena penanggulangan memerlukan waktu yang tepat dan cepat. 5. REHABILITASI 5.1. Pengembalian Fungsi. Terjadinya bencana gerakan tanah, disadari atau tidak akan merubah fungsi struktur masyarakat baik sarana maupun prasarananya. Upaya mengembalikan fungsi struktur masyarakat dan prasarananya yang dikenal dengan istilah rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan dengan pendekatan baik secara psikologis, sosiologis maupun secara teknis. Peran geologi dalam rehabilitasi ini diutamakan pada permasalahan teknis, yaitu dalam pengembalian fungsi sarana dan prasarana serta informasi pengembangan bencana tersebut. Untuk mengembalikan fungsi sarana dan prasarana ini perlu masukan data geologi yang beraspek keteknikan guna relokasi pemukiman, bila diperlukan. 5.2. Rekonstruksi Pemulihan kembali bangunan dan tatanan masyarakat, akibat bencana berkaitan erat pembangunan nasional yang meliputi aspek penataan struktur sosial serta sarana dan prasarana. Perencanaan yang baik harus memperhatikan kondisi masyarakat, letak serta ruangnya, program pengembangan wilayah, baik jangka pendek maupun panjang. 5.3. Mitigasi. Upaya untuk mengurangi atau menghindarkan dampak dari bencana, perlu dilakukan mitigasi diantaranya : Penyebaran informasi kepada intansi yang terkait maupun masyarakat luas mengenai daerah bahaya gerakan tanah serta penanggulangannya. 5

Pembuatan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Peta ini menggambarkan daerah penyebaran gerakan tanah, sehingga diketahui daerah mana yang mempunyai gerakan tanah aktif maupun yang tidak, sehingga dapat dilakukan tindakan sedini mungkin dalam melakukan upaya prevetif. Pembenahan fungsi lahan dan tatanan air terutama sebelum musim penghujan, karena curah hujan merupakan pemicu terjadinya gerakan tanah yang cukup signifikan. Penyebaran informasi penanggulangan bahaya gerakan tanah dilakukan dengan cara penyebaran melalui poster dan media cetak/elektronik, penyuluhan dan sebagainya. 6. KESIMPULAN Gerakakan tanah merupakan bencana alam selain bahaya gunung api, gempa, banjir dan tsunami. Akibat bencana alam gerakan tanah telah menelan banyak korban harta, benda bahkan nyawa serta menghancurkan sarana dan prasarana yang tidak sedikit. Penyebaran informasi ditekankan pada masyarakat khususnya yang bermukim di daerah yang rawan akan bencana/bahaya gerakan tanah. Penyampaiannya dapat melalui kegiatan pameran, poster serta melakukan penyuluhan. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah merupakan informasi awal bagi masyarakat, berguna untuk menentukan langkah perencanaan ruang serta pengembangan suatu daerah. 6

GRAFIK KEJADIAN DAN JUMLAH KORBAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA, TAHUN 2006 S/D 2007 % 2 1% 1 % 8 4% 19 10 % 3 2 3 3 2% 2% 1% 2% 1 1% Rekap kejadian gertan 2006 dan 2007 9 5% 1 1% 1 3 1% 2% 1 1% 44 24% 67 36% DKI Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Lampung Sulawesi Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan NTT Kalimantan Timur NTB Papua Sulaw esi Barat 2 0% Sulaw esi Utara 257 29% Sulaw esi Tengah 57 6% Kal Tim Jumlah Korban Jiwa Gertan 3 Papua NTT 0% 3 2006-2007 66 Jaw a Barat 0% 8% 53 Jaw a Tengah 6% 253 30% Sumatera Barat 21 2% Sumatera Utara 44 5% Jaw a Timur 121 14% 7

8

Foto 1; Gerakan tanah di Kp.Mogol, Ledoksari, Tawangmangu, korban tewas sebanyak 37 orang tertimbun material longsoran Foto 2. Permukiman terancam gerakan tanah Ds.Butung, Karanganyar lokasi di lembah sungai, diatasnya terdapat retakan, yang akan berkembang menjadi longsoran. 9

Foto 3. Longsoran Ds.Kidang Pananjung,Kec.Cililin, Kab.Bandung, 2004. 2 rumah yang terkena longsor Foto 4. Tanah longsor di Dusun Pagah, Tirtomoyo, Wonogiri menimpa 2 rumah warga, menyebabkan 7 orang meninggal dunia. 10