STUDI ANALISIS PERBANDINGAN RUGI DAYA PADA TITIK SAMBUNG PIERCHING CONNECTOR DENGAN LINE TAP CONNECTOR PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 V DI PT. PLN (PERSERO) RAYON LAMONGAN Ulul Ilmi *), Arief Budi Laksono *) Ahmad Syaifuddin F 2) 1) Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan email : adioferdian@gmail.com ABSTRAK Pada sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi, sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi hingga konsumen atau beban. Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20kV) sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan tegangan rendah (JTR 220/380V). Jaringan distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau beban dibanding dengan jaringan transmisi. Pada saat ini PT. PLN (Persero) mengalami rugi daya yang terjadi pada titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) pada penggunaan pierching connector. Penelitian ini adalah menganalisa perhitungan rugi daya pada jaringan tegangan rendah (JTR) dengan melakukan perbandingan pengukuran antara input dengan output pada titik sambung pierching connector dengan line tap connector. Dengan adanya kondisi tersebut diperlukan evaluasi dan analisa untuk perencanaan kembali yang memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan seperti jatuh tegangan dan memperhitungkan rugi daya demi kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada jaringan yang dipakai. Kata Kunci : sistem distribusi, JTR, connector, pengukuran, dan rugi daya PENDAHULUAN Latar Belakang Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi. Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang paling dekat dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kv. Tegangan pada jaringan distribusi primer, diturunkan oleh gardu distribusi menjadi jaringan distribusi sekunder atau tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah kepada konsumen. Rugi daya adalah suatu kondisi atau keadaan dimana jumlah daya yang disalurkan tidak sama dengan daya yang diterima pada sisi penerimaan. Terjadinya rugi-rugi daya ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti jauhnya daerah penyaluran tenaga listrik dari sumber/suplai, voltage drop, Ketidakseimbangan beban, umur peralatan, diameter penghantar dan lain-lain. Rugi daya menyeluruh tetapi hanya bisa diminimalkan (di reduksi). Loss situation di dalam jaringan distribusi tenaga listrik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana suatu sistem distribusi di dalam pendistribusian tenaga listriknya mengalami rugi daya yang tinggi. 1.1 Rumusan Masalah Dengan bertitikan tolak pada latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: a) Berapa hasil perbandingan pengukuran nilai input dan output pierching connector dengan line tap connector? b) Berapa hasil perhitungan rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah pada pierching connector? c) Mengapa pemasangan pierching connector pada jaringan tegangan rendah nilai input dan output nya menghasilkan nilai tegangan yang tidak sama? 1.2 Tujuan Penelitian 25
Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengetahui hasil perbandingan pengukuran nilai input dan output pada pierching connector dengan line tap connector. b) Untuk mengetahui hasil perhitungan rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah pada titik sambung pierching connector. c) Untuk mengetahui mengapa pemasangan pierching connector nilai tegangan yang dihasilkan input dan output nya tidak sama. 1.3 Batasan Masalah Untuk dapat mencapai kesempurnaan dalam penulisan ini haruslah melewati berbagai macam penelitian dan pengujianpengujian. Tetapi pada proses penelitian itu tentulah banyak sekali parameter-parameter yang akan didapat sehingga masalah tersebut akan sangat luas bahasannya jika tidak dibatasi. Oleh karena itulah maka pada penulisan ini batasan masalahnya sekitar melakukan analisis perbandingan pierching connector dengan line tap connector terhadap mutu tegangan pelayanan. I. Landasan Teori 2.1 Distribusi Tenaga Listrik Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban). Mengingat penyaluran tenaga listrik ini, prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil energi listrik, disalurkan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekunder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen. adalah menyalurkan energi listrik dari suatu Gardu Induk distribusi ke konsumen. Gambar 1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Adapun bagian-bagian dari sistem distribusi tenaga listrik adalah: 1. Gardu induk atau pusat pembangkit tenaga listrik 2. Jaringan distribusi Primer (JTM) 3. Transformator distribusi atau gardu pembagi 4. Jaringan distribusi Sekunder (JTR) 2.3 Jaringan Distribusi Tegangan Rendah Jaringan distribusi tegangan rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik yang terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. Distribusi jaringan tegangan rendah dapat dibedakan berdasarkan atas material dan cara pemasangannya, berikut penjelasannya: 1. Saluran udara tegangan rendah (SUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara, menggunakan penghantar / kawat yang direntangkan di tiang dan diikat pada isolator. 2. Saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) berupa jaringan yang dipasang di udara menggunakan kabel berisolasi dipilin, direntang dan digantung pada tiang. 3. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR) berupa jaringan yang dipasang di dalam tanah. 2.2 Bagian-Bagian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem distribusi tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama yaitu sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi. Dari ketiga sistem tersebut, sistem distribusi merupakan bagian yang letaknya paling dekat dengan konsumen, fungsinya 2.4 Operasi Sistem Distribusi Pengertian dari Operasi Sistem Distribusi adalah segala kegiatan yang mencakup pengaturan, pembagian, pemindahan, dan penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen dengan efektif serta menjamin kelangsungan penyaluran/pelayanannya. Sebagai tolak ukur pada kegiatan operasi terdapat beberapa parameter, yaitu: 26
1. Mutu listrik 2. Keamanan dan keselamatan 3. Biaya pengoperasian 4. Kepuasan pelanggan 2.5 Jatuh Tegangan Distribusi Jatuh tegangan merupakan besarnya tegangan yang hilang pada suatu penghantar. Jatuh tegangan pada saluran tenaga listrik secara umum berbanding lurus dengan panjang saluran dan beban serta berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar. Besarnya jatuh tegangan dinyatakan baik dalam persen atau dalam besaran Volt. Besarnya batas atas dan bawah ditentukan oleh kebijaksanaan perusahaan kelistrikan. aktif, jika terdapat jumlah nilai input dan output yang tidak sama maka terjadilah jatuh tegangan dan dari jatuh tegangan tersebut maka akan nampak keluaran nilai rugi daya, yakni: P rugi = P in P out (2) 2.8 Perhitungan Rugi Energi Daya Listrik Dalam Satuan Rupiah Menurut Sarimun (2011, h. 26), dari perhitungan rugi daya dapat kita ketahui juga jumlah rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah, dari sini lah PT. PLN (Persero) bisa mengetahui berapa rupiah kerugian yang terjadi akibat jatuh tegangan maupun lossis dalam penjualan energi listriknya, yakni: (3) Gambar 2. Toleransi Tegangan Pelayanan Yang di Izinkan 2.6 Penyebab Jatuh Tegangan Besar kecilnya jatuh tegangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Tahanan saluran 2. Arus saluran 3. Faktor daya (Cos φ) 4. Panjang saluran 5. Titik sambung (Connector) 2.7 Perhitungan Daya Aktif Dalam Satuan Watt Setelah melakukan pengukuran titik sambung connector input dan output pada jaringan tegangan rendah (JTR), maka kita bisa memperhitungkan daya aktif dalam satuan watt, yakni: Dimana: P : Daya Aktif (Watt) V : Tegangan (Volt) I : Arus Beban (Ampere) cos φ : Faktor Daya (1) Setelah mendapatkan hasil perhitungan nilai input dan output dari perhitungan daya Dimana : W : Energi (Watt - hours) P : Daya aktif (Watt) t : Waktu (Hours) Hasil perhitungan energi di atas, kita rubah hasil perhitungan yang sebelumnya dengan satuan Watt hours (Wh) dengan kwh dengan cara membagi 1000 dengan hasil nilai energi tersebut. Setelah merubah nilai menjadi satuan kwh, dapat kita kalikan nilai tersebut dengan harga rupiah per 1 kwh nya, yang di jual berdasarkan standart harga tarif daya listrik (TDL) dari PT. PLN (Persero). 2.9 Connector Connector adalah peralatan yang digunakan untuk menghubungkan (mengconnect) penghantar dengan pudengan SR (Sambungan Rumah) dengan jenis ukuran connector yakni 50/50 mm 2, 70/70 mm 2, dan 70/50 mm 2. 1. Pierching Connector Connector ini menggunakan sistem mur-baut, terbuat dari bahan sejenis isolator, dapat di pasang dalam kondisi jaringan yang bertegangan dan tanpa mengupas isolasinya. Konduktansi terjadi karena pada connector ini terdapat gigi penerus arus. Sehingga gigi penerus arus ini harus tajam dan tegak untuk dapat menembus bagian isolasi kabel. 27
Gambar 3. Pierching Connector 2. Line Tap Connector/Joint Connector Connector ini terbuat dari aluminium. Pemasangan connector jenis ini, biasanya harus tanpa tegangan, karena diperlukan pengupasan isolasi kabel untuk membentuk konduktifitas. Konduktifitas yang dihasilkan connector jenis ini lebih baik, karena luas permukaan kontak lebih besar. Cara pemasangan untuk penekanan badan connector dengan menggunakan alat perkakas tekan (Desk Line Tap). 3.5 Metode Analisa Data Untuk menganalsis data perhitungan rugi daya, maka penulis melakukan pengukuran pada titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) input dan output connector, setelah itu data diolah oleh penulis untuk mencapai tujuan penelitian penulis dengan cara menggunakan metode: 1) Perhitungan daya aktif dalam satuan watt, untuk mengetahui arus total input dan output. 2) Perhitungan rugi daya, dengan cara mengurangi hasil input dengan output. 3) Perhitungan rugi energi daya listrik dalam satuan rupiah, untuk mengetahui nilai rupiah kerugian daya. 3.6 Flowchart Perencanaan Gambar 4. Line Tap Connector II. Isi Makalah 3.1 Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Rayon Lamongan. Untuk lokasi penelitian di Ds. Balun Kec. Turi Lamongan. 3.2 Jenis Penelitian Metode kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan metode ilmiah/scientifik karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis, disebut metode kuantitatif karena penelitian berupa angkaangka dan analisis menggunakan statistik. 3.3 Teknik Pengumpulan Data 1) Observasi (pengamatan) 2) Wawancara 3) Dokumentasi Gambar 5. Flowchart 3.2 Analisis Perencanaan Pengukuran Pierching Connector dengan Line Tap Connector Dalam melaksanakan program tugas akhir ini penulis menitik beratkan pada permasalahan perbandingan pengukuran pierching connector dengan line tap connector pada jaringan tegangan rendah (JTR). Penulis mengambil analisa ini di daerah Ds. Balun Kec. Turi Lamongan. Tanggal pelaksanaan 14 April 2014. Waktu 16.30 18.00 WIB. 3.4 Metode Pengumpulan Data 1) Data Primer 2) Data Sekunder 28
Analisa hasil pengukuran pierching connector pada T. 49 D1: Tabel 1 Pengukuran input dan output pada pierching connector Gambar 6. Single Line JTR T. 049 Ds. Balun Kec. Turi Lamongan Dari hasil survei lapangan di daerah tersebut, penulis menemukan titik sambung kabel line JTR yang menggunakan pierching connector dengan line tap connector, maka penulis melakukan pengukuran dan mengambil hasil analisis tersebut. Pengukuran titik sambung jaringan tegangan rendah (JTR) dilakukan dengan cara mengukur nilai R-N, S-N dan T-N pada input dan output connector yang terpasang pada jaringan tegangan rendah (JTR). Gambar 8. Hasil Pengukuran Pierching Connector Input Gambar 7. Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 3.3 Hasil Pengukuran GTT PT. PLN (Persero) Rayon Lamongan Pada T. 49 Hasil pengukuran GTT T. 49 pada box panel : 1. Tegangan dan nilai Cos φ R-N : 239,6 V Cos φ R : 0,9,3 S-N : 241,4 V Cos φ S : 0,9,0 T-N : 239,5 V Cos φ T : 0,9,3 2. Beban Line Dalam Satuan Ampere dan nilai Cos φ R : 38,7 A Cos φ : 0,9 S : 27,1 A Cos φ : 0,9 T : 49,7 A Cos φ : 0,9 N : 18,4 A Cos φ : 0,9 3. Fasa-fasa R-S : 417 V R-T : 414 V S-T : 420 V Gambar 9. Hasil Pengukuran Pierching Connector Output 3.4.2 Pengukuran Line Tap Connector Analisa hasil pengukuran line tap connector pada T. 49 D3 A1 : Tabel 2 Pengukuran input dan output pada line tap connector 3.4 Hasil Pengukuran Pierching Connector dan Line Tap Connector 3.4.1 Pengukuran Pierching Connector 29
P rugi = P in P out = 24699,6 24565,3 = 134,3 W Selisih Rugi Daya adalah 134,3 W Gambar 10. Hasil Pengukuran Line Tap Connector Input 2. T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector) IN R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8 W S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6 W + 24538,1 W OUT R-N : 236,6 x 38,7 x 0,9 = 8240,8 W S-N : 240,7 x 27,1 x 0,9 = 5870,7 W T-N : 233,1 x 49,7 x 0,9 = 10426,6 W + 24538,1 W P rugi = P in P out = 24538,1 24538,1 = 0 W Selisih Rugi Daya adalah 0 W Dari hasil analisa perhitungan rugi daya, terdapat hasil perhitungan antara input dan output pada tititk sambung pierching connector dan line tap connector: T. 49 D1 (Pierching Connector) : 134,3 W T. 49 D3 A1 (Line Tap Connector) : 0 W Gambar 11. Hasil Pengukuran Line Tap Connector Output 3.4.3 Hasil perhitungan Rugi Daya 1. Perhitungan daya aktif dalam satuan watt. (4) 2. Perhitungan rugi daya dalam satuan watt. P rugi = P in P out (5) 1. T. 49 D1 (Pierching Connector) IN R-N : 235,8 x 38,7 x 0,9 = 8212,9 W S-N : 243,7 x 27,1 x 0,9 = 5943,8 W T-N : 235,7 x 49,7 x 0,9 = 10542,9 W + 24699,6 W OUT R-N : 233,8 x 38,7 x 0,9 = 8143,3 W S-N : 241,6 x 27,1 x 0,9 = 5892,6 W T-N : 235,4 x 49,7 x 0,9 = 10529,4 W + 24565,3 W 3.5 Hasil Perhitungan Rugi Energi Daya Listrik Dalam Satuan Rupiah Dari hasil perhitungan rugi daya dari sub bab 4.2.3.1, penulis mendapatkan hasil analisa rugi daya yang terjadi pada titik sambung pierching connector, maka dapat diketahui juga nilai nominal rugi energi daya listrik dalam hitungan satuan rupiah, berdasarkan tarif daya listrik (TDL) 2014 per kwh nya adalah Rp. 650,-: T. 49 D1 (Pierching Connector) Selisih Rugi Daya : 134,3 W Waktu : 24 Jam W = P x t x 30 Hari = 134,3 x 24 x 30 = 96696 Wh E = = 96,696 kwh Rp = 96,696 x 650 = 62.852,- (6) 30
Jadi Rugi Energi Daya Listrik dalam satu bulan adalah Rp. 62.852,- Jika terjadi dalam satu tahun dalam hitungan waktu 24 jam adalah: 62.852 x 12 Bulan = 754.224,- 3.6 Penyebab Rugi Daya Pada Penggunaan Pierching Connector Penyebab dari rugi daya pada pierching connector tersebut yaitu: 1. Dari segi pemasangan pierching connector yang tidak benar. 2. Pengencangan pada baut connector yang kurang kencang. 3. Peralatan pierching connector yang tidak standar PUIL PLN. 4. Kondisi pierching connector yang telah usang sehingga terjadi lost kontak di sambungan. 3.7 Upaya PT. PLN (Persero) Untuk Menekan Terjadinya Rugi Daya Dari permasalahan diatas dan hasil wawancara penulis, bahwa untuk menekan terjadinya rugi daya pada pemasangan titik sambung pierching connector, PT. PLN (Persero) berupaya melakukan rekonektorisasi yaitu pergantian connector, dari connector sistem pierching connector diganti dengan line tap connector atau connector dengan sistem press. Manfaat dari rekonektorisasi adalah: 1. Menurunkan lossis atau penyusutan arus listrik untuk beberapa waktu. 2. Balanced beban listrik atau penyeimbang beban listrik yang terpakai. 3. Penyetabil arus listrik untuk beberapa waktu (non permanent). 4. Merapikan titik sambung antara JTR dan SR (non permanent). 5. Menghindari pencurian arus listrik. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil analisa data dan implementasi selama pelaksanaan Tugas Akhir maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Perhitungan Rugi Daya Dari hasil perhitungan analisa rugi daya, terdapat hasil perhitungan antara input dan output pada tititk sambung pierching connector dan line tap connector: T. 49 D1 (Pierching Connector) :134,3 W T. 49 D3 A1 (Line tap Connector) : 0 W 2. Hasil Perhitungan Rugi Daya Dalam Satuan Rupiah Dari hasil perhitungan analisa rugi daya, dapat diketahui kerugian daya pada titik sambung pierching connector dengan selisih nilai rugi daya 134,3 W dan jika dihitung dalam satuan rupiah, maka rugi energi daya listrik dalam satu bulan adalah Rp. 62.852,-. Jika terjadi dalam satu tahun dalam hitungan waktu 24 jam adalah 62.852 x 12 Bulan = 754.224,- 3. Penyebab Dari Rugi Daya Pada Pierching Connector Penyebab rugi daya pada titik sambung pierching connector yang terjadi pada T. 49 D1 adalah: 1) Dari segi pemasangan pierching connector yang tidak benar. 2) Pengencangan pada baut connector yang kurang kencang. 3) Peralatan pierching connector yang tidak standar PUIL PLN. 4) Kondisi pierching connector yang telah usang. Saran Saran yang akan disampaikan penulis diantaranya yaitu : 1. Sebaiknya untuk pemasangan titik sambung pada jaringan tegangan rendah (JTR) maupun titik sambung pada saluran jaringan tegangan rendah ke kwh, lebih baik menggunakan line tap connector. 2. Untuk pemasangan connector, harus sesuai dengan standar pemilaharaan SOP dan setiap pekerja diwajibkan memakai perlengkapan lengkap untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. 3. Untuk mengungaringi terjadinya lossis dan rugi daya dapat dilakukan dengan cara rekonektorisasi yaitu pergantian connector, dari connector sistem pierching connector di ganti dengan line tap connectror atau connector dengan sistem press. Manfaat dari rekonektorisasi adalah: 1) Menurunkan lossis atau penyusutan arus listrik untuk beberapa waktu. 2) Balanced beban listrik atau penyeimbang beban listrik yang terpakai. 3) Penyetabil arus listrik untuk beberapa waktu (non permanent). 4) Merapikan titik sambung antara JTR dan SR (non permanent). 31
5) Menghindari pencurian arus listrik. DAFTAR PUSTAKA [1] Daman Suswanto, 2009. Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Edisi Pertama. Padang: Lembaga Universitas Negeri Padang. [2] Sugiyono. Prof. Dr, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Edisi ke 13. Bandung: CV. Alfa Beta. [3] Suhadi & Tri Wrahatnolo, 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang [4] PT. PLN (PERSERO), 2010. Kontruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, Jilid I. Jakarta: PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI. [5] PT. PLN (PERSERO) Rayon Lamongan. Arsip dan Dokumentasi. [6] Wahyudi Sarimun N. Ir. MT, 2011. Buku Saku Pelayanan Teknik (YANTEK), Edisi Kedua. Bekasi: Garamond. [7] http://elektroumi.blogspot.com/2012/06/te gangan-sistem-distribusi, diakses tanggal 15 Maret 2014. [8] http://indonetwork.co.id/cv_aps/1182553/ hioki-3283-leak-clamp-tester.html, diakses tanggal 20 Maret 2014. [9] http://repository.upi.edu/33/2/s-e5231-0811639-chapter1.pdf, diakses tanggal 15 Maret 2014. 32