BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN MOTIVASI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelajari kembali, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi adalah anak yang baru lahir sampai berumur 12 bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2003) dengan harapan pada tahun 2010 AKB di Indonesia turun

LAPORAN AKHIR PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Menyusui merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak terjadinya pembuahan, tubuh ibu mempersiapkan diri untuk

MATERI PENYEGARAN KADER

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. anaknya, atau keduanya dengan berbagai alasan. Menyapih merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

2015 GAMBARAN DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU PADASUKA RW 06 DAN RW 12 KELURAHAN PADASUKA KOTA BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan


UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. rakyat terutama di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan ini, pemerintah turut dalam Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September 2000 yang menegaskan kepedulian utama masyarakat dunia untuk bersinergi dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals-MDGs). Tujuan MDGs yang tercantum dalam Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010 adalah menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan masyarakat. Di dalam Deklarasi Milenium tahun 2010 tersebut, terdapat 8 buah sasaran pembangunan milenium yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2015. Salah satu sasaran yang akan dicapai adalah menurunkan angka kematian anak yang merupakan tujuan ke empat dalam Tujuan Pembangunan 1

2 Milenium. Di dalam Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010, Angka kematian bawah lima tahun (balita) telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran pada tahun 2007 dan diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai. Pencapaian sasaran ini membutuhkan kerja keras dan peran pemerintah serta seluruh masyarakat. Adapun kebijakan kesehatan anak yang disusun untuk mendukung tercapainya sasaran tersebut difokuskan pada intervensi-intervensi layanan kesehatan meliputi: imunisasi, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), gizi pada anak, penguatan peran keluarga, dan peningkatan akses layanan kesehatan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan terkait dengan kebijakan tersebut adalah dengan pemberian ASI Eksklusif karena berdasarkan penelitian World Health Organisation/WHO (2000) di enam negara berkembang, risiko kematian bayi antara usia 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui, untuk bayi berusia di bawah dua bulan, angka kematian meningkat menjadi 48% (Roesli,2008). Studi Huffman & Lamphere juga menunjukkan pentingnya peran ASI Eksklusif di negara berkembang dibandingkan negara maju. Di negara maju ketika higiene dan sanitasi sudah baik, peran ASI Eksklusif hampir dapat digantikan oleh susu formula karena susu formula sudah dapat disajikan dalam porsi dan kebersihan yang

3 terjaga dan mendekati kualitas ASI. Sementara di negara berkembang penyapihan dan pemberian makanan pengganti ASI menyebabkan anak menjadi mudah sakit dan status gizi kurang (Makara Kesehatan, Vol.14, Juni 2010). Berdasarkan studi Huffman & Lamphere tersebut, untuk Indonesia yang tergolong negara berkembang maka peran ASI Eksklusif ini menjadi sangat penting yaitu untuk menurunkan angka kesakitan dan meningkatkan status gizi. Adapun durasi pemberian ASI yang ditetapkan oleh WHO sejak tahun 2002 yaitu diberikan secara Ekslusif pada 6 bulan pertama, kemudian dianjurkan untuk tetap diberikan setelah 6 bulan bersamaan dengan makanan pendamping ASI sampai anak 2 tahun (DepKes RI, 2001). Pemerintah berharap program pemberian ASI Eksklusif ini dapat dilaksanakan oleh semua masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan, oleh karena itu Program ASI Eksklusif ini sudah direkomendasikan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Walaupun Program ASI Eksklusif adalah salah satu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian dan angka kesakitan pada bayi dan anak, namun ternyata pencapaian program ini masih sangat rendah. Data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) pada tahun 2010 menunjukan bahwa pemberian

4 ASI Eksklusif di Indonesia saat ini memprihatinkan, bayi yang menyusu eksklusif sampai 6 bulan hanya mencapai 15,3%. Data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya sekitar 40,21%, terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2008 (28,96%), tetapi dirasakan masih sangat rendah bila dibandingkan dengan target pencapaian ASI Eksklusif tahun 2010 sebesar 80%. Dari 29 kabupaten dan 6 kota di Jawa Tengah, hanya 4 kabupaten saja yang telah mencapai pemberian ASI Eksklusif di atas 60% yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Blora (Profil Jateng 2009). Berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Semarang mencapai pemberian ASI Eksklusif kurang dari 60%. Selanjutnya survei yang pernah dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 14%-21% sedangkan di pedesaan 6%- 19% (Kodrat, 2010). Hasil tersebut menunjukkan bahwa di

5 pedesaan pun saat ini banyak ibu yang lebih memilih susu formula dibandingkan dengan menyusui bayi mereka sendiri. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dusun Ngaduman yang merupakan salah satu Dusun wilayah Desa Tajuk, mata pencaharian utama Dusun Ngaduman adalah sebagai petani. Setiap hari warga sibuk bekerja di ladang. Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, rata-rata pendidikan terakhir ibu yang ada di Dusun Ngaduman adalah Sekolah Dasar dan hanya satu atau dua orang saja yang mencapai tingkat Sekolah Menengah Pertama. Di Dusun ini tidak terdapat tenaga kesehatan lain ataupun puskesmas karena tenaga kesehatan terdekat berada ± 3 km dan puskesmas terdekat berada ± 8 km tanpa adanya angkutan umum. Posyandu yang dilakukan di Dusun Ngaduman ini dilayani oleh seorang bidan utusan desa yang hanya melayani pengobatan dasar saja dan kader yang membantu bidan ini adalah para ibu dengan latar belakang pendidikan Sekolah Dasar yang bersedia dengan sukarela untuk menjadi kader. Melihat uraian singkat tersebut dapat dibayangkan betapa sulitnya perkembangan ilmu pengetahuan dan cara untuk memperoleh informasi di daerah tersebut. Sulitnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan penyampaian informasi membuat warga Dusun Ngaduman sulit untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan cenderung hanya

6 berpatokan pada mitos-mitos yang dianut para pendahulu saja. Salah satu mitos yang masih dipercaya adalah tentang menyusui / pemberian ASI bagi bayi. Masih banyak para ibu yang lebih percaya dengan orang tua yang menganut mitos yang salah dalam pemberian ASI dibanding percaya kepada bidan yang menangani persalinan mereka. Menurut para ibu, mereka cenderung percaya pada ibu mereka atau saudara juga tetangga mereka karena mereka lebih dahulu mempunyai pengalaman menyusui dan terbukti anak mereka dapat memiliki badan yang gemuk dan terlihat sehat. Mereka juga menuturkan bahwa saat pertama kali harus menyusui bayi mereka, mereka merasa tidak yakin dan takut kalau tidak dapat menyusui dengan baik dan ibu mereka adalah orang yang tepat untuk dapat dipercaya memberikan nasehat yang selalu mereka anggap benar padahal itu sering sekali merupakan nasehat ataupun mitos yang menyesatkan khususnya tentang ASI. Adapun mitos tentang ASI yang masih beredar di Dusun Ngaduman antara lain bayi harus diberi makan segera setelah lahir, menyusui menyebabkan payudara kendur, ASI pertama yang berwarna kekuningan merupakan ASI basi dan tidak baik untuk bayi, hingga usia 6 bulan ASI saja tidak cukup bagi bayi sehingga harus dikombinasikan dengan susu formula, jika ibu sakit maka bayi akan tertular melalui ASI, ibu yang banyak minum susu akan

7 menghasilkan banyak ASI dan payudara kecil serta payudara dengan putting terbenam tidak dapat menyusui. Beberapa mitos di atas dapat mempengaruhi suksesnya pemberian ASI secara eksklusif di daerah tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebagai studi pendahuluan, tidak ada ibu yang memberikan ASI secara eksklusif kepada anaknya. Memang mereka menyusui bayinya namun mereka belum memahami konsep ASI Eksklusif dengan benar. Mereka menganggap bahwa ASI Eksklusif adalah menyusui bayi mereka sekaligus memberikan makanan pendamping lain ataupun susu formula sejak lahir. Ini adalah konsep yang salah tentang ASI Eksklusif dan dapat merugikan bayi. Dilihat dari Kartu Menuju Sehat (KMS) bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif di Dusun Ngaduman, memang menunjukkan kenaikan Berat Badan (BB) yang baik dan tidak berada di Bawah Garis Merah (BGM) namun cenderung lebih sering sakit jika dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI Eksklusif. Menurut bidan Desa Tajuk, 10% dari warga memeriksakan bayi mereka yang diare karena pemberian susu formula. Hal ini diakibatkan karena minimnya pengetahuan ibu tentang takaran susu yang tepat untuk bayi mereka serta karena alat yang digunakan untuk memberikan susu formula tersebut tidak higienis.

8 Melihat fenomena tersebut maka peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 1.2 Batasan Masalah Pemberian ASI dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan juga faktor pendorong. Faktor predisposisi mencakup pendidikan, pengetahuan, sikap dan persepsi. Faktor pendukung mencakup pendapatan keluarga dan ketersediaan waktu serta faktor pendorong mencakup sikap petugas kesehatan serta sikap orang tua. Di dalam penelitian ini, peneliti hanya akan melihat dari salah satu faktor predisposisi yaitu pengetahuan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

9 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu menyusui tentang ASI Eksklusif dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. 1.4.2 Tujuan khusus a. Mengidentifikasi pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. b. Menganalisis pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. I.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi masyarakat a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan ibu menyusui terhadap ASI dalam mencapai keberhasilan pemberian ASI Eksklusif b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat dalam upaya untuk mencapai program ASI Eksklusif

10 1.5.2 Bagi Institusi a. Untuk mengembangkan ilmu keperawatan komunitas, keperawatan maternitas dan keperawatan anak. b. Memberikan kontribusi kepada Pemerintahan Desa Tajuk Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dalam bentuk hasil analisa hubungan pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif sehingga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam rangka meningkatkan pemberian ASI Eksklusif di masyarakat.