Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek. Jalan Babar Sari 44 Yogyakarta *

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENATAAN PERABOTAN SECARA ERGONOMI BERDASARKAN POLA AKTIVITAS PENGGUNA RUANG

PENATAAN RUANGAN DI PERPUSTAKAAN UMUM KOTA SOLOK

Pola Perilaku Lansia Pada Ruang Dalam Panti Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram

BAB VI KESIMPULAN, PANDUAN DESAIN DAN SARAN. adalah perbandingan besaran ruang antara halte existing dan halte ergonomi:

Tinjauan tentang Ergonomi dan.(niken Dwi Pratiwi) 1

Evaluasi Kesesuaian Fungsi Ruang pada Ruang Baca Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya

DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2

Jurnal I D E A L O G, IDE DAN DIALOG INDONESIA Jurnal Desain Interior & Desain Produk Vol.1 No.3, September 2016 ISSN

Evaluasi Pasca Huni Studio Gambar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNLAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Perpustakaan sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri atau. Menurut (Sutarno 2003, 32), perpustakaan umum adalah:

BAB IV PROGRAMING. 4.1 Analisa Existing Asumsi Lokasi

Perancangan Small Private Space pada Ruang Interior Perpustakaan Universitas Kristen Petra

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT KUNJUNGAN SISWA SMP N 1 BATANG ANAI

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS

KAJIAN ANTROPOMETRI: EVALUASI DESAIN PERABOT RUANG BACA UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan

BAB V PENUTUP. masyarakat. Perancangan interior bertema Fragment of Spirit dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 43/2007 menyebutkan bahwa perpustakaan adalah

BAB V ANALISIS Pengantar

ABSTRAK. Kata Kunci: aksesibilitas, desain, ergonomi, lansia, ruang makan. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SARANA DAN PRASARANA RUANG PERPUSTAKAAN SEBAGAI ASPEK KEKUATAN DALAM MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. UPT Perpustakaan Universitas Islan Sultan Agung didirikan pada bulan

BAB 2 DATA AWAL PROYEK

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR. iv DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB II. KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

Karakteristik Spasial Area Masuk Utama pada Bangunan Stasiun (Studi Kasus: Stasiun-Stasiun di Wilayah Malang)

APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

REDESAIN INTERIOR PERPUSTAKAAN DAERAH DENGAN PENDEKATAN ETNIK RUMAH ADAT MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

PERAN FASILITAS PERPUSTAKAAN TERHADAP KINERJA PUSTAKAWAN DI BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

ABSTRAK. Pengguna kursi roda agar dapat merasa nyaman dan mandiri dalam melakukan aktivitas pada jalur dan ruang tunggu di rumah sakit.

Bab 1 : Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

EFEKTIVITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN DI KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KOTA PAYAKUMBUH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

TINJAUAN TERHADAP SARANA DAN PRASARANA SERTA TATA RUANG DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

BAB III: METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: anak, desain, furniture, ruang, sirkulasi. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

Tujuan penggunaan antropometri pemakai :

Tata Cahaya pada Ruang Baca Balai Perpustakaan Grhatama Pustaka Yogyakarta

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

Private Elemen Interior Layout ruang Model meja

PERANCANGAN INTERIOR QUEEN GRAPHIC HOUSE PADANG PANJANG SUMATERA BARAT. Amry Diza jade. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha


Taman Perpustakaan Cengkareng Arsitektur Hijau

PENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

KUESIONER PENELITIAN 1 RE-LAYOUT TATA RUANG PERPUSTAKAAN PADA KANTOR PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

PERANCANGAN ALAT PEMBUATAN KOTAK KARDUS YANG ERGONOMIS BERDASARKAN UKURAN ANTROPOMETRI

Penggunaan Konsep Barisan Fibonacci dalam Desain Interior dan Arsitektur

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dilihat dari segi pengumpulan data, penelitian ini dapat diartikan sebagai. Untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber diatas diperlukan tehnik

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN ULANG MEJA DAN KURSI KERJA KARYAWAN DI BAGIAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan sejumlah perangkat personalia, gedung, koleksi, serta anggarannya

Peranan Ibu Rumah Tangga Terhadap Terciptanya Ruang Publik Di Kawasan Padat Penduduk Pattingalloang Makassar

ANALISIS BESARAN SIRKULASI PRAMUSAJI DAN PENGUNJUNG PADA AREA MAKAN KANTIN FSRD

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

PROPOSAL 1. Latar Belakang Penelitian

REDESAIN INTERIOR KANTOR PT DIGINET MEDIA YOGYAKARTA

BAB III STUDI LAPANGAN

2. Bagi keluarga pasien dan pegunjung Tenang dan percaya akan kemampuan rumah sakit dalam menangani pasien yang menyatakan tersirat dalam interiornya.

Keywords: Accessible Design, circulation, public spaces, wheelchair users

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Transkripsi:

EVALUASI PENATAAN PERABOTAN SECARA ERGONOMI BERDASARKAN POLA AKTIVITAS PENGGUNA RUANG (Studi Kasus : Ruang Baca Dewasa Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah) David Ricardo 1*, Dimas Kharisma 2 12 Jurusan Magister Arsitektur, Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Jalan Babar Sari 44 Yogyakarta * david.nangas@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi penataan perabotan secara ergonomi. Pentingnya perpustakaan sebagai suatu tempat sumber dari pengetahuan tentunya perlu suatu kondisi yang nyaman untuk memfasilitasi kegiatan didalamnya baik diperuntukan untuk pegawai perpustakaan maupun pengunjung yang menggunakan ruangan tersebut. Ruang baca dewasa merupakan ruangan yang paling banyak diakses pada Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah dengan tingkat kenyamanan berdasarkan penataan perabotan akan menjadi faktor yang menentukan penting. Penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara dan studi literatur yang kemudian dianalisis sehingga mendapat suatu perbandingan antara penataan yang ada dengan standar penataan perabotan yang ergonomis berdasarkan pola aktivitas yaitu aktivitas karyawan dan pengunjung. Hasil akhir dari penelitian ini adalah adanya rekomendasi penataan perabotan ruangan yang ergonomis sesuai dengan kondisi aktivitas didalamnya. Kata kunci: Perabotan Perpustakaan, Ergonomi Perpustakaan, Aktivitas Pada Ruang Perpustakaan ABSTRACT This research is one way to evaluate the ergonomic arrangement of the furniture. The importance of the library as a source of knowledge certainly needs a comfortable conditions to facilitate the activities in which both are intended for library employees and visitors who use the room. Adult reading room is a room that is most accessible in Central Kalimantan Regional Library comfort level based on the arrangement of the furniture will be an important determining factor. This study uses observation and interviews and literature studies are then analyzed to get a comparison between the existing arrangement with the arrangement of furniture ergonomic standards based on the pattern of activity that the activities of employees and visitors. The end result of this research is the recommendation ergonomic room furniture arrangement in accordance with the conditions there in activity. Keywords : Library furniture, Ergonomics Library, Library Activities In Space PENDAHULUAN Perpustakaan secara umum adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai. Perpustakaan yang lebih dikenal pada umumnya sebagai ruang sirkulasi (kegiatan pinjam meminjam buku atau koleksi) maupun sebagai ruang referensi bagi pemustaka dalam mencari koleksi maupun informasi. Pada perkembangannya perpustakaan merupakan suatu lembaga penyedia jasa informasi yang sebagian besar bertujuan tidak untuk mencari keuntungan. Oleh karena hal tersebut membuat perpustakaan mengabaikan kualitas layanan kepada pemakai dan tidak menjadikan itu sebagai prioritas utama. Banyak aspek tidak diperhatikan dalam tingkat kenyamanannya, sehingga hendaknya perpustakaan yang ideal adalah perpustakaan yang menjadi tempat yang nyaman dan sehat serta diharapkan mampu menarik minat masyarakat untuk melakukan 1

kegiatan didalamnya. Perpustakaan yang ada diindonesia bermacam-macam jenisnya antara lain perpustakaan yang dimiliki oleh pihak pemerintah dan swasta. Perpustakaan dari pihak pemerintah merupakan perpustakaan yang memang diperuntukkan untuk setiap warga masyarakat untuk dapat memanfaaatkan fasilitas didalamnya. Salah satu perpustakaan yang aktif yang ada di Indonesia adalah Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah. Perpustakaan ini terdiri dari berbagai macam ruangan yang dipergunakan. Menurut data total jumlah keseluruhan anggota perpustakaan yang terdaftar adalah sebanyak 3.059 orang dengan pengunjung terbanyak adalah mahasiswa yang tergolong dalam usia dewasa (Perpusnas RI, 2011). Berdasarkan hasil dari data tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi ruang yang sering digunakan dan layak untuk diteliti lebih lanjut yaitu ruangan yang berhubungan dengan tingkat usia dewasa yaitu ruang baca khusus untuk usia dewasa. Perpustakaan yang nyaman identik menuju perpustakaan yang ergonomis. Pengertian ergonomis adalah upaya menciptakan situasi yang nyaman sekaligus sehat bagi para pengguna ruang. Terdapat berbagai jenis aktivitas yang ada pada ruangan tersebut. Begitu juga dengan jenis perabotan yang digunakan tentunya harus nyaman dan sesuai dengan standar ergonomi. Untuk mengetahui keterkaitan dari aktivitas dan jenis perabot yang bermacam-macam maka perlu diadakan studi lebih lanjut tentang hal tersebut. Landasan teori yang pertama dipergunakan adalah tentang prinsip penataan ruangan perpustakaan. Ada 10 (sepuluh) prinsip yang dapat digunakan untuk penataan ruangan perpustakaan antara lain (Anugrah & Ardoni, 2013) : a) Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruangan terpisah atau di tempat yang aman dari gangguan, hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan. b) Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis. Tujuannya agar lebih mudah dicapai, misalnya bagian sirkulasi. Apabila pelayanan kurang memuaskan akan mengakibatkan semakin sedikit jumlah pengunjung, tetapi sebaliknya apabila pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah. c) Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi, rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar segala kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit. Pemustaka juga akan lebih leluasa melakukan kegiatannya di perpustakaan karena ruangannya tidak sempit. d) Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak lebar. Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan. Selain itu juga bertujuan agar ruangan tidak terlihat sempit yang akan membuat pustakawan dan pemustaka merasa tidak nyaman. e) Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan. Hal ini bertujuan agar pustakawan tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berpindah-pindah ruangan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pemustaka juga tidak perlu bingung apabila ada yang perlu diurus dengan pustakawan. f) Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakan seperti pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan. g) Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unit/ruangan hendaknya duduk menghadap ke arah yang sama dan pimpinan duduk di belakang. Situasi ini akan lebih menciptakan komunikasi yang lancar antarpetugas. h) Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dari garis lurus. Hal ini bertujuan agar tidak adanya keraguan ataupun kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan. Misalnya dalam proses pengolahan bahan pustaka dan proses penyelesaian fisik bahan pustaka seperti penyampulan buku. i) Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta situasi jenuh bagi 2

pustakawan maupun pemustaka. Selain itu juga akan membuat ruangan perpustakaan akan terlihat lebih indah dan menarik. j) Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan bencana alam. Bisa juga dibuat jalan keluar alternatif apabila terjadi kejadian yang tidak terduga. Hal ini bertujuan agar lebih mudah menyelamatkan diri apabila terjadi bencana yang tidak terduga. Landasan teori kedua adalah pembagian area ruang berdasarkan aktivitas pada ruang baca (Perpusnas RI, 2011). Ada beberapa pembagian ruang baca berdasarkan aktivitas yang ada antara lain : a) Area membaca individu Area membaca individu ditujukan untuk pembaca serius yang memang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau menggunakan koleksi perpustakaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Area ini dilengkapi dengan perabot meja dan kursi yang tersusun untuk mendukung kegiatan membaca secara individu. b) Area membaca berkelompok Area membaca berkelompok memungkinkan pembaca juga melakukan diskusi, sehingga dapat disediakan perabot meja dan kursi untuk duduk saling berhadapan. c) Area membaca santai Area membaca santai disediakan untuk kegiatan membaca yang sematamata bertujuan untuk rekreasi dan kesenangan. Pada dasarnya selain menggunakan meja dan kursi yang tersedia, pengguna perpustakaan dapat membaca di mana pun dalam area perpustakaan. Untuk itu dapat disediakan ruang-ruang kosong di antara area koleksi yang memungkinkan pengguna membaca dengan santai di lantai. Untuk mendukung kenyamanan dapat disediakan sofa, karpet serta bantal-bantal atau beanbag tempat pengguna dapat bersantai saat membaca. Landasan teori ketiga adalah pola sirkulasi ruang. Ada dua hal yang pentig terkait dengan sirkulasi yaitu arah bukaan dan konfigurasi alur gerak (Ching, 2008). Pada teori ini memiliki banyak jenis pola ruang berdasarkan arah gerak dan pandangan yang dilakukan sebagai pengguna ruang. Jalur masuk juga diperhitungkan untuk memaksimalkan ruang yang ada. Terdapat beberapa konfigurasi antara lain : linear, radial, grid, networking, dan spiral. Gambar 1. Pola Sirkulasi pada Ruang Landasan teori berikutnya tentang perabotan yang ergonomis yang sesuai dengan antropometri. Berikut adalah beberapa jenis perabotan sebagai sarana yang digunakan perpustakaan agar perpustakaan berfungsi secara optimal, antara lain : a) Rak Buku Menurut Swasty (2010), sebelum membuat rak buku perlu diketahui terlebih dahulu ukuran ideal rak buku serta ketinggian buku yang akan disimpan. Ada berbagai kemungkinan jenis buku yang dapat disimpan dalam rak buku, antara lain buku pengetahuan, atlas, novel, kamus dan sebagainya. Gambar 2. Standar Ukuran Rak Buku Ideal Gambar 3. Jarak Sirkulasi Rak Buku 3

b) Meja Baca & Kursi Baca Meja dan kursi baca sangat dibutuhkan oleh perpustakaan dengan pemilihan jenis disesuaikan dari luas ruangan perpustakaan. Jarak antara meja dan kursi perlu diperhatikan, pemilihan material meja dan kursi baca tersebut. Tinggi meja diupayakan seragam yaitu 70 cm sedangkan ukuran meja adalah 1 x 1,5 meter. Untuk kursi baca ketinggiannya adalah 45 cm (Perpusnas RI, 2006). Gambar 4. Penerapan Antropometri pada Meja Baca & Kursi Baca c) Meja Kerja & Kursi Kerja Meja dan kursi kerja tidak begitu banyak dibutuhkan oleh perpustakaan, namun demikian meja kerja ini sangat penting. Segala aktivitas perpustakaan dikendalikan dari meja kerja. Dalam pelaksanaan pemakaaian yang perlu diperhatikan adalah postur tubuh ketika bekerja, karena akan mempengaruhi kondisi tubuh. Gambar 5. Jarak Sirkulasi Meja Baca Gambar 6. Kursi Kerja yang Ergonomis d) Lemari katalog Banyaknya lemari katalog tergantung dari banyak judul-judul bahan pustaka yang menjadi koleksi perpustakaan. Setiap judul buku biasanya memerlukan 5-6 kartu katalog (Perpusnas RI, 2006). Dari berbagai paparan diatas ditemukan permasalahan yang perlu diselesaikan yaitu mengevaluasi penataan perabot yang ergonomi berdasarkan aktivitas pengguna ruang sehingga didapat kesesuaian dengan tingkat kenyamanan terlebih secara antropometri dan pengaturan sirkulasi pengguna. Sedangkan rencana pemecahan Sedangkan rencana pemecahan masalahnya adalah dengan mengidentifikasi kegiatan pelaku pada Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah yaitu kegiatan pengelola dan kegiatan pengunjung yang kemudian disesuaikan dengan kaidah tata ruang dan ergonomi sehingga memunculkan pola sirkulasi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penataan perabotan Perpustakaan Daerah Kalimantan Tengah sehingga sesuai dengan tatanan interior yang ergonomis. METODE Metode yang pertama kali dilakukan adalah metode obervasi lapangan untuk mendapatkan data primer. Observasi lapangan berfungsi untuk mendapatkan data berupa photo lokasi dan pola aktivitas pengguna. Waktu pelaksanaan observasi yaitu pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB yang merupakan aktivitas terpadat perpustakaan. Pada kegiatan observasi tentunya didapatkan zonning dan pemetaan aktivitas yang terjadi serta urutan aktivitas pengguna. Setelah observasi selesai langkah selanjutnya adalah metode wawancara untuk mengetahui tingkat kenyamanan ruang terhadap perabotan yang ada diruangan baca dewasa. Hal yang diwawancarai adalah berbagai hal yang berkaitan dengan antropometri tubuh manusia dan sirkulasi ruang. Setelah data obervasi dan wawancara didapatkan maka dicari data-data penunjang lain tentang standart perabotan perpustakaan, antropometri terhadap perabotan dan penataan perabotan yang tepat pada perpustakaan serta jurnal-jurnal penelitian yang sudah pernah dilakukan di tempat tersebut maupun bukubuku teori penunjang analisis. Data dan teori penunjang yang sudah terkumpul akan 4

dianalisis dengan metode kualitatif. Analisis yang dilakukan seperti data perabotan dan sirkulasi ruang yang akan dibandingkan secara antropometri dan standar ergonomi perabotan perpustakaan sehingga didapatkan keterkaitan terhadap aktivitas pengguna didalam ruangan baca dewasa. Setelah dianalisis akan muncul data-data perbedaan pada tiap aktivitas sebagai dasar evaluasi yang dibandingkan dengan pola ruang yang baik untuk dipergunakan. Hasil akhir yang didapatkan berupa rekomendasi pola pergerakan yang sudah disesuaikan secara ergonomi dengan pengaturan perabot ruangan dan juga saran yang berhubungan dengan perbaikan penataan perabotan maupun penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam. HASIL DAN PEMBAHASAN Ruangan yang akan dibahas adalah ruangan baca dewasa pada Perpustakaan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. Pada ruangan baca dewasa ini dilakukan pembahasan terlebih dahulu tentang existing yang terdapat dilapangan yang kemudian akan dianalisis dengan standar ergonomi dan antropometri terhadap aktivitas penggunanya. Pada existing ini ukuran perabotan yang digunakan sudah sesuai dengan standar antropometri tubuh manusia. Terdapat dua aktivitas yang terjadi diruangan ini antara lain aktivitas pengunjung dan aktivitas karyawan. Sedangkan untuk perabotan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu lemari, meja, dan kursi baik untuk pengunjung maupun karyawan. Sirkulasi masuk hanya melalui satu pintu utama dengan arah menuju sisi kiri dan kanan ruang. Gambar 7. Layout Ruang Baca Dewasa Gambar 8. Potongan 1 (Satu) Pada Ruang Baca Dewasa Gambar 9. Potongan 2 (Dua) Pada Ruang Baca Dewasa 5

Tabel 1. Jenis Perabot yang Terdapat pada Ruang Baca Dewasa NO JENIS PERABOT NO JENIS PERABOT 1 2 RAK 1 RAK 2 P = 193cm L = 34cm T = 175cm P = 290cm L = 60cm T = 179cm 3 4 RAK 3 LEMARI KATALOG 1 P = 204cm L = 40cm T = 108cm P = 95cm L = 45cm T = 109cm 5 6 LEMARI KATALOG 2 MEJA 1 P = 83cm L = 43cm T = 107cm P = 120cm L = 90cm T = 73cm 7 8 MEJA 2 MEJA 3 P = 150cm L = 75cm T = 74cm P = 98cm L = 66cm T = 74cm 9 10 KURSI 1 KURSI 2 P = 39cm L = 38cm T = 82cm P = 63cm L = 40cm T = 79cm 6

Pola sirkulasi karyawan berdasarkan aktivitas yang digunakan adalah networking dimana gabungan antara radial dan linear dengan sirkulasi yang menerus kesetiap titik-titik temunya. Untuk pembagian zonningnya terbagi menjadi dua sisi yaitu sisi kiri dan kanan dimana pintu masuk tepat berada ditengah ruang. Pada pola sirkulasi ini membagi dua bagian antara sisi kiri lebih difungsikan untuk area membaca dan sisi kanan area untuk area rak buku. Hal tersebut terbentuk dikarenakan area masuk yang tepat berada ditengah ruangan. Terdapat dua gerakan karyawan secara terarah yang digunakan. Pertama-tama karyawan menuju ke area meja kerja. Meja kerja digunakan untuk mengawasi seluruh kegiatan yang ada. Kemudian menuju area katalog untuk mendata buku yang ada. Aktivitas berikutnya adalah menuju area baca untuk meletakkan kembali buku yang sudah dibaca ke rak buku koleksi. Aktivitas terakhir adalah merapikan buku yang ada pada area rak buku koleksi dan setelah itu kembali lagi ke area meja kerja. Gambar 10. Analisis Pola Sirkulasi Berdasarkan Aktivitas Karyawan (Sumber : Peneliti, 2015) Pola aktivitas pengelola secara umum dapat dilihat pada gambar 11. Dalam aktivitas ini pengelola menghabiskan waktunya dengan bermacam-macam kegiatan. Aktivitas utama adalah aktivitas dimeja kerja yaitu mendata buku berbagai jenis buku maupun memeriksa buku yang keluar maupun masuk pada ruang baca dewasa. Gambar 11. Pola Aktivitas Karyawan Sedangkan pembagian aktivitas pengunjung juga memiliki kesamaan yaitu dengan sistem networking dan dengan pembagian dua sisi. Pola sirkulasi adalah dimulai dengan pengunjung masuk lewat satu pintu utama menuju daftar tamu kemudian dilanjutkan dengan mencari katalog buku yang akan dibaca atau dipinjam. Setelah itu pengunjung menuju rak buku koleksi perpustakaan dan kembali ketempat duduk. Atau dapat juga pengunjung duduk terlebih dahulu sebelum menuju rak buku koleksi perpustakaan. Dan aktivitas terakhir adalah menuju meja karyawan untuk memimjam buku. Gambar 12. Analisis Pola Sirkulasi Berdasarkan Aktivitas Pengunjung Pola aktivitas pengunjung secara umum dapat dilihat pada gambar 13. Aktivitas utama adalah area duduk dan area koleksi buku. Sedangkan kuantitas terbanyak dalam aktivitas pengunjung adalah area baca. Untuk area koleksi digunakan secara temporer (dalam waktu tertentu) yang sedikit berbeda dengan area baca yang digunakan dalam jangka waktu yang lama. Gambar 13. Pola Aktivitas Pengunjung Rekomendasi yang dilakukan adalah pembagian zonning area baca, area rak buku, dan area karyawan. Untuk pola sirkulasi menjadi satu arah untuk menghindari kesesakan dan sirkulasi yang bertabrakan. Sedangkan jarak antar rak buku, meja, dan area sirkulasi disesuaikan dengan standar ergonomi dan antropometri. 7

Gambar 15. Rekomendasi Sirkulasi Karyawan & Pengunjung yang Ergonomis Keterangan : A. Rak Buku 1 B. Rak Buku 2 C. Rak Buku 3 D. Meja 1 E. Meja 2 F. Meja 3 G. Lemari Katalog 1 H. Lemari Katalog 2 I. Kursi 1 J. Kursi 2 K. Gambar 14. Rekomendasi Zonning dan Penataan Perabot yang Ergonomis Keterangan : A. Pintu Masuk B. Titik Awal Kegiatan (Meja 2) C. Menuju Meja & Kursi Baca D. Menuju Rak Buku Sirkulasi Karyawan Keterangan : A. Pintu Masuk B. Titik Awal Kegiatan (Meja 3) C. Menuju Lemari Katalog 1 D. Menuju Lemari Katalog 2 E. Menuju Rak F. Menuju Meja & Kursi Baca G. Menuju Laporan Peminjaman Sirkulasi Pengunjung 8

Pada gambar 14 terlihat adanya perubahan tata perabotan yang dilakukan. Pola awal adalah perubahan pada posisi tempat duduk pengunjung dan tempat duduk karyawan. Tempat duduk pengunjung dibagi menjadi dua posisi yaitu posisi kiri dan posisi kanan pada tiap sisi ruangnya. Untuk posisi rak buku diletakkan ditengah dan menempel tepat disisi dinding belakang. Posisi ini adalah untuk membentuk alur yang segaris lurus dengan pola linear. Area katalog diletakkan diposisi samping pintu masuk. Sedangkan untuk ukuran perabot tidak terjadi perubahan dikarenakan sudah memenuhi standar ergonomis yang ada. Pada gambar 15 terdapat dua rekomendasi sirkulasi yang didapatkan. Ada sirkulasi aktivitas pengunjung dan sirkulasi aktivitas karyawan. Pola penataan ruangannya tidak berubah masih berdasarkan penataan rekomendasi yang sudah dievaluasi. Pola pertama adalah pola sirkulasi karyawan. Pola aktivitas yang dilakukan adalah terbagi menjadi tiga kegiatan utama. Kegiatan pertama adalah area meja kerja. Area meja kerja digunakan untuk mendata buku yang masuk maupun buku yang keluardan mengawasi kegiatan didalam ruangan terutama keamanan dari buku koleksi. Kegiatan kedua adalah kegiatan pada area baca pengunjung. Karyawan merapikan buku yang sudah dibaca kemudian dibawa kembali ke area koleksi. Buku koleksi yang sudah dikumpulkan diurutkan kembali sesuai dengan kode yang sudah tersedia pada perpustakaan. Dan kegiatan terakhir yaitu kegiatan menyusun buku kembali pada rak buku koleksi. Terdapat dua model rak buku yaitu rak berbentuk persegi panjang dengan pola aktivitas linear dan rak buku berbentuk melingkar dengan pola aktivitas melingkar. Pola aktivitas kedua adalah aktivitas pengunjung. Ada beberapa area yang ada pada aktivitas tersebut. Aktivitas pertama adalah aktivitas area meja tamu (buku tamu). Pada area ini pengunjung mengisi buku tamu sebelum melanjutkan ke aktivitas berikutnya. Aktivitas kedua untuk pengunjung adalah area katalog yaitu area untuk mencari buku yang akan dibaca maupun buku yang akan dipinjam. Setelah kegiatan itu dilakukan kegatan berikutnya adalah pengunjung mencari buku yang akan dibaca dan yang akan dipinjam. Kegiatan ini dilakukan pada area rak buku. Hal terpenting pada kegiatan di area rak buku ini adalah jarak antara pengunjung yang menggunakan jalur diantara rak buku yang tersedia sehingga tidak ada aktivitas yang terganggu antara pengunjung yang sedang mencri buku maupun pengunjung yang sekedar lewat pada area tersebut. Aktivitas terakhir adalah area meja baca. Area meja baca digunakan untuk membaca dan meletakkan buku bacaan yang sudah dibaca. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian ini didapat beberapa rekomendasi penataan ulang ruang baca dewasa antara lain : 1. Penataan ulang ruang dengan membagi zonning antara area baca, area rak buku area katalog, dan area peminjaman (meja karyawan). 2. Penataan ulang jarak antar rak buku dengan rak buku dan meja baca dengan meja baca sedangkan untuk ketinggian dan standar ukuran perabotan sudah sesuai dengan standar ergonomi dan antropometri. 3. Perubahan jalur sirkulasi dengan metode sirkulasi satu arah. Sedangkan saran dari penelitian ini adalah melakukan lebih dalam lagi penelitian sejenis sehingga dapat menghasilkan produk desain baik terhadap desain perabotan maupun desain ruang sesuai dengan pola aktivitas yang ergonomis. DAFTAR PUSTAKA Anugrah, Dexa & Ardoniz. 2013. Penataan Ruangan di Perpustakaan Umum Kota Solok. Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan, Vol. 1, No. 2: 1-8. Ching D.K, Francis. 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan. Jakarta: Erlangga. Neufert, Ernest. 2002. Data Arsitek Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Panero, Julius & Zelnik, Martin. 1979. Dimensi Manusia & Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan. 2006. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Katalog Dalam Terbitan. 2009. Pedoman Tata Ruang dan Perabot Perpustakaan 9

Umum. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 2011. Profil Perpustakaan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota Se- Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan. Suptandar, Pramudji. 1999. Disain Interior: Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Arsitektur. Jakarta: Djambatan. Swasty, Wirania. 2010. Merancang Rak Buku Kreatif. Jakarta: Griya Kreasi 10