JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA STATUS HIGIENE INDIVIDU DENGAN ANGKA KEJADIAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI SDN 03 PRINGAPUS, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths di SDN 03 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

PREVALENSI INFEKSI AMEBIASIS PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN PEKALONGAN, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, dan Soil Transmitted Helminths. ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

ABSTRAK PERBANDINGAN PREVALENSI INFEKSI CACING TULARAN TANAH DAN PERILAKU SISWA SD DI DATARAN TINGGI DAN SISWA SD DI DATARAN RENDAH

: AMAR HAZWAN B ZAINAL ARIFFIN

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

Derajat Infestasi Soil Transmitted Helminthes

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

RIAMA SANTRI SIANTURI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

KATA PENGANTAR. Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

KONTAMINASI TANAH OLEH SOIL TRANSMITTED HELMINTHS DI DUSUN II, DESA SIDOMULYO, KECAMATAN BINJAI, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA TAHUN 2010.

HUBUNGAN INFEKSI CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA SISWA PEREMPUAN SD SALSABILA KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN TAHUN 2014

: KANAGAVALLI VIJAYAKUMAR

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

HUBUNGAN ANTARA PARASITES LOAD SOIL TRANSMITTED HELMINTH DENGAN KADAR HEMOGLOBIN LAPORAN ILMIAH

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

HUBUNGAN HIGIENITAS PERSONAL SISWA DENGAN KEJADIAN KECACINGAN NEMATODE USUS

Pengaruh Promosi Kesehatan Terhadap Pengetahuan Siswa Kelas 4, 5 dan 6 dalam Upaya Pencegahan Kecacingan di SDN 2 Keteguhan Teluk Betung Barat

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

AGUSNAR /IKM

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HELMINTH INFECTION OF CHILDREN IN NGEMPLAK SENENG VILLAGE, KLATEN. Fitri Nadifah, Desto Arisandi, Nurlaili Farida Muhajir

Faktor risiko terjadinya kecacingan di SDN Tebing Tinggi di Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan Abstrak

ABSTRAK PREVALENSI ASKARIASIS DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI SEPTEMBER 2011

Infection risk of intestinal helminth on elementary school student in different ecosystem of Tanah Bumbu district in 2009

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

Key words: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, nails hygiene

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

murid SD 27 Olo Kota Padang

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

ABSTRAK. Antonius Wibowo, Pembimbing I : Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto Lana, dr

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN SOIL- TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN ANEMIA PADA ANAK- ANAK DI SDN BARENGAN, KECAMATAN TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASCARIASIS PADA MURID SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA ANAK SEKOLAH DASAR MI ASAS ISLAM KALIBENING, SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

UNIVERSITAS UDAYANA. GAMBARAN INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STHs) PADA PEKERJA INDUSTRI KERAJINAN GENTENG TRADISIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

Jurnal Riset Kesehatan. HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEJADIAN INFEKSI Soil Transmitted Helminths PADA PEMULUNG DI TPS JATIBARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN INFEKSI CACING USUS DI SD NEGERI 58 MANADO Chintya Derek*, Angela Kalesaran*, Grace Kandou*

IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS (Soil Transmitted Helmints) PADA ANAK DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PUUWATU

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

Prevalensi Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ittihadiyah Kecamatan Gandus Kota Palembang

INSIDENSI INFESTASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHES

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Prevalensi Soil Transmitted Helminth di 10 sekolah dasar Kecamatan Labuan Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit usus yaitu cacing dan protozoa. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

HUBUNGAN PERILAKU DAN HIGIENE SISWA SD NEGERI DENGAN INFEKSI KECACINGAN DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

PREVALENSI NEMATODA USUS GOLONGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHES (STH) PADA PETERNAK DI LINGKUNGAN GATEP KELURAHAN AMPENAN SELATAN

Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 7 / No. 2 / Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

TESIS ENDY JULIANTO NIM Oleh

PERILAKU MENCUCI TANGAN DAN KEJADIAN KECACINGAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM

Transkripsi:

PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai syarat kelulusan program strata-1 kedokteran umum WIDYA NUR FEBRIANI G2A007185 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN Disusun Oleh : Widya Nur Febriani G2A007185 Telah disetujui

PREVALENCE OF SOIL TRANSMITTED HELMINTH INFECTION TO STUDENTS OF MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH SIMBANG WETAN BUARAN KOTA PEKALONGAN Widya Nur Febriani 1, dr.hadi Wartomo,SU,Sp.Park 2 ABSTRACT Background: Prevalence of Soil Transmitted Helminthes (STH) infection among primary school students in Indonesia is still high because awareness in keeping hygiene is still low. Objective: This study was aimed to identifying the STH infections and factors that underlied its infections such as: personal hygienity, environment sanitation, social economics conditions and student s knowledge about STH to the prevalence STH infections at MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Method: This was an analytical descriptive study with cross sectional design. The subject of this study is student of MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Sixty eight students of them have fulfilled the inclusion criteria. Data were collected by interviewing via questionnaires for knowing their hygiene status and examination with direct method for detecting worm eggs on feces. Data were processed with SPSS 17,0 for Windows using descriptive analysis. Result: The results showed that 8,82% of sixty eight students were infected with STH type of Ascaris lumbricoides, 10,3% infected by Trichuris trichiura. From the questionnaires obtained that majority of students have good hygiene (91.2%), 89.7% have good environment sanitation and 72.1% have good knowledge about STH, majority of students have parents whose income per month at least Rp 1.000.000,- (72.1%). Conclusion: Commonly prevalence STH infection in student of MII Simbang Wetan Pekalongan is comparable to the general prevalence STH that 21% STH infection attacking children in elementary school age. Keyword: personal hygiene status, environment sanitation, social economic, knowledge of STH, prevalence of STH infection. 1 Student of Medical Faculty Diponegoro University 2 Lecture staff of Medical Parasitology Department, Medical Faculty Diponegoro University

PREVALENSI INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTH PADA MURID MADRASAH IBTIDAIYAH ISLAMIYAH DI DESA SIMBANG WETAN KECAMATAN BUARAN KOTA PEKALONGAN Widya Nur Febriani 1, dr. Hadi Wartomo,SU,Sp.Park 2 ABSTRAK Latar Belakang: Prevalensi infeksi STH pada murid sekolah dasar di Indonesia masih tinggi karena kesadaran dalam menjaga kebersihan masih rendah. Tujuan: mengidentifikasi jenis infeksi STH dan faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya infeksi STH seperti: higienitas perorangan, sanitasi lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan pengetahuan murid tentang STH. Metode: Penelitian ini berjenis analitik kualitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian ini adalah murid kelas 1 sampai dengan 6 MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Enam puluh delapan murid telah memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mewawancarai melalui kuesioner untuk mengetahui status higienitas perorangan, sanitasi lingkungan, kondisi sosial ekonomi, dan pengetahuan murid tentang STH. Pemeriksaan STH dilakukan dengan metode langsung untuk mendeteksi ada tidaknya telur cacing pada sampel tinja. Data diolah dengan SPSS 17,0 for Windows. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 8,82% dari enam puluh delapan murid terinfeksi STH jenis Ascaris lumbricoides, dan 10,3% murid terinfeksi Trichuris trichiura. Dari kuesioner diperoleh hasil bahwa mayoritas murid memiliki personal higiene yang baik (91,2%), 89,7% memiliki sanitasi lingkungan yang baik dan 72,1% memiliki pengetahuan yang baik tentang STH, mayoritas murid memiliki orang tua dengan penghasilan per bulan kurang dari Rp 1.000.000,- (72,1%). Kesimpulan: Secara umum prevalensi infeksi STH pada murid MII Simbang Wetan Pekalongan adalah sebanding dengan prevalensi kecacingan yang secara umum biasa terjadi bahwa 21% kecacingan menyerang anak usia Sekolah Dasar (SD). Kata kunci: status personal higiene, sanitasi lingkungan, sosial ekonomi, pengetahuan tentang STH, prevalensi infeksi STH. 1 Mahasiswa program pendidikan S-1 Kedokteran Umum FK UNDIP 2 Staf Pengajar Bagian Parasitologi Kedokteran FK UNDIP

PENDAHULUAN Dilaporkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), tercatat lebih dari satu miliar penduduk dunia menderita kecacingan, dan menular melalui tanah atau yang dikenal sebagai infeksi Soil Transmitted Helminths (STH). Indonesia sendiri termasuk negara dengan angka penderita kecacingan cukup tinggi. 1 Sekitar 60 persen dari 220 juta penduduk Indonesia menderita kecacingan. Dari angka prevalensi 60 persen tersebut 21 persen diantaranya menyerang anak usia Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata kandungan cacing per orang rata-rata enam ekor. 2,3 Ada 5 jenis cacing yang sering ditemukan dalam usus manusia (nematoda usus) yang sebagian besar ditularkan melalui tanah, yaitu: Ascaris lumbricoides (A.lumbricoides), Trichuris trichiura (T.trichiura), Necator americanus (N.americanus), Ancylostoma duodenale (A. duodenale) dan Strongiyloides stercoralis (S. stercoralis). Kelima spesies ini merupakan parasit cacing yang endemik di seluruh wilayah Indonesia. 4 Faktor yang menunjang berkembang serta tertularnya STH di Indonesia, antara lain karena iklim tropis yang lembab, higiene, dan sanitasi yang kurang baik, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi, tingkat pengetahuan yang rendah serta kebiasaan hidup yang kurang baik. 5 Berdasarkan pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti, beberapa faktor yang menunjang perkembangan penularan STH, tampak dimiliki oleh Desa Simbang Wetan Kecamatan Buaran Kota Pekalongan. Faktor-faktor tersebut diantaranya: 1) Tingkat pendapatan perkapita desa ini hanya mencapai Rp 7 juta per tahun. 2) Kepadatan penduduk di Desa Simbang Wetan mencapai 1.372,35 jiwa/km 2. 3) Rata-rata tingkat pendidikan adalah Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP). 4) Sebagian dari murid MI ini memiliki kebiasaan tidak mengenakan alas kaki, sementara halaman MI Islamiyah ini masih berupa tanah. 5) Pada bulan Januari ditemukan 13 orang murid yang tidak masuk kelas karena terkena diare. Dan 6) ditemukan 13 murid yang mengalami anemia dari 35 murid yang diamati. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui prevalensi infeksi STH pada Murid Madrasah Ibtidaiyah di Desa Simbang Wetan Buaran Kota Pekalongan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi penelitian murid MI Islamiyah Simbang Wetan Kecamatan Buaran Kota Pekalongan yang berjumlah 215 orang. Sampel adalah 68 murid MI Islamiyah yang bersedia menjadi responden dan dipilih secara acak proportional menurut jumlah murid per kelas. Data primer diperoleh dari pemeriksaan tinja dari murid oleh peneliti secara langsung di laboratorium Parasitologi FK Undip, hasil pengisian kuosioner oleh responden, dan hasil observasi fisik murid tentang higiene. Data sekunder berupa nama, jenis kelamin, usia, dan alamat murid yang diperoleh dari bagian Tata Usaha (TU) MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Penggolongan sampel menjadi 2 kategori baik dan buruk untuk variabel personal higiene dan sanitasi lingkungan, tahu dan tidak tahu untuk variabel pengetahuan murid tentang STH, serta pendapatan < Rp 1 juta/bulan dan > Rp 1 juta/bulan untuk kondisi sosial ekonomi. Data dianalisis dengan SPSS 17,0 for Windows untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel.

HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel penelitian Tabel 1. Karakteristik murid MII Simbang Wetan, Buaran Pekalongan kelas 1-6 Karakteristik Sampel % Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Kondisi sosial ekonomi (pendapatan/bln) < Rp 1.000.000,- > Rp 1.000.000,- Personal Hygiene Baik Buruk Sanitasi lingkungan Baik Buruk Pengetahuan STH Baik Buruk 37 31 49 19 62 6 61 7 49 19 54,4 45,6 72,1 27,9 91,2 8,8 89,7 10,3 72,1 27,9 Sampel laki-laki dan perempuan hampir sama. Kondisi personal hygiene, dan sanitasi lingkungan adalah baik masing-masing 91,2% dan 89,7%. Latar belakang sosial ekonomi didominasi oleh murid dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000,-. Pengetahuan murid tentang infeksi STH mayoritas baik (72,1%). Prevalensi Infeksi STH Jenis STH yang ditemukan adalah A. lumbricoides dan T.trichiura. Tabel 2. Prevalensi infeksi STH pada murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Infeksi % A. lumbricoides T. trichiura 62 6 91,2 8,8 61 89,7 7 10,3 Tabel 2. memperlihatkan murid yang terinfeksi A.lumbcricoides maupun T.trichiura lebih kecil daripada murid yang tidak terinfeksi.

Tabel 3. Distribusi infeksi A.lumbricoides berdasarkan personal hygiene murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Personal hygiene Infeksi A.lumbricoides Baik 5 (7,4%) 57 (83,8%) 62 (91,2%) Buruk 1 (1,5%) 5 (7,4%) 6 (8,8%) 6 (8,8%) 62 (91,2%) 68 (100%) Tabel 3 menunjukkan prevalensi infeksi A.lumbricoides terjadi lebih tinggi pada murid dengan personal hygiene baik. Tabel 4. Distribusi infeksi T.trichiura berdasarkan personal hygiene murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Personal hygiene Infeksi T.trichiura Baik 5 (7,4%) 57 (83,8%) 62 (91,2%) Buruk 2 (2,9%) 4 (5,9%) 6 (8,8%) 7 (10,3%) 61 (89,7%) 68 (100%) Tabel 4 menunjukkan: infeksi T.trichiura pada murid dengan personal hygiene baik lebih tinggi daripada murid dengan personal hygiene buruk. Tabel 5. Distribusi infeksi A.lumbricoides berdasarkan sanitasi lingkungan murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Sanitasi Infeksi A.lumbricoides lingkungan Baik 6 (8,8%) 55 (80,9%) 61 (89,7%) Buruk 0 (0,0%) 7 (10,3%) 7 (10,3%) 6 (8,8%) 62 (91,2%) 68 (100%) Tabel 5 menunjukkan infeksi A.lumbricoides juga dapat terjadi pada sanitasi lingkungan yang baik. Tabel 6. Distribusi infeksi T.trichiura berdasarkan sanitasi lingkungan murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Sanitasi Infeksi T.trichiura lingkungan Baik 7 (10,3%) 54 (79,4%) 63 (92,6%) Buruk 0 (0%) 7 (10,3%) 5 (7,4%) 7 (10,3%) 61 (89,7%) 68 (100%) Tabel 6 menunjukkan infeksi T.trichiura terjadi pada murid dengan sanitasi lingkungan yang baik.

Tabel 7. Distribusi infeksi A.lumbricoides berdasarkan pengetahuan murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 tentang STH Pengetahuan Infeksi A.lumbricoides STH Tahu 3 (4,4%) 46 (67,6%) 49 (72,1%) Tidak tahu 3 (4,4%) 16 (23,5%) 19 (27,9%) 6 (8,8%) 62 (91,2%) 68 (100%) Tabel 7 menunjukkan prevalensi infeksi A.lumbricoides sama besarnya baik pada siswa yang tahu maupun yang tidak tahu tentang STH. Tabel 8. Distribusi infeksi T.trichiura berdasarkan pengetahuan murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 tentang STH Pengetahuan Infeksi T.trichiura STH Tahu 5 (7,4%) 44 (64,7%) 49 (72,1%) Tidak tahu 2 (2,9%) 17 (25,0%) 19 (27,9%) 7 (10,3%) 61 (89,7%) 68 (100%) Tabel 8. menunjukkan bahwa infeksi T.trichiura lebih banyak terjadi pada murid yang tahu tentang STH. Tabel 9. Distribusi infeksi A.lumbricoides berdasarkan kondisi sosial ekonomi murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 Pendapatan/bulan Infeksi A.lumbricoides < Rp 1 juta 4 (5,9%) 45 (66,2%) 49 (72,1%) > Rp 1 juta 2 (2,9%) 17 (25,0%) 19 (27,9%) 6 (8,8%) 62 (91,2%) 68 (100%) Tabel 9 menunjukkan prevalensi infeksi A.lumbricoides lebih banyak terjadi pada murid dengan tingkat pendapatan keluarga < Rp 1.000.000. Tabel 10. Distribusi infeksi T.trichiura berdasarkan tingkat pendapatan keluarga pada murid MII Simbang Wetan Kelas 1-6 tentang STH Infeksi T.trichiura Pendapatan/bulan < Rp 1 juta 5 (7,4%) 44 (64,7%) 49 (72,1%) > Rp 1 juta 2 (2,9%) 17 (25,0%) 19 (27,9%) 7 (10,3%) 61 (89,7%) 68 (100%) Tabel 10 menunjukkan prevalensi infeksi T.trichiura lebih banyak terjadi pada murid dengan tingkat pendapatan keluarga yang < Rp 1.000.000.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada 68 murid ditemukan 6 murid (8,82%) terinfeksi A.lumbricoides dan 7 murid (10,3%) terinfeksi T.trichiura. Angka prevalensi STH sebesar 19,11% ini sebanding dengan prevalensi kecacingan yang secara umum terjadi di Indonesia pada anak SD. 2 Anak usia 5-14 tahun termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi terkena infeksi cacing karena anak pada usia tersebut belum bisa menjaga kebersihan diri. 3 Penelitian ini menemukan prevalensi infeksi STH yang terjadi lebih banyak pada murid dengan kondisi personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan tingkat pengetahuan yang baik. Dimungkinkan ada faktor lain yang juga mempengaruhi infeksi STH pada anak usia SD, seperti: pengetahuan ibu, dukungan ibu, dan perilaku-perilaku kesehatan anak terkait dengan personal hygiene yang belum di-explore dalam penelitian ini seperti kebiasaan mengenakan alas kaki, juga kebiasaan jajan anak. Keterbatasan penelitian ini terletak pada subyektifitas murid dalam menjawab kuesioner penelitian. Disertai observasi atau pengamatan lapangan secara langsung ke objek yang diteliti, akan lebih memberikan hasil penelitian yang mendekati dengan teori-teori yang telah dikemukakan. KESIMPULAN Prevalensi infeksi STH pada murid MII Simbang Wetan Buaran Pekalongan kelas 1 sampai dengan 6 adalah sebesar 19,11%, yang masing-masing terbagi ke dalam 8,8 % terinfeksi oleh A.lumbricoides dan 10,3 % T.trichiura. Kondisi personal hygiene, sanitasi lingkungan dan tingkat pengetahuan murid

tentang STH sebagian besar tergolong baik, sedangkan untuk kondisi sosial ekonomi sebagian besar murid berasal dari keluarga dengan tingkat pendapatan < Rp 1.000.000,- / bulan. SARAN Terkait dengan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, saran yang dapat penulis kemukakan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan murid tentang STH. 2) Perlu senantiasa diajarkan perilaku hidup sehat pada anak, baik oleh orang tua maupun guru. 3) Melakukan pemilihan dan pengolahan makanan secara tepat. 4) Memberikan pemahaman kepada anak untuk tidak jajan di sembarang tempat. 5) Melakukan observasi kepada objek penelitian. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dan terima kasih kepada dr. Hardian sebagai koordinator Tim KTI 2011, dr. Hadi Wartomo, SU, Sp.ParK selaku pembimbing beserta seluruh Staf Bagian Parasitologi Kedokteran FK Undip, murid-murid MII Simbang Wetan, Orang tua dan keluarga besar, para sahabat dan teman serta semua pihak yang langsung maupun tidak langsung membantu untuk menyelesaikan penelitian Penulis

DAFTAR PUSTAKA 1. Sujudi A., 2002. Cacingan Turunkan Kualitas Masyarakat. Gemari No. 19/III/2002. Url: http://www.gemari.or.id/artikel/350.shtml 2. Sardjono T.W., 2008, 60 Persen Penduduk Indonesia Cacingan. Url: http://m.antaranews.com 3. Aditama, Y., 2010. Anak SD Masih Rawan Cacingan. http://www.depkominfo.go.id 4. Soedarto, 1991. Helmintologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 5. Natadisastra, D., Agoes, R., 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau Dari Organ Tubuh Yang Diserang. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 24