JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

dokumen-dokumen yang mirip
Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

Pusat Komunitas Tunarungu: Mata yang Mendengar

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Peningkatan Aktivitas Fisik dan Kesehatan dengan Penerapan Active Design Guidelines

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

BAGIAN 6 EVALUASI PERANCANGAN

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Desain Interior Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Elemen Arsitektur sebagai Perantara Komunikasi antar Manusia

Penerapan Tema Terhubung (kembali) dengan Alam sebagai Penyelesaian Desain pada Perancangan Islamic Center Pakem

MEDICAL SPA (DESTINATION SPA)

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-133

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. Perancangan Pusat Pemasaran Mebel di Kota Pasuruan ini menggunakan

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya


Bab IV Analisa Perancangan

Konsep Defamiliarisasi pada Desain Museum Tambang Pasir Sungai Brantas

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

ANALISA PELAT DAN BALOK MULTILAYER MENGGUNAKAN TEORI LAMINASI

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

Bangunan Portabel Sebagai Solusi Kebutuhan Hunian Temporer yang Layak Huni

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-320

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

Pemanfaatan Lahan Pasca Penambangan, Grasberg, Papua, Indonesia

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota di Indonesia tengah mengalami perkembangan populasi yang sangat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

2.8 Kajian dan konsep figuratif rancangan (penemuan bentuk dan ruang). 59 bagian 3 hasil Rancangan dan pembuktiannya Narasi dan Ilustrasi

TUGAS AKHIR. Bekasi Hospital and Medical Training Center. Dengan penekanan bangunan Green Building

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SANGGAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF DI YOGYAKARTA. Siwi Gita Kartika I

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Bab ini membahas dengan cara mengumpulkan dan menguraikan yang

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

PENERAPAN DESAIN INKLUSIF PADA PERANCANGAN SANGGAR PAUD INKLUSIF DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

Desain Interior Restoran pada Rest Area di Kabupaten Probolinggo Berkonsep Jawa Rustik dengan Sentuhan Ikon Khas Probolinggo

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Angka Beban Tanggungan Menurut Kelompok Usia

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SHOPPING CENTER DI YOGYAKARTA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. ruang tertentu. Untuk mempermudah dalam pem-bacaan informasi.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-192

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimasi Site Layout Menggunakan Multi-Objectives Function pada Proyek Pembangunan Transmart Rungkut Surabaya

Desain Interior Kantor Pelayanan Pajak Pratama Dengan Langgam Modern Bali

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-179 Penerapan Konsep Exchanging Experience untuk Menghapus Pelabelan terhadap Difabel Henni dan Nur Endah Nuffida Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: nuffida@arch.its.ac.id Abstrak Lebih dari satu milyar manusia di dunia hidup dengan keterbatasan fisik atau mental yang menghambatnya untuk beraktivitas, atau yang disebut dengan difabel. Difabel di Indonesia belum memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri, terbukti dengan rendahnya tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, dan partisipasi sosial difabel. Salah satu faktor penyebabnya adalah stigma yang berkembang di masyarakat yang cenderung meremehkan difabel. Respon secara arsitektural untuk menghapus pelabelan pada difabel adalah dengan menghadirkan arsitektur berkonsep pertukaran pengalaman (exchanging experience), khususnya pengalaman indra, antara difabel dan non-difabel. Permasalahan desain yang muncul adalah bagaimana penerapan konsep tersebut dalam arsitektur, baik pada program ruang, interior, fasad, hingga ruang luar. Untuk menghadirkan konsep tersebut digunakan metode Rationalist Approaches yang membutuhkan pengetahuan di bidang lain sebagai dasar, dalam hal ini terkait indra dan psikologi pengguna. Dengan metode tersebut, arsitektur yang hadir mengundang penggunanya lebih peka dalam mengeksplorasi indra. Elemen-elemen arsitektur seperti dinding, lantai, hingga ramp memberikan pengalaman pada indra manusia melalui pemilihan dan pengaplikasian material dengan karakteristik tertentu. I Kata Kunci difabel, exchanging experience, indra, museum. I. PENDAHULUAN NDONESIA berdasarkan Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2012, memiliki presentase difabel sebesar 2,45% [1]. Jumlah tersebut diprediksi akan terus meningkat mengingat penuaan populasi dan tingginya resiko terserang penyakit kronis seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit kejiwaan. Difabel di Indonesia, umumnya, memiliki tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, dan partisipasi sosial yang rendah. Berdasarkan data Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2012, sebesar 81,81% difabel Indonesia tidak bersekolah, tidak lulus SD, dan hanya lulusan SD (Gambar 2). Difabel juga rentan digolongkan dalam masyarakat miskin. Data yang dilansir Susenas menunjukkan semakin tinggi tingkat kepemilikan, semakin rendah jumlah difabel (Gambar 3). Salah satu yang faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah stigma yang berkembang di masyarakat mengenai difabel. Sebagai contoh, dalam hal pekerjaan terdapat anggapan bahwa produktivitas difabel lebih rendah dibanding non-difabel. Anggapan yang secara tidak sadar telah disepakati masyarakat tersebut dapat membatasi perkembangan difabel. Begitu juga dalam hal mengakses fasilitas publik. Difabel masih memerlukan bantuan orang lain karena banyaknya bangunan publik yang belum memberikan kesempatan difabel untuk mandiri. Jika hal ini terus berlanjut, hak difabel semakin terabaikan. Permasalahan tersebut direspon dengan disable the label yaitu upaya menghapus stigma yang berkembang di masyarakat melalui konsep pertukaran pengalaman (exchanging experience), khususnya pengalaman indra antara difabel dan non-difabel. Non-difabel menjadi lebih peka dalam mendayagunakan indra sehingga mendapat sudut pandang baru mengenai keadaan yang dialami difabel. Di sisi lain, difabel mendapat kesempatan untuk beraktivitas secara mandiri layaknya non-difabel. II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG Metode yang digunakan untuk menghadirkan konsep exchanging experience adalah Rationalist Approaches. Dalam pendekatan rasional, menurut Basics Design Methods karya Kari Jormakka, arsitektur membutuhkan adanya pengetahuan dasar di berbagai bidang di luar arsitektur [2]. Dasar yang rasional dan informasi spesifik tersebut kemudian diolah dan menghasilkan berbagai alternatif desain. Untuk menghadirkan konsep exchanging experience, ilmu yang berkaitan adalah arsitektur dan indra manusia, serta pendekatan psikologi dan karakteristik pengguna. Untuk menghadirkan pertukaran pengalaman indra, arsitektur harus dapat dialami oleh seluruh tubuh manusia, bukan hanya indra penglihatan. Menurut Pallasmaa (2005), suatu arsitektur dapat diingat mungkin karena keunikannya, namun alasan lain adalah karena arsitektur tersebut mempengaruhi tubuh dan indra manusia sehingga membangkitkan hubungan dengan pribadi manusia masingmasing [3]. Bagaimana material diaplikasikan sehingga dapat menyampaikan makna tertentu kepada manusia merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan. Menurut Peter Zumthor (1998) dalam Thinking Architecture, material dan cara menghadirkannya dalam arsitektur dapat menyampaikan makna tertentu [4]. Arsitektur dapat mempengaruhi perilaku penggunanya dengan empat cara (Calhoun, 1995), yaitu menghalangi perilaku, mengundang perilaku, membentuk kepribadian, serta mempengaruhi citra diri [5]. Agar

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-180 Gambar 1. Presentase difabel di Indonesia berdasarkan data Susenas (Sumber: Buletin Disabilitas Kementerian Kesehatan RI semester II, 2014 ) Gambar 5. Eksplorasi berdasarkan karakteristik tunarungu dan tunawicara (Sumber: data pribadi) Gambar 2. Tingkat pendidikan difabel usia 15 tahun di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 (Sumber: Buletin Disabilitas Kementerian Kesehatan RI semester II, 2014 ) Gambar 3. Presentase difabel usia 15 tahun di Indonesia berdasarkan indeks kepemilikan data Riskesdas tahun 2013 (Sumber: Buletin Disabilitas Kementerian Kesehatan RI semester II, 2014 ) Gambar 6. Eksplorasi untuk indra pendengaran berdasarkan karakteristik dan koefisien penyerapan suara material (Sumber: data pribadi) Gambar 4. Proses rancang dan eksplorasi berdasarkan karakteristik difabel dan material (Sumber: data pibadi) Gambar 7. Eksplorasi pengalaman bagi indra penglihatan (Sumber: data pribadi)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-181 Gambar 8. Area seni instalasi visual: area permainan bayangan, optical illusion, optical illusion cermin (Sumber: data pribadi) Gambar 12. Material dinding, lantai, dan plafon dengan koefisien penyerapan suara yang berbeda sepanjang jalur ramp (Sumber: data pribadi) Gambar 13. Ilustrasi interior ramp dengan material dinding, lantai, dan plafon yang berbeda (Sumber: data pribadi) Gambar 9. Ilustrasi anechoic chamber (Sumber: data pribadi) Gambar 10. Ilustrasi fasad bangunan yang dapat dinikmati oleh indra penglihatan dan indra peraba (Sumber: data pribadi) Gambar 14. Tekstur dan temperatur material pelapis dinding yang berbeda sepanjang jalur ramp (Sumber: data pribadi) Gambar 11. Ilustrasi konsep exchanging experience pada jalur sirkulasi area komersil (Sumber: data pribadi) Gambar 15. Penyelesaian elemen outdoor dengan konsep exchanging experience (Sumber: data pribadi)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-182 pertukaran pengalaman indra dapat terlaksana, perlu diperhatikan psikologi difabel dan non-difabel. Data-data mengenai material, serta karakteristik dan kebutuhan pengguna menjadi dasar eksplorasi perancangan. Untuk menerapkan konsep exchanging experience pada jalur sirkulasi area komersil digunakan dasar dimensi dan jangkauan difabel (khususnya pengguna kursi roda dan tongkat/kruk). Karakteristik pengguna yaitu tunanetra yang mengandalkan indra peraba juga dipertimbangkan. Eksplorasi terhadap data-data tersebut adalah jalur sirkulasi dengan lebar yang sesuai untuk dilalui dua pengguna kursi roda serta dinding display yang dirancang dengan material berbeda-beda yang dapat diraba untuk mengenali identitas tiap toko (Gambar 4). Karakteristik difabel dan indra manusia menjadi dasar eksplorasi yang menghasilkan program ruang. Tunarungu dan tunawicara memiliki hambatan dalam berkomunikasi. Agar non-difabel dapat memahami seperti apa pengalaman tersebut, muncul konsep ruang anechoic chamber, yaitu ruang yang sangat senyap tanpa pantulan suara (Gambar 5,6). Pengalaman yang ingin dihadirkan untuk indra lainnya juga mempengaruhi eksplorasi ruang-ruang yang dirancang. Ilusi optikal, gesthalt, cermin dan pantulannya, dan permainan bayangan adalah aspek-aspek yang memberikan pengalaman bagi indra penglihatan yang dieksplorasi untuk diterapkan dalam ruang-ruang tertentu (Gambar 7). I. HASIL RANCANGAN Konsep exchanging experience dapat diterapkan pada perancangan program ruang, interior, hingga fasad dan area outdoor. Penerapan konsep exchanging experience pada program ruang berdampak pada munculnya ruang-ruang yang dikhususkan sebagai area pertukaran pengalaman indra (Gambar 8). Lantai, dinding, plafon, serta sistem struktural (kolom-balok) dirancang untuk menghadirkan efek ilusi menipu mata pengalaman bagi indra penglihatan. Ruang lainnya merupakan hasil eksplorasi karakteristik difabel (tunarungu dan tunawicara) adalah anechoic chamber. Anechoic chamber yang sangat senyap membuat orang tidak dapat mendengar suara apapun termasuk suara yang ia katakan sendiri (Gambar 9). Dengan adanya ruang tersebut diharapkan non-difabel dapat merasakan seperti apa kesulitan dalam berkomunikasi sehingga memiliki sudut pandang baru mengenai tunarungu dan tunawicara. Konsep exchanging experience dapat dihadirkan melalui pengolahan fasad bangunan. Fasad bangunan tidak hanya dapat dinikmati secara visual oleh indra penglihatan, namun memberikan pengalaman bagi indra peraba (Gambar 10). Tunanetra dapat merasakan fasad bangunan dengan rabaan. Tekstur kasar atau lembut serta tempertatur material dapat memberikan kesan pada tunanetra. Non-difabel dan difabel (selain tunanetra) dapat menikmati fasad bangunan secara visual juga ikut merasakan dengan indra peraba. Koridor dan sistem transportasi pada bangunan seperti tangga dan ramp dapat mengundang pertukaran pengalaman indra. Jalur sirkulasi area komersil dirancang dengan lebar yang sesuai bagi dua pengguna kursi roda. Berbeda dengan umumnya, dinding display toko dilapisi material yang bebeda-beda sebagai identitas tiap toko (Gambar 11). Konsep ini dapat memberi kesempatan tunanetra untuk beraktivitas dengan mandiri sekaligus memberi pengalaman bagi indra peraba non-difabel. Terdapat artificial lighting sepanjang jalur sirkulasi sebagai penuntun difabel, khususnya tunanetra. Ramp juga dapat menjadi wadah pertukaran pengalaman indra. Pemilihan material dinding, lantai, dan plafon dengan koefisien penyerapan suara yang berbeda-beda memberikan pengalaman bagi indra pendengaran (Gambar 12,13). Nondifabel dapat lebih peka dalam merasakan perbedaan pantulan suara di tiap titik. Pemilihan material, khususnya material pelapis dinding, dengan tekstur yang beragam memberikan pengalaman bagi indra peraba (Gambar 14). Bila non-difabel dapat merasakan seperti apa memiliki indra yang lebih peka, difabel mendapat kesempatan bereksplorasi secara mandiri dengan panduan indra pendengaran dan peraba tersebut. Elemen outdoor dapat diolah sehingga menginisiasi pertukaran pengalaman indra pengguna. Sepanjang jalur sirkulasi ruang luar, terdapat beberapa jenis tanaman (Gambar 15). Aroma tanaman yang berbeda-beda dapat dieksplorasi indra penciuman non-difabel, serta membantu difabel mengenali area-area tertentu. Konsep exchanging experience juga dapat diaplikasikan dengan pemilihan material lantai outdoor yang berbeda-beda di tiap area. II. KESIMPULAN/RINGKASAN Konsep pertukaran pengalaman indra (exchanging experience) dapat diwujudkan dengan memahami karakteristik pengguna. Eksplorasi material dan cara pengaplikasiannya pada elemen arsitektur (dinding, lantai, plafon) juga berperan penting dalam mewujudkan pengalaman indra bagi pengguna. Konsep exchanging experience dapat diterapkan pada perancangan program ruang, interior, hingga fasad dan ruang luar. Hasil penerapan konsep tersebut pada interior dan fasad terlihat melalui penggunaan material yang berbeda-beda sesuai kesan yang ingin dihadirkan pada pengguna. Untuk memberikan pengalaman pada indra peraba, material yang dipilih memiliki tekstur serta koefisien penyerapan panas yang berbeda-beda. Sedangkan material dengan koefisien penyerapan suara yang berbeda dapat diterapkan untuk menghadirkan kesan pada indra pendengaran. III. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ruang Baca Jurusan Arsitektur ITS yang telah menyediakan referensi yang digunakan dalam penyusunan jurnal ini.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-183 DAFTAR PUSTAKA [1] Buletin Disabilitas Kementerian Kesehatan RI semester II, 2014 6-14 [2] Jormakka, Kari. (2008), Basics Design Method [3] Pallasmaa, Juhani. (2005), The Eyes of The Skin, John Wiley & Sons, UK 41-46 [4] Zumthor, Peter. (1998), Thinking Architecture, Birkhauser, Germany 8-10 [5] (Online)http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/arsitektur_psikologi_d an_masyarakat/bab1_arsitekture_dan_psikologi.pdf