Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

STRATEGI SANITASI KOTA. 1.1 Latar Belakang

KOTA TANGERANG SELATAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I : Pendahuluan I Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG. Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN I - 1

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

KOTA TANGERANG SELATAN

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Bab I : Pendahuluan Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Di dalam Penyusunan Buku Putih Sanitasi terdiri dari 5 Proses : Proses 1 : Internalisasi dan Penyamaan Persepsi (output Bab I) Proses 2 : Penyiapan Pr

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Kebijakan Nasional Pengentasan Permukiman Kumuh. Direktorat Perkotaan, Perumahan, dan Permukiman, Kementerian PPN/Bappenas Manado, 19 September 2016

Buku Strategi Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan 1

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

I Pendahuluan

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

LATAR BELAKANG. roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMILIHAN DUTA SANITASI DI SELA LOKAKARYA KONSULTASI PUBLIK SSK KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lampiran LEMBAR KESEPAKATAN PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, daerah kumuh dan akhirnya pada masalah kesehatan lingkungan. Sanitasi lingkungan pada gilirannya akan menentukan taraf produktivitas penduduk. Situasi ini memberikan tantangan signifikan dimana Pemerintah Daerah masih dihadapkan pada persoalan belum tertanganinya tingkat kemiskinan dan masalah lain. Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok No Target Sanitasi RPJMN Stop BABS pada akhir tahun 2014, perluasan layanan air limbah meningkat dari 20% di 16 kota. Tersedianya akses terhadap system pengolahan offside bagi 10% total penduduk, baik melalui system skala kota 5% dan skala komunak 5% serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas terhadap system air limbah setempat yang layak bagi 90% total penduduk. Target Sanitasi RPJMD Provinsi Jawa Barat Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72% Target Sanitasi RPJMD Kota Depok Tersedianya akses terhadap Cakupan pelayanan pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di wilayah persampahan perkotaan pada tahun 2013 sebesar 65-70% perkotaan. Menurunkan luas genangan

sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan. Kondisi sanitasi kota sekarang ini dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan suatu kota atau bahkan suatu negara. Kondisi sanitasi merupakan cerminan keperdulian pemerintah terhadap rakyatnya, karena sanitasi yang buruk ditengarai menyebabkan 120 juta kejadian penyakit dan 50.000 kematian anak setiap tahunnya. Dampak ekonomi akibat sanitasi yang buruk di perkotaan bisa mencapai lebih dari 29 triliun Rupiah setiap tahunnya. Untuk itulah diadakan program Pembangunan Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), PPSP merupakan program yang akan menjadi titik awal pembangunan sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) dengan mempromosikan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Buku sebagai suatu terobosan dalam membenahi kondisi sarana sanitasi kota di Indonesia. Tabel 1.2 Perbandingan Indikator Pembangunan Kota Depok dan Nasional No Indikator Kota Depok Nasional 1 IPM 78,90 71,2 2 Indeks Pendidikan 92,2 3 Indeks Kesehatan 69 4 Indeks Daya Beli 648,58 - Depok sebagai salah satu kota besar yang terdapat pada wilayah ibukota tentunya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap kesehatan masyarakatnya yang pada saat ini berjumlah 1.736.565 jiwa (BPS, 2010). Dengan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi tentunya depok merupakan salah satu kota yang menjanjikan, namun pada saat yang bersamaan juga terancam. Hal ini ditandai dengan pemekaran yang terjadi pada akhir tahun 2009. Kota Depok melakukan pemekaran wilayah kecamatan yang semula 6 kecamatan menjadi 11 kecamatan. Adapun pemekaran ini dituangkan dalam Perda Kota depok No. 8 Tahun 2007 dengan implementasi mulai dilaksanakan tahun 2009. Kota Depok memiliki 11 kecamatan, 63 kelurahan, 871 Rukun warga (RW) dan 4856 Rukun Tetangga (RT). Dimana secara fisik depok adalah daerah resapan air selain itu juga menjadi perluasan sektor bisnis, industri dan permukiman dari ibukota Jakarta. Kota Depok berkomitmen ikut serta dalam program PPSP dan dengan serius membenahi kondisi sarana sanitasi kota. Keseriusan tersebut antara lain ditunjukan dengan dekeluarkannya Keputusan

Walikota Depok No 821.29/232/Kpts/Bapp/Huk/2011 tertanggal 26 april 2011, tentang pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) sanitasi Kota Depok. Pokja melibatkan berbagai elemen masyarakat, dimana terdapat unsure Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemerintah daerah, unsure PKK dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di Kota Depok yang bersinergi dengan lembaga kemasyarakatan, unsur swasta dan masyarakat secara keseluruhan. Stategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kota Depok dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi pokja penyusunan strategi sanitasi kota, dengan tujuan agar strategi sanitasi tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan dengan memperhatikan empat ciri pendekatan yang dikembangkan, yaitu: a) dilakukan oleh Pokja Sanitasi Kota sendiri secara terintegrasi; b) skala kota; c) top-down meets bottom-up; dan d) didasarkan bukti material (evidence-based). 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan dokumen SSK ini adalah tersusunya dokumen perencanaan strategis sanitasi Kota Depok yang dapat dijadikan rujukan perencanaan pembangunan sanitasi Kota Depok dalam jangka menengah. Tujuan dari penyusunan dokumen SSK ini adalah sebagai rencana pembangunan 5 tahunan bidang/sektor sanitasi dan dijadikan sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Secara khusus tujuan ini dapat dijabarkan menjadi : 1. SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Depok selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. 2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. 3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kota Depok. 1.3 Peraturan Perundangan Peraturan perundangan yang dipakai sebagai dasar hukum dalam penyusunan strategi sanitasi kota ini adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Dalam UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (selanjutnya disingkat SDA) disebutkan bahwa penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat. Hak guna air (berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan sebagian atau seluruhnya. 2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 12 tahun 2008 mengenai Revisi UU No. 32 tahun 2004; 4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 5. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Peraturan ini menjelaskan bahwa penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, maka dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang. 6. Undang-undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah; Sampah yang dikelola berdasarkan Undang-Undang ini terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib memiliki izin dari Kepala Daerah sesuai dengan kewenangannya. Bupati/Walikota dapat menerapkan sanksi administratif kepada pengelola sampah yang melanggar ketentuan persyaratan yang ditetapkan dalam perizinan. 7. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Sehubungan dengan kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ini meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. 8. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Sedangkan untuk kumpulan peraturan pemerintah terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan sektor sanitasi, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 5. Peraturan Pemerintah Indonesia No 41 tahun 2007 mengenai Organisasi Perangkat Daerah. 1.4 Metode Penyusunan Penyusunan strategi sanitasi Kota Depok ini dilaksananakan secara partisipatif dan terintegrasi melalui berbagai diskusi secara rutin, lokakarya dan pembekalan baik yang dilakukan oleh Tim Pokja sendiri maupun dukungan fasilitasi CF/PF dan KMW II. Penyusunannya buku putih ini dikerjakan secara bersama sama oleh tim Pokja agar menghasilkan SSK yang dapat diimplementasikan dengan baik oleh seluruh stakeholder Kota Depok. Metode yang digunakan dalam penyusunan SSK ini menggunakan beberapa pendekatan dan alat bantu secara bertahap untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang lengkap. Penyusunan SSK ini terdiri dari tahapan-tahapan berikut ini: 1. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan kedalam visi, misi sanitasi Kota Depok, dan tujuan serta sasaran pembangunan sanitasi Kota Depok. Dalam perumusan bagian ini tetap mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan dokumen perencanaan lainnya yang ada di Kota Depok. 2. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diinginkan. Analisis kesenjangan digunakan untuk mendeskripsikan issue strategis dan kendala yang mungkin akan dihadapi dalam mencapai tujuan.

Adapun sumber data yang dibutuhkan dalam menyusun SSK Kota Depok adalah: 1. Hasil penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi Kota Depok saat ini berdasarkan data yang tergambar dalam Buku Putih Sanitasi Kota Depok. Pada tahap ini Tim Pokja mengkaji kembali Buku Putih Sanitasi Kota depok untuk memastikan kondisi yang ada saat ini khususnya kondisi yang tidak diinginkan atau permasalahan-permasalahan yang ada dalam pengelolaan sanitasi Kota Depok. 2. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing dinas/badan/kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistic, proposal, laporan, foto dan peta. 3. Data lainnya yang dibutuhkan, seperti : Data Demografi, Data Sosial Ekonomi, Data Institusi/Kelembagaan dan Data Tata Ruang. Metode dalam penyusunan SSK adalah sebagai berikut : 1. Studi literatur dilakukan terhadap Buku Putih Sanitasi Kota Depok, untuk menemukan akar permasalahan sanitasi Kota Depok. 2. Focus Group Discusion(FGD) dengan semua OPD terkait dengan masalah sanitasi untuk merumuskan strategi, kebijakan, serta program yang dapat diterapkan di Kota Depok. 3. Konsultasi dengan Tim Ahli dari KMW untuk penjaminan kualitas dari dokumen SSK. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Strategi Sanitasi Kota Depok ini terdiri dari 6 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, metode yang digunakan dalam penyusunan, peraturan perundangan yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan.

BAB II KERANGKA KERJA SEKTOR SANITASI KOTA DEPOK Berisikan gambaran umum sanitasi kota, visi dan misi sanitasi kota, kebijakan umum dan strategi sector sanitasi selama 5 tahun ke depan dan sasaran umum serta arahan tahapan pencapaian. BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA DEPOK Berisikan aspek kemungkinan dan keberlanjutan (enabling and sustainability aspect), sub sector dan aspek utama dalam pembangunan sanitasi. BAB IV STRATEGI SEKTOR SANITASI KOTA DEPOK Berisikan gambaran umum sanitasi kota, visi dan misi sanitasi kota, kebijakan umum dan strategi sector sanitasi selama 5 tahun ke depan dan sasaran umum serta arahan tahapan pencapaian. BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN SANITASI KOTA DEPOK Berisikan sasaran dan arahan pentahapan pencapaian, strategi sector dan aspek utama, dan aspek kemungkinan keberlanjutan BAB VI STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Memuat gambaran umum struktur monitoring dan evaluasi sanitasi, pengembangan/penyusunan indicator input-output dan outcome serta pengumpulan dan penyajian/pelaporan data. BAB VII PENUTUP Memuat kesimpulan dan rekomendasi.