ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH PROVINSI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PADA SAMSAT AIRMADIDI)

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PAJAK DAERAH SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

Vol II (2), 2010 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERANAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN EKSKARESIDENAN BANYUMAS. (Tahun Periode 2006 Sampai 2010)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

ANALISIS PENGARUH RETRIBUSI PARKIR KENDARAAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB VI PENUTUP. Pajak Bumi dan Bangunan tergolong sangat efektif dengan kontribusi sebesar 118,2%,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

Transkripsi:

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI RIAU 1 Darmuki, 2 Sri Yunawati 1,2 Akuntansi,Universitas PasirPengaraian Jl. Tuanku Tambusai, Kumu, Rambah Hilir e-mail: de.juna@ymail.com 2 Abstrak Otonomi daerah merupakan peluang besar bagi daerah untuk semakin maju, namun di sisi lain otonomi daerah juga merupakan tantangan bagi daerah. Karena pada era otonomi ini pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengurangi tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat. Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu komponen penting dalam Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, karena tidak bisa dipungkiri sampai saat ini pajak merupakan penyumbang terbesar pendapatan di negara ini, baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui sejauh mana Efektivitas pemungutan Pajak Daerah di Provinsi Riau dan Untuk mengetahui berapa besar kontribusi Pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Riau. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pemungutan pajak daerah yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sangat efektif dengan rata-rata persentase sebesar 114%. Dan kontribusi yang diberikan pajak daerah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sangat baik dengan rata-rata persentase sebesar 81%. Kata kunci Otonomi Daerah, Pendapatan Asli Daarah, Pajak Daerah, Efektivitas dan Kontribusi I. PENDAHULUAN Sejak berlakunya Undang-Undang No.22 Tahun1999 tentang Pemerintah Daerah, Indonesia telah melaksanakan sistem otonomi daerah. Namun karena terdapat kekurangan-kekurangan undang-undang ini mengalami beberapa kali perubahan,dan yang terakhir belaku pada saat ini adalah Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Sistem otonomi yang belakudiindonesia memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu kewenangan yang diberikan adalah pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur sendiri administrasi keuangannya. Otonomi daerah merupakan peluang besarbagi daerah untuk semakin maju, namun di sisi lain otonomi daerah juga merupakan tantangan bagi daerah. Karena pada era otonomi ini pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengurangi tingkat ketergantungan keuangan daerah terhadap pemerintah pusat. Salah satuupaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah mencerminkan tingkat kemandirian suatu daerah, semakin besar PAD suatu daerah diharapkan semakin mandirilah daerahitu. Pendapatan Asli Daerah juga merupakan salah satu tolak ukur sejauh mana keberhasilan pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya dan memanfaatkan potensi yang ada didaerahnya. Salah satu komponen penting dalam Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak Daerah, karena tidak bias dipungkiri sampai saat ini pajak merupakan penyumbang terbesar pendapatan di Negara ini, baik ditingkat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang No28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Daerah yang dikelola oleh pemerintah provinsia dalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak rokok. Devi Farah Azizah (2013) dalam Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu (Studi pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Batu 2009-2013, menyimpulkan bhwa tahun 2009-2013 menunjukkan tahun 2010 memiliki efektivitas yang terendah (69,30%) dan tahun 2012 memiliki tingkat efektivitas yang tertinggi (136,67%), serta untuk kontribusi tahun 2009 memiliki kontribusi yang terkecil (45,21%) dan tahun 2012 memiliki kontribusi yang terbesar (72,66%). Handoko (2013) meyimpulkan Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak dalam menghimpun penerimaan pajak daerah sudah efektif. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pajak daerah memberikan kontribusi yang sangat baik terhadap pendapatan asli daerah yaitu mencapai 68,75%. Nilai kontribusi ini dapat terus ditingkatkan dengan menemukan potensi-potensi penerimaan pajak daerah yang baru dan memaksimalkan perolehan dari sumbersumber pajak yang sudah ada. Ini berarti bahwa sektor pajak daerah memberikan pengaruh yang cukup besar untuk pendapatan asli daerah kota Pontianak. Hasannudin Heince R. N. Wokas (2013) menyimpulkan bahwa bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor diprovinsi maluku utara efektif. Sementara kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap penerimaan PAD adalah kurang baik. Disisi 43

lain efektivitas dan kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap PAD menunjukan tren yang menurun. Khaeril Anwar J (2014) menyimpulkan bahwa Jumlah kendaraan di Provinsi Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yang cukup tajam dengan ratarata laju pertumbuhan selama periode 2009-2013 adalah sekitar 16,095 unit mobil pertahun dan sekitar 81,912 unit sepeda motor pertahun. Kontribusi PKB terhadap PAD Provinsi Sulawesi Selatan selama periode 2009-2012 cukup tinggi berkisar antara sekitar 25.7% sampai 29.6% atau rata-rata sekitar 27.7%. Selama periode 2009-2012 terdapat sekitar 565 ribu sampai dengan 675 ribu unit kendaraan bermotor pertahun yang tidak membayar PKB. Potensi PKB Provinsi Sulawesi Selatan berkisar antara Rp 487 Miliar sampai Rp 799 Miliar pertahun selama periode 2009-2012. Realisasi PKB setiap tahunnya selama periode 2009-2012 selalu di bawah nilai potensi PKB yang ada. Efektifitas penarikan PKB hanya sekitar 65% sampai 68% selama periode 2009-2012. Di Provinsi Riau kelima jenis pajak ini memiliki potensi yang cukup besar, seperti Pajak kendaraan bermotor. Berdasarkan data dari Ditjen Perhubungan Darat dari tahun 2009 sampai dengan 2011 jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan prosentase peningkatan di atas 10% pada setiap jenis kendaraan bermotor. Pada tahun 2012 jumlah kendaraan di Provinsi Riau sudah mencapai 2.333.180 unit. Berdasarkan data di atas dapat dilihat besarnya potensi Pajak Kendaraaan Bermotor di Provinsi Riau. Jumlah ini juga akan mempengaruhi besarnya potensi Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan tentunya jumlah kendaraan bermotor yang besar akan membutuhkan bahan bakar yang besar, hal ini juga akan meningkatkan potensi Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Untuk Pajak Air Permukaan juga mempunyai potensi yang cukup besar karena seperti kita ketahui di Provinsi Riau banyak perusahaan-perusahaan dan industri yang menfaatkan air permukaan dengan skala besar. Demikian juga dengan dengan Pajak Rokok menurut kepala Dinas Pendapatan Provinsi Riau, di kutip dari salah satu situs berita di internet yaitu www.daririau.com, beliau mengatakan bahwa di tahun 2014 pajak Rokok berpotensi mencapai 500 milyar. II. KAJIAN LITERATUR Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 menyebutkan bahwa Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak Daerah adalah pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pembiayaan rutin dan pembanungan daerah (APBD). 2. Retribusi Daerah adalah pungutan yang dipungut oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan dapat dipaksakan dengan mendapat imbalan secara langsung. 3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan adalah seperti bagi hasil laba atas penyertaan modal pada perusahaa milik daerah /BUMD dan bagian modal atas penyertan modal koperasi. Lain-lain PAD yang sah adalah seperti hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan atau jasa oleh Daerah. Pajak Daerah Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Daerah. Klasifikasi Pajak Daerah Menurut Undang-Undang No Tahun 2009 Pasal 2 Pajak yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi terdiri dari : 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4. Pajak Air Permukaan 5. Pajak Rokok. Prinsip Pajak Daerah Prinsip pajak daerah menurut (Devas, 1989) dalam buku Mahmudi (2009:21) a. Prinsip Elastisitas, Pajak daerah harus memberikan pendapatan yang cukup elastis, artinya mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat. b. Prinsip Keadilan, Pajak daerah harus memberikan keadilan, baik adil secara vertikal dalam arti sesuai dengan tingkatan sosial kelompok masyarakat maupun adil secara horizontal dalam arti berlaku sama bagi setiap anggota masyarakat. c. Prinsip Kemudahan Administrasi, Administrasi pajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak. d. Prinsip Keberterimaan Politis, Pajak daerah harus dapat diterima secara politis e. Prinsip Non distorsi Terhadap Perekonomian, Pajak daerah tidak boleh menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian. 44

III. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penilitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Provinsi Riau. Data tersebut meliputi data Penerimaan berupa Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk meniliai sejauh mana efektifitas pemungutan Pajak Daerah dan berapa kontribusi Pajak Daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah provinsi Riau Analisis Efektivitas Pajak Daerah Djumhana (20053) efektivitas yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Rumus yang digunakan menghitungan Efektivitas pajak daerah (Mahmudi 2009:144). Kriteria yang digunakan dalam menilai efektivitas pajak daerah berdasarkan Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006. Tabel 1 Klasifikasi Kriteria Nilai Efektivitas Pajak Daerah Persentase Kriteria Diatas 100% 90 100% 80 90% 60 80% Kurang dari 60% Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Kurang Efektif Tidak Efektif Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006. (Hasanudin : 2013) Analisis Kontribusi Analisis Kontribusi Pajak daerah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (Handoko : 2013). Rumus yang digunakan untuk menghitung kontribusi Pajak Daerah (Handoko : 2013) Kriteria yang digunakan dalam menilaikontribusi pajak daerah terhadap pendapatan aslidaerah, berdasarkan Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006. (1) (2) Tabel 2 Klasifikasi Kriteria Kontribusi Pajak Daerah Persentase Kriteria 0,00% - 10% Sangat Kurang 10,00% - 20% Kurang 20,00% - 30% Sedang 30,00% - 40% Cukup 40,00% - Baik Baik 50% Diatas Sangat Baik 50% Sumber: Depdagri, Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006. (Hasanudin : 2013) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sesuai dengan klasifikasi kriteria dalam Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 2006. Analisis Efektivitas Pajak Daerah Djumhana (2005:53) efektivitas yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Tabel 3 Efektivitas Pajak Daerah Thn Target Realisasi %e 2010 1.100.000.000.000 1.414.190.981.593 128 2011 1.403.231.683.052. 1.773.621.889.146 126 2012 1.839.779.659.309 2.058.595.750.963 111 2013 2.025.217.116.337 2.110.997.529.618 104 2014 2.446.651.414.260 2.496.771.206.539 102 Sumber : data diolah Rata-rata 114 Pemungutan Pajak Daerah pada tahun 2014 memiliki tingkat efektivitas terendah dibandingkan dengan tahun-tahun yang lainnya yaitu hanya sebesar 102%, dan tahun 2010 merupakan tahun tertinggi tingkat efektivitas pemungutan pajak daerah yaitu sebesar 128%. Jika dilihat secara keseluruhan efektivitas pemungutan pajak daerah Provinsi Riau dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 rata-rata sebesar 114%, hal tersebut menunjukan bahwa pemungutan Pajak Daerah yang ada di Provinsi Riau dari Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sangat efektif, artinya upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan provinsi Riau dalam menggali potensi pajak daerah yang ada di Provinsi Riau sudah sangat efektif, tapi ada yang perlu diperbaiki oleh Dinas Pendapatan Provinsi Riau dalam hal menetapkan target penerimaan pajak daerah, karena berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa Dinas Pendapatan Provinsi Riau menetapkan target penerimaan pajak daerah hanya berdasarkan data penerimaan pajak daerah tahun sebelumnya, bahkan pada tahun 2011 dan 2013. Dinas Pendapatan Provinsi Riau menetapkan target penerimaan pajak daerah dibawah realisasi penerimaan pajak tahun sebelumnya. 45

Analisis Kontribusi Analisis Kontribusi Pajak daerah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari penerimaan pajak terhadap pendapatan asli daerah, maka dibandingkan antara realisasi penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (Handoko, 2013). Tabel 4 Kontribusi Pajak Daerah Thn Pajak Daerah PA D Persen tase 2010 1.414.190.981.593 1.700.950.858.456 83% 2011 1.773.621.889.146 2.210.130.782.733 80% 2012 2.058.595.750.963 2.588.688.445.077 79% 2013 2.110.997.529.618 2.617.954.835.969 80% 2014 2.496.771.206.539 3.070.362.517.574 81% Rata-rata 81% Sumber : data diolah Kontribusi pajak daerah pada tahun 2012 memiliki tingkat kontribusi terendah dibandingkan dengan tahun-tahun yang lainnya yaitu hanya sebesar 79%, hal ini terjadi karena tidak efektifnya pemungutan pajak daerah dari jenis Pajak Kendaraan diatas Air, yaitu hanya mencapai 28,70% dari target yang ditetapkan sementara dari sektor lain penyumbang pendapatan asli daerah yaitu dari sektor Lain-lain PAD yang sah mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dengan peningkatan sebesar Rp.81.906.140.046. Tahun 2010 merupakan tahun tertinggi tingkat kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah yaitu sebesar 83%, Karena pada tahun ini realisasi penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor selain pajak (Restribusi daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah) masih rendah yaitu hanya sebesar Rp.286.756.876.863. Dan pada tahun 2011 terjadi penurunan persentase kontribusi pajak daerah yang paling besar dibandingkan dengan tahun yang lainnya yaitu dengan persentase penurunan 2% karena pada tahun 2011 pendapatan asli daerah dari sektor selain pajak (Restribusi daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah) mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu dengan angka realisasi mencapai Rp. 436.508.893.587. Jika dilihat secara keseluruhan kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Provinsi Riau dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 ratarata sebesar 81%, artinnya kontribusi yang diberikan oleh pajak daerah sebagai salah pendapatan asli daerah yang ada di Provinsi Riau pada tahun 2010 sampai dengan 2014 sangat baik. V. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil analisis efektivitas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pemungutan pajak daerah yang ada di Provinsi Riau dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 adalah sangat efektif dengan rata-rata persentase sebesar 114%. Pada tahun 2014 memiliki tingkat efektivitas terendah dibandingkan dengan tahun-tahun yang lainnya yaitu hanya sebesar 102%, dan tahun 2010 merupakan tahun tertinggi tingkat efektifitas penerimaan pajak daerah yaitu sebesar 128%. 2. Berdasarkan hasil analisis kontribusi dapat disimpulkan bahwa kontribusi yang diberikan pajak daerah dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sangat baik dengan rata-rata persentase sebesar 81%. Dan tahun 2012 merupakan tahun VI. SARAN Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya, yaitu data penelitian hanya dari provinsi Riau, sehingga tidak mencerminkan kondisi Pemerintah Daerah Republik Indonesia secara keseluruhan, data yang digunakan hanya data sekunder data publikasi laporan pajak, perlu adanya tambahan data primer (kuesioner) dengan menggunakan sampel responden masyarakat daerah penelitian untuk memperoleh data yang terkait langsung dengan PAD. REFERENSI [1] Algifari. 2013. Statistika Deskriptif Plus Untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. [2] Anwar. 2014. Analisis Kontribusi dan Potensi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Makasar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin. [3] Djumhana Muhamad. 2007 Pengantar Hukum Keuangan Daerah dan Himpunan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Keuangan Daerah. Bandung : PT Citra Aditya Bakti. [4] Fitriyati. 2012. Perpajakan 1. Pasir Pengaraian:Kerajinan khas PalembangUPP Press. [5] Handoko. 2013. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Pontianak. Jurnal Ekonomi Daerah (JEDA) Vol. 1, No. 1 2013. [6] Hasanudin. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Di Provinsi Maluku Utara. Manado : Universitas Sam Ratulangi Manado. [7] Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah.Jakarta : Erlangga. 46

[8] Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. [9] Oktovido dkk. 2014. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah Kota Batu. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 15 No. 1 Oktober 2014. [10] Suandy Erly. 2011. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat. [11] Undang-undang Nomor. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. [12] Undang-undang Nomor. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. [13] Undang-Undang Nomor. 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. [14] Undang-undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. [15] Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat 47