DINAS KEHUTANAN ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

-1- QANUN ACEH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

-1- QANUN ACEH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 128 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

-1- BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 65 TAHUN 2016

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 95 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI D

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUMBAWA.

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

.000 WALIKOTA BANJARBARU

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 534 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS DINAS KEHUTANAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 20 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUKAMARA

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 123/Kpts-II/2001

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. DINAS KEHUTANAN Bagian Pertama TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI Pasal 1

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 29 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 20 TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Rencana Strategi Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Bab 1

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT ACEH

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DINAS KEHUTANAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BUPATI BONE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BONE NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 11 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 11

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 120 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS BINA MARGA DAN SUMBER DAYA AIR KABUPATEN BELITUNG TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

RANCANGAN AWAL RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2012-2017 DINAS KEHUTANAN ACEH DINAS KEHUTANAN ACEH Jln. Jenderal Sudirman No. 21 Banda Aceh 1 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Kata Pengantar Upaya sungguh-sungguh terhadap Rehabilitasi Hutan dan Lahan Perlindungan dan Konservasi Sumber DHya hutan serta Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dalam Program Bidang Kehutanan merupakan unsur utama yang akan dirasakan oleh masyarakat dalam mewujudkan visi dari Pemerintahan Aceh Tahun 2012-2017 yaitu Terwujudnya perubahan yang fundamental di Aceh dalam segala sektor kehidupan masyarakat Aceh dan pemerintahan, yang menjunjung tinggi asas transparansi dan akuntabilitas bagi terbentuknya suatu pemerintahan Aceh yang bebas dari praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga pada Tahun 2017 Aceh akan tumbuh menjadi negeri makmur yang berkeadilan dan adil dalam kemakmuran. Untuk mewujudkan hal tersebut bidang Kehutanan harus melakukan perbaikan Rencana Strategis (Renstra) merupakan satu tahapan rencana pembangunan yang harus disusun oleh semua tingkatan pemerintahan. Pemerintah Aceh dalam hal ini sudah mempunyai RPJM Aceh periode 2007-2012 yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 21 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2007-2012 dan telah direvisi melalui Peraturan Gubernur Aceh Nomor 26 tahun 2010 tanggal 1 Mei 2010. Dinas Kehutanan Aceh sebagai perangkat kerja daerah Pemerintahan Aceh juga melakukan penyesuaian yang berorientasi pada VISI dan MISI Pemerintah Aceh yang sudah dilakukan dalam RPJMA tersebut. Renstra Dinas Kehutanan Aceh ini merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program pembangunan Bidang Kehutanan yang akan dilaksanakan langsung oleh semua Jajaran di Dinas Kehutanan Aceh pada kurun waktu Tahun 2012-2017, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Daerah Aceh (RPJMA 2012-2017) dan Prioritas Nasional (RENSTRA Kementerian Kehutanan 2010-2014), Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG s) serta RPJP Bidang Kehutanan Aceh 2010 2025. 2 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Melalui kesempatan ini saya mengajak semua Jajaran lingkup Dinas Kehutanan Aceh untuk saling bahu-membahu dalam menyelenggarakan pembangunan Kehutanan di Aceh. Semoga upaya kita mendapat rahmad, hidayah dan ridho-nya, Amin. Banda Aceh, Juli 2013 Kepala Dinas Kehutanan Ir. HUSAINI SYAMAUN, MM Nip. 19600515 198703 1 008 3 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR 1 DAFTAR ISI 4 BAB I PENDAHULUAN 5 1.1. Latar Belakang 5 1.2. Landasan Hukum 7 1.3. Maksud dan Tujuan 9 1.4. Sistematika Penulisan 9 BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KEHUTANAN ACEH 14 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 14 2.2. Sumberdaya Dinas Kehutanan 48 2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Kehutanan 50 2.4. Tantangan dan Peluang Peengembangan Pembangunan Pelayanan Dinas Kehutanan 52 BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 55 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi 55 Pelayanan 3.2. Telaahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala 58 Daerah Terpilih 3.3. Telaahan Rencana K/L dan Renstra 60 3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 62 3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis 65 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 68 4.1. Visi dan Misi Dinas Kehutanan Aceh 68 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kehutanan Aceh 69 4.3. Strategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan Aceh 69 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 72 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Menurut RPJMA 72 5.2. Rencana Program dan Kegiatan Menurut Teknis Bidang Kehutanan 73 BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS KESEHATAN YANG MENGACU KEPADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMA 81 BAB VII PENUTUP 84 4 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

I PENDAHULUAN A. UMUM 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis Dinas Kehutanan Aceh, selanjutnya disebut RENSTRA adalah dokumen perencanaan strategis yang memuat rencana pembangunan Kehutanan di Aceh untuk lima tahun kedepan (2012-2017). Merupakan proses sistimatis yang berkelanjutan dari pembuatan keputusan yang berisiko dengan memanfaatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan antisipatif dan pengorganisasian secara sistimatis. Di dalamnya terkandung visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi serta arahan kebijakan pembangunan yang dijabarkan melalui program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan dan mengatasi berbagai permasalahan secara terencana dan bertahap. RENSTRA lebih diarahkan pada program-program prioritas dan program daerah lainnya dengan pembiayaan yang bersumber pada APBN maupun dari APBA. Ciri sumberdaya hutan yang penting adalah peran gandanya sebagai sistem penunjang kehidupan. Hutan tropika merupakan paru-paru dunia dan sumber keragaman hayati yang tinggi. Peran tersebut menyebabkan relatif tingginya kepentingan berbagai pihak terhadap pelestarian sumberdaya hutan. Khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan adanya Undangundang Nomor 18 Tahun 2001 merupakan titik awal bagi provinsi ini untuk mengatur dan mengelola sumberdaya alam serta pemanfaatannya secara lebih baik dan mandiri bagi kemakmuran rakyat di Aceh dalam kerangka pembangunan nasional. Undang-undang tersebut menempatkan titik berat Otonomi pada Provinsi yang pelaksanaannya diletakkan pada daerah Kabupaten dan Kota. Kekhususan ini memberikan kesempatan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan berada pada tingkat Provinsi dengan tetap mengakomodir kepentingan daerah Kabupaten/Kota. Menyusul terbitnya UU Nomor 18 Tahun 2001 telah ditetapkan sejumlah Qanun (Peraturan Daerah), diantaranya Qanun Kehutanan dan Qanun Perizinan 5 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Kehutanan. Qanun qanun ini merumuskan kembali ruang lingkup pengurusan hutan di Provinsi Aceh dan pembagian kewenangan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam bidang kehutanan, dengan mengacu kepada UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Seiring dengan perkembangan lingkungan sosial, politik, ekonomi dan budaya maka pembangunan kehutanan memerlukan perubahan paradigma secara mendasar. Perubahan paradigma pembangunan kehutanan pada dasarnya merupakan pergeseran pengelolaan hutan, yaitu dari state based menjadi community based, dari timber based management menjadi forest resources based management. Dengan demikian paradigma baru pembangunan kehutanan ke depan adalah pengelolaan hutan yang berbasis pada masyarakat (community based forest resources management) Secara ringkas, pengelolaan sumberdaya hutan kini dan masa depan lebih mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekonomi, ekologi dan sosial masyarakat sebagai ultimate beneficiaries pembangunan. Dilain sisi, usaha Kehutanan telah memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penerimaan devisa negara, sumber ekonomi daerah sekaligus sumber pendapatan masyarakat yang digolongkan kedalam aspek ekonomi. Sedangkan aspek sosialnya, usaha Kehutanan telah mampu menyerap tenaga kerja dimana secara langsung telah mampu mengatasi pengangguran. Usaha Kehutanan juga mendukung kelestarian sumber daya alam, seperti pelestarian sumber daya air, penyediaan oksigen dan mencegah degradasi lahan. Berbagai komoditi Kehutanan seperti Jabon, Sengon, Mahoni, Pinus, Jati, Rotan, Cendana, Gaharu dan lain-lain menjadi sumber kehidupan dan incaran/rebutan bagi negara-negara Eropa dan Asia Timur. Kenyataan tersebut memberikan suatu pemahaman, bahwa usaha Kehutanan sangat berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial masyarakat dan lingkungan. Proses Tahapan Penyusunan Renstra SKPD terdiri dari dua tahap yaitu tahap perumusan rancangan Renstra SKPD dan tahap penyajian rancangan Renstra SKPD. 6 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Tahapan penyusunan rancangan Renstra SKPD dapat digambarkan dalam bagan alir sebagai berikut : Bagan Alir Penyusunan Rancangan Renstra SKPD Provinsi 1.2 Landasan Hukum Renstra Dinas Kehutanan Aceh Tahun 2012-2017 ini disusun dengan landasan : 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan; 2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh; 3. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang; 4. Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Anggaran; 6. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Pemerintahan Daerah; 9. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh; 10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; 11. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2010 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemerintah kepada Dewan Kawasan Sabang; 19. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah Aceh dengan Lembaga atau Badan di Luar Negeri; 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Program Kegiatan SKPD 22. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolan Keuangan Aceh; 23. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengalokasian Tambahan Dana 8 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus. 24. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 73 Tahun 2012 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh. 25. Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2012 tentang perubahan atas Qanun Aceh No. 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis, Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 1.3 Maksud dan Tujuan A. Maksud - Sebagai arahan kebijakan dan strategi pembangunan Kehutanan di Aceh dan rujukan dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kepala Dinas Kehutanan Aceh. - Mensinergiskan seluruh kemampuan dan potensi sumberdaya manusia yang ada dengan sumberdaya lainnya untuk menjawab tuntutan perkembangan pembangunan Kehutanan dalam konstelasi dengan tatanan regional, nasional maupun global. B. Tujuan - Tercapainya koordinasi dan harmonisasi perencanaan pembangunan Kehutanan di Aceh yang holistik, terintegrasi, efisiensi dan efektif serta memudahkan pelaksanaan program-program yang direncanakan selama lima tahun kedepan dan memudahkan evaluasi terhadap program-program yang ada. - Agar pengelolaan sumberdaya hutan dan kebun di Aceh menjadi satu kesatuan yang berkelanjutan dalam suatu ekosistem. 1.4 Sistematika Penulisan Kerangka pokok bahasan Renstra Dinas Kehutanan Aceh Tahun 2012-2017 adalah meliputi telaahan terhadap lingkungan organisasi Dinas Kehutanan Aceh, baik internal maupun eksternal, perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran dari kegiatan organisasi dimasa yang akan datang, strategi dalam pencapaian tujuan dan 9 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

sasaran yang telah ditetapkan, serta indikator-indikator untuk mengukur kemajuan kinerja organisasi. Adapun sistematika penyusunannya adalah sebagai berikut : BAB I. PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika penulisan. BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPA Dalam Bab ini diuraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPA, Sumber Daya SKPA, Kinerja Pelayanan SKPA serta Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA dari kelembagaan Dinas Kehutanan terutama dalam kebijakan dibidang perencanaan pembangunan serta tugas pokok dan fungsinya. BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Berisi tentang Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih, Telaahan Renstra K/L dan Renstra, Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis serta Penentuan Isu-isu Strategis. BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBUJAKAN Dalam bab ini berisi tentang rumusan Visi, Misi dan Sasaran Dinas Kehutanan Aceh dan memaparkan tentang rumusan kebijakan dan strategi. BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Menjelaskan tentang rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Dinas Kehutanan Aceh termasuk didalamnya menyangkut indikator, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. 10 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJM Menjelaskan tentang indikator kinerja Dinas Kehutanan untuk mewujudkan target kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan tingkat capaian kinerja dalam jangka menengah dan jangka panjang..b. KONDISI SAAT INI Saat ini kawasan hutan di Aceh meliputi areal kurang lebih 3.549.813 Ha termasuk kawasan hutan dan perairan di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Kepmenhutbun No. 170/Kpts-II/2000) Dalam rangka mempertahankan ekosistem dan keanekaragaman hayati sampai dengan tahun 2000 pemerintah telah menetapkan Kawasan Suaka Alam yang terbagi menjadi Cagar Alam : 16.940 ha dan Suaka Margasatwa : 102.370 Ha, Kawasan Pelestarian Alam terbagi dalam Taman Nasional : 623.987 Ha, Taman Wisata Alam terdiri dari Taman Wisata Alam (Darat : 16.412 Ha, Perairan : 214.100 Ha) dan Taman Hutan Raya seluas 6.220 Ha, juga terdapat Taman Buru seluas 86.704 Ha, Kawasan Hutan Lindung seluas 1.844.500 Ha serta Hutan Produksi yang terdiri dari Hutan Produksi Terbatas : 37.300 Ha dan Hutan Produksi Tetap : 601.280 Ha. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa Pola ruang wilayah Aceh terdiri dari kawasan lindung seluas 2.708.550 Ha (47,7%) dan Kawasan Budidaya seluas 2.934.602 Ha (52,3%). Hutan Aceh pada tahun 2008 seluas 3.523.925 Ha (60,37%) dan pada tahun 2010 seluas 2.291.080 ha (40,36%). Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pengurangan luas kawasan hutan (deforestasi) sebesar 20,01%. Terjadinya deforestasi akibat adanya kebijakan yang lebih mementingkan aspek ekonomi dari pada aspek lingkungan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi. Selain itu, faktor perilaku manusia juga menjadi permasalahan utama dalam kerusakan lingkungan, dimana sering sekali menganggap sungai dan sepadan sungai sebagai tempat pembuangan sampah dan kegiatan usaha pertnian yang dapat mengakibatkan penyempitan, sedimentasi dan penurunan kualitas air. Berdasarkan data Tahun 2007 Luas lahan kritis di Provinsi Aceh seluas 4459.469,28 ha dengan kategori kritis seluas 393.025,63 ha dan sangat kritis 11 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

seluas 66.443,65 ha. Pada tahun 2011 luas lahan kritis di provinsi Aceh mengalami peningkatan mencapai 460.099,76 ha, dengan kategori kritis seluas 393.397,03 ha dan sangat kritis seluas 66.702,73 ha. upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi lahan kritis yaitu melalui penanaman satu miliar pohon (OMOT). Pada tahun 2011, melalui penanaman pada kegiatan penghijauan sebanyak 24.886.789 batang dan penanaman reboisasi sebanyak 3.808.598 batang Pembangunan yang tidak terpadu (fragmented) selama ini telah berakibat perubahan drastis negatif terhadap kondisi lingkungan sumber daya alam. Eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan (pertambangan mineral, batubara, migas, dan galian C) telah mengubah bentang alam tanpa terkendali. Terlebih lagi sumber daya alam terbarukan oleh deforestasi intensif (legal and illegal logging) untuk pembangunan fisik infrastruktur, transportasi, industri, perkebunan, pertanian, telah mengakibatkan penyusutan drastis tutupan vegetasi hutan terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan punahnya keanekaragaman hayati. Aceh merupakan wilayah dengan kondisi alam yang kompleks sehingga menjadikannya sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi terhadap bencana, khususnya bencana alam. Tingkat resiko bencana alam yang terjadi setiap tahunnya sangat tinggi, terutama bencana banjir dan kekeringan. Sangat terbatasnya investasi infrastruktur tampungan penyimpanan air, telah berdampak pada keseimbangan hidrologi DAS, fluktuasi debit air di sungai menjadi sangat besar terutama pada musim hujan terjadi bencana banjir dan tanah longsor, sedangkan pada musim kemarau terjadi kekeringan dan kebakaran hutan. Kecenderungan penurunan produksi kayu bulat dari hutan alam telah memacu peningkatan pengelolaan hutan tanaman dan hutan rakyat. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya produksi kayu dari hutan tanaman dan hutan rakyat. Hutan rakyat di propinsi aceh seluas 11.632 ha, yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Potensi kayu jenis perdagangan di Propinsi Aceh baik di Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru, Hutan Lindung, Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi mencapai 59,19 juta m3. Hutan Tanaman Rakyat yang sudah mendapat IUPHHK-HTR di Propinsi Aceh sebanyak 3 unit yaitu 1 unit di Kabupaten Bireun (Kopwan Seulanga Aneuk Nanggroe) dan 2 unit di Kabupaten Aceh Utara (Kop. Tuah Nanggroe Aceh 811 Ha) 12 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

melalui (SK.282/Menhut-II/2009 Tgl13 Mei 2009), Kop. Ikapeda 1.155 Ha (SK.721/Menhut-II/2009 Tgl19 Oktober 2009). Usulan Pencadangan areal di Provinsi Aceh Seluas 3.667 Ha sedangkan luas areal yang sudah di keluarkan SK Pencadangan oleh Menteri Kehutanan seluas 10.884 Ha dengan jenis tanaman Jabon, Mahoni, Sengon. Produksi kayu bulat di provinsi NAD pada tahun 2012 berjumlah 185.358,48 m3, yang berasal dari 3 sumber yaitu IUPHHK pada HTI, Izin Pemanfaatan Kayu (IPK), Hutan Rakyat, Kayu perkebunan dan hasil lelang. Masingmasing produksinya yaitu IUPHHK pada HTI sebanyak 8.043,81 m3, IPK sebanyak 2.196,33 m3, kayu perkebunan 169.348,50 m3, dan hasil lelang 475,98 m3. HHBK yang dikembangkan di Propinsi NAD yaitu rotan produksinya mencapai 90.590 kg, Cendana 14.000 kg, dan Arang kayu 155.000 kg. Untuk memperkuat upaya-upaya perlindungan hutan dalam priode tahun 2007 s/d 2008 telah dilakukan rekruitmen Pamhut sebanyak 2000 Orang yang mempunyai tugas pengamanan hutan dan pencegahan perambahan hutan (Ilegal Logging). Pemanfaatan jasa lingkungan dari kawasan hutan khususnya untuk kegiatan wisata alam sudah lama dikembangkan di Aceh, hal ini didukung dengan keberadaan berbagai potensi yang ada antara lain : Cagar Alam Pinus Strain Aceh (16.940 Ha)di Kabupaten Aceh Besar, Cagar Alam Serbajadi (300 Ha) Kabupaten Aceh Tamiang, Swaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 Ha)di Kabupaten Aceh Singkil, Taman Hutan Raya (TAHURA) Po Cut Meurah Intan (6.300 Ha) di Kabupaten Aceh Besar, Taman Nasional Gunung Leuser (623.987 Ha) di Kabupaten Aceh Tenggara, Taman Wisata Alam Iboih (1.200 Ha) di Kota Sabang, Taman Wisata Alam Kepulauan Banyak (16.200 Ha) di Kabupaten Aceh Singkil, Taman Wisata Alam Lhok Asan (PLG : 112 Ha) di Kabupaten Aceh Utara, Taman Buru Lingga Isaq (86.704 Ha) di Kabupaten Aceh Tengah. 13 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

II GAMBARAN PELAYANAN SKPA 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPA Dinas Kehutanan Aceh adalah perangkat daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Aceh dibidang Kehutanan, terbentuk berdasarkan Qanun Aceh Nomor 15 Tahun 2012 tentang perubahan atas Qanun Aceh No. 5 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis, Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan susunan organisasi terdiri dari : 1. a. Kepala Dinas; b. Sekretariat; c. Bidang Program dan Pelaporan; d. Bidang Planologi Kehutanan; e. Bidang Bina Usaha Kehutanan; f. Bidang Perlindungan & Rehabilitasi Hutan; j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD); k. Kelompok Jabatan Fungsional; 2. Sekretariat terdiri dari : a. Sub Bagian Umum; b. Sub Bagian Kepegawain dan Tata Laksana; c. Sub Bagian Keuangan; 3. Bidang Program dan Pelaporan terdiri dari : a. Seksi Data dan Informasi; b. Seksi Penyusunan Program; c. Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan; 4. Bidang Planologi Kehutanan, terdiri dari : a. Seksi Inventarisasi dan Perencanaan Hutan; b. Seksi Penatagunaan Kawasan Hutan; c. Seksi Perpetaan & Pemantapan Kawasan Hutan; 14 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

5. Bidang Bina Usaha Kehutanan, terdiri dari : a. Seksi Usaha Pemanfaatan Hutan; b. Seksi Pemungutan dan Pengolahan Hasil Hutan; c. Seksi Pengujian dan Peredaran Hasil Hutan; 6. Bidang Perlindungan, Rehabilitasi Lahan terdiri dari : a. Seksi Perlindungan Hutan; b. Seksi Kawasan Lindung dan Konservasi; a. Seksi Rehabiitasi Hutan dan lahan; Dinas Kehutanan Aceh mempunyai tugas melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di Bidang Kehutanan, untuk melaksanakan tugas di maksud, Dinas Kehutanan mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan Urusan Ketatausahaan Dinas; 2. Penyusunan program kerja tahunan, jangka menegah dan jangka panjang; 3. Perumusan kebijakan teknis, sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 4. Penyelenggaraan tugas Kehutanan termasuk perizinan dan pelayanan umum lintas Kab/Kota; 5. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan tugas di bidang Kehutanan; dan Pembinaan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Kehutanan mempunyai kewenangan : 1. Menyelenggarakan urusan di bidang Kehutanan yang bersifat lintas kabupaten/kota serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; 2. Menyusun pedoman dan Menyelenggarakan Inventarisasi dan pemetaan hutan dan Kehutanan; 3. Menyelengarakan penunjukan dan pengamanan batas hutan produksi dan hutan lindung; 4. Menyusun pedoman dan menyelenggarakan tata batas hutan, rekonstruksi dan penataan batas kawasan hutan produksi dan hutan lindung; 15 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

5. Menyusun pedoman pembentukan dan penyediaan dukungan pengelolaan wilayah taman hutan raya; 6. Menyusun rencana makro Kehutanan lintas Kabupaten/Kota; 7. Menyelengarakan koordinasi pengelolaan hutan berdasarkan unit pengelolaan daerah aliran sungai; 8. Menyusun pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi, produktivitas lahan pada daerah aliran sungai lintas Kabupaten/Kota. 9. Menyelenggarakan perizinan lintas Kabupaten/Kota meliputi pemanfaatan hasil hutan, pemanfaatan flora dan fauna yang tidak dilindungi, pengolahan hasil hutan dan Kehutanan; 10. Melaksanakan pengawasan perbenihan, pupuk, pestisida, alat dan mesin di bidang Kehutanan; 11. Melaksanakan pengamatan, peramalan organisme tumbuhan penggangu dan pengendalian hama terpadu tanaman Kehutanan; 12. Menyelenggarakan dan mengawasi kegiatan rehabilitasi, reklamasi, sistem silvikulture, budidaya dan pengolahan; 13. Menyelengarakan pengelolaan taman hutan raya lintas Kabupaten/Kota; 14. Menetapkan pedoman untuk penentuan tarif pungutan hasil hutan bukan kayu lintas Kabupaten/Kota; 15. Menetapkan kawasan serta perubahan fungsi dan status hutan dalam rangka perencanaan tata ruang provinsi berdasarkan kesepakatan antara provinsi dan kabupaten/kota; 16. Melaksanakan perlindungan dan pengamanan hutan dan Kehutanan pada kawasan lintas kabupaten/kota. 17. Menyediakan dukungan penyelenggarakan pendidikan dan pelatihan teknis penelitian dan pengembangan terapan bidang Kehutanan; 18. Menerapkan standar pelayanan minimal dalam bidang Kehutanan yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota; 19. Menata alokasi sumber daya manusia di bidang Kehutanan; 20. Menetapkan standar pembibitan/perbenihan dan pengaturan penggunaan benih unggul; 21. Melakukan produksi ekspor komoditas Kehutanan unggulan daerah provinsi; 16 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

22. Menyelenggarakan pembentukan dan perwilayahan areal Kehutanan lintas kabupaten/kota; 23. Menyusun perwilayahan, desain, pengendalian lahan dan industri primer di bidang Kehutanan lintas kabupaten/kota; 24. Melaksanakan pengamatan, penelitian, peramalan organisme pengganggu tanaman dan pengendalian hama dan penyakit; dan 25. Menyediakan dukungan kerjasama antar kabupaten/kota dibidang Kehutanan. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Pemangku Jabatan Struktural di lingkungan Dinas-Dinas Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, bahagian ke sebelas, pasal 70 ayat (1) Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas; ayat (2) Bidang- Bidang dipimpin oleh seorang kepala bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya; ayat (3) Sub Bahagian-Sub Bahagian dipimpin oleh seorang kepala Sub Bahagian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris sesuai dengan Bidang Tugasnya; dan ayat (4) Seksi-seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang Berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang sesuai dengan Bidang Tugasnya; Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) telah terbentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 20 Tahun 20132 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh terdiri dari : a. UPTD Hutan Aceh Wilayah I; Berkedudukan di Kabupaten Aceh Besar, Wilayahnya meliputi Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie b. UPTD Hutan Aceh Wilayah II; Berkedudukan di Kabupaten Bireuen dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Pidie Jaya, Kabupaten Bireuen, Kota 17 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah c. UPTD Hutan Aceh Wilayah III; berkedudukan di Kabupaten Aceh Timur dengan wilayah kerja meliputi Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan kabupaten Aceh Tamiang. d. UPTD Hutan Aceh Wilayah IV ; berkedudukan di Aceh Tenggara dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tenggara, Kota Subulusalam dan Kabupaten Aceh Singkil. e. UPTD Hutan Aceh Wilayah V berkedudukan di Aceh Selatan dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Simeulue f. UPTD Hutan Aceh Wilayah VI berkedudukan di Aceh Barat dengan wilayah kerja meliputi Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya h. UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan;, berkedudukan di Saree kabupaten Aceh Besar dengan wilayah kerja meliputi kelompok Hutan Seulawah Agam dan kelompok Hutan Seulawang Inoeng yang di tunjuk atau di tetapkan sebagai kawasan Tahura Pocut Meurah Intan. Sampai dengan tanggal 1 Juli 2012, Unit Organisasi yang telah terisi pejabat struktural dan staf penunjang adalah : 1. UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan; 2. UPTD Hutan Aceh Wilayah I baru terisi hanya kepala UPTD, sedangkan Kepala Seksi dan Staf Penunjang belum terisi. Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), Tugas dan Fungsinya sebagai berikut : 1. UPTD Hutan Aceh Wilayah I, terdiri dari :.a. Kepala UPTD; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; d. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional 18 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

UPTD Hutan Aceh Wilayah I merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah I mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah I adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. 19 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah I mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah I adalah : a. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; d. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; f. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; j. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah I; dan k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. 20 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. 21 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. 22 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

2. UPTD Hutan Aceh Wilayah II, terdiri dari :.a. Kepala UPTD; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; d. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional UPTD Hutan Aceh Wilayah II merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah II mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah II adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; 23 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah II mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah II adalah : a. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; d. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; f. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; j. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah II; dan 24 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; 25 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; 26 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. 3. UPTD Hutan Aceh Wilayah III, terdiri dari :. a. Kepala UPTD;. b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; d. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional UPTD Hutan Aceh Wilayah III merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah III mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan 27 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah III adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah III mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah III adalah : a. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; 28 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

b. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; d. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; f. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; j. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah III; dan k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan 29 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. 30 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. 4. UPTD Hutan Aceh Wilayah IV, terdiri dari :. a. Kepala UPTD;. b. Sub Bagian Tata Usaha;. c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; d. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan e. Kelompok Jabatan Fungsional 31 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

UPTD Hutan Aceh Wilayah IV merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah IV mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah IV adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. 32 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah IV mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah IV adalah : a. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; d. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; f. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; j. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah IV; dan k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : 33 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. 34 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD 35 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

5. UPTD Hutan Aceh Wilayah V, terdiri dari :. a. Kepala UPTD;. b. Sub Bagian Tata Usaha;. c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; f. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan g. Kelompok Jabatan Fungsional UPTD Hutan Aceh Wilayah V merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah V mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah V adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; 36 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah V mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah V adalah : b. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; c. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; d. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; f. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; g. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; h. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; i. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; j. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; k. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah IV; dan l. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. 37 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; 38 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; 39 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD 6. UPTD Hutan Aceh Wilayah VI, terdiri dari :. a. Kepala UPTD;. b. Sub Bagian Tata Usaha;. c. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan; h. Seksi Perlindungan Hutan dan Konsrevasi Alam; dan i. Kelompok Jabatan Fungsional UPTD Hutan Aceh Wilayah VI merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksiseksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Tugas UPTD Hutan Aceh Wilayah VI mempunyai tugas menjabarakan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfataan hutan dan penggunaan kawasan hutan, Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi UPTD Hutan Aceh Wilayah VI adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; 40 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

c. pelaksanaan pembinaan pemanfaatan hutan; d. pelaksanaan pembinaan penggunaan kawasan hutan; e. pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan; f. pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; i. pelaksanaan pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; dan j. pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah VI mempunyai tugas memimpin UPTD dalam menjabarkan kebijakan kehutanan Pemerintah Aceh dan melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan teknis penunjang di bidang penyelenggaraan pengelolaan hutan yang meliputi pengorganisasian, tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam, pengendalian dan pengawasan, serta mengelola hutan Aceh sesuai dengan status dan fungsi pokok kawasan hutan dalam wilayah kerjanya. Fungsi Kepala UPTD Hutan Aceh Wilayah VI adalah : a. pengendalian teknis penyusunan rencana pengelolaan hutan dalam wilayah kerjanya; b. pengendalian dan pembinaan teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pengendalian dan pengawasan teknis pemanfaatan hutan; d. pengendalian dan pengawasan teknis penggunaan kawasan hutan; e. pengendalian dan pengawasan teknis rehabilitasi hutan dan lahan; f. pengendalian dan pengawasan teknis perlindungan hutan dan konservasi alam; g. pembinaan teknis kegiatan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat; h. pembinaan dan pengendalian teknis monitoring, evaluasi dan pelaporan; 41 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

i. pengkoordinasian dan kerjasama teknis pengkajian peluang investasi dan usaha sektor kehutanan pada wilayah kerjanya; j. pengendalian dan pengawasan teknis pengelolaan hutan Aceh wilayah VI; dan k. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan mempunyai tugas pengawasan perizinan kehutanan, inventarisasi sumberdaya hutan, perpetaan hutan, produksi kehutanan, penatausahaan hasil hutan, rehabilitasi hutan dan lahan, pembinaan silvikultur, serta pemberdayaan masyarakat. Fungsi Seksi Pengelolaan dan Pembinaan Kawasan adalah : a. pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pembinaan kegiatan perizinan kehutanan; b. pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan; c. pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan hutan; 42 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

d. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi perkembangan luas dan tutupan kawasan hutan; e. pelaksanaan penatausahaan hasil hutan; f. pelaksanaan pengendalian bahan baku industri primer hasil hutan; g. pelaksanaan peningkatan produksi hasil hutan; h. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan; i. pelaksanaan pengembangan hutan tanaman; j. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; k. pelaksanaan kegiatan silvikultur dan budidaya tanaman kehutanan; l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan m. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan hutan, kebakaran hutan, perambahan kawasan hutan, penebangan liar (illegal logging), peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Perlindungan dan Konservasi Alam adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; 43 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

h. pelaksanaan koordinasi dengn instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; j. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; l. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; m. pelaksanaan teknis pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; n. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan o. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD 7. Susunan Organisasi UPTD Kesatuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan, terdiri dari : a. Kepala UPTD; b. Sub Bagian Tata Usaha; c. Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan; d. Seksi Pengamanan dan Keanekaragaman Hayati; dan e. Kelompok jabatan Fungsional. UPTD Kesatuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan merupakan perangkat teknis operasional dan teknis penunjang pada Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di pimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. Seksi-seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala UPTD. UPTD Kesatuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai tugas melaksanakan melaksanakan sebahagian kegiatan teknis operasional dan atau 44 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan dan pengembangan taman hutan raya meliputi perencanaan, pengembangan, pengorganisasian, pelaksanaan pengendalian dan pengawasan. Fungsi UPTD Kesatuan Pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan adalah : a. penyusunan rencana pengelolaan dan pengembangan taman hutan raya; b. pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; c. pelaksanaan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; d. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; e. pelaksanaan pembinaan kegiatan rehabilitasi hutan; f. pelaksanaan perlindungan dan pengamanan kawasan; g. pelaksanaan pembinaan dan pemanfaatan zona-zona dalam taman hutan raya untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam; h. pelaksanaan koordinasi investasi dan kolaborasi pengembangan dan pengelolaan taman hutan raya; i. pelaksanaan koordinasi pengelolaan dengan instansi dan lembaga terkait; j. pelaksanaan pengelolaan habitat dan penangkaran satwa liar; k. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sekitar; dan l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan. Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan mempunyai tugas memimpin UPTD dalam melaksanakan kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah di bidang pengelolaan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan yang meliputi kegiatan perencanaan dan pengembangan, pengorganisasian, pelaksanaan pengendalian dan pengawasan dalam wilayah kerjanya. 45 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Fungsi Kepala UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan adalah : a. pengendalian teknis urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan; b. pengendalian dan pembinaan teknis penyusunan rencana pengelolaan taman hutan raya; c. pengendalian dan pembinaan teknispengelolaan dan pemanfaatan taman hutan raya; d. pengendalian dan pembinaan teknisperlindungan dan pengamanan hutan; e. pengendalian dan pengkoordinasian teknis investasi pengembangan dan pengelolaan; f. pembinaan teknis pemberdayaan masyarakat; g. pembinaan dan pengendalian teknis kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan h. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja UPTD, pengelolaan urusan umum, rumah tangga, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, hubungan masyarakat, perpustakaan dan pelayanan administrasi di lingkungan UPTD. Fungsi Sub Bagian Tata Usaha adalah : a. pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, kerumahtanggaan, kehumasan, dokumentasi dan perpustakaan; b. pelaksanaan keorganisasian dan ketatalaksanaan; c. pelaksanaan penyusunan program kerja, perencanaan, rencana anggaran dan pelaporan; d. pelaksanaan penyiapan data, informasi, dan penyelenggaraan Inventarisasi aset; dan e. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. 46 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan mempunyai tugas melaksanakan inventarisasidan pengembangan potensi sumber daya hutan, perencanaan pengelolaan kawasan taman hutan raya, penatagunaan kawasan, pengukuran dan pemetaan. Fungsi Seksi Pengembangan dan Pemanfaatan adalah : a. pelaksanaan penyusunan rencana pengelolaan dan pengembangan taman hutan raya; b. pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan; c. pelaksanaan pemanfaatan zona-zona dalam taman hutan raya untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam; d. pelaksanaan koordinasi investasi pengembangan dan pengelolaan taman hutan raya; e. pelaksanaan koordinasi pengelolaan dengan instansi dan lembaga terkait; f. pelaksanaan pengelolaan habitat dan penangkaran satwa liar; g. pelaksanaan pemberdayaan masyarakat; h. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan i. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala UPTD. Seksi Pengamanan dan Keanekaragaman Hayati mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pencegahan dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan, kawasan Tahura, kebakaran hutan, perambahan, illegal logging, peredaran dan perdagangan hasil hutan illegal, penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, penguasaan dan perdagangan flora dan fauna yang dilindungi, serta pelanggaran tindak pidana bidang kehutanan. Fungsi Seksi Pengamanan dan Keanekaragaman Hayati adalah : a. pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, gangguan ternak, perambahan dan okupasi kawasan hutan, penebangan hutan dan peredaran hasil hutan tidak sah; b. pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan pengamanan pemanfaatan hutan; c. pelaksanaan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; 47 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

d. pelaksanaan pengawasan tertib peredaran hasil hutan; e. pelaksanaan sosialisasi peraturan perundang-undangan kehutanan; f. pelaksanaan koordinasi dan pencegahan gangguan keamanan hutan dan kebakaran hutan; g. pelaksanaan peningkatan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam; h. pelaksanaan upaya preventif, pre-emtif, dan represif dalam perlindungan dan pengamanan hutan; i. pelaksanaan koordinasi dengan instansi penegak hukum dan instansi terkait dalam upaya perlindungan dan pengamanan hutan; j. pelaksanaan penegakan hukum kehutanan; k. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan polisi kehutanan; l. pelaksanaan kerjasama dan koordinasi dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) kehutanan dan pengaman hutan partisipatif; m. pelaksanaan pembinaan kelompok pecinta lingkungan dan konservasi alam; n. pelaksanaan pembinaan, pemantauan dan pengamanan batas kawasan hutan; o. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan; dan p. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh kepala UPTD. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan (terlampir) 2.2 Sumber Daya SKPA Sumber daya manusia Dinas Kehutanan Aceh per 1 Juli 2012 sebanyak 479. Rincian pegawai menurut pendidikan, golongan kepegawaain dan Jabatan Struktural serta Fungsional dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2.2.1. KUALIFIKASI PENDIDIKAN PEGAWAI No Kualifikasi SDM Jenjang Pendidikan SD SLTP SLTA D-1 D-2 D-3 S-1 S-2 S-3 Jumlah 1 Pegawai Negeri Sipil - - - - - - - - - - Dinas 1 2 57 3 82 22 167 UPTD 4 10 1 15 2 Tenaga Honorer/Kontrak - - - - - - 3 Tenaga Dari Luar - - - - - - - - - - (outsourcing) Jumlah 1 2 61 3 - - 92 23-182 48 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Tabel 2.2.2. JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) No Kualifikasi SDM Golongan Kepegawaian I II III IV Jumlah 1 Pegawai Negeri Sipil 1 43 130 8 182 2 Tenaga Honorer/Kontrak - - - - 50 3 Tenaga Dari Luar - - - - - (outsourcing) Jumlah 1 43 130 8 232 Tabel 2.2.3. JABATAN STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL No ESELONEERING Jabatan. I II III IV FUNGSIONAL 1 Kepala Dinas - 1 - - 1 2 Sekretaris - - 1-1 3 Kepala Bidang - - 5-5 4 Kasubbag/Seksi - - - 18 18 5. Fungsional - - 1-1 Jumlah - 1 7 18 26 Untuk Asset/Modal, Dinas Kehutanan Aceh per 9 Juli 2012 memiliki asset berupa peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, Asset tetap lainnya dan Kontruksi dalam jaringan dengan rincian dapat dilihat seperti tabel di bawah ini yaitu : No Urut Gol Kode Barang Tabel 2.2.4. Rekapitulasi Barang Daerah Dinas Kehutanan Aceh Nama Bidang Barang Nilai Asset Tahun 2008-2012 49 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh Jumlah Asset Tahun 2008-20012 1 2 3 4 5 6 7 1 01 TANAH 01 Tanah 8.796.634.200 139 Unit 2 02 PERALATAN DAN MESIN 02 m. Alat-alat Besar 430.950.000 8 Unit 03 n. Alat-alat Angkutan 10.944.820.500 571 Unit 04 o. Alat-alat bengkel dan alat 322.579.500 12 Unit ukur 05 p. Alat-alat Pertanian/ 1.692.677.900 23 unit peternakan 06 q. Alat-alat Kantor dan Rumah 4.233.315.600 296 Unit Ket

Tangga 07 r. Alat-alat Studio dan 1.385.159.150 53 Unit Komunikasi 08 s. Alat-alat Kedokteran - - 09 t. Alat-alat Laboratorium - - 10 u. Alat-alat Keamanan - - 3 03 GEDUNG DAN BANGUNAN 11 a. Bangunan Gedung 13.441.859.613 213 Unit 12 b. Bangunan Monumen - - 4 04 JALAN, IRIGASI DAN JARINGAN 13 a. Jalan dan Jembatan 484.147.000 2 Paket 14 b. Bangunan Air/Irigasi - - 15 c. Instalasi 521.935.400 13Paket 16 d. Jaringan 237.469.000 3 Paket 5 05 ASSET TETAP LAINNYA 17 a. Buku Perpustakaan 167.498.900 6 Paket 18 b. Barang Bercorak - - 19 c. Hewan ternak dan - - Tumbuhan 20 d. Bantuan Lain-lain Pembangunan Ekonomi Masyarakat - - 6 06 KONTRUKSI DLM PEKERJAAN 21 a. Kontruksi dlm pekerjaan 578.298.200 2 Unit JUMLAH 43.680.505.963 1.341 2.3 Kinerja Pelayanan SKPA Berbagai upaya Pembangunan Kehutanan yang telah dilaksanakan melalui program kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya sampai dengan saat ini telah menghasilkan perubahan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat. Program dan kegiatan utama antara lain : 1. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan : a. Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu dengan Penyediaan bibit gaharu untuk konservasi dan pengembangan hutan rakyat pada 3 Kabupaten seluas 70 Ha/35.088 Btg. b. Kegiatan Pengembangan Hutan Tanaman dan Hutan Alam dengan penyediaan bibit tanaman hutan rakyat seluas 518 Ha/259.262 Btg. 50 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

c. Kegiatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dengan frekuensi rapat koordinasi dengan Kab/Kota sebanyak 2 Kali. 2. Program Rehabiitasi Hutan dan Lahan : a. Kegiatan Pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan dengan luas kawasan DAS yang direhabilitasi seluas 637 Ha/318.858 Btg. 3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan : a. Kegiatan Pengembangan taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan dengan luas rehabilitasi hutan dan lahan seluas 56 Ha/35.004 Btg. b. Pembinaan PAMHUT, Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kawasan Hutan dengan 100 % mantapnya status fungsi dan penggunaan kawasan hutan. rekrutmen pamhut yang dilaksanakan mulai tahun 2007 1.000 orang dan tahun 2008 sebanyak 1.000 orang. Sampai dengan tahun 2013 jumlah personil pamhut sebanyak 1.870 orang yang tersebar di 22 kabupaten kota. Adapun Personil pamhut tugasnya adalah melakukan pengamanan hutan dan pencegahan perambahan hutan. c. Operasi Pengamanan dan Pengawasan Taman Hutan Raya yang dikhususkan untuk memperkuat upaya-upaya perlindungan pengamanan di Kawasan Konservasi. d. Pengelolaan Kawasan Lindung, Pengamanan dan Perlindungan Hutan dan Hasil Hutan. Yang bertujuan untuk Pemeliharaan kawasan konservasi, Hutan lindung dan keanekaragam hayati, dan fungsi ekosistem khusus seperti wilayah daerah aliran sungai (DAS), Trumbu karang, dan Hutan Bakau dan Pengawasan terhadap sumber daya alam yang berlebihan. 51 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

.4. Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan.a. Kegiatan Pemantapan dan Pengendalian Kawasan Hutan dengan 100 % mantapnya status fungsi dan penggunaan kawasan hutan..b. Kegiatan Identifikasi Perambahan Kawasan Hutan dan Potensi Pengembangan Hutan dengan output Teridentifikasinya Perambahan Kawasan Hutan dan potensi pengembangan hutan data dan peta di 15 lokasi..c. Kegiatan Penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan, Statistik dan Laporan Kondisi Hutan dengan tersusunnya Dokumen Data Statistik Kehutanan sebagai acuan kebijakan dalam pembaungan kehutanan 1 Laporan.. 2.4 Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA Berdasarkan kajian dalam lima tahun tantangan dan peluangan pembangunan pelayanan SKPA Dinas Kehutanan Aceh yaitu : A. Tantangan 1. Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal. 2. Revitalisasi sektor Kehutanan. 3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. 4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan dan Kehutanan. 5. Pemantapan kawasan hutan. 6. Pengembangan Komoditas Kehutanan 7. Peningkatan kemampuan SDM Kehutanan 8. Penumbuhan kemitraan usaha 9. Pengembangan kelembagaan 10. Investasi usaha Kehutanan 52 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

B. Peluang Untuk 5 (lima) tahun ke depan pembangunan Kehutanan di Aceh lebih ditekankan pada aspek-aspek keadilan, demokrasi, partisipasi dan transparansi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di bidang Kehutanan. Hal inilah yang ingin dicoba untuk diwujudkan dalam paradigma baru pengelolaan hutan dan kebun mendatang di Aceh. Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan eksternal organisasi, meliputi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang diidentifikasi strategi dalam pencapaian visi dan misi dan sasaran pengembangan Dinas Kehutanan Aceh yaitu : Tabel 2.4.1. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Acaman Faktor Internal Faktor Ekstenal Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) 1. Tumbuhnya Investasi Alam, Hutan Tanaman dan Indusrti 2. Lapangan Kerja dsi Sektor Kehutanan Cenderung Meningkat 3. Semakin Tingginya Komitmen Terhadap 1. Memiliki kewenangan dalam pengurusan hutan 2. Kepastian Pembiayaan dari APBA dan APBN 3. Kawasan Hutan Yang Luas dengan Keanekaragam Hayatu yang tinggi 4. Tersedianya sarana dan Prasana Kawasan Hutan (Gedung, Kenderaan dan Perlengkapan lainnya. 5. Peraturan Perundangan dalam Pengurusan Hutan Strategis (S-O) 1. Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan 2. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan 3. Mendorong Investasi dalam Usaha Membina Kehutanan 4. Pengembangan 53 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh 1. Laju Deporetasi dan Deklarasi yang cukup tinggi, Luasnya Lahan Kritis dan LOA serta masih banyaknya Hospot, Pebenangan Liar dan TSP Illegal. 2. Resiko Investasi yang tinggi karena jangka Waktu Yang Panjang 3. Produksi Kayu dari hutan Alam Yang Cenderung Turun 4. Kapasitas SDM dalam Pengelolaan Hutan Masih Rendah 5. Ekosistim Tropika Yang Unik dan Rapuh serta Remote Area Strategis (W-O) 1. Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung DAS 2. Revitalisasi Industri Kehutanan 3. Reformasi Birokrasi 4. Penyediaan Insentif dan Kemudahaan dalam usaha

Pengurusan Hutan dari Dinas Kehutanan/Lembanga Lain. 4. Pendanaaan APBA dan APBn semakin Berorientasi Terhadap Kinerja 5. Dana dan Bantua Dalam Negeri untuk Membantu pengurusan Hutan Ancaman (T) 1. Komplik Lahan dan Tekanan terhadap Kawasan Konservasi Semakin Menganggu Peran Hutan Sebagai Penyangga Kehidupan dan Menimbulkan Fragmentasi Habitat Satwa 2. Pemekaran Wilayah Yang Membutuhkan Penyediaan Lahan 3. Tingginya Jumlah Penduduk Yang Tertinggal Disekitar Hutan 4. Ketidakseimbangan Antara kebutuhan Konsusmsi dan Penyediaan Produk Hasil Hutan 5. Pengelolaan DAS dan kelembagaan Pengelolaan DAS Masih lemah Keanekaragaman Hayati dan Meningkatnya HHBK dan TSL 5. Peningkatan Pendanaan Pembangunan Strategis (S-T) 1. Pemantapan Kawasan Hutan untuk menjamin Pengelolaan Hutan Lestari 2. Pemantapan kawasan Untuk Menjamin Pengelolaan Hutan Lestari 3. Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistimnya 4. Pemuatan Kapasitas Daerah 5. Kabupate/Kota dalam Pengelolaan Hutan 6. Pengamanan Hutan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan 7. Desentralisasi Kehutanan. Dibidang Kehutanan Strategis (W-T) 1. Penguatan Kelembagaan Kehutanan 2. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan 3. Rasionalisasi Luas kawasan Hutan 4. Peningkatan Kasitas Penegak Hukum dalam Penangulangan Gangguan Kawasan Hutan 54 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA A. Permasalahan 1. Degradasi hutan antara lain disebabkan oleh pengelolaan hutan yang tidak tepat, pembukaan kawasan hutan dalam skala besar, perubahan peruntukan kawasan hutan baik legal maupun illegal, over cutting dan illegal logging, perambahan, okupasi lahan dan kebakaran hutan maupun bencana alam. Pada aspek sosial-ekonomi masyarakat lokal, dampak kegiatan pengusahaan hutan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya tidak cukup nyata. Kondisi tersebut menjadi tekanan yang menyebabkan sulit tercapainya pengelolaan hutan secara lestari. 2. Pembangunan Kehutanan yang telah dilakukan secara partial dimasa lalu terbukti belum seluruhnya mampu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu pembangunan Kehutanan kedepan haruslah dilakukan dengan pendekatan Biofisik pada suatu kawasan pengembangan yang dilakukan secara simultan dengan melibatkan berbagai petani dan stakeholder terkait atau dilakukan secara terpadu. 3. Saat ini Kesenjangan bahan baku merupakan masalah besar yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya hutan. Kekurangan bahan baku untuk industri pengolahan kayu telah mendorong banyaknya penebangan melebihi ketentuan (overcuting) maupun penebangan ilegal. Sementara itu upaya pengembangan sumber bahan baku dengan membangun hutan tanaman tidak sesuai dengan target yang ditetapkan, sehingga belum dapat diandalkan sebagai sumber bahan baku. Pengembangan alternatif pemenuhan kebutuhan bahan baku kayu dari hutan rakyat akan merupakan salah satu opsi yang strategis. Selain itu, Kebakaran hutan merupakan 55 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

masalah besar yang secara signifikan mengancam pula kelestarian sumberdaya hutan, sementara penanganannya belum berjalan baik. Kondisi ini pun tidak terlepas dari lemahnya sistem pengawasan yang diakibatkan oleh orientasi pada produksi kayu dan kurang memperhatikan kelestarian sumberdaya hutan sebagai indikator kinerja. 4. Adanya musibah bencana alam dan tsunami di Nanggroe Aceh Darusslam pada akhir tahun 2004 juga telah memperbesar degradasi kawasan lindung daerah pesisir dan jumlah lahan kebun yang sebelumnya memang telah berada dalam kondisi yang relatif kritis akibat tekanan penduduk untuk berbagai keperluan. Sumberdaya alam berupa hutan mangrove sebagian besar telah rusak dan bahkan hilang sehingga akan berdampak negatif bagi kualitas lingkungan. 6. Pada aspek sumberdaya manusia dan sarana Kehutanan, jumlah aparatur Kehutanan baik di Provinsi maupun di Daerah, relatif sangat kurang memadai jika dibandingkan dengan luasan kawasan hutan dan kebun yang ada. Tabel. 3.1.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPA Dinas Kehutanan Provinsi Aceh Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) 56 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) Permasalahan Pelayanan SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Masih belum dilakukan pengukuhan tata batas seluas 1.427 Km, dan Masih belum dilaksanakan nya batas fungsi seluas 1.744 Km..2.Maraknya perambahan kawasan hutan 1. Telah dilaksanaka n tata batas sepanjang 3.625 Km. 2. Telah dilaksanaka n batas fungsi seluas 578 Km. Perambahan kawasan hutan yang dilakukan untuk berbagai Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan kawasan hutan Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan kawasan hutan dan kepastian pembiayaan. Kurangnya kepastian hukum dan status kawasan hutan yang jelas. Konflik Lahan dan Tekanan terhadap kawasan konservasi semakin menganggu peran hutan sebagai penyangga kehidupan. Pemekaran wilayah, kebutuhan lapangan kerja yang Birokrasi dan kapasitas SDM dalam Bidang Keplanologian masih rendah.

Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) 57 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) Permasalahan Pelayanan SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 3. Perlu adanya peningkatan pengelolaan hasil hutan kayu dan non kayu yang baik dan lestari sehingga dapat memberikan manfaat untuk peningkatan kesejahteraa n rakyat. 4. Ketersediaan kayu legal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sangat terbatas Peningkatan lahan kritis pasca Tsunami dan pembalakan liar serta kebakaran hutan sehingga diperlukan Rehabiliatasi Hutan dan lahan kepentingan baik untuk areal kebun, ilegal loging, perumahan, dan perkampungan masyarakat. Produksi hasil hutan non kayu cendrung turun sehingga diperlukan optimalisasi aneka fungsi hutan dan ekosistem termasuk perairannya Sumber kayu legal saat ini hanya berasal dari land clearing, izin pemungutan kayu dan kayu milik masyarakat tidak sebanding dengan tingginya permintaan bahan baku kayu..sehingga menimbulkan dampak pemenuhan pasokan secara ilegal. Deforestasi akibat kebijakan yang lebih mementingkan aspek ekonomi dari aspek lingkungan serta prilaku manusia Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDRB (PSDH/DR) Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap PDRB (PSDH/DR Masih kurangnya data dan informasi menyangkut kelembagaan hasil hutan non kayu. Belum adanya PP yaitu turunan dari UUPA No. 11 Tahun 2006, sehingga sulit mengimplementasikan norma, standar, prosedur dlm pelaksanaan bidang kehutanan di aceh. membutuhkan penyediaan lahan. Tanaman kehutanan masih dianggap belum memiliki prospek yang baik guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Belum adanya keyakinan yg kuat masyarakat terhadap pemanfaatan ekonomi tanaman kehutanan, sulitnya mekanisme utk memanen dan memasarkan tanaman kehutanan. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga hutan agar tetap lestari Belum terbentuknya Lembaga Pengelolaan pada Tingkat Tapak yang berbasis DAS dan masyarakat lokal IUPHHK-HTI dan HTR serta izin IPHHK-HA harus lebih di optimalkan sehingga pengelolaan hutan secara lestari dpt dilaksanakan.

Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini Standar yang Digunakan Faktor yang Mempengaruhi INTERNAL (KEWENANGAN SKPD) EKSTERNAL (DILUAR KEWENANGAN SKPD) Permasalahan Pelayanan SKPD (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kurangnya komitmen dinas /lembaga lain dalam pengelolaan hutan dan bantuan dana dalam negri untuk membantu pengurusan hutan Perlunya perubahan pola tata ruang aceh akibat adanya perubahan peruntukan tata guna lahan Perlunya adanya penetapan batas kawasan hutan baik kawasan lindung, dan kawasan budidaya Kerusakan kawasan hutan Keterbatasan teknologi yang digunakan sehingga masih ada alokasi ruang yang tidak sesuai dengan fungsinya. Tidak ada kesepahaman masyarakat baik hulu dan hilir tentang pemahaman tata ruang wilayah 3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Menelaah visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan selama kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Kehutanan yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut. VISI : Aceh yang bermartabat sejahtera berkeadilan dan mandiri berlansakan Undang-undang Pemerintah Aceh sebagai wujud MoU Helsinki. MISI : 1. Memperbaiki tata kelola Pemerintah Aceh yang amanah melalui implementasi dan penyelesaian turunan UUPA untuk menjaga perdamaian yang abadi. 1. Menerapkan nilai-nilai budaya Aceh dan Nilai-nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat. 58 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

2. Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia. 3. Melaksanakan Pembangunan Aceh yang proposional, terintegrasi dan berkelanjutan. 4. Mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SDA. Di dalam mensernergikan misi yang ada di Dinas Kehutanan Aceh selaras dengan misi ke 3 yaitu memperkuat struktur ekonomi dan sumber daya manusia. Program Prioritas Pemerintah Aceh Tahun 2012-2017 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan 2. Pelaksanaan Nilai- nilai Dinul Islam, Sosial, Adat dan Budaya 3. Peningkatan Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk Pertanian 4. Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 5. Peningkatan dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi 6. Peningkatan Mutu Pendidikan 7. Pelayanan Kesehatan Masyarakat 8. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan 9. Bina Keberlanjutan Perdamaian 10. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Pengurangan Resiko Bencana 11. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsive Gender dan Berbasis Pada Pemenuhan Hak Anak. Di dalam mensernergikan misi yang ada di Dinas Kehutanan Aceh selaras dengan misi ke 3 yaitu memperkuat struktur ekonomi dan sumber daya manusia dan sesuai dengan program prioritas pemerintah aceh tahun 2012-2017 untuk bidang kehutanan program prioritas 9 yaitu peningkatan kualitas lingkungan dan pengurangan resiko bencana. Hasil identifikasi tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Kehutanan yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala 59 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

daerah dan wakil kepala daerah terpilih ini juga akan menjadi input bagi perumusan isu-isu strategis pelayanan Dinas Kehutanan Aceh. Oleh karena itu, issu-issu yang dirumuskan tidak saja berdasarkan tinjauan terhadap kesenjangan pelayanan, tetapi juga berdasarkan kebutuhan pengelolaan faktor-faktor agar dapat berkontribusi dalam pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. 3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Telaahan terhadap Renstra Kementerian Kehutanan dan Renstra Kehutanan SKPD kabupaten/kota, diperlukan dalam upaya menyusun daftar faktor penghambat dan pendorong pelayanan Dinas Kehutanan Aceh yang akan mempengaruhi penanganan permasalahan yang telah diidentifikasi. A. Langkah Strategis Kebijakan Prioritas Pembangunan Kehutanan : Kebijakan Program Kegiatan 1. Pemantapan kawasan hutan 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung DAS Program Perencanaan Makro bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan hutan Program peningkatan fungsi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Berbasis Pemberdayaan Penyusunan Rencana Makro Kawasan Pembangunan KPH Pengukuhan Kawasan Hutan Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Pengendalian Penggunaan kawasan Hutan untuk pembangunan di luar kegiatan kehutanan Penyiapan Pemantapan Kawasan Hutan Pengembangan Perbenihan Tanaman Hutan Pembinaan Penyelenggaraan Pengelolaan DAS Pengembangan Perhutanan Sosial Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan 60 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

3. Pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan 4. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan 5. Pemberdayaan Masyarakat sekitar hutan Masyarakat Program konservasi dan keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan Program Peningkatan Usaha Kehutanan Program Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan Lahan dan Reklamasi Hutan Perencanaan, penyelenggaraan RHL, Pengembanagan Kelembagaan dan evaluasi DAS Perencanaan, pengembangan kelembagaan dan evaluasi hutan manggrove Penyelenggaraan perbenihan tanaman hutan Pengembangan persuteraan alam Penyidikan dan pengamanan hutan Pengendalian kebakaran hutan Pengembangan dan pengelolaan TN Pengembangan pengelolaan KSDA Perencanaan Pemanfaatan dan peningkatan usaha kawasan hutan Peningkatan Usaha Hutan Alam Peningkatan usaha hutan tanaman Peningkatan tertib peredaran hasil hutan dan iuran kehutanan Peningkatan Usaha Industri primer kehutanan Pengembangan Penyuluhan Kehutanan Pelayanan penyuluh kehutanan 61 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis A. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Tujuan dan sasaran RTRW, struktur dan pola ruang, indikasi program pemanfaatan ruang jangka menengah Provinsi Aceh memiliki beragam kekayaan sumberdaya alam antara lain minyak dan gas bumi, pertanian, industri, perkebunan, perikanan darat dan laut, pertambangan umum yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh. No Rencana Pola Ruang Tabel 3.4.1. Hasil Telaahan Pola Ruang Wilayah Pola ruang saat ini (ha) Indikasi program pemanfaatan ruang pada periode perencanaan berkenaan 62 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh Pengaruh rencana Pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan SKPD Arahan lokasi pengemban gan pelayanan SKPD 1 2 3 4 5 6 1. Kawasan Lindung 2.848.820 -Pengukuhan dan pemantapan (darat + perairan) batas kawasan lindung -perlindungan dan pengamanan hutan -Rehabilitasi hutan dan lahan pada daerah aliran sungai -Peningkatan koordinasi dalam pengelolaan kawasan konservasi -Pengembangan pengelolaan kawasan lindung secara kolaboratif -Pengembangan potensi jasa ekosistem -Meminimalisir konflik tenurial -Percepatan proses pengukuhan kawasan hutan. -Pembentukan unit pengelolaan pada tingkat tapak. -peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kehutanan. -Pemenuhan sarana, prasarana dan pendanaan secara proporsional. -Review dan rencana perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan secara -Cagar Alam : 2 Kabupaten/ kota. -Taman Nasional : 5 Kabupaten/ kota - Suaka Marga Satwa: 3 Kabupaten/ kota -Taman Buru : 1 Kabupaten/ kota - Hutan Lindung : 21 Kabupaten/ kota

2. Kawasan Budidaya a.kehutanan b.non Kehutanan dengan (merubah peruntukan, enclave) untuk mengakomodir keberadaan masyarakat, proyek dan rencana program pemerintah yang berada didalam kawasan hutan 713.239 -Optimalisasi pemanfaatan hutan produksi secara lestari -pengembangan potensi jasa ekosistem hutan -Pelibatan dan penyadaran masyarakat secara aktif dan partisifatif dalam pengelolaan kawasan hutan -Meminimalisir konflik tenurial dengan (merubah peruntukan, enclave) untuk mengakomodir keberadaan masyarakat, proyek dan rencana program pemerintah yang berada didalam kawasan hutan 2.325.797 -Pemanfaatan kawasan budidaya secara berkelanjutan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan parsial dan integrasi melalui RTRWA -Percepatan proses pengukuhan kawasan hutan. -Pembentukan unit pengelolaan pada tingkat tapak. -peningkatan kapasitas sumber daya manusia pengelola kehutanan. -Pemenuhan sarana, prasarana dan pendanaan secara proporsional. -Review dan rencana perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan secara parsial dan integrasi melalui RTRWA -Pelibatan institusi lintas sektoral dalam proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi -Hutan Produksi : 19 kabupaten/ kota -Rencana penetapan Aceh sebagai tuan penyelengg araan PON XX tahun 2020 membutuh kan lahan ±2.900 ha pada Hutan Produksi tetap. 63 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

-Intensifikasi pengembangan dan pemanfaatan kawasan budidaya -Penerapan wajib izin lingkungan terhadap perizinan pemanfaatan kawasan budidaya yang berdampak penting dan memiliki cakupan yang luas terhadap pemanfaatan kawasan budidaya. -Penegakan hukum yang terkait dengan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup B. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Topografi wilayah Aceh beragam tergolong ke dalam wilayah datar hingga bergunung.wilayah dengan topografi daerah datar dan landai sekitar 32 persen dari luas wilayah, sedangkan berbukit hingga bergunung mencapai sekitar 68 persen dari luas wilayah.daerah dengan topografi bergunung terdapat di bagian tengah Aceh yang merupakan gugusan pegunungan bukit barisan dan daerah dengan topografi berbukit dan landai terdapat dibagian utara dan timur Aceh. Berdasarkan kelas topografi wilayah yang ditunjukkan Gambar 2.3, Provinsi Aceh yang memiliki topografi datar (< 8 m) tersebar di sebagian besar sepanjang pantai barat selatan dan pantai utara timur seluas 2.795.650,22 Ha; dataran landai (8 15%) tersebar di antara pegunungan Seulawah dengan Sungai Krueng Aceh, di bagian tengah kabupaten/kota yang berada di wilayah barat selatan dan pantai utara timur dengan luas 1.209.573,1 Ha; agak curam (16-25 %) seluas 1.276.759,5 Ha hingga curam (26 40%) dengan luas 219.599,85 Ha tersebar di daerah tengah; dan wilayah sangat curam (> 64 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

40%) dengan total luas 175.498,3 Ha merupakan punggung pegunungan Seulawah, gunung Leuser, dan bahu dari sungai-sungai. Sebaran ketinggian/elevasi daratan wilayah diukur menurut selang ketinggian rata rata 125 m dari permukaan air laut. Berdasarkan Gambar 2.3 beberapa wilayah memiliki empat level ketinggian: 1) Dengan ketinggian 0-125 m dpl berada di Banda Aceh dan sebagian Aceh Besar, hampir seluruh bagian Simeulue, Sabang, dan pulo Aceh, serta sebagian besar pesisir Aceh; pada bagian Barat, Selatan dan Timur Aceh bentuk dataran ini cenderung lebih lebar; 2) Daerah dengan ketinggian 125 1.000 m dpl terdapat diseluruh kabupaten/kota kecuali Kota Banda Aceh, Kota langsa, dan Pulo Aceh; 3) Daerah berketinggian 1.000 2.000 m dpl mulai terlihat ke tengah, dimana daerah yang dominan adalah kabupaten : Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara; 4) Daerah paling tinggi dihitung > 2.000 m dpl berada didaerah sekitar Gunung Peut Sagoe, Gunung Bur Ni Telong dan Geureudong, dan pegunungan Leuser. 3.5 Penentuan Isu-isu Strategis Sesuai dengan arahan fungsi hutan aceh sesuai dengan SK. Gubernur No. 19 Tahun 1999, Tanggal 19 Mei 1999 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 170/KPTS-II/2000 bahwa kawasan hutan di wilayah daratan Aceh yang luasnya mencapai 3.335.613 ha merupakan modal pembangunan yang sangat penting dan strategis. Peran hutan ini bukan hanya penting bagi pengembangan sektor Kehutanan sendiri tetapi juga dibutuhkan untuk kelangsungan pembangunan sektor-sektor lain seperti pertanian, perhubungan, pemukiman, dan sebagainya. Disadari sampai saat ini fungsi hutan sebagai mata rantai kehidupan belum mendapat penilaian yang wajar. Publik pada umumnya masih menilai hutan hanya sebagai penghasil kayu dan penyedia lahan untuk berbagai keperluan. Multifungsi hutan serta forward dan backward linkages kehutanan yang sangat panjang dan luas belum mendapat tempat yang semestinya. Hal ini misalnya 65 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

terlihat dari proporsi anggaran pembangunan Kehutanan yang masih sangat terbatas. Persepsi yang cenderung undervalued tersebut telah menyebabkan banyak kawasan hutan yang mengalami degradasi. Oleh karena itu upaya memantapkan batas kawasan hutan, meningkatkan rehabilitasi hutan serta perlindungan hutan dan konservasi lingkungan menjadi sangat penting. Pemantapan batas kawasan hutan perlu dilakukan karena menjadi titik tolak bagi kepastian hukum berbagai kegiatan, baik yang dilakukan oleh dunia usaha maupun kegiatan pembangunan pemerintah. Tanpa adanya kepastian batas kawasan hutan pengelolaan hutan secara lestari mustahil dapat diwujudkan. Oleh karena itu upaya melakukan pemeliharaan dan rekonstruksi batas kawasan hutan serta penataan batas kawasan hutan menjadi kegiatan utama yang harus dilakukan. Begitu juga dengan upaya merehabilitasi hutan, perlu dilakukan lebih cepat dari laju degradasinya sehingga hasilnya dapat lebih nyata. Berdasarkan data yang ada saat ini, menunjukkan bahwa indikasi kawasan hutan yang perlu direhabilitasi adalah seluas 1.626.800 ha, baik yang berada di dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan. Kondisi ini memerlukan adanya komitmen yang kuat dari semua pihak. Degradasi hutan antara lain disebabkan oleh kegiatan illegal logging, perambahan kawasan hutan, pemukiman, okupasi oleh berbagai pihak, pemekaran wilayah kabupaten, kebakaran hutan maupun bencana alam. Hal ini juga terkondisikan oleh kurangnya personil pengamanan hutan, terbatasnya sarana pengamanan hutan, anggaran yang minimalis, masih lemahnya koordinasi antar lembaga, kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan, tidak ditaatinya tata ruang yang ada, serta lemahnya penegakan hukum. Semua ini memerlukan penanganan yang sinergis dan berkelanjutan. Berbagai upaya pembangunan dibidang Kehutanan telah dilaksanakan untuk memulihkan ekonomi rakyat yang semakin terpuruk sebagai akibat dari krisis multi dimensi yang melanda hampir seluruh wilayah Aceh. Adanya musibah bencana alam gempa dan tsunami di Aceh telah memperbesar 66 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

degradasi kawasan lindung daerah pesisir yang sebelumnya memang telah berada dalam kondisi yang relatif kritis akibat tekanan penduduk untuk berbagai keperluan. Sumberdaya alam berupa hutan mangrove yang sangat penting bagi untuk perlindungan manusia dan kehidupan biota pesisir ini sebagian besar telah rusak dan bahkan telah hilang dari habitatnya. Berbagai kondisi tersebut di atas pada tahun 2012-2017 akan diupayakan dapat ditangani melalui berbagai program dan kegiatan sesuai dengan paradigma baru pengelolaan hutan. 67 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

IV VISI, MISI DAN SASARAN, STRATEGIS, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPA Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, telah ditetapkan oleh pendahulu kita dalam UUD 1945 Pasal 33. Hal ini juga ditegaskan dalam UU No. 41 tahun 1999. Hutan sebagai salah satu sumber kekayaan alam selama ini pemanfaatannya hanya berorientasi pada eksploitasi kayu. Pengelolaan hutan sekarang dan ke depan tidak lagi hanya bertumpu pada kayu tapi resources management yang berbasis masyarakat (community based forest resources management). Hal ini berarti seluruh potensi sumberdaya hutan hasil hutan baik kayu, non-kayu dan kebun maupun jasa lingkungan harus dimanfaatkan secara optimal. Selain itu adanya kebutuhan kayu yang sangat besar yang tidak tercukupi oleh penyedia (supply) kayu yang legal menjadi masalah besar yang sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumberdaya hutan. Kekurangan bahan baku untuk industri pengolahan kayu ini telah mendorong banyaknya penebangan ilegal. Sementara itu upaya pengembangan sumber bahan baku dengan membangun hutan tanaman belum terlaksana sebagaimana diharapkan, sehingga belum dapat diandalkan sebagai sumber bahan baku. Pengembangan hutan tanaman ini harus terus didorong karena inilah andalan untuk pemenuhan kebutuhan kayu di masa depan. Ancaman lain terhadap hutan adalah kebakaran hutan yang terjadi di beberapa tempat yang hampir terjadi secara priodik setiap tahun, baik karena kegiatan pembersihan lahan Kehutanan/pertanian, kegiatan peternakan lepas dan sebagainya. Kondisi ini pun tidak terlepas dari lemahnya kesadaran masyarakat terhadap arti penting dari hutan. 68 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Hutan selain dapat dimanfaatkan juga harus dilindungi. Berbagai kekayaan sumberdaya alam yang terdapat di dalam hutan bukan hanya dapat dimanfaatkan untuk keperluan saat ini tetapi juga merupakan aset potensial untuk kehidupan generasi yang akan datang. Oleh karena itu upaya-upaya perlindungan hutan senantiasa harus tetap dilakukan. I. Visi Melibatkan masyarakat secara luas. Inilah visi pembangunan Kehutanan ke depan di Aceh.Dengan memahami konteks permasalahan yang ada serta kondisi ideal yang ingin diwujudkan, maka visi pengelolaan hutan dan Kehutanan di Aceh dirumuskan sebagai Hutan Lestari, Rakyat Aceh Sejahtera. II. Misi Untuk mencapai cita-cita sebagaimana tergambar dalam visi yang ditetapkan di atas ditetapkan misi sebagai berikut : 1. Menjamin keberadaan hutan. 2. Mengoptimalkan fungsi konservasi, lindung, dan produksi kayu. 3. Meningkatkan daya dukung Catchment Area Melalui Manajemen DAS. 4. Mengoptimalkan distribusi manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan. 5. Membangun kawasan sentra produksi dan sistem agribisnis yang bermuara ke agroindustri. 4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPA Berdasarkan Visi dan Misi Dinas Kehutanan Aceh, maka dapat dijelaskan tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Kehutanan Aceh (tabel terlampir) 4.3 Strategi dan Kebijakan SKPA 4.3.1 Strategi Pembangunan Kehutanan Berdasarkan hasil identifikasi faktor kekuatan, peluang, kendala dan tantangan, diperoleh alternatif-alternatif strategi jangka menengah pembangunan kehutanan Aceh sebagai berikut : Adapun kebijakan stratejik daerah dalam 69 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

pengelolaan Kehutanan di Provinsi Aceh Darussalam adalah sebagai berikut : Melakukan revisi tata ruang sesuai kebutuhan pembangunan berimbang (ekologi, ekonomi dan sosial) Meninjau kembali status luas dan izin konsesi hutan Merasionalisasi industri kayu sesuai dengan ketersediaan bahan baku Pengembangan hasil hutan non kayu Penataan kembali lembaga dan tata hubungan kerja pengelolaan hutan aceh Reorientasi prioritas lokasi penanaman (RHL) Mengupayakan berbagai sumber dana (APBK, APBA, APBN, Donor, Karbon Market, dll) Mengembangkan hutan tanaman (HTI/HTR, Hutan Rakyat) dan kebun. Penegakan hukum Penerapan sistem pengamanan hutan menjadi lebih efisien dan efektif Menambah jumlah jagawana dan rekruitment Polhut Kontrak Penertiban peralatan eksploitasi Melakukan restrukturisasi kelembagaan dan penyelenggaraan pengelolaan hutan dan Kehutanan. Memantapkan pengurusan hutan dan Kehutanan berdasarkan Undang- Undang No. 11 Tahun 2006. Kunci keberhasilan dalam pembangunan Kehutanan dipengaruhi oleh faktorfaktor positif internal (kekuatan) ketersediaan sumberdaya manusia, manajemen dan organisasi kelembagaan, sedangkan faktor positif eksternal (peluang) yaitu faktor yang mampu mendukung sehingga pencapaian tujuan dan sasaran organisasi maksimal. Faktor-faktor pendukung tersebut dioptimalkan dengan memperhatikan juga faktor negatif, baik internal (kelemahan) maupun eksternal (tantangan). 3.5.1 Kebijakan Pembangunan Kehutanan Untuk mencapai sasaran pembangunan jangka menengah sebagaimana diuraikan sebelumnya, Dinas Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam menetapkan 12 (dua belas) Kebijakan Prioritas periode 2009 (Prioritas Kebijakan 70 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

Pembangunan Nasional) : 1. Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu illegal. 2. Revitalisasi sektor Kehutanan. 3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan. 4. Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan dan Kehutanan. 5. Pemantapan kawasan hutan. 6. Pengembangan Komoditas Kehutanan 7. Peningkatan kemampuan SDM Kehutanan 8. Penumbuhan kemitraan usaha 9. Pengembangan kelembagaan 10. Investasi usaha Kehutanan 11. Peningkatan dukungan terhadap ketahanan pangan 12. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup 71 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh

V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF A. Program Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Dinas Kehutanan Aceh maka pada Tahun 2012-2007 ditetapkan 11 (sebelas) program utama sebagai berikut : 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan 2. Pelaksanaan Nilai- nilai Dinul Islam, Sosial, Adat dan Budaya 3. Peningkatan Ketahanan Pangan dan Nilai Tambah Produk Pertanian 4. Pengurangan Kemiskinan dan Pengangguran 5. Peningkatan dan Optimalisasi Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi 6. Peningkatan Mutu Pendidikan 7. Pelayanan Kesehatan Masyarakat 8. Optimalisasi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan 9. Bina Keberlanjutan Perdamaian 10. Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Pengurangan Resiko Bencana 11. Perencanaan dan Penganggaran yang Responsive Gender dan Berbasis Pada Pemenuhan Hak Anak. Pada dasarnya sembilan jenis program diatas bersifat saling melengkapi. Sebagai contoh, program Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan beberapa kegiatannya dilakukan dengan sekaligus bertujuan untuk mendukung pembangunan bidang ekonomi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Bentuk kegiatan disesuaikan dengan daya dukung lingkungan/ekosistem alamiah kawasan berdasarkan kepentingan sosial ekonomi masyarakat sekitar dan pembangunan daerah. 72 Rancangan Awal Renstra Tahun 2012-2017 Dinas Kehutanan Aceh