BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolonoskopi saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk menangani pasien-pasien dengan penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. bagi manusia, khususnya bidang diagnostik, salah satunya adalah teknik

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

PENGARUH AKTIFITAS FISIK DALAM MENINGKATKAN KEBERSIHAN KOLON PERSIAPAN KOLONOSKOPI DI IBS RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

SKRIPSI SULASTRI J

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN. anestesi yang dilakukan terhadap pasien bertujuan untuk mengetahui status

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN BUBUR KECAP DENGAN TANPA PEMBERIAN BUBUR KECAP TERHADAP KEBERSIHAN KOLON UNTUK PERSIAPAN TINDAKAN KOLONOSKOPI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. dewasa, dimana pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dari hasil gangguan jantung fungsional atau struktural yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &

BAB I PENDAHULUAN. rektum yang khusus menyerang bagian sekum yang terjadi akibat gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien hospitalisasi (Abolhassani et al., 2006; Daneshmandi et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

serangan yang cepat dan penyembuhannya dapat diprediksi (Lazarus,et al., 1994).

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

a) Mengenal Analisis Kualitatif b) Mengetahui komponen Analisis Kualitatif c) Mengenal perbedaan analisis kuantitatif dan kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. awam menyebutnya dengan tumor ganas. Menurut World Health Organization /

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), kanker menempati urutan ke-3

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB III METODE PENELITIAN. Standar Prosedur Operasional. Gambar 3.1 Kerangka Konsep

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolonoskopi saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan teraupetik yang sangat penting untuk menangani pasien-pasien dengan penyakit saluran pencernaan bagian bawah. Selain mempunyai kemampuan diagnostik visual, alat kolonoskopi bisa digunakan untuk pengambilan sampel jaringan (biopsi) untuk konfirmasi histologis dan juga bisa digunakan sebagai alat terapi pada kasus polip atau reseksi kanker secara dini (Chan, 2011). Selain itu alat kolonoskopi telah mengalami perubahan dari yang tadinya sangat kaku menjadi lebih lentur sehingga lebih nyaman bagi pasien. Oleh karena itu alat kolonoskopi saat ini sudah mempunyai akurasi yang tinggi dalam mendeteksi awal suatu penyakit saluran pencernaan bagian bawah terutama pada kasus keganasan (Simadibrata, 2008). Kolonoskopi merupakan metode standar untuk memeriksa usus besar. Ketepatan diagnostik dan keamanan terapi kolonoskopi sangat tergantung pada kualitas pembersihan kolon atau persiapan usus. Persiapan usus yang kurang telah terbukti secara signifikan menghalangi kemampuan diagnostik kolonoskopi standar. Penelitian telah melaporkan bahwa deteksi tumor kecil atau polip berkurang secara signifikan pada pasien dengan persiapan usus yang kurang bagus. Sementara beberapa penelitian lain melaporkan bahwa persiapan usus kurang baik akan mengurangi deteksi tumor kolon kecil (polip 1

9 mm). Oleh karena itu persiapan kebersihan usus yang baik merupakan persyaratan untuk suksesnya tindakan kolonoskopi. Persiapan usus yang ideal untuk kolonoskopi akan mengosongkan kolon dari semua feces dengan cara yang cepat dengan tidak ada perubahan kasar atau perubahan histologis dari mukosa kolon. Selain itu juga meminimalkan ketidaknyamanan pasien dan perubahan dalam cairan tubuh atau elektrolit serta harganya terjangkau. Namun, tidak ada persiapan usus yang saat ini memenuhi semua persyaratan tersebut (Wexner, 2006). Menurut Chan (2011) bahwa persiapan usus yang bersih merupakan salah satu aspek yang paling sulit dalam tindakan kolonoskopi. Murdani (2007) menyatakan bahwa akurasi hasil pemeriksaan atau diagnosis pada kolonoskopi tergantung dari kualitas persiapan yaitu pembersihan kolon. Persiapan usus pada kolonoskopi yang tidak baik menyebabkan tidak bersihnya kolon sehingga bisa mengakibatkan lolosnya lesi, pembatalan tindakan, menambah waktu prosedur serta menambah seringnya komplikasi karena kurang tepatnya keputusan diagnosa pasien yang pada akhirnya mengakibatkan kurang tepatnya terapi selanjutnya. Simadibrata (2008) menyatakan bahwa persiapan usus yang kurang baik akan menimbulkan kerugian baik finansial maupun nonfinansial. Pembatalan atau pengulangan pemeriksaan karena persiapan buruk sangat membebani pasien, dan juga rasa tidak nyaman saat persiapan. Sedangkan rasa nyeri, tidak nyaman dan tidak aman selama pelaksanaan karena endoskopist harus sering menyemprot dan menghisap air. Beban yang lain adalah 2

bertambahnya biaya yang dikeluarkan apabila harus mengulangi persiapan dan pemeriksaan. Dampak tidak bersihnya persiapan kolon terhadap pasien adalah memanjangnya lama waktu tindakan kolonoskopi sehingga rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan pasien semakin lama. Apabila dampak tersebut tidak diatasi secara keperawatan pada akhirnya membuat pasien menjadi trauma dan ketakutan. Hal ini sesuai dengan teori keperawatan Healhtcare System dari Betty Neuman bahwa asuhan keperawatan ditujukan untuk mencegah dan mengurangi reaksi tubuh akibat stressor dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier (Anonim, 2015). Sehingga perawat diharapkan bisa mengurangi stressor pada pasien yang dilakukan kolonoskopi dengan tindakan pencegahan baik primer, sekunder, maupun tersier. Chan (2011) mengidentifikasi kualitas persiapan usus dalam studi 501 pasien kolonoskopi adalah sebagai berikut: n = 45 baik (9%), sedang n = 305 (60,9%) dan kurang baik n = 151 (30,1%). Di antara 151 pasien yang memiliki persiapan usus kurang baik, 71 (47%) gagal sesuai dengan instruksi persiapan usus. Menurut Deepak dalam Rocha et al (2011) bahwa persiapan usus yang tidak memadai, jumlahnya sampai sepertiga dari semua prosedur kolonoskopi yang lengkap. Persiapan usus yang kurang baik menghalangi hingga 10% dari pemeriksaan kolonoskopi. Sedangkan menurut Belsey (2007) sekitar satu dari lima tindakan kolonoskopi yang tidak komplit karena persiapan usus yang kurang baik. Menurut Hsueh (2014), bahwa 15% ~ 54% dari pasien yang 3

dilakukan tindakan kolonoskopi memiliki kebersihan usus yang kurang baik sebelum pemeriksaan kolonoskopi. Penelitian yang dilakukan Chan (2011) pada responden yang persiapan ususnya baik lama waktu tindakan kolonoskopi rata-rata selama 18,78 menit sedangkan pada responden yang persiapan ususnya tidak bagus rata-rata 26,67 menit. Dari 23 responden yang merasa nyeri abdomen selama tindakan kolonoskopi 78,1% berasal dari responden yang persiapan ususnya kurang bagus, sedangkan 21,7% berasal dari responden yang persiapan ususnya baik. Berdasarkan studi pendahuluan dari evaluasi 30 hasil pemeriksaan kolonoskopi terhadap kebersihan kolon di IBS RSUP Dr Sardjito didapatkan hasil baik sebanyak 8 pasien (26,67%), sedang 12 pasien (40%), kurang baik 8 pasien (26,67%), dan 2 pasien (6,67%) dengan hasil buruk. Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian serupa yang membahas kebersihan kolon dengan agen pembersih Natrium Phosphat. Cara untuk mengatasi masalah kebersihan kolon yang kurang baik telah banyak dilakukan dengan penelitian-penelitian diantaranya adalah dengan uji coba obat pembersih kolon (colyte) dan obat premedikasi. Termasuk juga penelitian mengenai jenis, dosis, efek obat gabungan, waktu pemberian obat, waktu antara premedikasi dan kolonoskopi untuk meningkatkan derajat kebersihan kolon. Selain itu juga penelitian mengenai pemberian pendidikan sebelum tindakan kolonoskopi (Hsueh, 2014). Oleh karena itu pengembangan metodologi baru yang efektif untuk pembersihan kolon yang lebih baik terus dilakukan (Kim, 2005). 4

Peneliti tertarik untuk meneliti upaya meningkatkan kebersihan kolon dengan metode aktifitas fisik. Karena aktifitas fisik bisa membantu mengurangi stress dan dapat memberikan perasaan nyaman secara keseluruhan dengan meningkatkan status kardiovaskuler. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur adalah hal yang paling penting yang dapat melatih kesegaran jasmani seseorang dan dapat membantu seseorang menjaga kesehatan dengan baik. Selain melatih kesegaran jasmani, oksigen yang dihirup dan diedarkan akan melancarkan sirkulasi darah. Efeknya, kondisi tubuh tidak cepat lelah dan lebih cepat mengembalikan tubuh pada kondisi normal, serta mengurangi stres atau depresi (Depkes, 2006). Pada rencana awal penelitian ini aktifitas fisik yang digunakan adalah berjalan kaki dengan pertimbangan aktifitas yang mudah, aman dan menyenangkan. Tetapi aktifitas berjalan kaki lebih sulit cara mengukurnya terutama bila diukur dengan jumlah kalori yang dibakar. Sehingga peneliti menggunakan aktifitas mengayuh sepeda statis dengan pertimbangan aktifitas ini bisa diukur dari segi intensitas dan waktunya, sehingga perlakuan yang diberikan terhadap responden menjadi homogen. Pelayanan kolonoskopi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta dilakukan di Instalasi Bedah Sentral. Pasien dengan tindakan kolonoskopi berasal dari pasien rawat inap dan dari pasien rawat jalan. Jumlah pasien rawat jalan yang dilakukan kolonoskopi sejak Januari 2013 Nopember 2013 sejumlah 182 pasien atau rata 16 pasien perbulan. Sebagai persiapan untuk tindakan kolonoskopi pada pasien rawat jalan menggunakan Natrium Phosphat. 5

B. Rumusan Masalah Kolonoskopi merupakan metode standar untuk memeriksa usus besar. Akurasi diagnostik dan keamanan terapi kolonoskopi sangat tergantung pada kualitas pembersihan kolon atau persiapan usus. Persiapan usus yang ideal untuk kolonoskopi akan mengosongkan kolon dari semua feces dengan cara yang cepat dengan tidak ada perubahan kasar atau histologis dari mukosa kolon. Persiapan usus pada kolonoskopi yang tidak baik menyebabkan tidak bersihnya kolon sehingga bisa mengakibatkan lolosnya lesi, pembatalan tindakan, menambah waktu prosedur serta menambah seringnya komplikasi karena kurang tepatnya keputusan diagnosa pasien yang pada akhirnya mengakibatkan kurang tepatnya terapi selanjutnya. Cara untuk mengatasi masalah kebersihan kolon yang kurang baik telah banyak dilakukan diantaranya adalah dengan uji coba agen/obat pembersih kolon (colyte), obat premedikasi dan pendidikan pada pasien. Termasuk juga penelitian mengenai jenis, dosis, efek obat gabungan, waktu pemberian obat, waktu antara premedikasi dan kolonoskopi untuk meningkatkan derajat kebersihan kolon. Pertanyaan penelitiannya adalah Bagaimanakah pengaruh aktifitas fisik dengan sepeda statis dalam meningkatkan kebersihan kolon persiapan tindakan kolonoskopi di IBS RSUP Dr Sardjito? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum : Mengetahui pengaruh aktifitas fisik dengan sepeda statis dalam meningkatkan kebersihan kolon persiapan tindakan kolonoskopi. 6

2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui tingkat kebersihan kolon pada pasien yang diberi aktifitas fisik. b. Mengetahui tingkat kebersihan kolon pada pasien yang tidak diberi aktifitas fisik. c. Mengetahui pengaruh kelompok yang diberikan aktifitas fisik dengan yang tidak diberikan aktifitas fisik. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tindakan kolonoskopi terutama untuk meningkatkan kebersihan kolon sehingga pasien merasa aman dan nyaman selama kolonoskopi. 2. Bagi Institusi a. Bagi Institusi Rumah Sakit Sebagai bahan kajian kepada pihak manajemen rumah sakit mengenai upaya peningkatan kebersihan kolon, sehingga hasil pemeriksaan pada pasien lebih akurat dan efisien. b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan keperawatan khususnya asuhan keperawatan medikal bedah. 7

E. Penelitian Terkait Peneliti Kim, (2005) Modi, (2009) Rosenfeld, (2010) Shodiq, (2015) Judul Efektifitas jalan kaki sebagai persiapan kolon pada tindakan kolonoskopi (jurnal) Pengaruh pendidikan pasien terhadap kualitas persiapan kolon pada pasien kolonoskopi (jurnal) Pengaruh pendidikan pasien terhadap kualitas persiapan kolon pada pasien kolonoskopi (jurnal) Pengaruh aktifitas fisik dalam meningkatkan kebersihan kolon persiapan kolonoskopi (thesis). Metodologi Kuantitatif RCT Kuantitatif RCT prospective Kuantitatif Eksperimental. Kuantitatif Kuasi Eksperimen Desain Double blind, Uji klinis acak A single blind, Uji klinis acak Uji klinis acak terkontrol Concecutive Sampling terkontrol terkontrol Populasi Pasien rawat jalan Pasien kolonoskopi rawat jalan Pasien rawat inap yang dilakukan kolonoskopi. Pasien kolonoskopi rawat jalan dan rawat singkat. Sampel 383 pasien 164 pasien 38 pasien 40 pasien Agen PEG PEG GoLYTELY NaP Instrumen 4 point scale Universal Preparation Assesment Scale. A five point rating scale BPPS (Boston Bowel Preparation Scale) Analisa Data SPSS 11, X 2 test, students t-test, ANOVA. SPSS 15, X 2 test, t-test A Mann-Whitney U test SPSS 17, Kruskal Wallis, A Mann-Whitney U test Hasil Tingkat kebersihan kolon pada 2 kelompok secara signifikan berbeda (p<0,01). Aktifitas jalan sangat bermanfaat pada kelompok yang tidak gemuk dibawah usia 65 tahun Penelitian ini gagal untuk membuktikan pengaruh intervensi pendidikan terhadap kualitas persiapan kolonoskopi. Konseling pasien dan instruksi tertulis terbukti efektif untuk persiapan kolonoskopi. Aktifitas fisik mengayuh sepeda statis selama 30 menit meningkatkan terhadap kebersihan kolon. 8