STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 25-40

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:

Eksplorium ISSN Volume XXXII No. 155, Mei 2011 : 29-46

Eksplorium ISSN Volume 34 No. 1, Mei 2013: 51-62

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 2,November 2012:

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB II TINJAUAN UMUM

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. batuan dan kondisi pembentukannya (Ehlers dan Blatt, 1982). Pada studi petrologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI KETERDAPATAN MINERAL RADIOAKTIF PADA GRANIT MUNCUNG SEBAGAI TAHAP AWAL UNTUK PENILAIAN PROSPEK URANIUM DAN THORIUM DI PULAU SINGKEP

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 2, November 2012: 73-82

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

STUDI MINERALISASI TIPE ENDAPAN GREISEN DI BUKIT MONYET KECAMATAN PANGKALAN BARU KABUPATEN BANGKA TENGAH

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

IDENTIFIKASI BATUAN SUMBER DAN DELINIASI SEBARAN ENDAPAN ALUVIAL MENGANDUNG MONASIT DI KABUPATEN BANGKA, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Eksplorium ISSN Volume XXXII No. 155, Mei 2011 : 1-16

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 34 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

GEOLOGI DAN STUDI LOGAM TANAH JARANG DAERAH KACANG BOTOR DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BADAU, KABUPATEN BELITUNG, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Bab II Geologi Regional

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

GEOLOGI DAERAH KLABANG

American Association of Petroleum Geologists, Universitas Gadjah Mada Student Chapter 2

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR KABUPATEN BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

By : Kohyar de Sonearth 2009

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II TINJAUAN UMUM

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, M e i 2012: 63-72

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

KAJIAN AWAL PROSPEK BAHAN GALIAN MONASIT DI KENDAWANGAN KALIMANTAN BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

BAB II TINJAUAN UMUM

SEBARAN MONASIT PADA GRANIT DAN ALUVIAL DI BANGKA SELATAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Identifikasi Cebakan Bijih di Daerah Batubesi, Belitung Timur. Geology and Ore Deposits Identification In Batubesi Area, Belitung Timur

Ciri Litologi

BAB I PENDAHULUAN. sangat ekonomis yang ada di Indonesia. Luas cekungan tersebut mencapai

BAB II METODE PENELITIAN

STUDI POTENSI THORIUM PADA BATUAN GRANIT DI PULAU BANGKA

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

BAB IV SIKLUS SEDIMENTASI PADA SATUAN BATUPASIR

Transkripsi:

STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG Bambang Soetopo, Lilik Subiantoro, Dwi Haryanto Pusat Pengembangan Geologi Nuklir BATAN Kawasan PPTN Pasar Jum at, Jakarta Selatan ABSTRAK STUDI DEPOSIT MONASIT DAN ZIRKON DI DAERAH CERUCUK BELITUNG. Secara geologis daerah penelitian terletak dalam sebaran granit dalam satu jalur timah Malaysia, Bangka-Belitung, Karimata yang mengandung mineral monasit. Monasit, adalah salah satu mineral radioaktif yang mengandung U, Th, REE dalam ikatan phospat. Hasil penelitian PPGN-BATAN (1981/1982) menunjukkan bahwa hasil contoh konsentrat pasir yang mengandung monasit mencapai 2,72 % (mineral berat) dengan radioaktivitas 3000 c/s. Analisis petrografi batuan granit mengandung mineral monasit 1-2 % dengan radioaktivitas 200 400 c/s. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam hal pengembangan dan penilaian prospek bahan galian monasit. Kegiatan tersebut untuk menunjang PPGN-BATAN dalam program peningkatan kualitas dan kuantitas cadangan bahan galian radioaktif di Indonesia. Tujuan yang ingin dicapai adalah melokalisir daerah prospek sebaran monasit mengandung uranium, thorium, dan rare earth elements; serta zirkon pada area 100 Km 2. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan monasit terdapat dalam pasir, lempung sebagai endapan aluvial yang berasal dari batuan granit. Indikasi tersebut tercermin dari hasil pengukuran radioaktivitas soil/aluvial berkisar antara 50 375 c/s, pengukuran radioaktivitas mineral berat (MB) berkisar antara 50 150 c/s. Kadar Th : 100 6.545 ppm dan kadar U : 15 639,4 ppm. Luas daerah potensi mineral radioaktif adalah 31.680.000 m 2. Kata Kunci : Geologi, Monasit, Belitung ABSTRACT STUDY OF MONAZITE AND ZIRCON IN CERUCUK BELITUNG. Geologically the study area lies in the distribution of granite in a single line Malaysian tin, Bangka- Billiton, Karimata containing mineral monazite. Monazite is one of the radioactive minerals containing U, Th, REE in phosphate bonds. The results PPGN-BATAN (1981/1982) shows that the sample containing monazite sand concentrate reached 2.72% (heavy minerals) with a radioactivity of 3000 c/s. Petrographic analysis of granitic rocks contain minerals monazite 1-2% by radioactivity 200-400 c/s. Based on these considerations, it is necessary to further research in the development and assessment of prospects for mineral monazite. Activities to support PPGN-BATAN in quality improvement programs and quantity of radioactive mineral reserves in Indonesia. Objectives to be achieved is to localize the prospect area distribution of ISBN 978-979-99141-5-6 147

monazite contains uranium, thorium, and rare earth elements; and zircon in the area of 100 km 2. The results of field studies showed that the presence of monazite contained in the sand, clay as alluvial deposits derived granitic rocks. Indications are reflected in the results of radioactivity measurements of soil/alluvial ranged between 50-375 c/s, measurement of radioactivity of heavy minerals (MB) ranged between 50-150 c/s. The containing of Th : 100 6.545 ppm and U : 15 639,4 ppm. The area of potential radioactive minerals is 31,680,000 m 2. Key Word : Geology, Monazite, Belitung PENDAHULUAN Latar Belakang Monasit adalah salah satu sumber energi baru yang mengandung U, Th dan tanah jarang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Keberadaan U, Th dan RE terikat dalam mineral monasit bersama-sama dengan zirkon, terdapat sebagai endapan plaser pantai dan sungai yang memiliki kemudahan dalam proses eksplorasi dan penambangan. Secara geologis daerah penelitian terletak dalam sebaran granit yang berada dalam satu jalur timah Malaysia, Bangka-Belitung, Karimata yang berpotensi ekonomis mengandung U, Th, RE serta zirkon [1]. Keberadaan monasit terindikasi pada batuan granit yang mengandung 1-2 % monasit dengan radioaktivitas rata-rata 250 c/s - 450 c/s dan pada endapan aluvium mencapai 75-400 c/s. Dengan metode grain counting 148 dikenali konsentrat pasir aluvial mengandung monasit mencapai 14,056% dan zirkon 42,741 %, kadar U berkisar antara 10 38 ppm dan kadar Th berkisar antara 80 553 ppm [2], namun demikian deposit U, Th dan RE belum diketahui secara jelas. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka perlu tindak lanjut penelitian bahan galian radioaktif U, Th, RE dan asosiasinya berupa zirkon di daerah Cerucuk untuk melokalisir daerah prospek sumberdaya mineral radioaktif dengan cara melakukan pembuatan model cebakan U, Th dan RE dalam monasit dan aplikasi pengembangan untuk penilaian prospek monasit yang mengandung U, Th dan RE di daerah Cerucuk dengan cara pengkajian data sekunder dan peninjauan geologi lapangan serta analisis laboratorium. ISBN 978-979-99141-5-6

Hipotesis deposit monasit di daerah Belitung berasal dari batuan granit kelompok Tanjungpandan berumur Pra Tersier yang telah mengalami disintegrasi dan lapuk lanjut, keberadaan mineral monasit yang bersifat resisten dengan berat jenis 4,4-5,5 gr/cm 3 akan mengalami transportasi bersama mineral berat lain yang kemudian tersedimentasi di lingkungan baru sebagai endapan plaser aluvial, eluvial dan pantai. Tujuan Studi ini bertujuan memperoleh informasi geologis, sebaran dan melokalisir daerah prospek sumberdaya bahan galian monasit yang mengandung U, Th, RE dan bahan galian zirkon pada area 100 Km 2. Lokasi Penelitian dan Pencapaian Lokasi Secara administrasi daerah penelitian termasuk dalam Desa Cerucuk Kecamatan Badau Kabupaten Belitung. Pencapaian daerah dapat menggunakan mobil atau sepeda motor dalam waktu kurang lebih 20 menit dari kota Tanjung Pandan (Gambar 1). Gambar 1. Peta Lokasi Kerja ISBN 978-979-99141-5-6 149

PERALATAN DAN TATAKERJA Peralatan 1. GPS 2. 2. SPP 2 NF 3. Palu Geologi 4. Kompas Geologi 5. Alat Pendulang 6. Timbangan 7. Meteran 8. Alat tulis Tata Kerja 1. Tahap persiapan Inventarisasi, konfirmasi dan verivikasi data sekunder Analisis dan evaluasi data geologi sekunder Penentuan daerah target terpilih, sebagai dasar dalam penentuan area penelitian 2. Pengambilan data Penentuan lokasi geografis menggunakan GPS Pemetaan geologi meliputi sebaran dan variasi batuan, stratigrafi, struktur geologi serta inventarisasi sebaran bahan galian 150 Pengukuran radioaktivitas lokasi pengamatan, contoh batuan dan mineral berat Pengambilan contoh batuan dan mineral berat. 3. Analisis laboratorium Analisis kimia kualitatif dan kuantitatif contoh mineral berat guna mengetahui kadar unsur uranium, thorium, dan REE (rare earth elements) dan analisa butiran guna mengetahui kandungan mineral monasit dan zirkon. 4. Evaluasi data lapangan dan laboratorium Evaluasi dan analisis data lapangan maupun laboratorium, untuk melokalisir daerah Prospek U, Th dan RE. HASIL DAN PEMBAHASAN Geologi 1. Geologi Regional Secara regional geologi daerah Belitung tersusun oleh Formasi Kelapa Klampit dan Formasi Tajam yang berumur Permo Karbon dan diterobos oleh granit berumur Trias Jura dan adamelit Baginda berumur ISBN 978-979-99141-5-6

Jura [3]. Berdasarkan komposisi kimia dan magma sumber, intrusi tersebut dapat dikatagorikan sebagai granit tipe ilmenit dan adamelit yang mengandung mineral monasit, zirkon. dan kasiterit berumur Trias Jura. Batuan tersebut terlipatkan dan terpatahkan oleh sesar-sesar yang relatif sejajar dengan perlapisan serta saling berpotongan [4] (Gambar 2) Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Belitung (Sumber: Andriyanto P., Minerals Exploration of Uranium-Monasite, 2010) 2. Geologi Daerah Penelitian a. Geomorfologi Geomorfologi daerah Cerucuk Tanjung Pandan Belitung merupakan dataran dengan kemiringan sudut lereng berkisar antara 5 O 10 O dengan elevasi 15 47 dpal di beberapa tempat berupa rawa. Pola aliran sungai yang berkembang berupa pola dendritik dengan induk sungai S. Cerucuk. Dari indikasi tersebut ISBN 978-979-99141-5-6 151

diketahui bahwa intensitas erosi dan sedimentasi di daerah daerah yang mempunyai stadia tua (Gambar 3). penelitian berkembang intensif yang sehingga tercermin sebagai Daerah cakupan penelitian Sungai Jalan Kota Tanjungpandan Garis Kontur Morfologi lembah dan dataran 0-25 m dpl Morfologi perbukitan berlereng landai 25-50 m dpl Morfologi perbukitan berlereng tajam 50-100 m dpl Gambar 3. Peta Morfologi daerah Cerucuk dan sekitarnya berdasarkan citra landsat b. Litologi Litologi daerah penelitian terdiri dari Formasi Kelapa Klampit, Formasi tajam yang telah terkompakan dan terobosan granit yang ditutupi oleh endapan aluvial Formasi Tajam dan terobosan (Gambar 4) Granit Formasi Kelapa Klampit Dan 152 ISBN 978-979-99141-5-6

Gambar 4. Peta Geologi Daerah Cerucuk Belitung Satuan batupasir Batupasir Batuan tersebut ditemukan setempat-setempat, sebagian tertutup oleh endapan aluvial yang berumur Kuarter. Batupasir berwarna coklat kekuningan, bentuk butir membulat membulat tanggung, ukuran pasir halus pasir sedang, matrik terdiri dari kuarsa, felspar, mineral mafik, kompak. Batuan tersebut telah mengalami metamorfose dan terintrusi oleh granit. Batuan tersebut terdapat urat urat kuarsa dengan ketebalan 2 5 cm (Gambar 5), hal ini menunjukkan adanya proses hidrotermal akibat terobosan granit, radioaktivitas berkisar antara 50 75 c/s. Menurut peneliti terdahulu batuan tersebut dapat disebandingkan dengan Formasi Tajam yang berumur Permo Karbon [3] Gambar 5. Urat urat kuarsa pada batupasir (Formasi Tajam). ISBN 978-979-99141-5-6 153

Satuan Batulempung pasiran Batulempung pasiran Batulempung pasiran, warna coklat kekuningan, ukuran lempung. Batuan lempung tersebut telah mengalami alterasi dan pelapukan berwarna putih (kaolin) dan coklat kemerahan (limonitisasi). Batu lempung pada umumnya lapuk, lunak, tersingkap secara setempat dengan ketebalan lebih dari 1 m, radioaktivitas berkisar antara 50 100 c/s (Gambar 6). Menurut peneliti terdahulu batuan tersebut dapat disebandingkan dengan Formasi Kelapa Klampit yang berumur Permo Karbon [3]. Granit Granit, warna abu-abu putih, holokristalin, porpiritik, komposisi kuarsa, felspar, k felspar, hornblende, biotit, monasit, zirkon, rutil, ilmenit dan magnetit. Batuan granit tersebut telah mengalami pelapukan warna coklat kekuningan, terdapat pada bagian utara daerah penelitian dengan radioaktivitas berkisar antara 100 250 c/s (Gambar 7). Berdasarkan komposisi kimia dan magma sumber, batuan granit tersebut sebagai batuan sumber dari mineral radioaktif (monasit) yang dapat dikatagorikan sebagai granit tipe alkali yang terbentuk pada fasa pegmatitik (pegmatitic stage) pada suhu 550 600 0 C. Hasil determinasi K Argon terhadap biotit dan hornblende diketahui bahwa kelompok batuan granit alkali yang terdapat di daerah penelitian mempunyai umur Jura Kapur Akhir [5]. Gambar 6. Singkapan batulempung pasiran sebagai Formasi Kelapa Klampit 154 ISBN 978-979-99141-5-6

Gambar 7. Singkapan Batuan Granit Endapan Aluvium Secara umum litologi daerah penelitian didominasi oleh endapan fluvium berupa pasir lepas, batulanau dan batulempung Batulanau, warna putih kecoklatan, ukuran lempung pasir halus, bentuk membulat membulat tanggung, matrik kuarsa, felspar, mineral mafik, material karbon, radioaktivitas berkisar antara 50 100 c/s. Struktur sedimen yang berkembang sebagai struktur laminasi dan mata burung Batupasir berukuran pasir halus hingga pasir kasar ukuran 0,5 2 mm, pada umumnya berwarna putih, bentuk butir bervariasi membulat baik membulat, butiran material tersusun oleh mineral-mineral kuarsa, felspar, monasit, zirkon, kasiterit, ilmenit, rutil, ilmenit dan ampibol, radiometri berkisar antara 25 100 c/s. Batulempung, warna abu-abu hitam, ukuran lempung dengan matrik material karbon. Batuan tersebut terdapat sebagai sisipan dalam batupasir. Struktur yang berkembang berupa struktur laminasi, silang siur (Gambar 8). Dari sifat fisik batuan yang belum terkompakkan (mudah diremas) menunjukkan bahwa batuan tersebut berumur Kuarter. Sedimen aluvial tersebut menumpang secara tidak selaras di atas Formasi Kelapa Klampit dan Formasi Tajam yang berumur Kuarter. ISBN 978-979-99141-5-6 155

Gambar 8. Batupasir dengan sisipan batulempung dengan struktur laminasi 2. Identifikasi Bahan Galian Monasit a. Pengukuran radioaktivitas Pengukuran radioaktivitas dilakukan pada lokasi yang sudah ditentukan dengan menggunakan GPS dengan daerah seluas 100 km 2 pada 112 lokasi (Gambar 9), meliputi pengukuran radioaktivitas soil, aluvial, batuan dan contoh mineral berat. Pengukuran radioaktivitas tersebut menggunakan detektor gamma SPP- 2NF. Hasil pengukuran radioaktivitas endapan aluvial dan soil berkisar antara c/s dengan nilai radioaktivitas latar berkisar antara 25 150 c/s. Pengukuran radioaktivitas pada batuan granit berkisar antara 100 250 c/s dan pengukuran radioaktivitas pasir sebagai endapan aluvial berkisar antara 50 100 c/s. Pengukuran radioaktivitas lokasi pengambilan mineral berat (MB) berkisar antara 50 150 c/s dengan nilai radioaktivitas latar berkisar antara 25 150 c/s pada beberapa titik lokasi ditemukan nilai radioaktivitas tinggi berkisar antara 250 1.000 c/s. Dari hasil pengukuran radioaktivitas lokasi pengambilan contoh kemudian dibuat peta kesamaan radioaktivitas, hal ini menunjukkan pola sebaran mineral radioaktif berarah barat laut tenggara (Gambar 10). 156 ISBN 978-979-99141-5-6

Gambar 9. Lokasi pengukuran radioaktivitas dan pengambilan contoh mineral berat. Gambar 10. Peta Isoradioaktivitas lokasi pengambilan contoh mineral berat b. Mineralogi Analisis granulometri dilakukan dengan cara analisis butir dengan menggunakan mikroskop pada 6 contoh konsentrat mineral berat dengan berat contoh berkisar antara 1,1929 28,7555 gram. Dari analisa butir pada masingmasing mesh yang sudah diketahui berat konsentratnya menunjukkan bahwa secara mayoritas mineral monasit banyak terdapat dalam mesh yang kasar (+ 60 mesh) yaitu berkisar antara 1,383 14,269 %, sedang mesh yang paling halus ( 80 mesh) berkisar antara 0,975 ISBN 978-979-99141-5-6 157

9,110 %. Secara keseluruhan pada seluruh mesh 80 s/d + 60 mesh menunjukkan bahwa berat rata-rata mineral berat 18,9208 gram. Keberadaan mineral monasit berkisar antara 6,638 28,733 % dan zirkon berkisar antara 8,064 39,34 % dari berat rata- rata 18,9208 gram mineral berat (MB). c. Geokimia Untuk mengetahui pola sebaran mineral radioaktif (monasit) yang terdiri dari U dan Th, maka dilakukan analisis kimia dengan menggunakan alat spektrofotometer dan gravimeter pada 87 contoh mineral berat. Hasil analisis pada mineral berat tersebut menunjukkan bahwa kadar Th relatif lebih tinggi dibandingkan kadar U. Untuk kadar Th berkisar antara 212 7.470 ppm dengan nilai rata-rata kadar 1.434,854 ppm Th, sedang kadar U berkisar antara 8,2 698,40 ppm U dengan nilai kadar rata-rata 179,386 ppm U (Tabel 1). Dari nilai kadar tersebut kemudian dilakukan pembuatan peta kesamaan kadar dari setiap analisis kimia U, Th dan RE pada 87 contoh. Dari analisis peta kesamaan kadar U, Th dan RE menunjukkan pola sebaran yang sama berarah baratlaut tenggara (Gambar 11, 12 dan 13). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran mineral radioaktif (monasit) yang terdapat dalam sedimen aluvial pasir berarah barat laut tenggara mengikuti pola lembah sungai utama. Gambar 11. Sebaran kadar U Daerah Cerucuk Belitung 158 ISBN 978-979-99141-5-6

Gambar 12. Sebaran kadar Th daerah Cerucuk Belitung Gambar 13. Peta Sebaran Kadar RE Daerah Cerucuk Belitung 3. Potensi Sumberdaya Mineral Radioaktif (Monasit) a. Batuan sumber dan perangkap Batuan sumber mineral radioaktif di daerah penelitian secara geologi berupa granit yang berumur Jura Kapur Akhir. Batuan granit tersebut merupakan granit felsic mengandung kasiterit (timah) dan mineral ikutannya berupa monasit, zirkon dan ilmenit sebagai hasil dari proses hidrothermal atau pneumatolitic quarts injection [5]. Batuan granit tersebut telah mengalami ISBN 978-979-99141-5-6 159

disintegrasi, transportasi dan sedimentasi secara intensif selama Kuarter. Akibat proses disintegrasi, transportasi dan sedimentasi menyebabkan terperangkapnya mineral monasit, zirkon dan mineral asosiasinya. Mineralmineral tersebut berasal dari batuan granit yang diendapkan sebagai endapan aluvial atau plaser yang terbentuk jaman Kuarter. Penelitian dilakukan di daerah endapan aluvial atau plaser yang dicirikan oleh butiran halus kasar dengan material lepas. b. Sebaran Sedimen Mengandung Mineral Radioaktif Sebaran mineral radioaktif di daerah Cerucuk Badau Belitung sangat dipengaruhi oleh faktor batuan sumber, sedimen kuarter berupa material lepas hasil pelapukan, proses transportasi, sedimentasi, lingkungan pengendapan dan jarak dengan batuan sumber yang mengandung mineral radioaktif (granit). Berkaitan dengan kondisi keberadaannya tersebut maka 160 untuk mendeliniasi area potensial mengandung mineral radioaktif adalah dengan mempertimbangkan beberapa parameter, yaitu hasil pengukuran radioaktivitas, hasil analisis butiran mineral berat (granulometri) dan hasil analisis kadar U, Th dan RE. c. Korelasi Mineral monasit dengan mineral ikutan (kasiterit Dari hasil analisis granulometri pada daerah penelitian yang diwakili 10 contoh mineral berat menunjukkan bahwa keberadaan mineral monasit berkisar antara 6,638 28,733 %, zirkon berkisar antara 8,064 39,34 % dan kasiterit 9,276-74,129 % dari berat rata- rata 18,9208 gram mineral berat (MB). Berdasarkan data korelasi menunjukkan bahwa kehadiran monasit cenderung bersama-sama dengan kasiterit. Kondisi ini mempunyai arti bahwa daerah yang dikenali berkadar kasiterit tinggi memungkinkan terdapat mineral monasit dalam jumlah relatif tinggi. Hubungan proporsional ISBN 978-979-99141-5-6

monasit kasiterit disebabkan oleh berat jenis kasiterit dan monasit relatif sama. d. Area Potensial Sebaran Mineral radioaktif Pada pembahasan sebelumnya telah dikenali bahwa kehadiran monasit cenderung bersama-sama dengan kasiterit dengan nilai radioaktivitas yang relatif tinggi. Berdasarkan hal tersebut, areal potensi sebaran mineral radioaktif ditentukan dengan mempertimbangkan : 1. Zona sebaran radioaktivitas 2. Zona sebaran kadar U dan 3. Zona sebaran kandungan Th Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa di daerah penelitian merupakan daerah yang prospek dengan area potensial seluas 31.680.000 m 2 (Gambar 14). Gambar 14. Peta Area Potensial Kadar U, Th dan RE Daerah Cerucuk Badau Belitung IV. KESIMPULAN 1. Morfologi daerah Penelitian merupakan dataran dengan sudut lereng 5 0 10 0 yang tersusun satuan batupasir (Formasi Tajam) berumur Permo - Karbon, satuan batulempung ISBN 978-979-99141-5-6 161

pasiran (Formasi Kelapa Klampit) berumur Permo Karbon, terobosan granit tipe alkalin sumber monasit berumur Jura Kapur Atas dan endapan aluvium mengandung monasit berumur Kuarter. 2. Keberadaan mineral radioaktif (monasit) terindikasi oleh nilai pengukuran radioaktivitas relatif tinggi 40 400 c/s, radioaktivitas mineral berat berkisar 250 1.000 c/s dan kadar Th (100 6.545 ppm) lebih tinggi dibandingkan kadar U (15 639,4 ppm) terdapat dalam monasit. 3. Daerah Prospek sumberdaya monasit dan zirkon seluas 31.680.000 m 2 DAFTAR PUSTAKA 1. TJIA H.D., Workshop on Quartenery Sea Level Changes and Related Geological Processes In Relation To Secondary Tin Deposits, Unit Penambangan Timah Bangka, Bangka, 1989 2. SOETOPO, B., SUBIANTORO, L., NGADENIN & MADYANINGARUN, N., Studi Prospek Monasit di Daerah Tumbang Rusa Tanjung Pandan Belitung Propinsi Bangka Belitung, Eksplorium, Buletin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Volume XXXII, No 155, Mei 2011. 3. BAHARUDDIN & SIDARTO, Peta Geologi Lembar Belitung, Sumatra, Skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian Pengembangan Geologi, Bandung, 1995. 4. ANDRYANTO PUTRA, Geologi dan Eksplorasi Mineral Radioaktif Formasi Skarn dan Stilpnomelane Biotit Chlorite, Belitung Timur, Laporan Geologi, Minerals Exploration of Uranium Monasite, 2010 5. SUBIANTORO, L., SOETOPO, B. & HARYANTO, D., Kajian Awal Prospek Bahan Galian Monasit Mengandung U dan Elemen Asosiasinya di Semelangan Ketapang Kalimantan Barat, Eksplorium, Buletin Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Volume XXXII, No 155, Mei 2011.. 162 ISBN 978-979-99141-5-6

ISBN 978-979-99141-5-6 163