PENGKAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK BOKASIH UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI > 2 TON/HA DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor

Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Unggul Kedelai di Lahan Kering Kabupaten Ngawi Jawa Timur

Kata kunci : Rhizobium, Uji VUB kedelai, lahan kering

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Kandungan protein kedelai sangat tinggi, sekitar 35%-40%

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

USAHA TANI PARIA MENUNJANG KEGIATAN VISITOR PLOT DI KEBUN PERCOBAAN MAUMERE. I. Gunarto, B. de Rosari dan Masniah BPTP NTT

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Padi Gogo di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN KEDELAI PADA LAHAN SAWAH SEMI INTENSIF DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Produktivitas Padi di Indonesia dan Permasalahannya

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING DAN LAHAN SAWAH DI KABUPATEN LEBAK, BANTEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

POTENSI PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU KACANG TANAH PADA WILAYAH PENGEMBANGAN DI KABUPATEN NABIRE

PENERAPAN MODEL PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU JAGUNG LAHAN KERING DI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

POTENSI HASIL ENAM VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI KABUPATEN SUMEDANG

I. PENDAHULUAN. sayuran terutama sawi. Hal ini terjadi karena sawi memiliki kandungan gizi yang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

BAB I PENDAHULUAN. dari pertanian. Oleh karena itu pemerintah terus berusaha untuk

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

Transkripsi:

PENGKAJIAN PEMANFAATAN PUPUK ORGANIK BOKASIH UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KEDELAI > 2 TON/HA DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROVINSI PAPUA Arifuddin Kasim dan Petrus A. Beding Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua ABSTRAK Kabupaten Jayawijaya merupakan salah satu daerah di Papua berada di wilayah pegunungan Tengah. Usahatani kedelai di daerah ini sudah dimulai sejak tahun 90an namun rata-rata produksinya rendah hanya mencapai 500-800 kuintal, rendahnya produksi disebabkan karena adanya peraturan daerah yang tidak memperbolehkan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia. Pengkajian di distrik Woma kabupaten Jayawijaya menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama terdiri dari 3 varietas Anjasmoro, grobogan dan Kaba. Anak Petak terdiri 3 level perlakuan pupuk organik (bokasih) yaitu, pupuk organik 1 ton/ha dan pupuk organik 1,5 ton/ha, 2 t/ha, dan satu kontrol tanpa pupuk (pola petani). Benih kedelai yang digunakan diperoleh dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Ubi-ubian (Balitkabi), Petak percobaan berukuran 6m x 8m, jarak tanam yang digunakan 25 X 40 cm dengan menanam satu sampai 2 biji per lubang. Data yang diamati yaitu, tinggi tanaman, umur berbunga, panjang polong, jumlah biji per polong, berat 100 biji dan produksi t/ha. Hasil kajian menunjukkan bahwa perlakuan level pupuk organik (bokasih) yang memberikan pengaruh teringgi yaitu pada perlakuan 1,5 t/ha, sedangkan pada perlakuan varietas yang tertinggi dihasilkan varietas grobogan yaitu 1,3 t/ha dengan level pupuk 1,5 t/ha (V2 P2) kemudian dengan produksi 1,3 t/ha dengan level pupuk organik 1,5 t/ha. (V2P2) menghasilkan produksi 1,3 t/ha. Varietas yang cocok dikembangkan pada agroekosistim dataran tinggi di Puncak jaya yaitu Grobogan dan Burangrang. Kata kunci: lahan dataran tinggi, varietas dan pupuk organik PENDAHULUAN Jayawijaya merupakan salah satu Kabupaten di Papua yang terletak pada pegunungan tengah dengan ketinggian 1600-2000 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah 52.916 km 2 (BPS Jayawijaya 2006). Berdasarkan peta arahan AEZ, kesesuaian lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai sekitar 916 ha. Sejak era 80an tanaman kedelai di daerah Jayawijaya ditanam oleh penduduk asli sebagai salah satu sumber protein, vitamin dan mineral yang dapat dikonsumsi langsung untuk memenuhi standar gizi masyarakat asli pegunungan. Awal pengembangan kedelai di kabupaten Jayawijaya produksinya mencapai 1,3 t/ha akan tetapi lambat laun produksinya menurun. 352

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir rata-rata produksi kedelai hanya mencapai 500-800 kg/ha. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan karena pada umumnya petani diwilayah pegunungan dalam berusahatani masih bersifat tradisional (tanpa pupuk). Disamping itu penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia tidak diperbolehkan dan sudah berlangsung secara turun temurun. Untuk memperbaiki kondisi lahan yang produktivitasnya telah menurun supaya dapat digunakan secara berkelanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan sisa-sisa tanaman, rerumputan, pupuk kandang dan sebagainya. Perbaikan tanah dengan menambah bahan organik dari berbagai sumber dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Menurut Karama et al. (1990) dalam Suhartatik dan Sismiyati (2000) mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah yaitu fungsi fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah, sifat kimia dapat meningkatkan tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sanggah tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara, serta efesiensi penyerapan unsur P, dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktifitas jasad renik tanah. Adiningsih dan Sudjadi (1993) melaporkan bahwa salah satu penyebab merosotnya kesuburan tanah adalah karena menurunya kandungan bahan organik dalam tanah. Hal ini disebabkan karena bahan organik tanah merupakan penyangga biologi tanah yang dapat mempertahankan penyediaan hara dalam tanah secara berimbang. Selanjutnya Walker dan Chong (1987) juga menyatakan bahwa penambahan bahan organik kedalam tanah adalah suatu cara dan praktis dan mudah dilakukan untuk memelihara dan mengatasi kekurangan bahan organik dalam tanah. Salah satu upaya yang dilakukan meningkatkan produktivitas kedelai di Kabupaten Jayawijaya adalah pemupukan organik (bokashi) hasil olahan sisa-sisa tanaman, rerumputan, dan pupuk kandang yang tersedia secara spesifik lokasi yang difermentasi dengan larutan EM-4. Pemberian pupuk bokasih tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman kedelai. Tujuan mendapatkan takaran pupuk organik bokasih dan varietas unggul baru kedelai yang berdaya hasil tinggi dan spesifik lokasi di kabupaten Jayawijaya. METODOLOGI Kegiatan dilaksanakan pada daerah pengembangan utama palawija di kabupaten Jayawijaya distrik Kurulu dan Wamena berlangsung mulai bulan Maret- Desember 2012. Pengkajian menggunakan Rancangan Petak Terpisah dengan tiga 353

ulangan. Sebagai Petak Utama terdiri dari 3 varietas Anjasmoro, grobogan dan Kaba. Anak Petak terdiri 3 level perlakuan yaitu, 1 ton/ha pupuk organik, 1,5 ton/ha pupuk organik, 2 t/ha pupuk organik, dan tanpa pemupukan kontrol (pola petani). Benih kedelai yang digunakan diperoleh dari Balitkabi, Petak percobaan berukuran 6m x 8m, jarak tanam yang digunakan 25 X 40 cm dengan menanam satu sampai 2 bijit per lubang. Pupuk yang digunakan adalah organik/bokashi. Data yang dikumpulkan meliputi komponen pertumbuhan dan komponen produksi tanaman serta data preferensi petani terhadap varietas yang dicoba HASIL DAN PEMBAHASAN Komponen pertumbuhan Pertumbuhan tanaman dapat ditandai oleh bertambahnya tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, dan jumlah biji perpolong, panjang polong, berat 100 biji, produksi t/ha pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman saat panen, umur berbunga, di Kabupaten Wamena 2012 Veriatas Tinggi tanaman saat Panen (cm) Umur berbunga Kaba (V1) 70,75c 63,35tn Grobogan (2) 57,60a 54,20 Burangrang (3) 65,00b 59,30 Pupu organik P1(1 t/ha ) 63,05bc 61,35b P2 (1,5 t/ha) 55,25a 55,00a P3 (2,0 t/ha) 62,10b 57,35ab P0 (kontrol) 59,25b 62,10c Angka yang sekolom diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncam 5% Tinggi tanaman pada saat panen menunjukkan bahwa varietas Kaba nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Burangrang dan Grobogan. Sementara pada perlakuan pemupukan, tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk organik P1(1t/ha) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk lainnya, kecuali dengan P2 (1,5 t/ha) berbeda nyata yang memiliki tinggi tanaman paling rendah. Hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya dosis pupuk yang tinggi secara terus menerus dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, sementara tinggi tanaman varietas grobogan maksimum mencapai 60 cm (Balitkabi 2005). 354

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 Sementara umur berbunga paling cepat diperoleh pada varietas grobogan meskipun tidak berbeda nyata dengan ketiga varietas lainnya. Demikian pula pada pemupukan tanaman yang cepat berbunga didapatkan pupuk P2 (1,5 t/ha) pupuk organik, dan berbeda dengan P1 (1 t/ha). Namun rata-rata umur berbunga dari ketiga varietas lebih lama dari rata-rata umur berbunga yang ada pada diskripsi varietas, Hal ini disebabkan oleh karena kondisi agroekologi dataran tinggi yang menyebabkan proses pembungaan lebih lama. Secara genetik yang ditunjukkan oleh diskripsi varietas, Varietas Grobogan umur berbunga 30-32 hari, varietas Kaba umur berbunga 33-35 hari, varietas Burangrang 35 hari (Balitkabi,2005). Komponen Produksi Produktivitas sangat ditentukan oleh beberapa komponen produksi kedelaii antaraa lain jumlah polong, panjang polong, berat seribu biji. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa semua komponen produksi tersebut dipengaruhi oleh jenis varietas dan dosis pemupukan (Tabel 2). Tabel 2. Rata- rata jumlan polong, panjang plong, jumlah biji/polong, berat 100 biji, produksi kedelai Varietas Jumlah Panjang Jumlah Berat Produksi polong polong biji/polong 100 biji t/ha Kaba (1) 30,40 bc 2,90 tn 2,33 ab 8,20 ab 1,07 tn Grobogan (2) 32,38 c 2,08 3,30 c 10,30 c 1,30 Burangrang(3) 30,74b c 2,50 1,83 a 7,80 a 1,00 Pupuk organik Pi (1t/ha) 28,35 ab 2,50 ab 2,50 ab 7,30 a 0,90 tn P2 (1,5 t/ha) 30,54 c 3,50 c 3,75 c 9,85 b 1.20 P3 (2,0 t/ha) 29,65 bc 3,15 bc 2,60 b 8,50 ab 1,03 P0 (kontrol) 26,80 a 2,80 a 1,95 a 7,30 a 0,85 Angka yang sekolom diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncam 5% Jumlah polong dipengaruhi oleh varietas dan dosis pemupukan. Jumlah polong grobogan nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah polong varietas kaba dan burangrang. Sementara dosis pemupukan yang terbaik untuk pertambahan jumlah plong diperoleh pada perlakuan P2 (1,5 t/ha) pupuk organik, Namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P3 (2 t/ha) pupuk organik, kecuali P1 dan P0 (kontrol) Data ini menunjukkan bahwa pengaruh pemupukan terhadap jumlah polong tidak konsisten karena antara dosis tinggi dengan dosis rendah tidak memperlihatkan 355

perbedaan yang nyata, sementara jumlah polong yang rendah terdapat pada dosis pemupukan yang tinggi yaitu perlakuan P3 (2 t/ha) pupuk organik (Tabel 2). Panjang polong tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata antara varietas Kaba, grobogan dan Burangrang. Sementara dosis pemupukan memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap panjang polong. Panjang meningkat sejalan dengan bertambahnya dosis pemupukan. Polong terpanjang diperoleh pada perlakuan pemupukan organik P2 (1,5 t/ha), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemupukan P3 (2 t/ha), kecuali terhadap dosis pemupukan P 1 dan P0. Jumlah polong pada perlakuan varietas dan pemupukan memperlihatkan pengruh yang bervariasi. Pada varietas tampak bahwa varietas yang menghasilkan polong tertinggi adalah varietas grobogan dan berbeda nyata dengan kedua varietas laiinya, namun antara Kaba dan grobogan tidak berbeda. Begitupun pada pemupukan jumlah polong paling tinggi didapatkan P2 (1,5 t/ha) tetapi tdak berbeda nyata dengan P3(2 t/ha). Berat 100 biji pada perlakuan pemupukan juga memperlihatkan perbedaan, pada perlakuan varietas berat 100 tertinggi dihasilkan varietas grobogan diikuti Kaba dan Burangrang. Sedangkan pada pemupukan paling tinggi didapatkan perlakuan P2 (1,5 t/ha) disusul P3 (2 t/ha) keduanya tidak berbeda tetapi berbeda dengan P1 (1t/ha). Berat Biji tertinggi yang dihasilkan grobogan yaitu (10,30 gr) nyata lebih tinggi dari kedua varietas laiinya. Namun berat tersebut masih rendah dibandingkan dengan diskripsi varietas grobogan yaitu 18 gram (Balitkabi,2005) Analisis statistik meniunjukkan bahwa pada produksi tidak memperlihatkan pengaruh antara varietas dan level pupuk, namun varietas teringgi dapat dihasilkan oleh varietas grobogan dengan produksi 1,3 t/ha, sedangkan pada perlakuan pupuk organik bokasih yang tertinggi didapatkan pada perlakuan P2 (1,5 t/ha). Produksi ini masih rendah bila dibandingkan rata-rata produksi Nasional, hal ini disebabkan karena penggunaan pupuk organik tidak secara nyata memberikan pengaruh langsung terthadap produksi, namun diketahui bahwa pupuk organik sifatnya hanya memperbaiki sifat fisik tanah sehingga membuat perakaran tanaman secara bebas menyerap unsurhara yang ada disekitarnya. 356

Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 KESIMPULAN 1. Perlakuan pupuk organik (bokasih) yang memberikan pertumbuhan yang baik adalah perlakuan pupuk P2 dan P3 pada varietas Kaba. 2. Produksi tertinggi dapat dicapai varietas grobogan 1,3 t/ha diikuti varietas kaba 1,07 t/ha, sedangkan perlakuan pupuk yang terbaik adalah perlakuan pupuk organik bokasih P2 (1,5 t/ha) diikuti perlakuan pupuk organik bokasih P3 (2 t/ha). 3. Perlakuan varietas grobogan dengan pupuk organik bokasih 1,5 t/ha dapat dijadikan acuan untuk pengembangan tanaman kedelai didataran tinggi kabupaten jayawijaya DAFTAR PUSTAKA Allard, R.W. and A.D. Bradshaw,1964. Implication of genotipe-enviroment interaction in applied plant breeding. Crop Sci. 4:503-507 Bey, A. dan Irsal Las. 1991. Strategi Pendekatan Iklim dalam Usahatani. Dalam Kapita Selekta dalam Agrometeorologi. Ditjen Dikti. Departemen P dan K. Jakarta. pp. 18-47. Bobihoe, J.Endrizal.1998. Peranan varietas unggul dalam kegiatan pengembangan teknologi usahatani padi,jagung,dan kedelai. Makalah disampaikan pada Kegiatan Sarasehan Penggunaan Varietas Unggul baru BPS, 2006. Jayawijaya dalam Angka. Kantor Statistik Kabupaten Jayawijaya. DEPTAN. 2007. Rancang Bangun Pembangunan Pertanian Provinsi Papua Distan Jayawijaya 2006. Laporan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jayawijaya Eberhart, S.A. and W.A.Russels. 1966. Stability parameters for comparing varieties. Crops Sci. 6: 34-41 Finlay, K.W. and G.N. Wilkinson. 1963. The analysis of adapatation in plant breeding programme.aust.j.agric.res.14:742-754 Goldworthy, P.R. dan N.M. Fisher. 1984. The Physiology of Tropical Field Crop. Jon Willey & Sons. Chichester. 664 p Ivory, D.A. 1989. Site Characterization. In De Lacy, L.H. (ed.) Analysis of data from Agricultural adaptation experiments. Australian Coorporation with the Thai/World Bank National Agricultural Research Project (ACNARP) Training Suhartini, T.,I, Hanarida,Strisno, S, Rianawati, Sustiptyanto, dan Kurniawan,1997. Pewarisan Sifat Toleran Keracunan Besi Pada Beberapa Varietas Padi. Penelitian Pertanian Vol. 16(1);26-32 Soemartono dan Nasrullah. 1988. Genetika Kuantitatif. PAU-Bioteknologi UGM. 357

Sudharto, T.J. Triastono, E. Sudjitno, A. Syam, dan Z. Zaini. 1995. Laporan Tahunan Proyek Penelitian Usahatani Lahan Kering (UFDP) T.A. 1994/1995. Proyek Penelitian Usaha Lahan Kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sosiawan H, et al. 2006. Pewilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi di Kabupaten Jayawijaya. Laporan Hasil Penelitian BPTP Papua. Badan Litbang Pertanian. Jayapura. Zen, S. Dan R. Azwar. 1996. Penampilan hasil galur-galur baru padi sawah dataran tinggi. Pemberitaan Penelitian Sukamandi. 358