BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus pada masa remaja yang dimana terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. keluar (Smeltzer & Bare, 2001). Siklus menstruasi endometrium terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. fisik terjadinya kematangan alat reproduksi, salah satunya adalah datangnya

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Wanita mulai dari usia remaja hingga dewasa normalnya akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. anak gadis terjadi antara umur 10 dan 16 tahun (Knight, 2009). Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. remaja adalah anak

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disabilitas yang seringkali dipakai kalangan publik atau institusi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROMA PRAMENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Ini merupakan pertanda biologis dari kematangan seksual. Perubahan ini terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. menghilang pada saat menstruasi (Syiamti & Herdin, 2011). wanita meliputi kram atau nyeri perut (51%), nyeri sendi, otot atau

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. Diagnosis menopause dibuat setelah terdapat amenorea sekurang kurangnya satu

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

PENGETAHUAN TENTANG JAMU SEBAGAI PEREDA NYERI HAID PADA SISWI SMA N 1 JATINOM KLATEN. Indri Kusuma Dewi 1 ) Bambang Yunianto 2 ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan atau storm and stress, suatu masa dimana ketegangan emosi meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stress (Isnaeni, 2010). World Health Organization (WHO) memberi batasan remaja berdasarkan usia, yaitu antara 12 sampai 24 tahun dan belum menikah (WHO dalam Isnaeni, 2010). Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (Puji, 2009). Fase ini ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer dan karakteristik seks sekunder. Hal ini dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Karakteristik seks primer ini ditandai dengan pengalaman mimpi basah pada remaja putra dan menstruasi pada remaja putri, sedangkan ciri seks sekunder pada remaja putri ditandai dengan pinggul bertambah lebar dan bulat, payudara membesar, menarche, serta kulit menjadi halus (Rahayuningrum, 2012). Samsulhadi (2011) menuliskan menstruasi dinilai berdasarkan 3 hal yaitu (1) siklus menstruasi yaitu jarak antara hari pertama dengan hari pertama menstruasi berikutnya. (2) lama menstruasi yaitu jarak dari hari pertama menstruasi sampai perdarahan menstruasi berhenti. (3) jumlah 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

darah yang keluar selama satu kali menstruasi. Menstruasi dikatakan normal jika didapatkan siklus menstruasi tidak kurang dari 24 hari tetapi tidak melebihi 35 hari, lama menstruasi 3-7 hari, dengan jumlah darah selama menstruasi berlangsung tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut 2-6 kali per hari. Pada kebanyakan wanita tidak merasakan keluhan pada waktu menstruasi, akan tetapi sebagian kecilnya mengeluh rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama haid yang diikuti rasa kram, hal ini dikenal dengan istilah dismenorrhea (Hendarto, 2011). Terminologi dismenorrhea berasal dari bahasa Yunani yaitu dysmenorrhea dengan penjelasan dys berarti kesulitan / nyeri / abnormal, meno berarti bulan, serta rrhea berarti mengalir (Ayu, 2013). Dismenorrhea atau nyeri menstruasi terjadi karena pelepasan prostaglandin (PG) F-2alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX) yang dapat mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemi. Dan juga terdapat prostaglandin (PG) E-2 yang turut serta menyebabkan dismenorrhea primer. Peningkatan level PGF-2alfa dan PGE-2 akan meningkatkan rasa nyeri pada saat menstruasi. Bentuk nyeri menstruasi yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang dibagian bawah perut. Rasanya tidak sangat menyenangkan sehingga menyebabkan mudah marah, gampang tersinggung, mual, muntah, berat badan naik, perut kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan depresi. Biasanya gejala ini datang sehari sebelum 2 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

masa menstruasi dan berlangsung selama 2 hari sampai berakhirnya masa menstruasi (Elimarlina, 2012). Salah satu indikator gangguan dari dismenorrhea akan berdampak pada prestasi belajar atau nilai. Kurangnya kenyamanan akibat nyeri dismenorrhea yang dirasakan akan berpengaruh terhadap keseriusan dalam proses pembelajaran dan jika proses pembelajaran tersebut terganggu diakibatkan oleh permasalahan reproduksi atau nyeri menstruasi (dismenorrhea) yang dialami remaja putri berdampak dengan menurunnya kemampuannya fungsi sehingga prestasi belajar dan kemampuan bekerjapun ikut menurun. Masalah ini perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya yang besar terhadap hasil pembelajaran (Zamrad, 2012). Beberapa laporan internasional dalam Widjanarko (dalam Wiknjosastro dkk, 2007), prevalensi dismenorrhea sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenorrhea sepanjang tahun reproduktif. Berdasarkan hasil studi epidemiologi terhadap populasi remaja 12-16 tahun di Amerika Serikat, melaporkan prevalensi dismenorrhea sebesar 59,7% dengan mengeluh nyeri 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Hasil studi ini juga melaporkan bahwa dismenorrhea menyebabkan 14% remaja sering tidak masuk sekolah dari prevalensi kejadian dismenorrhea (Putri, 2015). Studi epidemiologi di Swedia juga melaporkan angka prevalensi nyeri menstruasi sebesar 80% remaja usia 19-21 tahun mengalami menstruasi, 15% membatasi aktivitas harian ketika menstruasi dan membutuhkan obat-obatan penyangkal nyeri, 8-10% tidak mengikuti atau 3 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

masuk sekolah dan hampir 40% memerlukan pengobatan medis (Rahayuningrum, 2012). Masalah ini setidaknya mengganggu 50% wanita reproduksi dan 60-85% pada usia remaja, yang mengakibatkan banyaknya absensi pada sekolah maupun kantor (Elimarlina, 2012). Berdasarkan data dari berbagai Negara, angka kejadian dismenorrhea didunia cukup tinggi. Menurut Illew Eliyn (dalam Elimarlina, 2012) diperkirakan 50% dari seluruh wanita didunia menderita akibat dismenorrhea dalam siklus menstruasi. Di Indonesia angka kejadian dismenorrhea sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenorrhea primer dan 9.36% dismenorrhea sekunder. Penelitian Vintaria (2009) yang berjudul Hubungan Dismenorea dengan Kegiatan Belajar Remaja Putri kelas II di SMAN 3 Payakumbuh didapat hasil bahwa 70% responden mengalami dismenorrhea dan 56,7% menganggu aktivitas sehari-hari dan kegiatan belajar. Diantaranya penderita meliburkan diri dari kegiatan sekolah dan pekerjaannya. Biasanya gejala tersebut terjadi pada wanita usia produktif, sekitar 3-5 tahun setelah mengalami menstruasi pertama dan pada wanita yang belum pernah hamil. Penelitian Aldi (dalam Zamrad, 2012) yang berjudul Hubungan Kejadian Dismenorea dengan Prestasi belajar Siswa di SMA Negeri 1 Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman didapat hasil bahwa 61,8% responden mengalami dismenorrhea dan 67,4% prestasi belajar siswanya yang dibawah rata-rata dan memiliki hubungan yang bermakna antara kejadian Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar. 4 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Hal ini tidak jauh berbeda pada penelitian Hubungan Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar Remaja Putri Kelas X dan XI di SMA Pembangunan Padang didapatkan 80,3% responden mengalami dismenorrhea dan 71,9% tidak berprestasi (Kurniati, 2011). 88.5% responden megalami dismenorrhea dan 66,7% tidak berperestasi pada Remaja Putri Kelas X dan XI di SMK 6 Padang (Gusmaneri, 2012). Saflina (2013) didapatakan 62,1% responden mengalami dismenorrhea dan 43,9% tidak berperestasi pada Remaja Putri Kelas XI di SMA 5 Padang. Berdasarkan melihat data langsung dari dari Dinas Pendidikan Kota Padang menunjukkan bahwa SMA Negeri 1 memiliki prestasi belajar yang baik diantara SMA-SMA dikota Padang dimana tamatan SMA Negeri 1 Padang banyak diterima di perguruan tinggi negeri. Kondisi ini membuat SMA Negeri 1 Padang menjadi incaran para siswa yang berprestasi di bangku pendidikan SMP. Dari hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan terhadap keseluruhan siswa perempuan yang berjumlah 363 orang didapatkan bahwa sebanyak 97 orang dikelas X mengalami nyeri menstruasi dan 89 orang dikelas XI menagalami nyeri menstruasi (dismenorrhea). Dari hasil wawancara terhadap guru Bimbingan dan Konseling (BK) didapatkan cukup banyak siswa perempuan yang tidak bisa hadir untuk mengikuti pelajaran dan kegiatan harian sekolah bahkan 1-2 hari kedepan, karena mengeluh mengalami nyeri menstruasi (dismenorrhea) yang berlebihan serta hasil dari wawancara terhadap Guru Mata Pelajaran didapatkan bahwa cukup banyak siswa yang harus mengikuti remedial 5 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

untuk mencapai batas minimal ketuntasan nilai belajar. Selain itu karena belum pernahnya dilakukan penelitian di SMA Negeri 1 Padang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang Hubungan Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang TP 2015/2016. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalsh penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana angka kejadian dismenorrhea pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang pada TP 2015/2016? 2. Bagaimana kuantitas dismenorrhea pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang pada TP 2015/2016? 3. Bagaimana prestasi belajar pada remaja putri di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang pada TP 2015/2016? 4. Apakah terdapat Hubungan Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang TP 2015/2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan Umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang. 6 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahui distribusi frekuensi dismenorrhea pada remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang kelas X dan XI pada TP 2015/2016. 2. Diketahui distribusi frekuensi kuantitas dismenorrhea pada remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang kelas X dan XI pada TP 2015/2016. 3. Diketahui distribusi frekuensi prestasi belajar pada remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang kelas X dan XI pada TP 2015/2016. 4. Diketahui Hubungan Dismenorrhea dengan Prestasi Belajar pada Remaja Putri Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Padang TP 2015/2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti 1. Diharapkan dapat menjadi pengalaman tentang proses penelitian khususnya tentang hubungan dismenorrhea dengan prestasi belajar pada remaja putri. 2. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran. 1.4.2 Bagi Perkembangan Ilmu Kedokteran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi ilmiah mengenai hubungan dismenorrhea terhadap prestasi belajar pada remaja putri. 7 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.4.3 Bagi Masyarakat 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat terutama remaja putri mengenai nyeri saat menstruasi (dismenorrhea). 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan kepada masyarakat terutama remaja putri agar lebih peduli terhadap kesehatan secara individu. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Sekolah, dan Orang Tua sebagai peran dalam usaha pencegahan karena banyaknya siswa perempuan yang tidak dapat hadir dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan konsentrasi yang berkurang selama nyeri menstruasi sehingga dampaknya terhadap hasil proses kegiatan belajar mengajar terutama prestasi. 8 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas