SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HIGH LEVEL MARKET DIALOGUE BETWEEN INDONESIA, EU, THE US AND JAPAN: MEETING MARKET DEMAND FOR LEGALLY TIMBER PRODUCT JAKARTA, 10 MARET 2011 Yth. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Yth. Menteri Perindustrian, Yth. Menteri Kehutanan, Yth.Para undangan yang berbahagia, serta seluruh pemangku kepentingan perdagangan dan kehutanan. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk dapat memberikan kata sambutan pada hari ini mengenai topik yang sangat penting yaitu Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia (SVLK) dan khususnya yang berkaitan dengan Kementrian Perdagangan adalah bagaimana kita memanfaatkan pelaksaan SVLK untuk menjawab tuntutan pasar and meraih kesempatan yang lebih besar bagi produk kayu Indonesia. Saudara- saudara sekalian, SVLK merupakan manifestasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengatasi isu pembalakan liar (Illegal Logging) dan wujud nyata atas pilar pembangunan indonesia yang pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment. Indonesia Timber Legality Assurance System (TLAS) atau Sistem Jaminan Legalitas Kayu, dan peraturan pendukungnya yakni SVLK, juga merupakan respon Pemerintah Indonesia atas tuntutan pasar internasional atas perlunya keberadaan sistem verifikasi atas legalitas kayu termasuk pada produk turunannya. 1
Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati: Jepang melalui sistem Green Konyuho sejak April 2006, mensyaratkan legalitas bagi kayu yang masuk ke Jepang untuk digunakan dalam pengadaan barang dan jasa; Amerika Serikat menerapkan Lacey Act yang baru saja diamandemen di tahun 2008. Lacey Act mengatur perlindungan terhadap produk kayu dan dalam regulasinya melarang ekspor produk berbasis kayu yang merupakan hasil dari illegal logging ataupun merupakan bagian dari produk yang dilindungi. Pelanggaran terhadap lacey Act ini tidak hanya dikenakan kepada produsen akan tetapi juga supplier dan trader yang artinya semua pelaku pada supply chain produk perkayuan. Di sisi lain, Uni Eropa akan mulai menerapkan kebijakan legalitas impor kayu mulai 3 Maret 2013 melalui penerapan Due Diligence Regulation (DDR) kecuali negara yang bersangkutan telah menandatangani Voluntary Partnership Agreement (VPA) dan memilki sistem verifikasi kayu yang dapat dipercaya. Dari sini dapat kita lihat betapa pentingnya keberadaan SVLK. Tanpa adanya SVLK maka produk kayu Indonesia mengalami hambatan ekspor di negara-negara tersebut. Saudara- saudara sekalian, Adapun kaitan SVLK dengan Kemendag, serta tren permintaan atas kebutuhan produk kayu dan implikasinya dengan performa ekspor, antara lain: SVLK sangat penting dan sejalan dengan kebijakan perdagangan yang berkelanjutan atau sustainable trade yang dikembangkan oleh Kemendag. Sustainable trade adalah kebijakan perdagangan yang menekankan pada 3 pillar utama yakni lingkungan hidup (environment), perdagangan yang adil (fair trade), dengan memperhatikan pada petumbuhan ekonomi. Disamping itu, kayu adalah bahan baku utama bagi industri furniture dan komponen atas industri kerajinan handicraft yang merupakan salah satu komoditi utama ekspor Indonesia. Saat ini, Uni Eropa menempati urutan teratas sebagai negara importir terbesar untuk ekspor kayu, produk kayu dan furniture dengan jumlah ekspor 2
sebesar US$ 1,009,932,266, sementara Jepang dan Amerika Serikat ada di urutan ke -2 dan ke-3 dengan jumlah ekspor masing-masing sebesar US$ 884,711,143 dan US$ 634,769,361. Tren ekspor dari Indonesia ke tiga negara tersebut juga sangat positif dengan angka kenaikan pada periode 2009 sampai 2010 sebesar 25,56% (EU), 23,93% ( Japan) dan 17,35% (US). Dari sini terlihat bahwa 3 market terbesar dari ekspor produk kayu Indonesia adalah Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, ketiga negara yang menerapkan peraturan yang ketat atas masuknya kayu ilegal dan produk turunannya ke market mereka. Dan tentunya dengan jumlah Ini menjadi tantangan bagi kita, bagaimana kita menyikapi perkembangan regulasi internasional, dengan tetap mempertahankan daya saing produk kayu kita. Mengubah tantangan menjadi kesempatan (Opportunity): Perubahan peraturan Internasional dan upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan pasar adalah hal yang tidak mudah akan tetapi juga bukan tidak mungkin. Tantangan bagi kita saat ini adalah bagaimana agar kita tetap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan pasar ekspor kayu dan produk turunannya dan menjadikan ini sebagai kesempatan untuk memberikan nilai tambah dan comparative advantage bagi produk kayu Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing kita. Dilahirkannya SVLK merupakan langkah maju luar biasa yang harus diselamati, akan tetapi pekerjaan rumah kita tidak berhenti di menghasilkan SVLK. Pelaksanaan SVLK tidak akan sempurna jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang capable oleh karena itu capacity building menjadi hal yang sangat penting disini. Pembangunan Kapasitas yang saya maksudkan disini mencakupi: o capacity building program yang harus diberikan kepada tenagatenaga verifikasi yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan SLVK, mereka harus tahu betul standard dan sistem verifikasi yang diterapkan oleh SVLK disegala lini rantai pasok (supply chain) o kedua, capacity building untuk industri kayu. Yang saya maksud disini bukan hanya industri kayu yang besar akan tetapi yang lebih penting adalah UKM-UKM kita yang bergerak di bidang furniture atau di industri 3
kayu, kita harus memastikan bahwa mereka juga tahu betul atas pelaksanaan SVLK ini dan akibat dari mempergunakan kayu dengan sumber yang tidak legal. o yang terakhir adalah capacity building untuk memastikan adanya mekanisme yang kredibel dan transparan untuk terus menerus melakukan monitoring, evaluasi dan perbaikan (improvement) atas pelaksanaan SVLK. Pembangunan kapasitas yang berkelanjutan (sustainable) tidak mungkin terjadi tanpa partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah tapi juga pihak swasta dan juga buyer. Pihak buyer dalam hal ini pemerintah dimana Buyer berada harus memiliki komitmen untuk membantu pemerintah Indonesia dalam program peningkatan kapasitas karena pada akhirnya dengan kapasitas yang baik akan berakibat pada kualitas produk yang lebih baik dan ujungnya adalah kepuasan konsumer di negara tujuan. Adapun tantangan yang kita hadapi bersama, antara lain: Selain peningkatan kapasitas ada juga beberapa tantangan yang harus disikapi bersama terutama oleh negara tujuan ekspor. Antara lain dihindarinya penerapan standar ganda atas produk kayu ilegal dari negara lain. SVLK merupakan jawaban dan manifestasi Pemerintah Indonesia atas tuntutan internasional akan produk kayu legal, akan tetapi masih ada pemain lain di pasar perkayuan yang belum atau menolak atau bahkan tidak peduli akan penggunaan kayu yang legal atau illegal. Diharapkan agar pihak negara tujuan (destination countries) menerapkan standar yang sama dan konsisten untuk semua negara. Jika sebuah produk tidak memenuhi ketentuan legalitas yang ditentukan maka diharapkan ketegasan untuk menolaknya. Dengan demikian maka akan menjadi incentive bagi seluruh pelaku pasar dalam rantai pasok industri perkayuan untuk mematuhi proses dan standard legalitas yang diharapkan. Pemberlakuan standard yang tidak seragam akan menjadi bumerang tidak hanya bagi pelaksanaan SVLK atau sistem verifikasi legalitas kayu lainnya akan tetapi juga akan menjadikan peraturan internasional yang ada sia-sia. Untuk dapat melakukan hal ini tentunya dibutuhkan kooperasi bukan hanya dari pemerintah Indonesia dan industri perkayuan Indonesia akan tetapi juga dari pihak pembeli. 4
Prospek Cerah Industri Kayu Indonesia: Prospek industri perkayuan sangat cerah, Food and Agriculture Organization (FAO) mengatakan bahwa tiap tahun terjadi peningkatan permintaan atas produk berbasis kayu sebesar 1,9 juta kubik. Hal ini terutama didorong oleh peningkatan ekonomi di Asia. Bahkan menurut laporan FAO tersebut kebutuhan akan produk turunan industri kayu seperti kertas akan mencapai 77,8 juta ton metrik hanya di RRT saja. Bukan hanya RRT, India juga akan mengalami peningkatan konsumsi atas produk kayu demikian juga di US, dan top market kita EU dan Japan. Dengan demikian sangat jelas bahwa dengan memperbaiki dan menerapkan SVLK kita akan dapat meraih opportunity yang sangat luar biasa ini dan menjadikan produk kayu Indonesia sebagai market leader di dunia. Hadirin yang berbahagia, Ijinkan saya mengakhiri sambutan saya dengan mengutip pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Saya sangat menyadari bahwa perubahan adalah tidak mudah apalagi yang memerlukan penyesuaian pada proses produksi dan rantai pasok yang selama ini dilakukan. Akan tetapi, saya yakin bahwa melaksanakan SVLK dengan sepenuhnya untuk menjadikan industri kayu indonesia sebagai benchmark dan pelopor penggunanaan kayu legal bagi industri kayu internasional. Ini merupakan investasi untuk masa yang akan datang, dan tentunya lambat laun akan memberi manfaat bagi industri kayu Indonesia. Sekali lagi saya ucapkan selamat dan terimakasih kepada Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) selaku penyelenggara acara ini. Mudahmudahan lembaga terkait lainnya dapat mendukung proses sertifikasi ini. Akhir kata, selamat berdiskusi dan berdialog demi kepentingan dan kemajuan industri perkayuan Indonesia. Terima kasih. Menteri Perdagangan MARI ELKA PANGESTU 5