Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food and

Mengekspor dalam Lasekap Hukum yang Bergeser LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS. Kota, Negara Tanggal, 2013

Kota, Negara Tanggal, 2013

1. Yulianty Widjaja (Direktur DAVINCI); dan 2. Para Hadirin Sekalian Yang Berbahagia.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan MARI DUKUNG! I M P L E M E N T A S I P E N U H. oleh Agus Justianto

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN.. xix

BAB I PENDAHULUAN. memilikinya,melainkan juga penting bagi masyarakat dunia.

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan telah mencapai 2 juta ha per tahun pada tahun 1996 (FWI & GWF,

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

PENGEMBANGAN INDUSTRI KEHUTANAN BERBASIS HUTAN TANAMAN penyempurnaan P.14/2011,P.50/2010, P.38 ttg SVLK) dan update peta P3HP.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembalakan liar di Indonesia dianggap sebagai salah satu pendorong

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Legalitas Kayu/Startegy Timber Legality and Assurance System

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara tidak mampu untuk memproduksi suatu barang atau jasa

BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke negara-negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN INTERNATIONAL FURNITURE & CRAFT FAIR INDONESIA (IFFINA

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua,

Pengumuman Hasil Sertifikasi Legalitas Kayu pada IUIPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Provinsi Kalimantan Barat oleh SUCOFINDO ICS

KONSULTANSI SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Pertanyaan-pertanyaan tentang CertiSource

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Salam sejahtera bagi kita semua

KONSULTANSI SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PELUNCURAN PRODUKSI KE 4 JUTA PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR Jakarta, 7 Mei 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Buku laporan State of the World's Forests yang diterbitkan oleh Food

Pemeriksaan uji tuntas Penggunaan Kerangka Kerja Legalitas Kayu (bagi importir)

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN TRADE EXPO INDONESIA YANG KE-25 JAKARTA, 13 OKTOBER 2010

TUBAN, 24 AGUSTUS 2015

PRESS RELEASE Standar Pengelolaan Hutan Lestari IFCC (Indonesian Forestry Certification Cooperation) Mendapat Endorsement dari PEFC

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN

Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Pengaruh Implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Terhadap Industri Ekspor Furniture Kayu Indonesia di Solo Raya, Jawa Tengah

FLEGT-VPA: Ringkasan. Ringkasan dan kronologis_ind_june2009.doc 1

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Mengekspor di tengah Perubahan Lansekap Hukum

BAB III PASAR EROPA SEBAGAI TUJUAN INVESTASI PERDAGANGAN. ekonomi dunia, kekuatan-kekuatan ekonomi ini membuat community atau forum

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. POU YUEN INDONESIA CIANJUR, 27 OKTOBER 2015

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS MEBEL

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua,

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JERMAN PERIODE : JANUARI - JULI 2013

ACARA TRADE EXPO 2008, DI KEMAYORAN, JAKARTA, 21 OKTOBER 2008 Selasa, 21 Oktober 2008

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN Nomor 78/M-DAG/PER/10/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan aspek yang sangat penting dalam. perekonomian setiap Negara di dunia. Tanpa adanya perdagangan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA PEMBUKAAN INDO LEATHER AND FOOTWEAR 2015 (ILF 2015) JAKARTA, 7 MEI 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

Penjelasan Singkat FLEGT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

Lacey Act: Sebuah Alat dalam Upaya AS untuk Memerangi Pembalakan Liar

Agus P Djailani, MBA Technical Assistant for SME, MFP Simposium CIFOR - Bogor, 14 Februari 2013

Sambutan Presiden RI pada Penganugerahan Penghargaan Ketahanan Pangan, Jakarta, 6 Desember 2011 Selasa, 06 Desember 2011

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

Peran Sektor Bisnis Dalam Penandatanganan Voluntary Partnership Agreement On Forest Law Enforcement Governance And Trade

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. UNILEVER INDONESIA, TBK BEKASI, 25 AGUSTUS 2015

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Indonesia dan Belanda Perkuat Kerja Sama di Bidang Perdagangan dan Pembangunan Infrastruktur Rabu, 23 November 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

SOSIALISASI PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 97/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN IMPOR PRODUK KEHUTANAN

Jakarta, 5 Desember Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

SISTEM VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (SVLK) SEBAGAI SYARAT EKSPOR PRODUK KAYU

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN PELATIHAN SDM INDUSTRI GARMEN

Peluang dan Tantangan

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Market Brief. Beras di Jerman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HARI BATIK NASIONAL PEKALONGAN, 3 OKTOBER 2011

POINTERS MENTERI PERDAGANGAN PADA PELUNCURAN HARGA YANG TERENDAH ANTARA DI RAK DISPLAY DENGAN DI KASIR YANG DIBERLAKUKAN PADA KONSUMEN OLEH ANGGOTA

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

Bismillahirrohmannirrohiim Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PENCANANGAN HARI SEPATU INDONESIA JAKARTA, 9 MARET 2011

Pendahuluan. ~ IDR 35.4 Tr. 2.5 bn

Kesepakatan Kemitraan Sukarela FLEGT antara Indonesia dan Uni Eropa

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG KETENTUAN UMUM DI BIDANG IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA-JEPANG PERIODE : JANUARI NOVEMBER A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA PEMBUKAAN PAMERAN PRODUK KARET HILIR JAKARTA, 11 MEI 2015

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi faktor penghambat laju pertumbuhan ekonomi pada. ekonomi yang positif, walau disertai penurunan dari angka tahun

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

LAPORAN PENYELENGGARA DAN SAMBUTAN

Transkripsi:

SAMBUTAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA HIGH LEVEL MARKET DIALOGUE BETWEEN INDONESIA, EU, THE US AND JAPAN: MEETING MARKET DEMAND FOR LEGALLY TIMBER PRODUCT JAKARTA, 10 MARET 2011 Yth. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Yth. Menteri Perindustrian, Yth. Menteri Kehutanan, Yth.Para undangan yang berbahagia, serta seluruh pemangku kepentingan perdagangan dan kehutanan. Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk dapat memberikan kata sambutan pada hari ini mengenai topik yang sangat penting yaitu Sistem Verifikasi Legalitas Kayu Indonesia (SVLK) dan khususnya yang berkaitan dengan Kementrian Perdagangan adalah bagaimana kita memanfaatkan pelaksaan SVLK untuk menjawab tuntutan pasar and meraih kesempatan yang lebih besar bagi produk kayu Indonesia. Saudara- saudara sekalian, SVLK merupakan manifestasi komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengatasi isu pembalakan liar (Illegal Logging) dan wujud nyata atas pilar pembangunan indonesia yang pro-poor, pro-job, pro-growth dan pro-environment. Indonesia Timber Legality Assurance System (TLAS) atau Sistem Jaminan Legalitas Kayu, dan peraturan pendukungnya yakni SVLK, juga merupakan respon Pemerintah Indonesia atas tuntutan pasar internasional atas perlunya keberadaan sistem verifikasi atas legalitas kayu termasuk pada produk turunannya. 1

Beberapa perkembangan Internasional sehubungan dengan produk kayu ilegal yang harus dicermati: Jepang melalui sistem Green Konyuho sejak April 2006, mensyaratkan legalitas bagi kayu yang masuk ke Jepang untuk digunakan dalam pengadaan barang dan jasa; Amerika Serikat menerapkan Lacey Act yang baru saja diamandemen di tahun 2008. Lacey Act mengatur perlindungan terhadap produk kayu dan dalam regulasinya melarang ekspor produk berbasis kayu yang merupakan hasil dari illegal logging ataupun merupakan bagian dari produk yang dilindungi. Pelanggaran terhadap lacey Act ini tidak hanya dikenakan kepada produsen akan tetapi juga supplier dan trader yang artinya semua pelaku pada supply chain produk perkayuan. Di sisi lain, Uni Eropa akan mulai menerapkan kebijakan legalitas impor kayu mulai 3 Maret 2013 melalui penerapan Due Diligence Regulation (DDR) kecuali negara yang bersangkutan telah menandatangani Voluntary Partnership Agreement (VPA) dan memilki sistem verifikasi kayu yang dapat dipercaya. Dari sini dapat kita lihat betapa pentingnya keberadaan SVLK. Tanpa adanya SVLK maka produk kayu Indonesia mengalami hambatan ekspor di negara-negara tersebut. Saudara- saudara sekalian, Adapun kaitan SVLK dengan Kemendag, serta tren permintaan atas kebutuhan produk kayu dan implikasinya dengan performa ekspor, antara lain: SVLK sangat penting dan sejalan dengan kebijakan perdagangan yang berkelanjutan atau sustainable trade yang dikembangkan oleh Kemendag. Sustainable trade adalah kebijakan perdagangan yang menekankan pada 3 pillar utama yakni lingkungan hidup (environment), perdagangan yang adil (fair trade), dengan memperhatikan pada petumbuhan ekonomi. Disamping itu, kayu adalah bahan baku utama bagi industri furniture dan komponen atas industri kerajinan handicraft yang merupakan salah satu komoditi utama ekspor Indonesia. Saat ini, Uni Eropa menempati urutan teratas sebagai negara importir terbesar untuk ekspor kayu, produk kayu dan furniture dengan jumlah ekspor 2

sebesar US$ 1,009,932,266, sementara Jepang dan Amerika Serikat ada di urutan ke -2 dan ke-3 dengan jumlah ekspor masing-masing sebesar US$ 884,711,143 dan US$ 634,769,361. Tren ekspor dari Indonesia ke tiga negara tersebut juga sangat positif dengan angka kenaikan pada periode 2009 sampai 2010 sebesar 25,56% (EU), 23,93% ( Japan) dan 17,35% (US). Dari sini terlihat bahwa 3 market terbesar dari ekspor produk kayu Indonesia adalah Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat, ketiga negara yang menerapkan peraturan yang ketat atas masuknya kayu ilegal dan produk turunannya ke market mereka. Dan tentunya dengan jumlah Ini menjadi tantangan bagi kita, bagaimana kita menyikapi perkembangan regulasi internasional, dengan tetap mempertahankan daya saing produk kayu kita. Mengubah tantangan menjadi kesempatan (Opportunity): Perubahan peraturan Internasional dan upaya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan pasar adalah hal yang tidak mudah akan tetapi juga bukan tidak mungkin. Tantangan bagi kita saat ini adalah bagaimana agar kita tetap bisa mempertahankan bahkan meningkatkan pasar ekspor kayu dan produk turunannya dan menjadikan ini sebagai kesempatan untuk memberikan nilai tambah dan comparative advantage bagi produk kayu Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing kita. Dilahirkannya SVLK merupakan langkah maju luar biasa yang harus diselamati, akan tetapi pekerjaan rumah kita tidak berhenti di menghasilkan SVLK. Pelaksanaan SVLK tidak akan sempurna jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang capable oleh karena itu capacity building menjadi hal yang sangat penting disini. Pembangunan Kapasitas yang saya maksudkan disini mencakupi: o capacity building program yang harus diberikan kepada tenagatenaga verifikasi yang akan menjadi ujung tombak pelaksanaan SLVK, mereka harus tahu betul standard dan sistem verifikasi yang diterapkan oleh SVLK disegala lini rantai pasok (supply chain) o kedua, capacity building untuk industri kayu. Yang saya maksud disini bukan hanya industri kayu yang besar akan tetapi yang lebih penting adalah UKM-UKM kita yang bergerak di bidang furniture atau di industri 3

kayu, kita harus memastikan bahwa mereka juga tahu betul atas pelaksanaan SVLK ini dan akibat dari mempergunakan kayu dengan sumber yang tidak legal. o yang terakhir adalah capacity building untuk memastikan adanya mekanisme yang kredibel dan transparan untuk terus menerus melakukan monitoring, evaluasi dan perbaikan (improvement) atas pelaksanaan SVLK. Pembangunan kapasitas yang berkelanjutan (sustainable) tidak mungkin terjadi tanpa partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya pemerintah tapi juga pihak swasta dan juga buyer. Pihak buyer dalam hal ini pemerintah dimana Buyer berada harus memiliki komitmen untuk membantu pemerintah Indonesia dalam program peningkatan kapasitas karena pada akhirnya dengan kapasitas yang baik akan berakibat pada kualitas produk yang lebih baik dan ujungnya adalah kepuasan konsumer di negara tujuan. Adapun tantangan yang kita hadapi bersama, antara lain: Selain peningkatan kapasitas ada juga beberapa tantangan yang harus disikapi bersama terutama oleh negara tujuan ekspor. Antara lain dihindarinya penerapan standar ganda atas produk kayu ilegal dari negara lain. SVLK merupakan jawaban dan manifestasi Pemerintah Indonesia atas tuntutan internasional akan produk kayu legal, akan tetapi masih ada pemain lain di pasar perkayuan yang belum atau menolak atau bahkan tidak peduli akan penggunaan kayu yang legal atau illegal. Diharapkan agar pihak negara tujuan (destination countries) menerapkan standar yang sama dan konsisten untuk semua negara. Jika sebuah produk tidak memenuhi ketentuan legalitas yang ditentukan maka diharapkan ketegasan untuk menolaknya. Dengan demikian maka akan menjadi incentive bagi seluruh pelaku pasar dalam rantai pasok industri perkayuan untuk mematuhi proses dan standard legalitas yang diharapkan. Pemberlakuan standard yang tidak seragam akan menjadi bumerang tidak hanya bagi pelaksanaan SVLK atau sistem verifikasi legalitas kayu lainnya akan tetapi juga akan menjadikan peraturan internasional yang ada sia-sia. Untuk dapat melakukan hal ini tentunya dibutuhkan kooperasi bukan hanya dari pemerintah Indonesia dan industri perkayuan Indonesia akan tetapi juga dari pihak pembeli. 4

Prospek Cerah Industri Kayu Indonesia: Prospek industri perkayuan sangat cerah, Food and Agriculture Organization (FAO) mengatakan bahwa tiap tahun terjadi peningkatan permintaan atas produk berbasis kayu sebesar 1,9 juta kubik. Hal ini terutama didorong oleh peningkatan ekonomi di Asia. Bahkan menurut laporan FAO tersebut kebutuhan akan produk turunan industri kayu seperti kertas akan mencapai 77,8 juta ton metrik hanya di RRT saja. Bukan hanya RRT, India juga akan mengalami peningkatan konsumsi atas produk kayu demikian juga di US, dan top market kita EU dan Japan. Dengan demikian sangat jelas bahwa dengan memperbaiki dan menerapkan SVLK kita akan dapat meraih opportunity yang sangat luar biasa ini dan menjadikan produk kayu Indonesia sebagai market leader di dunia. Hadirin yang berbahagia, Ijinkan saya mengakhiri sambutan saya dengan mengutip pepatah bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Saya sangat menyadari bahwa perubahan adalah tidak mudah apalagi yang memerlukan penyesuaian pada proses produksi dan rantai pasok yang selama ini dilakukan. Akan tetapi, saya yakin bahwa melaksanakan SVLK dengan sepenuhnya untuk menjadikan industri kayu indonesia sebagai benchmark dan pelopor penggunanaan kayu legal bagi industri kayu internasional. Ini merupakan investasi untuk masa yang akan datang, dan tentunya lambat laun akan memberi manfaat bagi industri kayu Indonesia. Sekali lagi saya ucapkan selamat dan terimakasih kepada Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) selaku penyelenggara acara ini. Mudahmudahan lembaga terkait lainnya dapat mendukung proses sertifikasi ini. Akhir kata, selamat berdiskusi dan berdialog demi kepentingan dan kemajuan industri perkayuan Indonesia. Terima kasih. Menteri Perdagangan MARI ELKA PANGESTU 5