TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. dikelompokkan sebagai berikut:kingdomanimalia, FilumChordata, KelasAves,

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Larutan Perendam terhadap Rendemen Gelatin

I. TINJAUAN PUSTAKA. pengisi. Bahan pengisi pada tulang terdiri dari protein dan garam-garam mineral.

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin adalah biopolimer yang dihasilkan dari hidrolisis parsial jaringan

TINJAUAN PUSTAKA Tulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengolahan menjadi produk lain yang bermanfaat, yaitu nonfood untuk kulit

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

TINJAUAN PUSTAKA. daritubuhhewan, diperoleh setelah hewan tersebutmatidandikuliti. kerbaudandombasertakambingmemilikistruktur jaringan yang

11. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL TEKNOLOGI PEMANFAATAN KULIT TERNAK. Oleh : Muhammad Irfan Said, S.Pt, M.P

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

EFEK ASAM TERHADAP SIFAT TERMAL EKSTRAK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Euthynnus affinis)

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

Dosen Pembimbing Tugas Akhir : Ir. Budi Setiawan, MT. Oleh : Sinta Aprillia Dwi Wardani ( ) Ivan Edo Nurhadist ( )

Dewi Hastuti, dkk. Pengenalan dan proses.. PENGENALAN DAN PROSES PEMBUATAN GELATIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I. PENDAHULUAN. dengan nilai gizi yang tinggi dan disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa

HIDROLISIS TULANG SAPI MENGGUNAKAN HCL UNTUK PEMBUATAN GELATIN

Avaliable online at Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 3 Juli 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat metabolisme yang tinggi. Ayam broiler sering dibudidayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

PENGARUH KONSENTRASI CH 3 COOH & HCl SEBAGAI PELARUT DAN WAKTU PERENDAMAN PADA PEMBUATAN GELATIN BERBAHAN BAKU TULANG/KULIT KAKI AYAM

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PERBAIKAN NILAI TAMBAH LIMBAH TULANG IKAN TUNA (Thunnus sp) MENJADI GELATIN SERTA ANALISIS FISIKA-KIMIA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ariansah (2008), itik masih sangat populer dan banyak di manfaatkan

BANDENG. Aylianawati. Surabaya, 21 Juni Abstrak. ikan bandeng. kolagen yang. 16,19% o C. 1.1 Latar Belakang. kuku, dan Bovine.

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

PERBEDAAN PENGGUNAAN KONSENTRASI LARUTAN ASAM SITRAT DALAM PEMBUATAN GELATIN TULANG RAWAN IKAN PARI MONDOL (Himantura gerrardi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

EKSTRAKSI GELATIN DARI KAKI AYAM BROILER MELALUI BERBAGAI LARUTAN ASAM DAN BASA DENGAN VARIASI LAMA PERENDAMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

H. Yuniarifin, V. P. Bintoro, dan A. Suwarastuti Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Morfologi dan Rendemen Tubuh Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha sp.)

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah di dalam tubuh (Kurniawan, 2006). Gelatin

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel

PENGANTAR. Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kebutuhan pangan

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. tahun 2009 meningkat menjadi ton. Tahun 2010 produksi ikan meningkat

BABI PENDAHULUAN. Sosis merupakan produk olahan hewani dengan nilai g1z1 yang tinggi

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

B. Struktur Kulit Ikan

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Stiper Yogyakarta 2)

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komponen organic 33 % Sumber : Hernaiawati, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona berasal dari bahasa portugis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KUALITAS GELATIN TIPE A DENGAN BAHAN BAKU TULANG PAHA AYAM BROILER PADA LAMA EKSTRAKSI YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

Doni Muhammad Irawan, Indra Kristiana, Mahrus Ali Samudra Aditia PS Tekn. Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya, Malang

KUALITAS FISIK GELATIN HASIL EKSTRAKSI KULIT SAPI DENGAN LAMA PERENDAMAN DAN KONSENTRASI ASAM KLORIDA (HCl) YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki pembuluh darah, limpa dan syaraf. Tulang terdiri atas bagian tulang yang kompak atau padat dan bagian tulang yang berongga. Tulang terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik dalam perbandingan 1:2, bagian organik dari tulang sebagian besar terdiri dari protein, yang disebut kolagen tulang atau ossein. Bagian organik ossein jika dipanaskan akan menghasilkan gelatin. Penghilangan bahan organik oleh panas tidak menyebabkan perubahan pada bentuk tulang secara umum tetapi mengurangi berat tulang. Menurut Getty (1975). proses ini tidak mempengaruhi bentuk dan ukuran tulang, tetapi menyebabkan tulang menjadi lembut dan lunak Komposisi kimia tulang sapi dapat di lihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Komposisi Kimia Tulang sapi Persenyawaan Komposisi (%) Gelatin 11,10 Kalsium karbonat 3,85 Kalsium fospat 57,55 Magnesium fospat 2,05 Sodium Karbonat 3,45 Sumber : Septinus (1961) 2.2 Kolagen Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan ikat putih (white connetive tissue) yang meliputi hampir 30% dari total protein pada jaringan dan organ tubuh vertebrata dan invertebrata. serat utama dari jaringan ikat protein yang paling melimpah yaitu mencapai 2025%, Pada mamalia, kolagen terdapat di kulit, tulang rawan, tulang yang ada diseluruh bagian tubuh ternak, termasuk di 5

bagian kepala sapi. Dalam tubuh, biasanya kolagen menempel pada otot dibawah kulit dan bagian persendian tulang, (Prayitno, 2007). Menurut Miskah ( 2010) kolagen juga terdapat pada tendon dan jaringan ikat. Kolagen memiliki kandungan asam amino glisin dan dua asam amino yang lain yaitu prolin dan hidroksiprolin dan berfungsi sebagai penstabil struktur kolagen, dimana setiap rantai polipeptida membentuk pilinan ganda tiga dari rangkaian asam yang berulang yaitu glisin, prolin dan hidroksiprolin (Perwitasari, 2008). 2.3 Gelatin Gelatin adalah produk alami dan merupakan protein yang larut, diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen yang dikombinasi dengan perlakuan asam atau alkali yang bersifat sebagai gelling agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non gelling agent (Hastuti, 2007). Menurut Makara (2009), gelatin diperoleh dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan, Sumber bahan baku gelatin dapat berasal dari sapi (tulang dan kulit), babi (hanya kulit) dan ikan (tulang dan kulit). Menurut Schrieber dan Gareis (2007) gelatin menga ndung berbagai jenis asam amino. Komposisi asam amino gelatin dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel. 2.2. Komposisi Asam Amino Gelatin Jenis Asam Amino Jumlah (%) Glisin 33 Hidroksiprolin 9,1 Asam Glutamat 4,8 Alanin 11,2 Arginin 4,9 Asam Aspartat 2,9 Prolin 13,2 Sumber: Schrieber dan Gareis (2007). Menurut Ulfah (2011) berdasarkan cara pembuatannya terdapat dua jenis gelatin yaitu tipe A dan tipe B. Gelatin tipe A berasal dari bahan baku yang diberi 6

perlakuan dengan perendaman asam seperti asam klorida (HCl), asam sulfat, atau asam sulfit, sehingga disebut proses asam. Gelatin tipe B berasal dari proses basa yang direndam dalam larutan basa seperti kapur sehingga disebut proses basa atau alkali. Asam yang biasa digunakan dalam proses pembuatan gelatin adalah asam sulfat, asam sulfit, asam phosphat, dan asam klorida, tetapi yang paling baik dan umum digunakan adalah asam klorida (HCl). Asam klorida (HCl) mempunyai kelebihan dibandingkan jenis asam lain karena asam klorida mampu menguraikan serat kolagen lebih banyak dan cepat tanpa mempengaruhi kualitas gelatin yang dihasilkan (Poppe, 1992). Bila dibandingkan dengan proses basa, maka proses asam lebih menguntungkan untuk produksi gelatin, terutama jika dilihat dari waktu perendaman yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah. Hal ini disebabkan karena senyawa asam dapat melakukan pemutusan ikatan hidrogen dan struktur kolagen dengan baik dalam waktu 24 jam, sehingga jumlah gelatin yang terekstrak mendekati jumlah gelatin dari proses basa selama delapan minggu (Septriansyah, 2000). Perbedaan sifat gelatin tipe A dan tipe B dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3. Sifat gelatin tipe A dan tipe B Sifat Tipe A Tipe B ph Titik isoelektrit Kekuatan Gel (Bloom) Viskositas (mps) Kadar Abu (%) 3.8 7.0 50 1.5 0.3 5.5 9.0 300 7.5 0.2 5.0 4.7 50 2.0 0.5 7.1 5.4 300 7.5 2.0 Sumber: Gelatin Manufacturers Institute of Amerika (GMIA, 2001) 2.4 Sifat Fisik Sifat fisik gelatin merupakan sifat mekanis yang didalamnya termasuk sifat reologi. Sifat mekanis adalah sifat dan tingkah laku bahan yang dikenai gaya, 7

sedangkan sifat reologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan bentuk aliran bahan (Szezesniak 1981). Variabel sifat fisik yang diamati adalah rendemen, nilai ph dan kekuatan gel (bloom) 2.4.1 Rendemen Rendemen merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tingkat efektivitas produksi gelatin, mulai dari tahap demineralisasi, liming, ekstraksi, hingga pengeringan. Semakin tinggi nilai rendemen suatu perlakuan maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas perlakuan tersebut (Kurniadi, 2009). 2.4.2 Nilai ph Nilai ph merupakan parameter yang sangat penting dalam memproduksi gelatin terutama yang diperuntukkan bagi industri kesehatan, farmasi, dan pangan. Berdasarkan standar mutu SNI (1995) gelatin diharapkan memiliki nilai ph mendekati netral (ph 7). Nilai ph akan berpengaruh terhadap aplikasi gelatin. Gelatin dengan ph netral sangat baik untuk produk daging, farmasi, fotografi, cat dan sebagainya, sedangkan gelatin dengan ph rendah akan sangat baik digunakan dalam produk juice, jelly, dan sirup. Nilai ph gelatin ini sangat dipengaruhi oleh jenis larutan perendaman yang digunakan untuk ekstraksi gelatin tersebut (Astawan dan Aviana, 2003). Nilai ph gelatin berhubungan dengan proses yang digunakan untuk membuatnya. Proses asam cenderung menghasilkan ph rendah, sedangkan proses basa akan memiliki kecenderungan menghasilkan ph yang tinggi. Sedangkan menurut British Standard (1975) nilai ph standar gelatin komersil adalah 4,56,5. 8

2.4.3 Kekuatan Gel (Bloom) Kekuatan gel adalah parameter dari tekstur suatu bahan dan merupakan gaya untuk menghasilkan deformasi tertentu (d e Man, 1989). Untuk keperluan industri, kekuatan gel menjadi pertimbangan dalam menentukan kelayakan penggunaan gelatin. Menurut Schrieber dan Gareis (2007), suhu dan ph pada saat ekstraksi berpengaruh terhadap kekuatan gel (ni lai ubloom) dari gelatin yang dihasilkan. Semakin tinggi suhu ekstraksi semakin tinggi nilai bloom, semakin rendah ph ekstraksi semakin rendah nilai Bloom. 2.5 Sifat Kimia Sifat kimia merupakan sifat dari bahan yang didalamnya mengandung bahan yang bersifat kimiawi, dan memerlukan alat dan perlakuan tertentu untuk dapat melihatnya. Sifat kimia yang dimiliki oleh gelatin tulang kepala sapi adalah kadar air, abu, lemak, dan protein. 2.5.1 Kadar Air Gelatin merupakan salah satu bahan pangan dan kadar air merupakan kandungan penting dalam suatu bahan pangan, air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktifitas metabolisme seperti aktifitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan dan reaksireaksi nonenzimatis, sehingga menimbulkan perubahan sifat organoleptik dan nilai gizinya (d e Man, 1997). Kadar air gelatin sangat berpengaruh terhadap daya simpannya, karena erat kaitannya dengan aktivitas metabolisme yang terjadi selama gelatin itu disimpan. Nilai kadar air gelatin pada standar mutu gelatin SNI (1995) tentang gelatin, yaitu kadar air maksimal 16%. 9

2.5.2 Kadar Abu Kadar abu merupakan salah satu parameter penting untuk menilai kualitas gelatin terutama dalam hal kemurnian gelatin. Proses demineralisasi pada dasarnya bertujuan untuk memisahkan dan membuang garamgaram mineral dan unsurunsur lain yang tidak diinginkan dalam gelatin (Kurniadi, 2009). Menurut Fatimah (1995) kadar abu adalah residu anorganik dari pembakaran bahanbahan organik, abu yang terbentuk berwarna putih abuabu, berpartikel halus dan mudah dilarutkan. Pengamatan kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral dari bahan, nilai kadar abu suatu bahan pangan menunjukkan besarnya jumlah mineral yang terdapat pada bahan pangan tersebut (Haris, 2008). Nilai kadar abu menurut SNI (1995) yaitu 3,25%. 2.5.3 Kadar Lemak Kadar Lemak dalam produk gelatin berkaitan langsung dengan sumber bahan baku yang digunakan. Gelatin yang diproduksi dari bahan yang mengandung kadar lemak tinggi cenderung akan menghasilkan produk gelatin dengan kadar lemak tinggi. Degresing lemak (penghi langan lemak) pada proses produksi gelatin menjadi penting, karena semakin rendah kadar lemak gelatin, maka semakin baik gelatin yang diperoleh,berdasarkan SNI (0637351995) tidak mensyaratkan batasan kadar lemak, tetapi dari hasil peneliti Sopian (2002), dari gelatin tulang sapi diperoleh kadar lemak 0,23%, dan Wulandari (2006) dari kulit kaki ayam 1,011,16%. 2.5.4 Kadar Protein Kadar protein gelatin dipengaruhi oleh waktu dan konsentrasi bahan curing yang digunakan, konsentrasi menyebabkan semakin banyak ikatan asam amino 10

yang terpecah sehingga semakin banyak protein yang larut pada saat dilakukan proses ekstraksi. Peningkatan konsentrasi larutan akan meningkatkan kolagen yang terlarut. Nilai kadar protein gelatin pada standar mutu SNI (1995) tentang gelatin, yaitu sebesar 87,25%. Berdasarkan Dewan Standarisasi Nasional No.063735 1995 (1995) dan Gelatin Manufactures Institute of America (GMIA) (2001). Karakteristik gelatin dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4. Karakteristik gelatin Karakteristik Warna Kadar air Kadar abu Protein Kekuatan gel ph Sumber: DSN (1995), **GMIA (2001) Syarat Tidak berwarna sampai kekuningan Maksimum 16 % Maksimum 3.25 % 87,25% 50300 bloom 4.56.5 ** 2.6 Pemanfaatan Gelatin Gelatin biasanya digunakan dalam industri pangan dan obatobatan, dewasa ini manfaat gelatin masih sulit digantikan, hal ini dikarenakan gelatin bersifat serba bisa, yaitu bisa berfungsi sebagai bahan pengisi, pengemulsi ( emulsifier) (Irawan et al, 2006), sedangkan menurut Hastuti dan Sumpe (2007) gelatin bisa digunakan sebagai pengikat, pengendap, dan pemerkaya gizi, sifatnya juga luwes yaitu dapat membentuk lapisan tipis yang elastis, membentuk film yang transparan dan kuat. Penggunaan dibidang pangan diantaranya untuk produk, hasil olahan susu, dan produk daging, perekat dan pembungkus makanan yang bersifat dapat dimakan seperti permen, coklat, dan yoghurt (Juliasti, 2015). Menurut Agustin (2013) Gelatin juga digunakan pada produk yang memerlukan pembentukan busa, biasanya pada produk es krim, untuk produk non pangan digunakan dalam industri farmasi dan obatobatan (Cole, 2000). 11