MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2016, No untuk Mengikuti Pendidikan Akademi Militer di Luar Negeri; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (

TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KEPADATARUNA/TARUNI AKADEMI TENTARA NASIONAL INDONESIA UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN AKADEMI MILITER DI LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.699,2012

SEKRETARIAT JENDERAL

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional.

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 61 TAHUN 2011 TENTANG KOMUNITAS INTELIJEN DAERAH (KOMINDA) JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN MASYARAKAT DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI BIDANG PERTAHANAN Budi Susilo Soepandji

2016, No Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementeria

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII PENUTUP. a. Direktorat Pembekalanan Makanan (Ditbekkan) yang merupakan bagian integral

KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI INSPEKTORAT JENDERAL PERATURAN INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERTAHANAN NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENGANTAR. strategis guna menghadapi tantangan tugas ke depan. Sistem pertahanan negara

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Te

Badan Siber Terwujud. 06 Juni 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. Teknologi. Industri. Pengguna. Pembinaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kementerian Pertahanan adalah Kementerian Negara yang dipimpin oleh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Penelitian. Pengembangan. Materiil. Pembinaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA

ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM TERKAIT DENGAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA PUSANEV_BPHN. ANANG PUJI UTAMA, S.H., M.Si

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.724, 2010 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman.

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 98 ayat (7)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

CATATAN TANGGAPAN TERHADAP RUU KAMNAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

Bab II Perawatan Kendaraan Tempur di Lingkungan TNI AD

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Tim Teknis PWP dalam KLH

1.1 Latar belakang masalah

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT TERM OF REFERENCE (TOR)

KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

TATA KELOLA KEAMANAN LAUT INDONESIA DALAM MENDUKUNG PROGRAM PENGEMBANGAN POROS MARITIM DUNIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTORAT JENDERAL KEKUATAN PERTAHANAN

BERITA NEGARA. KEMENHAN. Kesehatan. Pertahanan Negara. Sistem Pencabutan. REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

MENILIK URGENSI PEMBENTUKAN BADAN SIBER NASIONAL: TINJAUAN DARI SATU SUDUT PERSPEKTIF AKADEMIK Oleh: Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. 1 Menilik urgensi pembentukan Badan Siber (Cyber) Nasional (BSN/BCN) yang tengah menjadi wacana publik saat ini, maka dari satu sudut pandang akademik ada baiknya apabila kita mengawalinya dengan melihat sisi awareness TNI yang berhubungan dengan keamanan siber (cyber security). Perlu kiranya kita sadari bersama, bahwa dalam rangka dan/atau untuk mendukung pelaksanaan tugas pokoknya, TNI selalu melaksanakan proses valuasi atau assessment yang terkait dengan dinamika perkembangan lingkungan strategis. Dimana hasil dari valuasi atau assessment tersebut, khususnya apabila kita mencermatinya pada sepuluh hingga lima tahun terakhir ini, maka terdapat indikasi yang semakin menunjukkan adanya peningkatan awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security. Hal dimaksud dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut: Pertama, TNI telah semakin menyadari bahwa alat untuk berperang dewasa ini semakin berkembang, dan tidak dapat lagi dipahami sebagaimana pemahaman konvensional tentang Alutsista. Pada prinsipnya TNI semakin awware, bahwa alat untuk berperang saat ini tidak dapat lagi dilihat dari bentuknya, tetapi lebih dari itu, yakni bagaimana suatu alat dapat difungsikan untuk berperang. Hal ini pada akhirnya akan bermuara pada pemahaman luas terhadap peralatan komputer yang biasanya kita gunakan sebagai alat administrasi, namun secara anomali ternyata dapat pula digunakan sebagai alat untuk berperang; Kedua, Di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI saat ini telah semakin banyak produk-produk berupa naskah strategis yang secara spesifik telah membahas tentang cyber security dalam konteks cyber defense. Seperti halnya Kementerian Pertahanan melalui Direktorat Jenderal Strategi 1 Mayor Laut (E) Ditya Farianto, M.T. saat ini menjabat sebagai Kasubbid SDM TI Bidduk TI, Pusinfolahta TNI;. 1

Pertahanan (Ditjen Strahan) yang pada tahun 2010 lalu telah menerbitkan Kajian Pertahanan Negara Terhadap Ancaman Siber dan bahkan pada tahun 2014 baru lalu telah menerbitkan pula beberapa produk terkait berupa: (a) Kajian Organisasi Pertahanan Siber; (b) Peta Jalan Strategi Nasional Pertahanan Siber; (c) Pedoman Pertahanan Siber; dan (d) Peta Jalan Pembinaan Kemampuan Sumber Daya Manusia Pertahanan Siber. Sebelumnya di lingkungan TNI telah pula menerbitkan naskah strategis, seperti dalam Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma yang telah menempatkan cyber war sebagai salah satu ancaman dengan kategori sebagai ancaman non militer; Berbagai produk strategis tersebut, memiliki arti penting karena semakin memberikan pemahaman dan/atau awareness TNI terhadap berbagai permasalahan yang terkat dengan cyber security. Lebih dari itu, TNI kemudian juga semakin memahami konteks dan konten peperangan informasi (information warfare), khususnya yang berhubungan dengan operasi-operasi informasi (information operations), dengan memperhatikan upaya TNI saat ini yang sedang menyusun suatu doktrin baru tentang Operasi Dukungan Informasi, dimana secara prinsip, konten dalamnya selain memberikan pemahaman, juga mengatur mekanisme pelaksanaan operasioperasi informasi; Ketiga Masih terkait dengan awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security, maka beberapa organisasi terkait di lingkungan TNI yang selama ini hanya berfokus pada kegiatan pengolahan data dan informasi, telah mulai bertransformasi untuk dapat menyikapi dan/atau mengadaptasi perkembangan lingkungan strategis, dengan mulai membangun apa yang kita kenal dengan terminologi information-related capabilities, khususnya kemampuan cyber warfare. Untuk dapat mengakomodasi kepentingan tersebut, TNI AD saat ini sedang berupaya untuk mengembangkan organisasinya yang semula dikenal dengan Dinas Informasi dan Pengolahan Data Angkatan Darat (Disinfolahtad) menjadi Dinas Sistem Informasi Angkatan Darat (Dissisfoad), sedangkan di lingkungan Mabes TNI, dalam organisasi Pusat Informasi dan Pengolahan Data (Pusinfolahta) TNI telah 2

pula ditambahkan satu Sub Organisasi bidang Pengamanan Sistem Informasi; dan Keempat Ditinjau dari peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) TNI, maka saat ini TNI juga sangat aktiv dalam melaksanakan upaya pembinaan personelnya, dengan harapan personel-personel TNI tersebut dapat memiliki kemampuan pertahanan cyber (cyber defense capability), melalui upaya pengiriman personel-personel TNI untuk dididik baik secara akademis maupun praktis, di luar maupun di dalam negeri. Hal tersebut termasuk upaya TNI untuk mendiseminasi pengetahuan tentang cyber security/defense yang telah didapatkan, melalui penyelenggaraan berbagai pelatihan, sebagaimana pelatihan cyber defense yang dilaksanakan oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemhan, maupun pelatihan cyber security yang dilaksanakan oleh Pusinfolahta TNI. Berbagai sisi awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security tersebut, kemudian bermuara kepada validasi Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI sebagai Satuan Operasional TNI yang di dalam struktur organisasinya terdapat sub organisasi yang membidangi masalah cyber security/defense, dan tentunya akan sekaligus bertindak sebagai vocal point TNI dalam hal penanganan insiden maupun operasi cyber. Mengalir dari uraian di atas, maka terdapat beberapa isu yang berhubungan dengan dengan nature TNI dan perlu dipahami, sebagai berikut: Pertama Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI disebutkan bahwa TNI merupakan alat negara yang dalam hal pengerahannya haruslah melalui suatu keputusan politik negara; Kedua Perlu kiranya memahami, bahwa tugas pokok TNI untuk melaksanakan pertahanan negara merupakan prinsip dasar dari militansi TNI, yang ditujukan utamanya untuk menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan negara, yang kemudian dijabarkan aplikasinya dengan 3

melaksanakan Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang. Dalam konteks ini, maka perlu kiranya digarisbawahi, bahwa adalah suatu keniscayaan dan menjadi salah satu aspek sensitif bagi TNI dalam merespons berbagai hal, utamanya yang menyangkut kepentingan nasional Indonesia. Dari gambaran umum kondisi awareness TNI yang berhubungan dengan cyber security dan nature TNI tersebut, maka dengan mempertimbangkan dan memperhatikan luasnya spektrum pembahasan cyber security itu sendiri, secara akademis saya berpandangan bahwa: Pertama Diperlukan adanya suatu badan nasional yang berfungsi sebagai, switchhub untuk mengatur dan meyinergikan kepentingan maupun kemampuan yang dimiliki oleh berbagai instansi nasional dibidang cyber security/defense sesuai dengan fungsi asasinya masing-masing, dengan mempertimbangkan bahwa: Perlu kiranya dipahami bahwa sesuai dengan nature TNI, pada suatu situasi tertentu ketika Indonesia menghadapi serangan siber, yang kemudian dapat dibuktikan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh aktor negara (state actor), dalam hal ini khususnya adalah militer asing atau aktor non negara (non-state actor) yang ditujukan untuk mengancam kepentingan nasional secara luas, maka terdapat kepentingan TNI didalamnya. Perlu kiranya dipahami bahwa sesuai dengan nature TNI, pada suatu situasi tertentu ketika Indonesia menghadapi serangan siber, yang kemudian dapat dibuktikan bahwa serangan tersebut dilakukan oleh aktor negara, dalam hal ini khususnya adalah militer asing atau aktor non negara yang disponsori aktor negara dimaksud (baik dalam bentuk dukungan fisik dan/atau materiil), maka akan terdapat kepentingan TNI didalamnya. 4

Kedua Badan nasional yang berfungsi sebagai, switch-hub tersebut dapat menjamin interrelasi dan interdependensi kepentingan TNI dengan kepentingan instansi nasional lainnya, baik yang ditujukan agar berbagai instansi nasional tersebut dapat mendukung pelaksanaan tugas pokok TNI dan sebaliknya, melalui perumusan regulasi yang memadai, utamanya agar pelibatan TNI dapat secara efektif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, regulasi, maupun konstitusi yang berlaku. Agar antar instansi nasional dapat saling bekerjasama dalam satu situasi Indonesia ketika menghadapi serangan siber, maupun agar pada situasi normal, berbagai instansi nasional termasuk TNI dapat tetap saling bekerjasama dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan kemampuan dibidang cyber security/defense, perlu adanya regulasi yang mengamanatkan pembentukan Military-CERT dalam tubuh TNI, dimana BAIS TNI tetap sebagai sebagai vocal pointnya, sehingga dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan National CSIRT. Amanat pembentukan Military-CERT tersebut pada gilirannya diharapkan dapat memperluas tugas dan peran satuan kerja atau unit Cyber BAIS TNI, sehingga tidak hanya dapat digunakan untuk mendukung tugas pokok TNI, namun juga dapat dikembangkan untuk berkontribusi bagi kepentingan nasional yang lebih luas. Dengan memperhatikan luasnya spektrum kompetensi yang diperlukan dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan kemampuan dibidang cyber security/defense, pembentukan Military- CERT akan senantiasa memerlukan dukungan, khususnya kompetensi dan personel dari angkatan, sehingga perlu pula adanya amanat pembentukan CERT pada tingkat Mabes TNI/Angkatan sebagai Internal-CERT. 5

Pada saat bersamaan amanat pembentukan CERT pada tingkat Mabes TNI/Angkatan akan dapat menjadi dasar bagi perencanaan, khususnya yang berhubungan dengan restrukturisasi/validasi organisasi, logistik, dan anggaran organisasi Infolahta di tingkat Mabes TNI/Angkatan. Agar CERT pada tingkat Mabes TNI/Angkatan dapat bekerjasama dengan instansi nasional lainnya pada situasi normal, dalam rangka membangun, membina, dan mengembangkan kemampuan dibidang cyber security/defense, diperlukan regulasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan, sehingga tidak kontra produktif dengan peran satuan kerja atau unit Cyber BAIS TNI sebagai Military-CERT sebagai vocal point TNI dalam hal penanganan insiden maupun operasi cyber. Sebagai penutup dan sekaligus kesimpulan, Indonesia perlu memiliki Badan Siber (Cyber) Nasional (BSN/BCN) sebagai regolator atau switch-hub, utamanya ketika Indonesia dalam keadaan under attack, sehingga antar instansi nasional tetap dapat saling bekerjasama dalam satu situasi indonesia dimaksud.*** 6