Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

III. METODE PENELITIAN

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

III. METODE PENELITIAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

Bab II Analytic Hierarchy Process

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

Pengertian Metode AHP

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

Penyebaran Kuisioner

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ngatawi (2011) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pemilihan Supplier

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

III. METODE PENELITIAN

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

METODOLOGI PENELITIAN

Analytic Hierarchy Process

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Profile Umum P.T. PJB Badan Pengelola Waduk Cirata

4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah Pamella Swalayan 1. Jl. Kusumanegara

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan berbagai kajian literatur yang ada.

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

ANALISA STUDI PENGGUNAAN AHP PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN JENIS SUB STRUKTUR PADA PROYEK KONSTRUKSI

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

BAB III METODE KAJIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

Analisis Pemilihan Supplier Yang Tepat Untuk Produk Gigi Palsu (Studi Kasus Di CV. Brother Dent)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

BAB III ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

Transkripsi:

Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP) Penyusunan Hirarki Sebuah bagan alir yang dipergunakan dalam struktur pemecahan sebuah masalah terdiri dari tiga tingkatan yaitu hasil keputusan yang diperoleh diletakan pada tingkat pertama, berbagai multikriteria mendukung alternatif pemecahan di letakkan pada tingkat kedua, serta beberapa alternatif yang mungkin menjadi pemecahannya diletakkan pada tingkat ketiga seperti tersaji pada Gambar 1. Gambar 1 : Skema Hirarki untuk Memecahkan Masalah 102

Metode multikriteria, dibagi menjadi : 1. Relative Measurement (Pengukuran Relatif) Pada pengukuran relatif, beberapa alternatif dibandingkan satu sama lain berdasarkan rasio kepentingannya. Sebagai contoh perbandingan dua elemen i dan j yang dibandingkan berdasarkan semua hal yang dimiliki. 2. Absolute Measurement (Pengukuran Absolut) Pada pengukuran absolut, beberapa alternatif dibandingkan dengan standar yang merupakan suatu kepentingan yang dapat dikembangkan. Cara yang digunakan adalah dengan membuat peringkat beberapa alternatif berdasarkan multikriteria dengan cara membuat point-point nilai (scoring). Sebagai contohnya perbandingan beberapa kepentingan dengan mendapatkan hasil sangat lebih penting, sama penting, dan sangat kurang penting. Skala Tingkat Kepentingan Penilaian pembobotan mengenai perbandingan kepentingan antara faktor yang digunakan untuk membantu mengambil keputusan dalam pemilihan keputusan, yaitu berdasarkan skala dasar tingkat kepentingan seperti pada Tabel 1 sebagai berikut: 103

Tabel 1 : Skala Dasar Berdasarkan Tingkat Kepentingan (Maimin, 2004) Tingkat Kepentingan 1 3 5 7 9 2, 4, 6, 8 Resiprokal Keterangan Kedua elemen sama pentingnya Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Definisi Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibanding dengan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian yang sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara dua pilihan Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. Prinsip Analytic Hierarchy Process (AHP) Di dalam menyelesaikan persoalan dengan menggunakan metode AHP, ada beberapa prinsip yang harus dipahami yaitu : 1. Decomposition ( penguraian unsur) Yaitu suatu proses memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap 104

unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. 2. Comparatif Judgement ( perbandingan kepentingan) Yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu, dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap elemenelemen. Hasil dari penilaian ini akan lebih baik bila dinyatakan dalam bentuk matrik yang dinamakan matrik pairwise comparasions (perbandingan berpasangan). Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 (tiga) kali lebih penting dibandingkan j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 (sepertiga) kali pentingnya dibandingkan i. Disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jumlah elemen yang digunakan sebanyak n elemen, maka akan diperoleh matrik pairwise comparisions berukuran n x n. Banyaknya penilaian yang diperoleh dalam menyusun matrik ini adalah n(n-1)/2, karena matriknya reciprocal dan elemen-elemen sama dengan 1. 3. Syntetic of Priority (pengurutan prioritas) Yaitu setiap matrik pairwise comparisons kemudian dicari eigen vector-nya untuk mendapatkan local priority. Karena matrik pairwise comparasions 105

terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global proirity harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk herarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. 4. Logical Consistency (konsistensi logis) Yaitu semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Pembobotan Elemen Pada dasarnya formulasi matematis pada multikriteria dengan model AHP dilakukan dengan mengunakan suatu matrik. Dalam suatu subsistem operasi yang terdapat n elemen operasi, yaitu elemen-elemen operasi A 1, A 2,, A n, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matrik perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan berpasangan seperti dalam Gambar 2. 106

Gambar 2 : Matrik Perbandingan Berpasangan Matrik A nxn merupakan matrik resiprokal. Dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu W 1, W 2,, W n yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai (judgement) perbandingan secara berpasangan antara (W i, W j ) dapat dipresentasikan seperti matrik tersebut. W i = bobot input dalam baris W j = bobot input dalam lajur Dalam hal ini matrik perbandingan adalah matrik dengan unsur-unsurnya adalah aij dengan i,j = 1,2,n. Unsur-unsur matrik tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a ij adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan elemen operasi A1 sendiri. Dengan demikian nilai unsur a 11 adalah sama dengan 1. Cara yang sama, maka diperoleh semua unsur diagonal matrik perbandingan sama dengan 1, seperti disajikan pada Gambar 3. 107

Gambar 3 : Unsur Diagonal sama dengan 1 Nilai unsur a 12 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 terhadap elemen operasi A2. Besarnya nilai a 21 adalah 1/a 1, yang menyatakan tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A 2 terhadap elemen operasi A 1. Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A 1, A 2,, A n tersebut dinyatakan sebagal vektor W, dengan W = ( W l, W 2,..., W n ), maka nilai intensitas kepentingan elemen operasi A l dibandingkan A 2 dapat pula dinyatakan, sehingga perbandingan bobot elemen operasi A l terhadap A 2 yakni W l /W 2 yang sama dengan a 12. Sehingga matrik perbandingan pada Gambar 4 dapat pula dinyatakan sebagai berikut: Gambar 4 : Matrik Perbandingan Preferensi 108

Nilai-nilai W i /W j dengan i,j = 1,2,...,n diperoleh dari partisipan yaitu orangorang yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Matrik perbandingan pref'erensi tersebut diolah dengan melakukan perhitungan pada tiap baris matrik tersebut dengan menggunakan persamaan berikut : Perhitungan dilanjutkan dengan memasukan nilan W i pada matrik hasil perhitungan tersebut ke persamaan berikut ini : Matrik yang diperoleh tersebut merupakan eigenvector yang juga merupakan bobot kriteria. Nilai eigenvalue yang terbesar (λmaks ) diperoleh dari persamaan tersebut ke persamaan berikut : Konsistensi Pengukuran konsistensi dari suatu matrik didasarkan atas suatu eigenvalue maksimum. Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matrik perbandingan dapat diminimumkan. Rumus dari indeks konsistensi adalah seperti pada persamaan berikut : 109

dimana ini merupakan eigenvalue dan n ukuran matrik. Eigenvalue maksimum suatu matrik tidak akan lebih kecil dari nilai n, sehingga tidak mungkin ada nilai Consistency Index (CI) yang negatif. Makin dekat eigenvalue maksimum dengan besarnya matrik, makin konsisten matrik tersebut dan apabila sama besarnya, maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsisten 0%. Indeks konsistensi kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara membaginya dengan suatu indeks random. Hasilnya menunjukan bahwa makin besar ukuran matrik, makin tinggi tingkat inkonsistensi yang dihasilkan seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 : Nilai Indeks Random (RI) Ukuran Matrik 1, 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Indeks Random (Inkonsistensi) 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59 110

Perbandingan antara CI dan Ratio Index (RI) untuk suatu matrik didefinisikan sebagai Consistency Ratio (CR) atau rasio konsistensi disajikan pada persamaan berikut : Untuk model AHP matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0.1. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matrik sebenarnya tidak ada yang baku hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman tingkat inkonsistensinya sebesar 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima. Lebih dari itu harus ada revisi penilaian karena tingkat inkonsistensi yang terlalu besar dapat menjurus pada suatu kesalahan. 111

Lampiran 2 : KUISIONER PENELITIAN - I PENGUKURAN DAN PEMILIHAN PRIORITAS FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR A. PENGUKURAN FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR Petunjuk Pengisian : 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk menilai kinerja manufaktur dari 11 (sebelas) jenis fleksibilitas manufaktur. 2. Nilai kinerja manufaktur yang diberikan mempunyai skala 1 7. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai kinerja manufaktur ditentukan sebagai berikut : 1 - Sangat Rendah, 2 - Rendah, 3 - Agak Rendah, 4 - Rata-rata, 5 - Cukup Tinggi, 6 - Tinggi, 7 - Sangat Tinggi 112

113

114

115

B. PEMILIHAN PRIORITAS FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR Petunjuk Pengisian : 1. Penilaian Fleksibilitas Manufaktur yang Anda lakukan di atas menjadi referensi utama Anda dalam menentukan fleksibilitas manufaktur yang akan menjadi prioritas. 2. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antara elemen A dan elemen B, lalu memberi tanda X atau nilai perbandingannya. 3. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan. 4. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut : 116

117

C. STRATEGI MANUFAKTUR Sehubungan dengan penilaian kinerja manufaktur yang Anda lakukan pada bagian A serta pemilihan prioritas fleksibilitas manufaktur pada bagian B, saran dan komentar Anda akan alternatif tindakan strategi manufaktur untuk peningkatan fleksibilitas manufaktur. 118

Lampiran 2 : KUISIONER PENELITIAN - I PENGUKURAN DAN PEMILIHAN PRIORITAS FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR A. PENGUKURAN FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR Petunjuk Pengisian : 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk menilai kinerja manufaktur dari 11 (sebelas) jenis fleksibilitas manufaktur. 2. Nilai kinerja manufaktur yang diberikan mempunyai skala 1 7. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai kinerja manufaktur ditentukan sebagai berikut : 1 - Sangat Rendah, 2 - Rendah, 3 - Agak Rendah, 4 - Rata-rata, 5 - Cukup Tinggi, 6 - Tinggi, 7 - Sangat Tinggi 112

113

114

115

B. PEMILIHAN PRIORITAS FLEKSIBILITAS MANUFAKTUR Petunjuk Pengisian : 1. Penilaian Fleksibilitas Manufaktur yang Anda lakukan di atas menjadi referensi utama Anda dalam menentukan fleksibilitas manufaktur yang akan menjadi prioritas. 2. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antara elemen A dan elemen B, lalu memberi tanda X atau nilai perbandingannya. 3. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemen-elemen yang dibandingkan secara bersamaan. 4. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut : 116

117

C. STRATEGI MANUFAKTUR Sehubungan dengan penilaian kinerja manufaktur yang Anda lakukan pada bagian A serta pemilihan prioritas fleksibilitas manufaktur pada bagian B, saran dan komentar Anda akan alternatif tindakan strategi manufaktur untuk peningkatan fleksibilitas manufaktur. 118

Lampiran 3 Nama Jabatan Tanggal KUISIONER PENELITIAN II EVALUASI KESELARASAN INISIATIF PENINGKATAN FLEKSIBILITAS DENGAN TUJUAN MANUFAKTUR Petunjuk Pengisian : :.. :.. :.. 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antara elemen A dan elemen B, lalu memberi tanda X atau nilai perbandingannya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemenelemen yang dibandingkan secara bersamaan. 3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut : PENGISIAN KUISIONER : Dalam menentukan bobot prioritas alternatif keselarasan inisiatif peningkatan fleksibilitas terdapat 3 (tiga) tujuan manufaktur yang perlu dipertimbangkan, yaitu Manfaat Fleksibilitas (MF), Perangkap Fleksibilitas (PF) dan Manfaat Tidak Langsung (MTL)..Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas tujuan manufaktur. MF 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PF MF 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 MTL MTL 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PF A. MANFAAT FLEKSIBILITAS : Manfaat fleksibilitas memiliki 5 (lima) sub-kriteria Tenaga Kerja (TK), Pengendalian Produksi (PP), Pemasok (PM), Sumber (SU) dan Struktur & Infrastruktur Pabrik (SI). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Manfaat Fleksibilitas. TK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PP TK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PM TK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SU TK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SI PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PM PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SU PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SI PM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SU PM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SI SU 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SI 119

Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Tenaga Kerja (TK) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pengendalian Produksi (PP) untuk pemilihan alternatif tindakan. c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pemasok (PM) untuk pemilihan alternatif tindakan. d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Sumber (SU) untuk pemilihan alternatif tindakan. 120

e. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Struktur & Infrastruktur Pabrik (SI) untuk pemilihan alternatif tindakan. B. PERANGKAP FLEKSIBILITAS : Perangkap fleksibilitas memiliki 3 (tiga) sub-kriteria Biaya (BI), Waktu (WK) dan Kualitas (KL). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu falternatif dengan falternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Perangkap Fleksibilitas. BI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 WK BI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KL WK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KL a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Biaya (BI) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Waktu (WK) untuk pemilihan alternatif tindakan. 121

c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Kualitas (KL) untuk pemilihan alternatif tindakan. C. MANFAAT TAK LANGSUNG : Manfaat tak langsung memiliki 6 (enam) sub-kriteria Efisiensi Rantai Pasok (ER), Pengurangan Persediaan (PP), Pendayagunaan Pabrik dan Sumber Daya (PS), Transfer & Peningkatan Pengetahuan (TP), Peluang Bisnis (PB) dan Pengurangan Resiko (PR). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu falternatif dengan falternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas subkriteria Manfaat Tak Langsung. ER 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PP ER 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PS ER 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP ER 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PB ER 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PR PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PS PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PB PP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PR PS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TP PS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PB PS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PR TP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PB TP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PR PR 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PB a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Efisiensi Rantai Pasok(ER) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pengurangan Persediaan (PP) untuk pemilihan alternatif tindakan. 122

c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pendayaguanaan Pabrik & Sumber Daya (PS) untuk pemilihan alternatif tindakan. d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Transfer & Peningkatan Pengetahuan (TP ) untuk pemilihan alternatif tindakan. e. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Peluang Bisnis (PB) untuk pemilihan alternatif tindakan. f. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pengurangan Resiko (PR) untuk pemilihan alternatif tindakan. 123

Lampiran 4 Nama Jabatan Tanggal KUISIONER PENELITIAN III EVALUASI KESESUAIAN INISIATIF PENINGKATAN FLEKSIBILITAS DENGAN KONDISI OPERASI Petunjuk Pengisian : :.. :.. :.. 1. Pada bagian ini Anda diminta untuk membandingkan antara elemen A dan elemen B, lalu memberi tanda X atau nilai perbandingannya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari elemenelemen yang dibandingkan secara bersamaan. 3. Nilai perbandingan yang diberikan mempunyai skala 1-9. Definisi dari skala yang digunakan untuk nilai komparasi ditentukan sebagai berikut : PENGISIAN KUISIONER : Dalam menentukan bobot prioritas alternatif kesesuaian inisiatif peningkatan fleksibilitas terdapat 4 (empat) kondisi operasi yang perlu dipertimbangkan, yaitu Dukungan Struktur & Infrastruktur (DI), Pengelolaan & Pengendalian Produksi (PPP), Redundansi Sumber Daya (RSD) dan Koordinasi Pembeli-Pemasok (KPP)..Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas kondisi operasi. DI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPP DI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RSD DI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KPP PPP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RSD PPP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KPP RSD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KPP A. DUKUNGAN STRUKTUR & INFRASTRUKTUR : Dukungan struktur dan infrastruktur memiliki 2 (dua) subkriteria Teknologi (TKG) dan Aktifitas Organisasional (AO). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Dukungan Sruktur & Infrastruktur. TKG 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AO Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). 124

a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Teknologi (TKG) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Aktifitas Organisasional (AO) untuk pemilihan alternatif tindakan. B. PENGELOLAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI : Pengelolaan dan pengendalian produksi memiliki 5 (lima) subkriteria Standarisasi (SD), Visibilitas (VI), Keproaktifan (KF), Rasionalitas (RO) dan Alokasi (AL). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu falternatif dengan falternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Pengelolaan & Pengendalian Produksi. SD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 VI SD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KF SD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RO SD 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AL VI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KF VI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RO VI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AL KF 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 RO KF 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AL RO 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 AL a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Standarisasi (SD) untuk pemilihan alternatif tindakan. 125

b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Visibilitas (VI) untuk pemilihan alternatif tindakan. c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Keproaktifan (KF) untuk pemilihan alternatif tindakan. d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Rasionalitas (RO) untuk pemilihan alternatif tindakan. e. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Alokasi (AO) untuk pemilihan alternatif tindakan. 126

C. REDUNDANSI SUMBER DAYA : Redundansi Sumber Daya memiliki 4 (empat) sub-kriteria Ketrampilan Tenaga Kerja (KTK), Komitmen (KTM), Pengendalian Proses (PPS) dan Umpan Balik & Pemantauan (UBP). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu falternatif dengan falternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas subkriteria Redundansi Sumber Daya. KTK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KTM KTK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPS KTK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 UBP KTM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPS KTM 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 UBP PPS 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 UBP a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Ketrampilan Tenaga Kerja (KTK) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Komitmen (KTM) untuk pemilihan alternatif tindakan. c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Pengendalian Proses (PPS) untuk pemilihan alternatif tindakan. 127

d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Umpan Balik & Pemantauan (UBP ) untuk pemilihan alternatif tindakan. D. KOORDINASI PEMBELI-PEMASOK : Koordinasi Pembeli-Pemasok memiliki 4 (empat) sub-kriteria Keterlibatan (KLB), Program Pengembangan Pemasok (PPP), Berbagi Informasi & Komunikasi (BIK) dan Penetapan Kesepakatan (PTK). Bandingkan berdasarkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu falternatif dengan falternatif lainnya dalam menentukan bobot prioritas subkriteria Redundansi Sumber Daya. KLB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PPP KLB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BIK KLB 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PTK PPP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 BIK PPP 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PTK BIK 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 PTK a. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Keterlibatan (KLB) untuk pemilihan alternatif tindakan. b. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Program Pengembangan Pemasok (PPP) untuk pemilihan alternatif tindakan. 128

c. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Berbagi Informasi & Komunikasi (BIK) untuk pemilihan alternatif tindakan. d. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara alternatif dengan alternatif lainnya dalam konteks Penetapan Kesepakatan (PTK) untuk pemilihan alternatif tindakan. 129

Lampiran 5 : Hasil Pengukuran dan Pemilihan Prioritas Peningkatan Jenis Fleksibilitas Manufaktur 130

131

132

133

134

Lampiran 6 : Matriks yang digunakan dalam evaluasi inisiatif peningkatan fleksibilitas manufaktur terhadap keselarasan tujuan manufaktur 3 (tiga) tujuan manufaktur yang perlu dipertimbangkan, yaitu Manfaat Fleksibilitas (MF), Perangkap Fleksibilitas (PF) dan Manfaat Tidak Langsung (MTL). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas tujuan manufaktur. Tujuan Manufaktur MF PF MTL MF 1 1 2 PF 1 1 2 MTL 1/2 1/2 1 A. Manfaat fleksibilitas memiliki 5 (lima) sub-kriteria Tenaga Kerja (TK), Pengendalian Produksi (PP), Pemasok (PM), Sumber (SU) dan Struktur & Infrastruktur Pabrik (SI). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Manfaat Fleksibilitas. Manfaat Fleksibilitas TK PP PM SU SI TK 1 1 1 3 2 PP 1 1 1 3 2 PM 1 1 1 3 2 SU 1/3 1/3 1/3 1 1/3 SI ½ 1/2 1/2 3 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). 135

a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Tenaga Kerja (TK) untuk pemilihan alternatif tindakan. Tenaga Kerja VM SV SO PT TM VM 1 5 1 3 1 SV 1/5 1 1/3 1 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 1 1/3 1 1/2 TM 1 3 1 2 1 b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pengendalian Produksi (PP) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pengendalian Produksi VM SV SO PT TM VM 1 5 1 1 1 SV 1/5 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1 3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pemasok (PM) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pemasok VM SV SO PT TM VM 1 1/5 1 1/5 1 SV 5 1 4 1 3 SO 1 ¼ 1 1/3 1 PT 5 1 3 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 d. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Sumber (SU) untuk pemilihan alternatif tindakan. Sumber VM SV SO PT TM VM 1 1/3 1 1/3 1 SV 3 1 3 1 3 SO 1 1/3 1 1/3 1 PT 3 1 3 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 136

e. Bandingkan tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Struktur & Infrastruktur Pabrik (SI) untuk pemilihan alternatif tindakan. Struktur & Infrastruktur VM SV SO PT TM VM 1 5 1 3 1 SV 1/5 1 1/3 1 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 1 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 B. Perangkap fleksibilitas memiliki 3 (tiga) sub-kriteria Biaya (BI), Waktu (WK) dan Kualitas (KL). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Perangkap Fleksibilitas. Perangkap Fleksibilitas BI WK KL BI 1 1 1 WK 1 1 1 KL 1 1 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Biaya (BI) untuk pemilihan alternatif tindakan. Biaya VM SV SO PT TM VM 1 5 1 1/3 1 SV 1/5 1 1/3 1/5 1/3 SO 1 3 1 1/3 1 PT 3 5 3 1 3 TM 1 3 1 1/3 1 137

b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Waktu (WK) untuk pemilihan alternatif tindakan. Waktu VM SV SO PT TM VM 1 5 1 2 1 SV 1/5 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 1/2 1 PT ½ 3 2 1 3 TM 1 3 1 1/3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Kualitas (KL) untuk pemilihan alternatif tindakan. Kualitas VM SV SO PT TM VM 1 1 1 5 1 SV 1 1 1 3 1 SO 1 1 1 3 1 PT 1/5 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 1 1 3 1 C. Manfaat tak langsung memiliki 6 (enam) sub-kriteria Efisiensi Rantai Pasok (ER), Pengurangan Persediaan (PP), Pendayagunaan Pabrik dan Sumber Daya (PS), Transfer & Peningkatan Pengetahuan (TP), Peluang Bisnis (PB) dan Pengurangan Resiko (PR). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Manfaat Tak Langsung. Manfaat Tak Langsung ER PP PS TP PB PR ER 1 3 2 3 1 3 PP 1/3 1 1/2 3 1/2 2 PS ½ 2 1 2 1 3 TP 1/3 1/3 ½ 1 1 3 PB 1 2 1 1 1 3 PR 1/3 1/2 1/3 1/3 1/3 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). 138

a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Efisiensi Rantai Pasok(ER) untuk pemilihan alternatif tindakan. Efisiensi Rantai Pasok VM SV SO PT TM VM 1 3 1 1 1 SV 1/3 1 1/2 1/4 1/3 SO 1 2 1 1/3 1 PT 1 4 3 1 1 TM 1 3 1 1 1 b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pengurangan Persediaan (PP) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pengurangan Persediaan VM SV SO PT TM VM 1 1 3 3 3 SV 1 1 3 3 3 SO 1/3 1/3 1 1/3 1 PT 1/3 1/3 3 1 3 TM 1/3 1/3 1 1/3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pendayaguanaan Pabrik & Sumber Daya (PS) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pendayagunaan Pabrik & Sumber Daya VM SV SO PT TM VM 1 5 1 3 3 SV 1/5 1 1/3 1/3 ½ SO 1 3 1 1 1 PT 1/3 3 1 1 3 TM 1/3 2 1 1/3 1 d. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Transfer & Peningkatan Pengetahuan (TP ) untuk pemilihan alternatif tindakan. Transfer & Peningkatan Pengetahuan VM SV SO PT TM VM 1 5 1 5 1 SV 1/5 1 1/3 3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/5 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 139

e. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Peluang Bisnis (PB) untuk pemilihan alternatif tindakan. Peluang Bisnis VM SV SO PT TM VM 1 1 1 1/3 1 SV 1 1 2 1/3 ½ SO 1 ½ 1 1/3 ½ PT 3 3 3 1 5 TM 1 2 2 1/5 1 f. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pengurangan Resiko (PR) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pengurangan Resiko VM SV SO PT TM VM 1 3 1 3 1 SV 1/3 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 3 2 PT 1/3 3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1/2 3 1 140

Lampiran 7 : Matriks yang digunakan dalam evaluasi inisiatif peningkatan fleksibilitas manufaktur terhadap kesesuaian kondisi operasi Kesesuaian inisiatif peningkatan fleksibilitas terdapat 3 (tiga) kondisi operasi yang perlu dipertimbangkan, yaitu Dukungan Struktur & Infrastruktur (DI), Pengelolaan & Pengendalian Produksi (PPP), Redundansi Sumber Daya (RSD) dan Koordinasi Pembeli-Pemasok (KPP).. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas tujuan manufaktur. Tujuan Manufaktur D I PPP RSD KPP DI 1 1/3 1/3 3 PPP 3 1 1 3 RSD 3 1 1 3 KPP 1/3 1/3 1/3 1 A. Dukungan struktur dan infrastruktur memiliki 2 (dua) sub-kriteria Teknologi (TKG) dan Aktifitas Organisasional (AO). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Dukungan Struktur dan Infrastruktur. Manfaat Fleksibilitas TKG A O TKG 1 1/3 AO 3 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). 141

a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Teknologi (TKG) untuk pemilihan alternatif tindakan. Teknologi VM SV SO PT TM VM 1 3 1 3 2 SV 1/3 1 1/3 1 1 SO 1 3 1 3 3 PT 1/3 1 1/3 1 1 TM ½ 1 1/3 1 1 b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Aktifitas Organisasional (AO) untuk pemilihan alternatif tindakan. Aktifitas Organisasional VM SV SO PT TM VM 1 1 1 1 1 SV 1 1 1 1 3 SO 1 1 1 1 1 PT 1 1 1 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 B. Pengelolaan dan pengendalian produksi memiliki 5 (lima) sub-kriteria Standarisasi (SD), Visibilitas (VI), Keproaktifan (KF), Rasionalitas (RO) dan Alokasi (AL). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Pengelolaan dan pengendalian produksi. Pengelolaan & Pengendalian Produksi SD VI KF RO AL SD 1 1 1/3 1/3 1/3 VI 1 1 1/3 1 1/3 KF 3 3 1 1 1 RO 3 1 1 1 1 AL 3 3 1 1 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). 142

a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Standarisasi (SI) untuk pemilihan alternatif tindakan. Standarisasi VM SV SO PT TM VM 1 3 1 3 1 SV 1/3 1 1/3 3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Visibilitas (VI) untuk pemilihan alternatif tindakan. Visibilitas VM SV SO PT TM VM 1 3 1 3 1 SV 1/3 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Keproaktifan(KF) untuk pemilihan alternatif tindakan. Keproaktifan VM SV SO PT TM VM 1 5 3 5 1 SV 1/5 1 1/3 3 1/3 SO 1/3 3 1 3 1 PT 1/5 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 d. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Rasionalitas (RO) untuk pemilihan alternatif tindakan. Rasionalitas VM SV SO PT TM VM 1 5 3 3 1 SV 1/5 1 1/3 1 1/3 SO 1/3 3 1 3 1 PT 1/3 1 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 143

e. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Alokasi(AL) untuk pemilihan alternatif tindakan. Alokasi VM SV SO PT TM VM 1 5 1 3 1 SV 1/5 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 2 1 PT 1/3 3 ½ 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 C. Redundansi Sumber Daya memiliki 4 (empat) sub-kriteria Ketrampilan Tenaga Kerja (KTK), Komitmen (KTM), Pengendalian Proses (PPS) dan Umpan Balik & Pemantauan (UBP). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Redudansi Sumber Daya. Redundansi Sumber Daya KTK KTM PPS UBP KTK 1 1 1 2 KTM 1 1 1 1 PPS 1 1 1 3 UBP 1/2 1 1/3 1 Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Ketrampilan Tenaga Kerja (KTK) untuk pemilihan alternatif tindakan. Ketrampilan Tenaga Kerja VM SV SO PT TM VM 1 3 3 3 1 SV 1/3 1 1/3 3 1/3 SO 1/3 3 1 3 1 PT 1/3 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 144

b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Komitment (KTM) untuk pemilihan alternatif tindakan. Komitmen VM SV SO PT TM VM 1 3 1 3 1 SV 1/3 1 1/3 1/3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Pengendalian Proses (PPS) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pengendalian Proses VM SV SO PT TM VM 1 5 1 3 1 SV 1/5 1 1/3 3 1/3 SO 1 3 1 3 1 PT 1/3 1/3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 d. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Umpan Balik & Pemantauan(UBP ) untuk pemilihan alternatif tindakan. Umpan Balik & Pemantauan VM SV SO PT TM VM 1 5 3 3 1 SV 1/5 1 1/3 1/3 1/3 SO 1/3 3 1 3 1 PT 1/3 3 1/3 1 1/3 TM 1 3 1 3 1 D. Koordinasi Pembeli-Pemasok memiliki 4 (empat) sub-kriteria Keterlibatan (KLB), Program Pengembangan Pemasok (PPP), Berbagi Informasi & Komunikasi (BIK) dan Penetapan Kesepakatan (PTK). Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara satu faktor dengan faktor lainnya dalam menentukan bobot prioritas sub-kriteria Koordinasi Pembeli-Pemasok. Koordinasi Pembeli Pemasok KLB PPP BIK PTK KLB 1 1 1 3 PPP 1 1 1 3 BIK 1 1 1 3 PTK 1/3 1/3 1/3 1 145

Alternatif tindakan peningkatan fleksibilitas yang teridentifikasi ada 5 (lima), yaitu Visual Management (VM), Supplier Quality Managemen/Vendor Managed Inventory (SV), Standarisasi Operasi (SO), Perencanaan Produksi Terintegrasi (PT) dan Tenaga Kerja Multi Ketrampilan (TM). a. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Keterlibatan (KLB) untuk pemilihan alternatif tindakan. Keterlibatan VM SV SO PT TM VM 1 1/3 3 1/3 1 SV 3 1 3 3 3 SO 1/3 1/3 1 1/3 1 PT 3 1/3 3 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 b. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Program Pengembangan Pemasok (PPP) untuk pemilihan alternatif tindakan. Program Pengembangan Pemasok VM SV SO PT TM VM 1 1/3 1/2 1/2 1 SV 3 1 3 1 3 SO 2 1/3 1 1/3 1 PT 2 1 3 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 c. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Berbagi Informasi & Komunikasi (BIK) untuk pemilihan alternatif tindakan. Pengendalian Proses VM SV SO PT TM VM 1 1/3 1/2 1/3 1 SV 3 1 4 3 3 SO 2 ¼ 1 1/3 1 PT 3 1/3 3 1 3 TM 1 1/3 1 1/3 1 d. Tingkat kepentingan/pengaruh relatif antara aktor dengan aktor lainnya dalam konteks Penetapan Kesepakatan (PTK ) untuk pemilihan alternatif tindakan. Transfer & Peningkatan Pengetahuan VM SV SO PT TM VM 1 1/3 1/2 1/3 1 SV 3 1 3 1 3 SO 2 1/3 1 1/3 1 PT 3 1 3 1 1/3 TM 1 1/3 1 3 1 146

Lampiran 8 Elemen Visual Management Elemen 1 - Visualisasi Tempat Kerja (menjadi mampu untuk mengenali area kerja, elemen-elemennya dan kondisinya) 1. Identifikasi area 2. Identifikasi sumber daya dan produk 3. Identifikasi tingkat ketrampilan 4. Penandaan lantai 5. Penandaan alat-alat dan rak 6. Penandaan tool set-up untuk change over berikut instruksinya 7. Kerapian 5P (Pemilahan, Penempatan, Pembersihan, Pemeliharaan, Pembersihan) Elemen 2 Visualisasi Kendali (menjadi mampu untuk memahami proses, berikut kondisi pencapaian terhadap rencana baik kualitas, safety, produksi dan lain-lain) 1. Standar Operasi Prosedur 2. Standar awal posisi (pekerjaan di awal shift) 3. Sinyal kendali untuk produksi 4. Jadwal Produksi 5. Jadwal Pemeliharaan (TPM) 147

6. Identifikasi Persediaan 7. Sinyal kendali untuk mesin 8. Statistic Process Control chart 9. Andon Elemen 3 Papan Visualisasi (menjadi mampu untuk mengelola tujuan, metric, improvement dan penghargaan individu/tim) 1. Pernyataan misi dan visi pabrik 2. Tracking metric 3. Papan informasi metric, strategy deployment dan penyelesaiaan masalah 4. Papan informasi Tier Meeting 5. Contoh-contoh Visual Management 148