BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SMK Negeri 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah kejuruan negeri yang ada di Salatiga. Sekolah ini memiliki enam pilihan program keahlian, yaitu akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata busana. Adanya pilihan program keahlian yang beragam tersebut menjadikan daya tarik SMK Negeri 1 Salatiga, terbukti adanya peningkatan peminat disetiap tahunnya. Susunan mata pelajaran tiap program keahlian didasarkan atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yaitu sekolah. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah 1. Sehingga sekkolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber belajar dan mengalokasikan sesuai prioritas kebutuhan setempat. Secara umum mata pelajaran di semua jurusan dibagi atas tiga kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok mata pelajaran produktif, normatif dan adaptif. Mata pelajaran produktif terdiri atas beberapa mata pelajaran program keahlian. Salah satu mata pelajaran produktif pemasaran yaitu komunikasi bisnis. 1 http://www.budhiwarman2.com/index.php?option=com_content&view=article&id=21&itemid=1 69 (diunduh tanggal 20 Maret 2012, 20:45) 1
Komunikasi bisnis merupakan mata pelajaran dasar dalam program keahlian pemasaran. Materi ini berkaitan dengan komunikasi, seperti cara berkomunikasi, teknik komunikasi dan bentuk komunikasi. Pemberian materi ini diberikan agar kelak dapat diterapkan didunia kerja yang berkaitan dengan hubungan relasi kerja. Pembelajaran komunikasi bisnis membutuhkan keaktifan, pemahaman dan keterampilan siswa dalam memahami. Dalam proses pembelajaran, pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu 2. Pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran komunikasi bisnis haruslah menggunakan metode yang tepat. Sehingga siswa yang memperoleh pembelajaran menjadi bersemangat dan mudah memahami materi komunikasi bisnis. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran 3. Kemampuan guru menyajikan materi dan didukung motivasi dan keaktifan siswa memungkinkan siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti belajar dan digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran ketuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap program keahlian berbeda dan program keahlian pemasaran menetapkan KKM 76,7. Hasil belajar yang 2 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Alfabeta : Bandung,2010), 4 3 Ibid, 143 2
diperoleh pada mata pelajaran komunikasi bisnis terdapat dua puluh delapan dari tiga puluh empat siswa belum mencapai KKM. Oleh karena itu siswa yang nilainya dibawah KKM di anggap belum menguasai materi yang telah diberikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa terlibat secara aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi 4. Penggunaan model pembelajaran ini, siswa tidak hanya mendapat materi dari guru saja melainkan dapat berinteraksi dan berdiskusi dengan teman. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Teams Achievement Division). STAD merupakan pembelajaran siswa dengan model kelompok dengan karakter dan kemampuan siswa yang berbeda. Siswa dapat berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial tinggi serta tanggung jawab. Selain siswa dapat menguasai materi secara personal, siswa juga dapat berdiskusi dan berinteraksi dengan teman sekelompoknya 1.2. Permasalahan Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran komunikasi bisnis, guru seharusnya dapat menciptakan rasa senang siswa. Sehingga siswa merasa tertarik dan tidak bosan terhadap mata pelajaran itu. Guru harus senantiasa berperan aktif di dalam pembelajaran agar saat pembelajaran berlangsung, siswa tidak ada yang 4 Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta. hal. 203 3
mengobrol sendiri. Selain itu, guru seharusnya memberikan stimulus kepada siswa agar siswa ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Pencapaian tersebut dapat dicapai dengan model pembelajaran yang tepat sehingga memungkinkan siswa untuk meningkatkan dan mencapai hasil belajar yang lebih baik. Kenyataan yang diperoleh saat penelitian awal adalah guru mengajar komunikasi bisnis dikelas X Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Salatiga masih menggunakan metode ceramah. Komunikasi yang dilakukan guru hanya satu arah yang didominasi oleh guru, siswa hanya mendengar dan menulis apa yang diberikan guru. Gejala yang timbul saat pembelajaran berlangsung, siswa melakukan kegiatan lain seperti mengobrol dengan teman sebangku, bermain HP. Terlihat empat siswa mulai mengantuk dan terlihat satu siswa yang duduk dibelakang sedang berkaca. Selain itu, jadwal mata pelajaran komunikasi bisnis yang ada di jam terakhir membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif. Saat sesi tanya jawab hanya ada beberapa siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru dan tidak ada siswa yang bertanya saat guru memberikan kesempatan bertanya. Saat itu juga ada tiga siswa yang berceloteh yang tidak ada kaitannya dengan materi pelajaran, sehingga kelas menjadi gaduh. Suasana pembelajaran yang seperti ini menyebabkan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Salatiga pada ulangan harian kompetensi melaksanakan komunikasi bisnis masih rendah. Siswa yang mencapai KKM 4
(Kriteria Ketuntasan Minimal) hanya enam siswa. Sehingga jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada dua puluh delapan siswa. Berdasarkan latar belakang dan gejala problematis yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah Apakah penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada kompetensi dasar melaksanakan komunikasi bisnis dalam upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X Pemasaran 2 SMK Negeri 1 Salatiga. 1.4. Manfaat Penelitian a. Siswa Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : Menumbuhkan keaktifan, motivasi siswa terhadap mata pelajaran komunikasi bisnis, membangun kerjasama dengan siswa lain dan menghargai pendapat orang lain. 5
b. Guru Sebagai bahan acuan pertimbangan bagi para guru dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran agar prestasi belajar siswa meningkat, dapat termotivasi untuk menggunakan model pembelajaran yang lain. c. Sekolah Hasil yang dicapai penelitian ini dapat meningkatkan mutu dan proses belajar siswa, serta dapat digunakan dalam rangka pengembangan metode pembelajaran di SMK Negeri 1 Salatiga d. Penulis Sebagai pengalaman dan menambah pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif 6