BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. individu, namun jika kecemasan yang dihadapi berlebihan dan individu

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

DAFTAR PUSTAKA. Aditia, rahagian Manfaat musik instrumental. Dibuat 16 April http.//aditiarahargian.com/?p=52. Diakses 30 januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Peran perawat tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. didalam tindakan operasi atau pembedahan untuk menghilangkan rasa

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia (Ruggenenti dkk, 2001). Penyakit gagal ginjal kronis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

EFEKTIFITAS DEEP BREATHING RELAXATION

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi usianya, siswa-siswi SMP merupakan remaja pada masa

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasy

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I LATAR BELAKANG

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. ginjal tahap akhir (End Stage Renal Disease, [ERDS]) adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

Siti Haniyah 1), Pramesti Dewi 2), Iis Setiawan 3)

BAB I PENDAHULUAN. Pijat telah digunakan untuk pengobatan dan menjadi bagian rutin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

SKRIPSI SULASTRI J

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pelayanan, pengobatan, dan observasi secara ketat (Kemenkes,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB III METODE PENELITIAN. dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun) merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan kejiwaan (psychiatric disorder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu: gangguan cemas (anxiety disorder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disorder/gad), gangguan panik (panic disorder), gangguan phobik (phobic disorder) dan gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder) (Hawari, 2001). Perasaan cemas yang tidak segera ditangani secara cepat dapat berkembang menjadi kronik (berat) kemudian dapat memicu adanya ketegangan baik secara fisik maupun mental. Kemudian dapat berlanjut pada gangguan organ vital tubuh seperti jantung, ginjal hingga bisa menyebabkan kematian yang berkaitan dengan pola koping yang maladaptif dari keluarga pasien dalam menghadapi kecemasan dan perasaan stres yang mereka alami (Daniel, 2005). Kecemasan masih menjadi masalah utama dan perlu penanggulangan segera, karena dapat merugikan berbagai hal, baik materil maupun non materil. Berdasarkan data yang diperoleh, lebih dari 23 juta 1

2 penduduk, kira-kira satu dari empat individu di Amerika Serikat mengalami gangguan kecemasan setiap tahunnya. Gangguan kecemasan menghabiskan 46,6 milyar dolar Amerika Serikat pada tahun 1990 dalam biaya langsung dan tidak langsung, hampir 1/3 dari total biaya kesehatan jiwa Amerika Serikat sebesar 148 milyar dolar. Penduduk yang mengalami gangguan panik menghabiskan biaya besar untuk pelayanan kesehatan. Suatu survei menemukan bahwa seorang pasien yang mengalami serangan panik rata-rata melakukan 7 kali kunjungan medis dalam satu tahun. Kurang dari 25% penduduk yang mengalami gangguan panik mencari bantuan karena mereka tidak menyadari gejala fisik yang mereka alami (Basil, 2014). Gejala kecemasan meliputi fisik, emosi dan kognitif. Gejala fisik meliputi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah, susah tidur, mual dan muntah, kelelahan, telapak tangan berkeringat serta gemetar. Respon emosional meliputi rasa lelah, mudah tersinggung, merasa perlu bantuan, menangis dan depresi. Gejala kognitif meliputi ketidakmampuan berkonsentrasi, mudah lupa, tidak perhatian terhadap lingkungan (Schwartz 2000, dalam Purwaningsih 2010). Bagi pasien, hospitalisasi terutama di ruang High Care Unit (HCU) merupakan stresor yang dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Ketakutan akan lingkungan asing, perawat berbaju putih, tindakan keperawatan yang melukai, perpisahan dengan keluarga pasien atau orang terdekat membuat mereka mengalami kecemasan. Kondisi kecemasan

3 yang berlebihan akan menghambat proses penyembuhan dan menimbulkan trauma paska hosptalisasi. Hasil penelitian Sharon Mckincley di Royal North Shore Hospital menunjukkan pada saat penilaian kecemasan ada 35% mengalami cemas tingkat berat, 55% mengalami cemas tingkat sedang, dan 45% mengalami tingkat ringan (Mckincley, 2004). Tindakan keperawatan untuk menangani masalah kecemasan pasien dapat berupa tindakan mandiri oleh perawat seperti tehnik relaksasi dan distraksi (Potter, 2005). Salah satu teknik distraksi yang digunakan untuk mengatasi kecemasan pada pasien adalah dengan mendengarkan musik klasik, karena teknik distraksi merupakan tindakan untuk mengalihkan perhatian. Sedangkan teknik relaksasi terutama latihan nafas dalam selama 3-4 kali sering dilakukan di rumah sakit dan dapat dilakukan dimana saja baik dengan posisi duduk atau berbaring dalam posisi yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi kecemasan. Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk menangani kecemasan ataupun nyeri, salah satunya adalah terapi musik yang dapat mengurangi tingkat kecemasan pada pasien. Terapi musik ini terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan dapat membuat perasaan klien rileks (Kate and Mucci, 2002 dalam Faradisi, 2012).

4 Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang dirawat diruang intensive unit. Pasien yang harus dirawat diruang intensive unit salah satunya mengalami stress dan kecemasan, karena pelaksanaan keperawatan yang dilakukan dan pola unit yang memiliki instrumen yang lebih canggih dalam memantau pasien secara memadai (Suhartini, 2008). Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian di tahun 1996, Journal of the American Medical Association melaporkan tentang hasil-hasil suatu studi terapi musik di Austin, Texas yang menemukan bahwa setengah dari ibu-ibu hamil yang mendengarkan musik selama kelahiran anaknya tidak membutuhkan anestesi. Rangsangan musik meningkatkan pelepasan endofrin dan ini menurunkan kebutuhan akan obat-obatan. Pelepasan tersebut memberikan pula suatu pengalihan perhatian dari rasa sakit dan dapat mengurangi kecemasan (Campbell, 2001 dalam Faradisi, 2012). Pernyataan diatas didukung dengan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti melalui observasi di Ruang HCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang memiliki 12 tempat tidur, monitor setiap pasien, jarak antara tempat tidur pasien 2 meter dengan penyekat korden untuk privasi pasien, jam kunjung sehari 2 kali yaitu jam 12.30 13.00 wib dan jam 16.30 18.00 wib. Berdasarkan jumlah pasien selama 3 bulan terakhir (November 2014, Desember 2014, Januari 2015) di Ruang HCU yaitu sejumlah 142 pasien. Dari studi pendahuluan tersebut peneliti menanyakan kepada 5 pasien yang di rawat di ruang HCU, 3 diantaranya

5 mengatakan merasa cemas. Hal ini ditunjukkan dengan keadaan pasien yang gelisah, tanda-tanda vital yang tidak stabil, tidak didampingi orang terdekat, pasien meringis, dan pasien menanyakan tentang penyakitnya. Pasien juga cemas dengan lingkungan yang baru beserta alat-alat yang berada di ruang tersebut maupun dengan tenaga medis. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien diruang High Care Unit (HCU) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas Terapi musik klasik dan Relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien di Ruang HCU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

6 2. Tujuan khusus. a. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sebelum diberikan terapi musik klasik. b. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sebelum diberikan relaksasi nafas dalam. c. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sesudah diberikan terapi musik klasik. d. Diketahui tingkat kecemasan pasien yang dirawat di ruang HCU sesudah diberikan relaksasi nafas dalam. e. Perbedaan efektifitas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat diruang HCU sebelum dan sesudah diberikan terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam. D. Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dan pertimbangan bagi instansi kesehatan dalam menentukan kebijakan yang berhubungan dengan terapi nonfarmakologis untuk penurunan tingkat kecemasan pasien yang dirawat di Rumah Sakit.

7 2. Manfaat keilmuan a. Bermanfaat bagi ilmu keperawatan sebagai evident based practice khususnya bidang keperawatan kritis guna menanggulangi kecemasan yang sering di alami pasien saat dirawat di rumah sakit. b. Memberikan wawasan yang baru mengenai tehnik untuk menurunkan tingkat kecemasan yang di alami pasien saat di rawat dirumah sakit. c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai bahan bacaan dan sumber informasi bagi peneliti selanjutnya. 3. Manfaat bagi pasien/keluarga Mengurangi dan menghilangkan dampak kecemasan yang dialami pasien selama menghadapi penyakitnya saat dirawat dirumah sakit dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Begitu juga bagi keluarga pasien yang mengharapkan kesembuhan pasien. E. Penelitian terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Faradisi pada tahun 2012 dengan judul Efektivitas terapi murottal dan terapi music klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektifitas pada kedua terapi dalam menurunkan kecemasan. Jenis penelitian quasi eksperiment, tipe pre test and post test design. Sample penelitian

8 adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI Muhammadiyah Pekajangan. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05). Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Perbedaan penelitian ini adalah Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan terapi musik dan murrotal. Sedangkan peneliti menggunakan Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling. Peneliti menggunakan terapi musik dan relaksasi nafas dalam. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui penurunan tingkat kecemasan pada pasien, variabel bebas terapi musik klasik dan variabel terikat penurunan tingkat kecemasan.

9 2. Penelitian yang dilakukan oleh Novianti tahun 2013 dengan judul Efektivitas mendengarkan bacaan al qur an terhadap skor kecemasan pada lansia di shelter dongkelsari wukirsari cangkringan sleman Yogyakarta. Desain penelitian ini adalah Quasy experimental dengan pendekatan Pre-Post Test Design with Control Group. Sampel berjumlah 37 orang lansia yang telah memenuhi kriteria subyek penelitian yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi 19 orang dan kelompok kontrol 18 orang. Alat ukur penelitian ini menggunakan Hamilton Rating Scale for Anxiety dan analisa data menggunakan uji paired t-test dan independent t-test. Hasil penelitian dengan uji paired t-test menunjukkan nilai signifikansi 0,005 (p<0,05) dan independent t test sebesar 0,002 (p<0,05). Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur an efektif dalam menurunkan skor kecemasan pada lansia. Perbedaan penelitian ini adalah Alat pengukuruan menggunakan HRS- A. Penelitian ini menggunakan bacaan al qur an. Analisa data menggunakan uji paired t-test dan independent t-test. Sedangkan peneliti menggunakan Alat pengukuran menggunakan FAS. Peneliti ini menggunakan terapi musik klasik. Analisa data menggunakan chi square. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui kecemasan.

10 3. Penelitian yang dilakukan oleh abdul ghofur dan eko purwoko, 2007 dengan judul Pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada ibu persalinan kala I di pondok bersalin ngudi saras trikilan kali jambe sragen tujuan peneliti ini adalah mengetahui pengaruh teknik nafas dalam terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I. Sedangkan tujuan khususnya adalah : Pertama, diketahuinya gambaran teknik nafas dalam, yaitu nafas dengan irama pernafasan dalam pada pasien persalinan kala I. Kedua, diketahuinya karakteristik tingkat kecemasan pada pasien persalinan kala I. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah quasy eksperimen dalam satu kelompok (One- Group pre test-posttest), di mana kelompok eksperimen diberikan pre test sebelum di beri perlakuan yang kemudian diukur dengan posttest setelah perlakuan. Besarnya sampel 12 responden, tempat penelitian di Pondok Bersalin Ngudi Saras Trikilan kali jambe sragen jawa tengah pada tahun 2007. Teknik sampling dengan menggunakan teknik total sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah Penelitian dapat digambarkan ada skala perbedaan tingkat kecemasan ke pasien sebelum diberi perlakuan teknik relaksasi nafas dalam dan setelah diberi perlakuan teknik relaksasi nafas dalam. Ada pengaruh yang signifikan dari memberikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat kecemasan pasien skala 1. Jumlah responden berdasarkan umur di Klinik Ngudi Saras Trikilan Kali Jambe Sragen sebanyak 3 orang berumur 20-25 tahun, 3 orang

11 berumur 26-30 tahun, dan sebanyak 6 orang yang berumur 30-35 tahun. Berdasarkan pekerjaan yang paling banyak bekerja sebagai ibu rumah tangga 7 responden (58,33%). Berdasarkan riwayat persalinan responden yang menjalani persalinan paling banyak yaitu persalinan multigravida sebanyak 7 responden (58,33%), sedangkan yang menjalani persalinan primigravida sebanyak 5 responden (42,33%). Berdasarkan riwayat persalinan, semua responden belum pernah ada yang melakukan persalinan dan ada juga yang sudah pernah melakukan persalinan. Berdasarkan umur responden, banyak pasien yang akan menjalani persalinan pada umur 20 25 tahun. Pasien yang berada pada umur tersebut banyak yang mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 3 responden (25 %), kecemasan dapat terjadi pada semua usia, tapi lebih banyak terjadi pada usia lebih dewasa. Sedangkan pada umur 26 30 lebih banyak mengalami tingkat kecemasan berat yaitu sebanyak 5 responden (42, 33%).dan pada umur 26 30 hanya 1 responden (8,33%) yang mengalami kecemasan sedang. Sedangkan pada umur yang lebih tua umur 31 35 tahun pada penelitian ini lebih mengalami kecemasan sedang sebanyak 2 reponden (16, 67%). Perbedaan penelitian ini adalah Teknik sampling menggunakan total sampling. Sedangkan peneliti ini menggunakan Teknik sampling menggunakan consecutive sampling.

12 Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui pengaruh teknik nafas dalam, sama-sama diobservasi.. 4. Penelitian yang dilakukan oleh wellem, 2012 dengan judul penelitian Pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang di rawat di ruang internal RSUD kabupaten papua barat Sebagian besar klien masuk tanpa persiapan dan tanpa perencanaan sebelumnya atau masuk ke Ruang interne dalam keadaan darurat. Tujuan peneliti ini mengetahui pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan pasien yang dirawat di Ruang Interna RSUD Kabupaten Papua Barat. Penelitian menggunakan Desain penelitian ini adalah Pra-Eksperimen dalam satu kelompok (One- Group Pra-test-posttest Design), kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dengan cara membandingkan hasil pra-test dengan post test. Besarnya sampel ditetapkan sejumlah 56 responden, tempat penelitian ruang interna RSUD Kabupaten Papua Barat dan di analisis statistik hasil kuesioner diskoring dan kemudian dilakukan pembandingan nilai antara sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dengan uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat signifikansi α <0.05 bila hasil analisis P<0.05 berarti Ho ditolak atau ada pengaruh orientasi terhadap tingkat kecemasan. Perbedaan penelitian ini adalah Desain penelitian pendekatan (Onegroup pra test-posttest design). variabel bebas orientasi. Sedangkan

13 peneliti menggunakan pendekatan (pre-post test two group design). variabel bebas terapi musik klasik dan relaksasi nafas dalam. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama ingin mengetahui kecemasan, sama-sama diobservasi, variabel terikat tingkat kecemasan. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Ansoru Awaludin, 2013 dengan Judul penelitian Efektifitas Pendampingan Orang Tua Untuk Mengurangi Kecemasan Anak Ketika Dilakukan Pemasangan Infus. Tujuan peneliti ini mengetahui efektifitas pendampingan orang tua untuk mengurangi rasa cemas anak ketika dilakukan prosedur invasif pemasangan infus. Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control. Populasi semua pasien anak yang dirawat di Ruang Kenari RSUD Ajibarang dan di Ruang Cemapaka RSUD. Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Data pasien selama 3 bulan terakhir (Oktober 2012, November 2012, dan Desember 2012). Teknik pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan oleh peneliti. Alat ukur menggunakan Face anxiety scale dan Analisa data menggunakan uji t-independen. Responden yang didampingi dan tidak didampingi serta kategori usia prasekolah dan sekolah berjumlah sama yaitu masing-masing 38 orang (50%). Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 42 orang (55,3%).

14 Posisi responden dalam keluarga mayoritas adalah anak pertama yaitu sebanyak 33 orang (43,4%). Skor kecemasan tertinggi responden adalah 2 (sedang) sebanyak 28 orang (36,8%). Pendampingan orang tua efektif mengurangi kecemasan anak ketika dilakukan pemasangan infus pada anak usia prasekolah dan usia sekolah. Perbedaan penelitian ini adalah desain observasional analitik dengan mengunakan rancangan penelitian case control. Sedangkan peneliti menggunakan desain pra-eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian pre-post test two group design. Persamaan dengan penelitian ini sama-sama meneliti tentang kecemasan, variabel terikat tingkat kecemasan, alat ukur menggunakan FAS. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Arifah & Ida Nuriala Trise, 2012 dengan Judul penelitian Pengaruh Pemberian Informasi Tentang Persiapan Operasi Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Di Ruang Bougenville RSUD Sleman. Tujuan peneliti ini untuk mengetahui pengaruh pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan klien. Peneliti ini menggunakan Desain penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one- group pre-post test design. Jumlah sampel 45 orang dengan teknik pemilihan sampel dengan cara consecutive sampling. Data dikumpulkan dari pasien dengan menggunakan kuesioner tingkat

15 kecemasan yang dimodifikasi dari Taylor Manifest Anxiety Scale (T- MAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 46,7% responden mengalami kecemasan ringan, 51,1% mengalami kecemasan sedang, dan kecemasan berat 2,2% sebelum pelaksanaan pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik. Setelah pelaksanaan pasien pre operasi tingkat kecemasannya menjadi ringan 82,2%, tingkat kecemasan sedang 4,4%, dan yang menjadi tidak cemas sebesar 13,3%. Penelitian ini dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang persiapan operasi dengan pendekatan komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien (p = 0,00o; α = 0,05 dan z = -5,858). Perbedaan penelitian ini adalah menggunakan pendekatan one- group pre-post test design. Alat ukur menggunakan T-MAS. Sedangkan peneliti menggunakan pendekatan pre-post test two group design. Alat ukur menggunakan FAS. Persamaan penelitian ini adalah penelitian ini sama-sama meneliti tentang kecemasan, variabel bebas tingkat kecemasan, teknik pengambilan sampel consecutive sampling.