BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

AKTUALISASI NILAI PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini globalisasi berkembang begitu pesat, globalisasi mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB 2 PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN YANG BERLANDASKAN NILAI-NILAI LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu. Berdasarkan hasil analisis

Mata Kuliah Kewarganegaraan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

A. Dari segi metodologi:

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM NILAI DISUSUN OLEH: GUSPI AKHBAR PUTRA RIZKI SAHPUTRA M. FAJAR MAULANA RYAN ANDRYAN PUTRA RANGGA FERNANDO

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

MODUL 5 PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA. Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi. Program Studi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai patriotisme. Lunturnya nilai-nilai patriotisme pada sebagian masyarakat

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Eksistensi Pancasila dalam Konteks Modern dan Global Pasca Reformasi

MENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 1 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT BANGGAI

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012. Hilangnya Rasa Nasionalisme Remaja Berimbas Kehancuran Bangsa

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru belum terbentuk. Hal ini karena sendi-sendi kehidupan selama ini dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN LEMBAGA ADAT

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

PERGESERAN POLA PIKIR REMAJA TENTANG KONSEP PANDANGAN HIDUP DAN UPAYA MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI SEMANGAT HIDUP REMAJA.

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Identitas Nasional Dan Pembangunan Stabilitas Nasional

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB V KESIMPULAN. sama lain. Lebih jauh standarisasi ini tidak hanya mengatur bagaimana

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

2015 PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KE PUI AN PERSATUAN UMAT ISLAM SEBAGAI UPAYA MENANAMKAN KESADARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Annisa Shara,2013

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 1) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila


EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN,PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT

Etika Profesi. Mia Fitriawati, M.Kom. 17/03/2016. Konsep. Etika Profesi merupakan pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA

No Statuta Universitas Gadjah Mada ini merupakan pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Universitas Gadja

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin. Topik Makalah. RUH 4 PILAR KEBANGSAAN DIBENTUK OLEH AKAR BUDAYA BANGSA Kelas : 1-IA21

1. Arti pancasila sebagai way of life (pandangan hidup)

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini generasi penerus bangsa menghadapi tantangan yang sangat berat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan.

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

Transkripsi:

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dan kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia. Bakker (1984) menjelaskan bahwa aspek formal kebudayaan ialah karya budi yang mentransformasikan data, fakta, situasi, dan kejadian alam yang dihadapinya menjadi nilai bagi manusia. Martabat kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilainya. Apabila tanpa nilai akan merupakan kemungkinan belaka atau perwujudan kemungkinan yang menyeleweng. Kebudayaan menunjukkan perkembangan kemungkinankemungkinan kodrat manusia secara teratur. Manusia harus berdaya-upaya mencari derajat kebudayaan tinggi dengan melatih pikiran, kehendak, dan rasa untuk menyempumakan sifat-sifat dan tabiat yang ada (padanya). Kebudayaan adalah penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Terlingkup di dalamnya usaha memanusiakan hidup, membudayakan alam, menyempurnakan hubungan insani sebagai kesatuan tak terpisahkan. Jadi dibalik kebudayaan dan yang menjadi substansinya adalah nilai-nilai hidup insani (yang luhur). 2. Objek formal (sudut pandang) Filsafat Indonesia ialah filsafat. Ilmu filsafat mencari dan merumuskan unsur-unsur hakikat atau substansi dari objek materinya. Unsur hakikat adalah pengertian yang bersifat abstrak, adanya merupakan keharusan, dan berlaku umum universal. Filsafat Indonesia pra modern bertitik tolak dan pengertian, bahwa berbagai gagasan dan kumpulan gagasan telah diekspresikan sebagai wujud kebudayaan dan sebagian besar telah dilestarikan bahkan dibudayakan, tetapi jarang ada kegiaan untuk merefleksikan pada taraf filsafati. Padahal suatu

sistem normatif lain yatig mengarahkan aktifitas membudaya pada dasarnya dijiwai oleh keyakinan filsafat. Setiap suku bahasa dapat memiliki keyakinan filsafati tersendiri dan dapat berbeda dengan sub bangsa yang lain. Jadi dalam pengertian ini, maka filsafat di satu sisi merupakan jiwa kebudayaan dan di sisi lain filsafat merupakan wujud kebudayaan. B. Pendapat atau pandangan tentang Filsafat Indonesia ( pra modern) 1. Sartono Kartodirdjo ( 1994) berpendapat bahwa salah satu ciri pokok Indonesia ialah pluralisme dalam etnisitasnya. Di satu sisi pluralisme mempunyai potensi menimbulkan komunalisme di sisi lain dapat menjadi sumber daya kultural yang kaya untuk meningkatkan kebudayaan nasional. Local genius (nilai-nilai kedaerahan) diharapkan mampu menemukan bentuk dengan melakukan adaptasi. integrasi, mempertahankan sistem, dan mengarahkan kehidupan bangsa. Perlu pemikiran secara proyektif bagaimana kesatuan sistern nilai-nilai ini dapat memberi orientasi teleologis perkembangan masyarakat industrial (modern) Indonesia. Orientasi teleologis ini tidak hanya untuk memantapkan integrasi nasional saja, tetapi juga untuk menentukan karakter nasional yang tidak eksklusif tetapi mengait kepada nilai-nilai universal. Jadi kesatuan sistem filsafati nilai-nilai nasional Indonesia akan menjadi dasar ideologi nasional untuk memenuhi fungsinya sebagai landasan solidaritas nasional dan sekaligus merupakan tujuan kehidupan berbangsa. 2. Koentjaraningrat (1997) berpendapat, bahwa membangun bangsa dan mempersatukan bangsa diperlukan sikap mental yang sesuai (cocok). Sikap mental terbentuk dari dua unsur, ialah sistem nilai budaya dan sikap hidup. Sistem nilai budaya terbentuk dari suatu rangkaian dan konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat. Konsep abstrak tentang apa yang harus dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. Sistem nilai budaya itu merupakan bagian dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. Karena sistem nilai budaya hanya merupakan rangkaian konsep-konsep yang abstrak dan tanpa perumusan yang terperinci, maka konsep-konsep itu hanya ditangkap garis besarnya oleh perasaan dan sering belum dapat dilaksanakan dengan tegas oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Sistem nilai budaya merupakan pengarah bagi tindakan manusia, sedangkan pedomannya yang tegas dirumuskan di dalam norma-norma, aturan-aturan, dan hukum. Pengertian

tentang sikap berbeda dengan sistem nilai budaya. Suatu sikap adalah potensi pendorong yang ada dalam jiwa masing-masing individu untuk bereaksi menanggapi Iingkungannya. Lingkungan itu berupa sesama manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan juga konsep-konsep. Sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dalam arti oleh norma-norma dan atau sistem nilai budaya yang dianutnya. Jadi perumusan dan rangkaian konsepkonsep abstrak yang hidup di dalam alam pikiran suku-suku bangsa di Indonesia dalam suatu sistem filsafati akan memudahkan perumusan konsep sistem filsafat nilai budaya bangsa Indonesia. Sistem filsafat Indonesia sangat penting karena akan memudahkan perumusan norma-norma, aturan-aturan etis, dan hukum-hukum formal yang berlaku; karena inti dan garis besarnya sudah dirumuskan. 3. J.W.M. Bakker (2000) berpendapat, bahwa manusia adalah bagian dari kebudayaan, sehingga tidak dapat menanggalkannya dan membahasnya sebagai penilik objektif. Kebudayaan meliputi segala segi dari aspek kehidupan manusia. Kebudayaan bukanlah suatu entitas yang terlepas dan pribadi-pribadi, sehingga tidak dapat dikupas dan dianalisis sebagai objek saja. Suatu cabang ilmu yang bertujuan untuk mempelajari dan menguraikan kebudayaan adalah Antropologi budaya. Cabang ilmu ini mampu melukiskan, menganalisis, dan menyusun sintesis tentang kebudayaan, tetapi tidak berwenang untuk menetapkan kaidah-kaidah dan norma-norma. Jadi yang masih diperlukan adalah pemikiran yang mampu membimbing jalan kebudayaan ke arah perkembangan wajar dan sekaligus mampu menetapkan kriterium untuk menentukan mana kebudayaan asli, mana unsur yang tidak asli, dan apa saja prinsip yang harus direalisasikan agar tujuan kebudayaan dapat tercapai. Tugas merumuskan asas dan tujuan hidup makhluk manusia dan menertibkannya dalam suatu pola keseluruhan adalah tugas Filsafat. Apabila ilmu-ilmu kebudayaan mempelajari peristiwa dan bentuk-bentuk kebudayaan yang terdapat pada kesatuan-kesatuan sosial yang berbeda-beda menurut tempat dan waktu, maka Filsafat Kebudayaan menganalisis kebudayaan sebagai sifat esensial manusia yang untuk sebagian besar mengatasi ruang dan waktu, serta mengujinya pada taraf metafisis menurut norma-norma transenden. Jadi rumusan Filsafat Indonesia hasil dari perumusan Filsafat kebudayaan dan sistem nilai budaya Indonesia sangat diperlukan untuk

menentukan ukuran bagi nilai-mlai dan prinsip-prinsip yang harus direalisasikan agar tujuan bersama bangsa Indonesia dapat tercapai. C. Perspektif Filsafat Indonesia Pra Modern. Soedjatmoko (1994) mengajukan analisis, bahwa kajian terhadap humaniora dan dari sudut humaniora merupakan sesuatu yang sentral bagi proses pembangunan bangsa. Filsafat, etika, sejarah, dan bahasa merupakan bidangbidang utama humaniora. Bidang-bidang studi lain, yaitu hukum, arkeologi, dan seni juga dipandang sebagai bagian dari humaniora. Humaniora menyajikan kerangka atau pola pemikiran bagi studi tentang nilai-nilai, aspirasi, kebutuhan, kemampuan, dan kelemahan manusia. Studi humaniora membantu untuk menangkap makna dari pengalaman hidup dan menyajikan peta jalan untuk memahami aktifitas dan tujuan suatu kelompok masyarakat. Berbagai kebutuhan, ambisi, aspirasi, dan rasa frustasi manusia tidak dapat diamati secara empiris, tidak dapat diredusir ke dalam angka-angka persamaan. Semua itu hanya dapat dipahami melalui proyeksi imajinatif yang dikembangkan oleh kajian humaniora. Kemampuan mengarahkan proyeksi imajinasi ke pengalaman hidup orang lain memupuk kesadaran tentang pengalaman dan aspirasi manusia. Keadaran ini terjadi awal dari rasa empati dan toleransi. Empati adalah kemampuan Untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain dan memahami orang lain tersebut. Empati merupakan kualitas yang mengikat hubungan orang tua dengan anak-anaknya, kakak dengan adik, tetangga dengan tetangga, warga negara dengan warga negara lain. Pengetahuan tentang nilai-nilai budaya sendiri menjadi sesuatu yang mendasar bagi pembentukan jati diri bangsa. Studi humaniora tentang nilai-nilai budaya dan jati diri bangsa dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran tentang perspektif historis, pandangan hidup, dan nilai-nilai yang khas bagi bangsa Indonesia. Indonesia merupakan campuran yang kaya dan banyak budaya. Hubungan antara budaya-budaya tersebut bersifat harmonis dan berlangsung dalam konteks internasional yang berubah-ubah dengan cepat. Sistem ekonomi intrnasional yang tidak stabil, perpolitikan antar negara-negara kuat, dampak komunikasi modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, menyebabkan jumlah tantangan yang menghadang kelangsungan budaya-budaya akan terus membengkak. Budaya nasional memang harus kuat dan mampu merangkul semua budaya-budaya daerah. Budaya nasional adalah suatu tanggapan kolektif terhadap dunia internasional yang terus berubah ke arah

modernitas. Budaya nasional merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dimiliki bersama dan kesediaan untuk hidup bersama dengan mengambil tempat di antara komunitas bangsa-bangsa. Studi terhadap nilai-nilai budaya melalui kajian humaniora akan membuat sadar akan kemampuan dan kelemahan bangsa Indonesia sendiri. Studi humaniora yang cermat terhadap penjajahan masa lampau tidak boleh dilakukan sebagai nostalgia atau upaya mencan kambing hitam, melainkan sebagai refleksi dan upaya menyusun landasan bagi suatu proses belajar yang bertujuan untuk membuat pereneanaan dan mempersiapkan din menuju masa depan yang kompleks. Banyak sekali faktor-faktor perubahan yang bersifat global di luar batas-batas negara dan budaya manapun, tetapi dampaknya tidak dapat dielakkan. Perubahan sosial yang bersifat global sering memunculkan kebingungan dan keterasingan. Agar bangsa Indonesia mampu bertahan hidup dalam perubahan yang pesat itu tanpa kehilangan jati dir maka diperlukan suatu studi yang terencana dalam proses refleksi dan dialog terus menerus mengenai makna jati din untuk menentukan arah dan tujuan hidup berbangsa. Kajian ilmiah dan bidang filsafat, sejarah, dan bidang-bidang humaniora lainnya merupakan kajian yang menentukan b.gi proses mempertahankan integritas bangsa Indonesia yang disertai dengan keterbukaan terhãdap pengaruh dtri luar. Agar mampu memainkan peran penting tersebtit, niaka bidarig-bidang humaniora hams membina kemampuan untuk mehanggapi masáläh-masalah kontemporer terutama masalah-masalah moral dengan terjadihya perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi. Apabila hidup manusia semakin dithtukan oleh teknologi, maka semakin penting peranan humaniora untuk dikaitkan dengan enerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan penentuan kebijakan. tanpa penalaran moral yang sesuai dengan nilai-nilai dan identitas sendiri, maka perkembangan masyarakat dan bangsa akan lebih ditentukan oleh nilai-mlai baru dan luar, sehingga akan menjadikan warga-warganya merasa asing secara kejiwaan di tanah airnya sendiri. Studi ilmiah di bidang filsafat, sejarah, dan bidang-bidang humaniora lainnya juga penting untuk mengembangkan keakraban orang-orang Indonesia dengan berbagai bahasa dan budaya dan bangsa-bangsa di negara-negara yang kiranya akan mempunyai pengaruh besar bagi masa depan Indonesia. Agar budaya dan bangsa Indonesia dapat mempertahankan kelangsungannya dan mempunyai posisi yang layak di dunia internasional, maka warga indonesia perlu mempunyai

kemampuan untuk belajar hidup dalam situasi perubahan global yang semakin kompleks. Masa depan semakin sukar diramalkan, sehingga perlu persiapan untuk menghadapi masa depan tanpa kehilangan keberadaban dan rasionalitas yang bersumber dari nilai-nilai dan inspirasi terdalam budaya Indonesia sendiri.