BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Bab Tiga Belas Kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai penyelengaraan

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda?, Bandung, Penerbit Mizan, 1999, p. 101

BAB I PENDAHULUAN. 1 A Sopaheluwakan, Tjeritera tentang Perdjandjian Persaudaraan Pela (Bongso-bongso) antara negeri

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW

A. PENDAHULUAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. MASALAH. A.1. Latar belakang masalah

1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Perkembangan Gereja Protestan di Indonesia berjalan seiring. dengan berbagai gejolak politik yang terjadi sejak pertama kali

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Yulia Citra, Lenda Dabora J.F. Sagala STT Simpson

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Emily Pia & Thomas Diez, Conflict and Human Rights: A Theoretical Framework, SHUR Working Paper Series, 1/07, 2007, h. 1.

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan untuk beragama. Sehingga perjumpaan orang-orang dengan latar belakang agama yang berbeda-beda merupakan hal yang tidak mungkin dihindari. Permasalahannya adalah dapatkah pluralitas agama menghadirkan rasa nyaman dan keharmonisan dalam kehidupan umat beragama di negeri ini. Karena agama bisa membuat orang saling mencintai dan saling mengasihi. Tapi kenyataan yang terjadi di sekeliling kita juga menunjukan bahwa atas nama agama orang bisa menghina dan menyakiti orang lain. Agama bisa membuat teman dan sahabat pergi menjauh. Bahkan karena agama hubungan persaudaraan bisa hancur. Selama berpuluh-puluh tahun bangsa Indonesia cukup mendapat perhatian positif dari dunia luar karena keberhasilannya mempertahankan keharmonisan hidup ditengahtengah konteks pluralitas agama. Namun belakangan ini berbagai konflik yang muncul di antara umat beragama membuktikan bahwa hubungan umat beragama belum benarbenar terjalin dengan tulus. Setiap orang mungkin sudah menyadari sejak lama bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama. Akan tetapi kesadaran untuk bisa menghargai kepelbagian yang ada belum benar-benar disadari, terutama di kalangan umat beragama. Akhir-akhir ini masalah pluralitas agama begitu ramai dibicarakan baik lewat seminarseminar, perkuliahan, maupun lewat tulisan-tulisan. Hal ini tentu terkait dengan pergumulan dalam kehidupan umat beragama. Hubungan antar umat beragama memang merupakan masalah kemanusiaan yang aktual saat ini. Begitu banyak masalah yang muncul, terutama konflik antar agama yang semakin mempertegas ketidak harmonisan dalam kehidupan umat beragama, mendorong setiap orang yang

merindukan perdamaian berupaya mencari jalan keluar atas permasalahan yang berkaitan dengan hubungan antar agama. Pada dasarnya setiap masalah pasti ada jalan keluar. Termasuk masalah hubungan antar umat beragama. Memang semua agama mengajarkan kebaikan bagi umatnya. Namun bagaimana umat beragama melaksanakan ajaran agamanya dalam hubungan dengan umat beragama lain, itu yang perlu diperhatikan. Berbicara pluralitas agama di Indonesia, penyusun juga melihat adanya pluralitas agama dalam konteks masyarakat di Ambon. Jika demikian maka dalam kehidupan bersama, setiap umat beragama di Ambon seharusnya bisa menerima dan menghargai keberadaan umat beragama lain. Dengan begitu kemajemukan agama yang ada tidak bisa dijadikan alasan bagi sebuah perpecahan namun sebaliknya kemajemukan agama justru memberikan warna baru dalam kehidupan manusia. Tanamal dalam bukunya Kebudayaan dan agama, menjelaskan bahwa telah terjadi perjumpaan agama, budaya, suku serta keunikan masing-masing dalam kepembedaan. Persoalannya sekarang ialah bagaimana sehingga dalam masyarakat pluralistik ini setiap suku, daerah, budaya dan agama memberikan pengakuan positif satu terhadap yang lain tentang hidup bersama di dalam permbedaan itu. 1 Konteks pluralitas agama di Ambon adalah konteks umat Islam dan Kristen. Terkait dengan kehidupan bersama dalam nuansa pluralitas agama, maka persoalan yang paling menonjol di Ambon adalah hubungan kedua agama ini. Karena di Ambon Islam dan Kristen merupakan agama yang paling dominan dan memiliki keterikatan kuat dalam budaya. Dalam masyarakat kedua agama ini dikenal dalam konsep Salam Sarani, sebagai suatu bentuk pemahaman terhadap realitas hidup beragama orang Ambon dalam konteks budaya. 2 Bagi masyarakat Ambon, Salam Sarani merupakan suatu kenyataan yang objektif dan bukan sesuatu yang dibuat-buat. Hal ini terkait dengan sejarah hidup mereka sebagai orang basudara ( bersaudara). Kehidupan Salam Sarani di Ambon sudah dijalani selama beratus-ratus tahun, lewat suatu bentuk 1 P.Tanamal. Kebudayaan dan Agama, Hidup dalam masyarakat Pluralistik. Yayasan Nunusaku, Ambon 1999 p 36 2 Salam Sarani menunjukan identitas yang ada dalam masyarakat Ambon. Identitas ini lebih memberikan nuansa kultural dibandingkan nuansa religius yang menunjuk pada istilah Islam Kristen. Salam merupakan istilah yang menunjuk pada orang Ambon yang menganut agama Islam. Dan Sarani adalah istilah yang menunjuk pada orang Ambon yang menganut agama Kristen. 2

kerjasama yang nampak dalam berbagai upacara keagamaan, adat, dll. Dan sudah terbukti bahwa selama berabad-abad hal ini mampu menciptakan hubungan umat beragama yang harmonis dan diwarnai dengan nuansa persaudaraan yang kuat. Selain itu, ada juga tradisi Pela Gandong, yaitu budaya kekerabatan yang mengikat setiap komponen masyarakat dalam satu suku. Lebih jauh tentang budaya ini akan dibicarakan di bab selanjutnya. Namun secara umum bisa digambarkan bahwa budaya Pela Gandong sudah ada jauh sebelum agama Islam dan Kristen masuk di Ambon. Awalnya hubungan kekerabatan dalam budaya ini terjalin antara beberapa negeri tanpa memandang agama. Dalam perkembangan selanjutnya, ketika agama Islam dan Kristen masuk, kita bisa melihat bahwa budaya Pela Gandong mengikat dua negeri baik negeri Islam maupun negeri Kristen. Dan sejak dulu tradisi ini juga mampu membuktikan kemampuannya mempersatukan umat beragama di Ambon. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai diperhadapkan dengan pengaruh modernisasi. Dan harus diakui bahwa hal ini membuat adanya perubahan sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai kekerabatan mulai bergeser sehingga kenyataan ini justru membuat masyarakat harus menghadapi masalah kemanusiaan yang nyata terkait dengan hubungan antar umat beragama. Berbicara tentang hubungan antar agama, mau tidak mau orang-orang Kristen di Ambon juga ikut terlibat dalam masalah tersebut. Lalu bagaimana gereja melihat hal ini?. Sejak awal kehadirannya, GPM (selanjutnya baca: Gereja Protestan Maluku) telah ditantang untuk bagaimana bersikap terhadap pluralitas agama di Ambon. Jika GPM ingin tetap tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Ambon yang pluralistik, maka GPM juga harus ikut menggumuli masalah pluralitas agama yang ada di Ambon. Saat ini hubungan antar umat beragama di Ambon sedang tidak harmonis. Umat Salam Sarani di Ambon sedang terlibat dalam konflik. Kedua agama ini saling membunuh, membakar, dan melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk saling menghancurkan. Persaudaraan yang sudah ada sejak dulu seolah hilang begitu saja dan digantikan dengan sikap permusuhan. Melihat kenyataan ini, kita tentu ingin mengetahui seperti apa kenyataan hidup umat Islam dan Kristen di Ambon selama ini. Benarkah hubungan umat Islam dan Kristen di Ambon benar-benar terjalin dengan tulus? Sebelum memutuskan untuk melibatkan orang lain, ada baiknya kita mencoba 3

mencari jawaban pada diri kita sendiri. Apakah sebagai warga gereja kita sudah benarbenar tulus dalam kehidupan bersama dengan umat Muslim di Ambon? B. RUMUSAN PERMASALAHAN Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas maka pokok permasalahan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah : Sejauh mana GPM melihat tantangan pluralitas agama di Ambon, dan bagaimana GPM berusaha menjawab tantangan pluralitas agama tersebut ditengah-tengah kenyataan hidup bersama dengan umat Muslim di Ambon. Permasalahan ini akan diuraikan lagi berdasarkan beberapa sub masalah antara lain : 1. Bagaimana GPM menanggapi pluralitas atau kemajemukan agama yang ada di Ambon. 2. Bagaimana GPM melihat hubungannya selama ini dengan umat Muslim di Ambon, serta faktor-faktor apa saja yang menjadi penghalang bagi GPM dalam berhubungan dengan umat Muslim di Ambon. 3. Bagaimana GPM berusaha menjawab tantangan pluralitas agama di Ambon, dan sejauhmana GPM menggumuli masalah pluralitas atau kemajemukan agama tersebut dalam pengajaran, serta sikap dan tingkah laku warga gereja terhadap umat Muslim di Ambon. C. BATASAN MASALAH Permasalahan yang akan dibicarakan dalam tulisan ini hanya akan dibatasi pada sejauh mana peranan GPM dalam menyikapi masalah pluralitas agama yang ada disekitarnya, secara khusus melihat hubungan atau relasi antar umat Islam dan Kristen di Ambon. Penyusun membatasi masalah plutalitas hanya dengan melihat relasi dua agama ini karena di Ambon Islam - Kristen adalah dua agama yang sangat dominan dan memiliki keterkaitan yang kuat dalam budaya. Mengingat wilayah pelayanan GPM 4

sangat luas maka penyusun membatasinya dalam wilayah pelayanan GPM klasis kota Ambon, dengan mengkhususkan diri lagi pada studi atas 4 jemaat (Jemaat GPM Silo, Jemaat GPM Bethania, Jemaat GPM Sejahtera, dan Jemaat GPM Ora Et Labora) dalam lingkup klasis kota. Perlu diketahui juga bahwa Kota Ambon merupakan pusat pelayanan GPM, dan juga menjadi pusat berkumpulnya orang-orang dari berbagai daerah, suku, budaya, dan agama. Serta pusat kegiatan ekonomi, politik,pemerintahan, juga pendidikan. Sehingga diharapkan klasis kota Ambon mampu mewakili GPM secara keseluruhan dalam melihat relasi Iskam Kristen. D. JUDUL RELASI ISLAM - KRISTEN DALAM SUDUT PANDANG JEMAAT JEMAAT GPM KLASIS KOTA AMBON Hubungan yang tidak harmonis antar umat beragama merupakan masalah penting yang dihadapi oleh setiap umat beragama. Gereja secara khusus GPM klasis kota Ambon sedang diperhadapkan dengan masalah yang sama terkait dengan hubungan yang tidak harmonis antar umat Kristen dan umat Muslim di Ambon. Judul ini diangkat untuk mengajak warga GPM melihat kenyataan pluralitas agama yang ada disekitarnya, sejauh mana pandangan GPM tentang pluralisme agama sudah ditunjukan dalam sikap hidupnya bersama dengan umat beragama lain khususnya umat Muslim di Ambon. Karena sikap warga gereja yang kurang terbuka terhadap agama lain bukan hanya menjadi salah satu penyebab merebaknya konflik antar umat beragama di Ambon, namun juga menjadi faktor penghalang terhadap pelayanan gereja di Maluku. 5

E. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan skripsi ini adalah : 1. Mengetahui sejauh mana sikap GPM terhadap masalah pluralitas agama khususnya dalam melihat relasi Islam-Kristen di kota Ambon, serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi warga gereja dalam berelasi dengan umat Muslim di Ambon. 2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi gereja, khususnya GPM dalam rangka menggumuli masalah pluralitas agama, khususnya relasi Islam-Kristen di Ambon. F. METODOLOGI F.1. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka pengumpulan data untuk penulisan skripsi ini maka penyusun melakukan penelitian di 4 jemaat di GPM klasis kota Ambon. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan warga GPM klasis kota dengan umat Muslim di Ambon, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi mereka dalam berhubungan denga umat Muslim. Untuk pengumpulan data dalam penelitian penyusun menggunkan teknik pengamatan, kuesioner dan wawancara. Selain itu penyusun juga melakukan studi literer, karena penyusun sangat membutuhkan literatur guna menunjang penulisan skripsi ini. F.2. Metode Penulisan - Penyajian Setelah memperoleh data penyusun mulai menguraikan data-data tersebut dan menyajikannya sebagai suatu hasil penelitian, dan mencoba menganalisa data-data yang diperoleh dengan memperhatikan indikator-indikator yang ada serta memperhatikan juga hasil pengamatan di lapangan serta wawancara. dan kemudian mendeskripsikan masalah pluralitas agama di Ambon, terkait dengan relasi Islam - Kristen. 6

G. SISTEMATIKA PENULISAN Penulisan skripsi ini akan mengikuti sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan penulisan, metodologi penulisan serta sistematika penulisan. BAB II GPM DI TENGAH MASYARAKAT AMBON YANG PLURALISTIK Bagian ini akan menggambarkan konteks Ambon yang pluralistik, dan di dalamnya sekaligus melihat konteks GPM klasis kota dan pluralisme agama. BAB III RELASI ISLAM - KRISTEN DI LINGKUNGAN GPM KLASIS KOTA BELAJAR DARI JEMAAT GPM SILO, GPM BETHANIA, GPM SEJAHTERA, DAN GPM ORA ET LABORA Bagian ini akan menyajikan hasil penelitian yang dilakukan di empat jemaat di atas, terkait dengan sikap warga GPM terhadap relasi Islam - Kristen di Ambon, sekaligus akan dilakukan analisa terhadap hasil penelitian tersebut. BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Bagian ini berisi refleksi teologis terhadap sikap GPM berkaitan dengan relasi Islam - Kristen di Ambon. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan atas seluruh pembahasan yang telah disajikan dan saran. 7