LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT No. 1 1993 SERI B PERATURAN DAERAH TINGKAT I PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 11 TAHUN 1991 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa dalam upaya menjaga dan menjamin mutu produksi ikan dan hasil olahannya guna melindungi masyarakat/konsumen terhadap kemungkinan yang menbahayakan kesehatan dan merugikan pihak konsumen dalam perdagangan ikan dan hasil olahannya telah diatur mengenai pemeriksaan sebelum dipasarkan dan atau diperdagangkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah TIngkat I Jawa Barat Nomor 2/Dp.040/PD/1977 tentang Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Ikan dan Hasil Olahannya; b. bahwa untuk lebih meningkatkan operasional dalam Pembinaan dan Pengujian sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas harus dilakukan peninjauan kembali pengaturannya; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b dimaksud, perlu untuk menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tentang Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, sebagai pengganti Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 2/DP.040/PD/1977 tentang Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Ikan dan Hasil Olahannya. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat; 2. Undang-undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah; 3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;
Dengan Persetujuan 4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1951 tentang Pelaksanaan Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat dalam Lapangan Perikanan Darat kepada Propinsi Jawa Barat; 6. Peraturan Pemerintah No 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada Daerah-daerah Swatantra Tingkat I; 7. Keputusan Presiden Nomor 47 Tahun 1986 tentang Peningkatan Pasca Panen hasil Pertanian; 8. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku; 9. Peraturan Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut Nomor 2 Tahun 1965 tentang Pemeriksaan Ikan dan Hasil Perairan lain serta hasil olahannya; 10. Peraturan Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut Nomor 23 Tahun 1965 tentang Pemeriksaan Ikan Asin dan Ikan Kering; 11. Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kesehatan dan Menteri Perdagangan Nomor 163/Kpts/Ik.120/5/1990 Nomor 248/Menkes/SKS/V/1990 Nomor 143/Kpb/V/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku. 12. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 4 Tahun 1985 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT TENTANG PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dengan Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. "Daerah" adalah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat; b. "Pemerintah Daerah" adalah Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat; c. "Peraturan Daerah" adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tentang Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan; d. "Gubernur Kepala Daerah" adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat e. "Dinas Perikanan" adalah Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat; f. "Kepala Dinas" adalah Kepala Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat; g. "Laboratorium" adalah Laboratorium yang melaksanakan kegiatan Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dan telah mendapat akreditasi dari Menteri Perdagangan; h. "Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II" adalah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II di Jawa Barat; i. "Produsen" adalah orang/badan yang menyelenggarakan kegiatan pengolahan/pengawetan hasil perikanan yang siap untuk dikonsumsi dan atau diperdagangkan/di ekspor; j. "Pelaku tata niaga/pedagang" adalah orang/badan yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan hasil perikanan; k. "Petugas Bina Mutu" adalah Petugas yang ditunjuk oleh Gubernur Kepala Daerah c.q. Kepala Dinas Perikanan untuk bertugas melakukan pembinaan terhadap produsen dan pelaku tata niaga hasil perikanan serta melakukan pengujian mutu hasil perikanan. l. "Hasil Perikanan" adalah hasil utama, hasil sampingan dan limbah dari segala jenis ikan, tumbuh-tumbuhan, binatang perairan dan bagian-bagiannya yang ditangani dan atau diolah untuk dijadikan produk akhir, untuk keperluan konsumsi manusia, ternak dan keperluan industri serta keperluan
perdagangan; m. "Produk akhir hasil perikanan" adalah hasil penanganan dan pengolahan ikan segar, ikan beku dan jenis olahan lainnya yang siap dikonsumsi dan atau diperdagangkan; n. "Ekspor" adalah perdagangan hasil perikanan ke Luar Negeri baik langsung maupun tidak langsung dari Daerah; o. "Standar Mutu" adalah persyaratan produk yang memenuhi ketentuan spesifikasi teknis yang meliputi identitas, hygienis, kimiawi, keseragaman mengenai ukuran, bobot atau isi, jumlah, rupa, label, dan sebagainya yang dilakukan oleh Pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku; p. "Sertifikat Mutu" adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku yang menyatakan bahwa produk akhir hasil perikanan yang akan diekspor berdasarkan laporan Hasil Pengujian telah sesuai dengan standar mutu; q. "Surat Keterangan Mutu" adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Laboratorium yang menerangkan bahwa produk akhir hasil perikanan yang dipasarkan domestik berdasarkan hasil pengujian laboratorium layak dikonsumsi manusia; r. "Tanda Bukti Pemeriksaan" adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh Petugas Bina Mutu yang menyatakan tentang jumlah serta mutu produk akhir hasil Perikanan di Daerah produsen dan atau konsumen yang telah diuji mutunya dan memenuhi standar mutu organoleptik; BAB II OBYEK DAN SUBYEK PENGUJIAN Pasal 2 (1) Semua produk akhir hasil Perikanan yang diproduksi dan atau diperdagangkan di Daerah dan atau melintasi Wilayah Daerah dan diekspor harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan untuk setiap jenis komoditas. (2) Untuk menentukan memenuhi tidaknya standar mutu yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini perlu dilakukan pengujian. Pasal 3 Pengujian seperti tersebut pada Pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Laboratorium.
BAB III TUGAS LABORATORIUM Pasal 4 (1) Laboratorium sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini mempunyai tugas : a. menginventarisasi semua unit pengolahan/pengawetan dan pelaku tata niaga hasil perikanan di Daerah; b. mencatat dan menguji secara organoleptik dan atau laboratoris mutu produk akhir hasil perikanan yang diproduksi dan atau diperdagangkan di Daerah dan atau melintasi Daerah dan diekspor; c. melakukan pembinaan terhadap unit pengolahan/pengawetan dan pelaku tata niaga hasil perikanan dalam hal penanganan, pengolahan. pengepakaan dan penyimpanan hasil perikanan; d. melakukan pembinaan terhadap Laboratorium Penguji Mutu Hasil Perikanan milik Swasta; e. melakukan pengujian terhadap bahan baku, bahan pembantu serta produk akhir hasil perikanan. (2) Atas hasil pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, Laboratorium mengeluarkan Sertifikat Mutu dan Surat Keterangan Mutu. (3) Mekanisme kerja dalam pelaksanaan pembinaan dan pengujian mutu hasil perikanan ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. BAB IV KETENTUAN PENGUJIAN Pasal 5 (1) Pengujian mutu produk akhir hasil perikanan yang dipasarkan domestik dilaksanakan secara periodik dengan cara organoleptik oleh Petugas Bina Mutu dan atau sewaktu-waktu bilamana dipandang perlu diuji secara laboratoris. (2) Pengujian mutu produk akhir hasil perikanan yang akan diekspor dilaksanakan secara laboratoris atas contoh yang diambil sesuai ketentuan yang berlaku. (3) Produk akhir hasil perikanan yang diperdagangkan domestik dan telah diuji mutunya secara organoleptik diberi Tanda Bukti Pemeriksaan.
(4) Produk akhir hasil perikanan yang diperdagangkan domestik dan telah diuji secara laboratoris diberikan Surat Keterangan Mutu. (5) Produk akhir hasil perikanan yang akan diekspor dan telah diuji secara laboratoris diberikan Sertifikat Mutu. Pasal 6 (1) Produk akhir hasil perikanan yang menurut hasil pengujian organoleptik dan atau laboratoris dinyatakan rusak, dilarangn diperdagangkan untuk konsumsi manusia dan harus dimusnahkan atau dipergunakan untuk kepentingan lain yang bukan nmakanan manusia. (2) Pelaksanaan pemusnahan produk akhir hasil perikanan yang rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan atas sepengetahuan Petugas Bina Mutu dan atau Laboratorium dan dinaytakan dalam suatu berita acara. (3) Jika produk akhir hasil perikanan yang rusak akan dipergunakan untuk kepentingan lain yang bukan makanan manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, pemilik harus membuat pernyataan tertulis dan disampaikan kepada Laboratorium. Pasal 7 Tempat-tempat produk akhir hasil perikanan yang diuji meliputi : a. Unit pengumpulan hasil perikanan; b. Unti pengolahan/pengawetan hasil perikanan; c. Unit penyimpanan produk akhir hasil perikanan; d. Pedagang besar, grosir dan pasar; e. Pos-pos pemeriksaan yang sengaja diadakan sesuai dengan kebutuhan. Pasal 8 Setiap produsen dan atau pelaku tata niaga produk akhir hasil perikanan wajib membantu Petugas Bina Mutu dan atau laboratorium untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya. Pasal 9 Tata cara dan formulir yang digunakan dalam pengujian secara organoleptik dan atau laboratoris ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. BAB V PUNGUTAN DAERAH Pasal 10
(1) Terhadap semua produk akhir hasil perikanan yang telah diuji mutunya secara organoleptik dan atau laboratoris sebagaimana dimaksud pada padal 2 ayat (1) Peraturan Daerah ini dikenakan retribusi pengujian. (2) Besarnya retribusi sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai berikut : a. Terhadap produk akhir hasil perikanan yang akan diekspor sebesar : "Satu promil kali harga invoice kali jumlah kilogram komoditas yang akan diekspor". b. Terhadap produk akhir hasil perikanan yang diperdagangkan domestik sebesar : "Satu promil kali harga jual kali jumlah kilogram produk yang akan diperdagangkan". (3) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini wajib dibayar oleh produsen dan atau pelaku tata niaga produk akhir hasil perikanan yang bersangkutan. (4) Hasil pungutan retribusi pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini setelah dikurangi dana peningkatan pelayanan diadakan pembagian yang diperuntukan bagian Pemerintah Daerah Kabupaten/kotamadya Daerah Tingkat II, dan operasional Laboratorium dan pembinaan/pengawasan. (5) Tata cara pemungutan, penyetoran dan penggunaan retribusi pengujian termasuk pengaturan bagian Pemerintah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan pasal 2 ayat (1), pasal 6 dan pasal 10 ayat (3) Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) (2) Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 12
Selain oleh Pejabat Penyidik Umum, penyidikan atas tindak Pidana sebagimana dimaksud pasal 11 Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah, yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 13 (1) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada pasal 11, berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang penyidik tentang adanaya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberikan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya. i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil, membuat berita acara setiap tindakan tentang : a. pemeriksaan tersangka; b. pemasukan rumah; c. penyitaan benda; d. pemeriksaan surat; e. pemeriksaan saksi; f. pemeriksaan di tempat kejadian; dan mengirimkannya kepada penuntut umum melalui penyidik POLRI. BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini yang menyangkut teknis pelaksanaan akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 15 Dengan berlakukan Peraturan Daerah ini, dinyatakan tidak berlaku lagi : Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 2/Dp/040/PD/1977, tentang laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Ikan dan Hasil Olahannya. Pasal 16 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Bandung, 17 September 1991 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT Ketua, Cap/Ttd Cap/Ttd E. SURATMAN H.R. MOCH. YOGIE S.M Peraturan Daerah ini disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dalam Keputusan tanggal 20 Juli 1993 Nomor 523.32-671\ Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 23 Juli Tahun 1993 Nomor 1 Seri B. SEKRETARIS WILAYAH DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT Cap/Ttd Drs. H. UKMAN SUTARYAN NIP.480025165 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT NOMOR: 11 TAHUN 1991 TENTANG
A. PENJELASAN UMUM PEMBINAAN DAN PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN Upaya untuk melindungi masyarakat konsumen dari kemungkinan keracunan dan atau terkena penyakit yang disebabkan oleh bahan makanan perlu ditingkatkan baik secara langsung ataupun tidak langsung melalui pembinaan, penyuluhan maupun tindakan pencegahan lainnya. Hasil perikanan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat yang mengandung protein tinggi, dan beberapa jenis diantaranya merupakan komoditas ekspor yang dapat diandalkan sebagai sumber devisa, sehinga untuk menjaga serta menjamin mutu produk akhir hasil perikanan perlu diadakan pengawasan selama proses penanganan dan pengolahan serta pengujian mutu terlebih dahulu sebelum diperdagangkan. Melalui upaya tersebut dapat diperoleh manfaat ganda, karena merupakan upaya preventif dalam melindungi konsumen dari kemungkinan terjadinya hal-hal yang membahayakan kesehatan sekaligus untuk menghindari kerugian dari pihak produsen berhubung produk akhir yang dihasilhannya tidak layak untuk diperdangkan. Untuk pelaksanaannya di daerah diperlukan adanya suatu pengaturan yang jelas disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangannya dalam bentuk Peraturan Daerah. Peraturan Daerah yang sudah ada yang mengatur hal tersebut yaitu Peraturan Daerah Nomor 2/Dp.040/PD/1977 sudah kurang mampu menunjang perkembangan keadaan, sehingga dipandang perlu untuk ditinjau kembali dan atau disempurnakan dengan menetapkan kembali ketentuannya dalam Peraturan Daerah ini. B. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 huruf f : yang dimaksud dengan : - Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan yang melaksanakan sebagian tugas Pokok Dinas Perikanan di bidang Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. hurf k : Yang dimaksud dengan : - Segala jenis ikan, yaitu sesuai dengan penjelasan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985, meliputi Pisces (ikan bersirip); Crustacea (udang, rajungan, kepiting dan
sebangsanya); Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput dan sebangsanya); Coelenterata (ubur-ubur dan sebangsanya); Echinodermata (tripang, bulu babi dan sebangsanya); Amphibia (kodok dan sebangsanya); Reptilia (buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air dan sebangsanya); Mamalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung dan sebangsanya); Algae (rumput laut dan tubuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air); Biota perairan lainnya yang ada kaitannya dengan jenis-jenis tersebut di atas; Hasil utama, yaitu hasil pokok dari proses penanganan dan pengolahan segala jenis ikan, tumbuh-tumbuhan dan binatang perairan; - Hasil samping, yaitu produk yang dihasilkan dari proses pengolahan ikan di luar hasil utama yang dapat diolah kembali menjadi makanan manusia, sebagai contoh : sisa air rebusan pada pengolahan pindang dapat diolah lebih lanjut menjadi petis ikan; - Limbah yaitu bagian ikan yang sudah tidak bisa dimanfaatkan menjadi makanan manusia akan tetapi dapat dimanfaatkan menjadi olahan lain, sebagai contoh: insang dan isi perut ikan menjadi silase, kepala ikan menjadi tepung ikan. - Bagian-bagian dari segala jenis ikan, tumbuh-tumbuhan dan binatang perairan, yaitu bagian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sebagai contoh : sirip ikan cucut. Pasal 2 Ayat (1) dan (2) cukup jelas. Pasal 3 Pengujian produk akhir hasil perikanan dilaksanakan oleh Laboratorium yang berdasarkan Surat Menteri Pertanian tanggal 25 Januari 1977 Nomor 047/Mentan/I/1977 dan Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 19 Januari 1978 Nomor Pen. 2/1/10, pengelolaanya dilimpahkan kepada Daerah. Pasal 4 Ayat (1) : - laboratorium dalam pelaksanaan tugasnya terutama dalam pengujian organoleptik di setiap Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II, dibantu oleh para Petugas Bina Mutu yang ditunjuk oleh Pejabat yang berwenang; - Tugas laboratorium disamping mencatat dan menguji secara organoleptik dan atau laboratoris mutu produk akhir hasil perikanan yang diproduksi dan atau diperdagangkan di daerah
dan atau melintasi daerah dan diekspor juga melakukan pengujian terhadap bahan baku pembantu yang digunakan dalam proses penanganan dan pengolahan; - Pengujian terhadap bahan baku dan bahan pembantu sangat penting sebab mutu produk akhir hasil perikanan selain ditentukan oleh cara penanganan dan pengolahnnya juga ditentukan oleh mutu bahan baku dan bahan pembantu yang dipergunakan; - Produk akhir hasil perikanan yang melintasi daerah baik melalui penggudangan maupun langsung, perlu dicatat dan diuji mutunya untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Ayat (1) : butir b Yang dimaksud dengan : - Pengujian secara organoleptik, yaitu pengujian yang dilaksanakan dengan mempergunakan panca indera manusia (penglihatan, penciuman, perasa, peraba); - Pengujian secara laboratoris, yaitu pengujian yang dilaksanakan di laboratorim terhadap kandungan bakteri, jamur, kapang dan kandungan kimiawi pada ikan. Pasal 5 Cukup Jelas. Pasal 6 Ayat (1) : - Yang dimaksud dengan produk akhir hasil perikanan yang rusak, yaitu yang sudah tidak layak dikonsumsi manusia yang memiliki ciri-ciri antara lain : - dagingnya hancur; - berbau busuk; - berubah warna; - berjamur; - mengandung zat beracun; - mengandung bakteri pathogen. - Kepentingan lain yang bukan makanan manusia dalam pemanfaatan produk akhir hasil perikanan yang rusak antara lain untuk makanan ternak dan pupuk tanaman. Ayat (2) dan (3) : Cukup jelas Pasal 7 Yang dimaksud dengan tempat pengumpulan hasil perikanan antara
lain di tempat-tempat pelelangan ikan dan tempat penampungan produk akhir hasil perikanan di daerah produsen, sedangkan pos-pos pemeriksaan yang sengaja diadakan diutamakan bagi produk-produk akhir hasil perikanan yang melintasi daerah. Pasal 8 Yang dimaksud dengan membantu, yaitu memanfaatkan Laboratorium yang ada di Jawa Barat dan tidak mengahmbat kelancaran pelaksanaan Tugas Petugas Bina Mutu. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) : Tehadap produk akhir hasil perikanan yang teryata sudah dilakukan pengujian di tempat lain sesuai dengan Tanda Bukti Pemeriksaan serta masih berada pada batas waktu kadaluarsa, tidak dikenakan pengujian. Ayat (2) huruf a : Yang dimaksud dengan harga invoice yaitu harga yang tercantum dalam dokumen ekspor hasil perikanan yang bersangkutan. Ayat (2) huruf b s/d ayat (5) : Cukup jelas. Pasal 11 s/d 16 Cukup jelas.