BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB V PEMBAHASAN. Bandura 1997 mengungkapkan bahwa self efficacy membuat individu untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self-Efficacy. berhubungan dengan keyakinan bahwa dirinya mampu atau tidak mampu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Ujian nasional merupakan salah satu bagian penting dari proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persaingan global saat ini menuntut individu agar mampu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

Amanda Luthfi Arumsari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) siswa dengan kelompok heterogen. Sedangkan, Sunal dan Hans

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI UJIAN PADA SISWA KELAS IX DI MTs AL HIKMAH BREBES SKRIPSI

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dalam kehidupannya. Tidak ada seorangpun yang. menginginkan hidup berkekurangan. Oleh karena itu, setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang tidak riil atau yang tak terbayangkan secara nyata, yang disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak diketahui. Penyerta fisiologis mencakup denyut jantung bertambah cepat, kecepatan pernapasan tidak teratur, berkeringat, gemetar, lemas dan lelah. Sedangkan penyerta psikologis meliputi perasaan-perasaan akan ada bahaya, tidak berdaya, terancam dan takut (Dorland, 2002). Kecemasan merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh individu dimana bersifat kompleks dan berorientasi terkait hal yang akan muncul di masa mendatang sehingga individu akan melakukan persiapan untuk menghadapi hal yang dirasa memicu kecemasan tersebut. Kecemasan juga merupakan salah satu bentuk respon individu untuk mengantisipasi stimulus yang dirasa sebagai ancaman oleh individu. Kecemasan merupakan bentuk sinyal peringatan adanya bahaya yang mengancam sehingga memungkinkan seseorang mempersiapkan tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut (Durand & Barlow, 2006). Kecemasan merupakan suatu kondisi tidak menyenangkan dialami individu yang ditandai dengan adanya perasaan khawatir, tidak enak dan prarasa sesuatu yang buruk akan terjadi dan tidak dapat dihindari (Hurlock, 1998). Kecemasan juga digambarkan sebagai ketakutan, keadaan yang dirasa tidak menentu, kebingungan akan suatu hal yang tidak jelas akan terjadi, hidup yang dirasa penuh tekanan dan ketidakpastian (Priest, dalam Adhisty, 2012). 11

12 Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi yang berkenaan dengan adanya perasaan terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak jelas. Kecemasan dengan intensitas wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, namun apabila intensitasnya tinggi dan bersifat negatif dapat menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan (Durand & Barlow, 2006). Kecemasan dapat dikatakan sebagai respon umum yang menunjukkan suatu kondisi individu waspada dan mendorong individu untuk menunjukkan kreativitasnya. Pada tingkatan kecemasan yang sedang, persepsi individu akan memfokuskan pada hal yang penting yang dialami individu pada saat itu saja, sedangkan hal kecil lainnya akan diabaikan. Sedangkan pada tingkat kecemasan yang tinggi, persepsi individu akan menjadi turun, hanya mampu memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal lainnya, pikiran individu akan terpecah dan tidak dapat berpikir dengan tenang. Kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku kognitif yang tidak terkendali. Manifestasi kondisi kognitif yang tidak terkendali menyebabkan pikiran siswa menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi merasa akan terjadi sesuatu yang buruk sedangkan manifestasi perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi ujian khususnya Ujian Nasional (Tresna, 2011). Maramis (2009) mengartikan kecemasan sebagai ketegangan, rasa tidak nyaman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya tidak diketahui. Nevid juga menjelaskan bahwa kecemasan juga merupakan suatu keadaan individu khawatir dan mengeluhkan sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal-hal yang dapat menjadi sumber kecemasan misalnya kesehatan, relasi, sekolah, ujian dan kondisi lingkungan. Adapula faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

13 seperti faktor biologis, tingkah laku, kognitif emosional dan lingkungan sosial (Nevid, 2005). Ujian merupakan salah satu sumber kecemasan bagi siswa. Umumnya, siswa akan merasa cemas ketika akan menghadapi ujian di sekolah, terutama berkaitan dengan ujian nasional (Cassady and Johnson dalam Slavin, 2009). Kecemasan dalam hal kaitannya dengan proses pembelajaran, seringnya dikatakan sebagai bentuk kecemasan akademis. Menurut Viliante dan Pajares (dalam Pratiwi, 2009) kecemasan akademis merupakan suatu bentuk perasaan tegang dan takut pada sesuatu yang akan terjadi, dimana perasaan tersebut mengganggu pelaksanaan tugas dan beragam aktivitas dalam situasi akademis. Kecemasan akademis paling sering dialami ketika siswa berada dalam suatu situasi latihan yang bersifat rutinitas dan dalam kondisi sebaik mungkin ketika performa ditunjukkan, serta saat sesutau yang dipertaruhkan bernilai sangat tinggi, seperti misalnya menghadapi Ujian Nasional, karena yang dipertaruhkan adalah masa depan siswa selanjutnya terkait kelulusan mencapai jenjang perguruan tinggi (O Connor, dalam Pratiwi, 2009). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan takut, khawatir, serta suatu bentuk keluhan akan terjadi hal yang buruk yang akan terjadi dan dalam bentuk perilaku memunculkan kegugupan serta perilaku gemetar yang menganggu pelaksanaan tugas serta aktivitas dalam hal ini dikaitkan dengan yang dialami siswa menjelang Ujian Nasional. 2. Dimensi Kecemasan Spielberg (2006) mengartikan kecemasan sebagai suatu gejala kognitif, emosional dan fisiologis yang dialami oleh individu dalam suatu kejadian yang dianggap stressful. Ada dua dimensi kecemasan menurut Spielberg, yaitu a. State Anxiety, yaitu suatu kondisi yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh individu karena rasa takut, tegang, gugup atau khawatir yang dirasakan individu saat

14 individu mengalami suatu kejadian tertentu dan sering disertai dengan aktivasi sistem saraf otonom. Kondisi ini mencerminkan seberapa jauh individu mempersepsikan lingkungannya sebagai sesuatu yang mengancam. b. Trait Anxiety, yaitu disposisi kepribadian yang menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melihat situasi sebagai ancaman dan karena hal tersebut individu mengalami kondisi cemas dalam situasi yang dianggap stresful. Trait anxiety tidak dapat diobservasi secara langsung namun hal ini diekspresikan melalui state anxiety ketika individu mengalami situasi yang stresful. Jadi dapat disimpulkan bahwa state anxiety adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan karena persepsi individu saat mengalami situasi yang dirasa mengancam dan trait anxiety yang lebih mengarah kepada disposisi kepribadian yang dimiliki oleh individu secara umum dalam mempersepsikan lingkungan disekitarnya sebagai suatu hal yang mengancam. B. Keikutsertaan dalam Bimbingan Belajar. 1. Definisi Keikutsertaan dalam Bimbingan Belajar Keikutsertaan dalam bimbingan belajar merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh siswa untuk mengembangkan diri dalam hal sikap serta kebiasaan belajar yang baik dan keterampilan diri dalam mengatasi berbagai kesulitan serta tuntutan belajar di sekolah (Kebudayaan, 1995). Selain itu menurut Sukardi (1993), keikutsertaan dalam bimbingan belajar merupakan sebuah proses dimana siswa mendapat bantuan memecahkan masalah belajar sehingga nantinya siswa mampu menyesuaikan diri dengan cara belajarnya dan membentuk kebiasaan belajar yang sistematis dan konsisten agar dapat mencapai prestasi yang maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

15 Jadi dapat dikatakan bahwa keikutsertaan dalam bimbingan belajar ialah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa di lembaga bimbingan belajar secara terusmenerus sebagai suatu upaya untuk menemukan cara belajar yang cepat dan tepat, dalam memilih program studi yang sesuai dengan kemampuan peserta didik dan dalam mengatasi kesulitan yang muncul terkait tuntutan belajar di institusi pendidikan untuk dapat mencapai prestasi yang baik dan maksimal. 2. Jenis Bimbingan Belajar yang Dapat Diikuti Terdapat dua jenis bimbingan belajar yang dapat dipilih yaitu melalui lembaga bimbingan belajar dan secara privat. Pada lembaga bimbingan belajar, metode belajar yang digunakan adalah klasikal. Jumlah siswanya dibatasi dan materi pelajaran sudah disiapkan oleh lembaga bimbingan belajar tersebut. Sedangkan privat menggunakan metode dimana pengajar yang mendatangi siswanya. Jumlah siswa lebih sedikit dan materi pelajaran ditentukan oleh siswanya sendiri (tabloidnova.com, 2009). 3. Manfaat Mengikuti Bimbingan Belajar Adapun manfaat yang dapat diperoleh siswa dalam mengikuti bimbingan belajar yaitu, membantu memahami pelajaran yang masih belum dipahami di sekolah, membantu untuk lebih mempersiapkan mental menghadapi persaingan dalam menghadapi ujian, mendapatkan bekal materi dengan membahas soal-soal ujian sehingga siswa terbiasa dalam berlatih menghadapi ujian dan lebih percaya diri, serta wadah siswa untuk mengkonsultasikan pemilihan jurusan yang sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan sehingga siswa dapat memperhitungkan persaingan dan mendapat wawasan tentang perguruan tinggi (Esagama, 2009).

16 C. Efikasi diri 1. Definisi Efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan individu secara umum dalam meregulasi dan mengorganisasikan kemampuannya baik dalam hal kognitif, kehidupan sosial, emosional dan perilaku untuk mencapai berbagai tujuan hidup yang dimiliki oleh individu agar berjalan secara efektif. Keyakinan individu ini dilihat dari bagaimana individu dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan tertentu dalam berbagai situasi dan kondisi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki (Bandura, 1997). Pervin, dkk. (2005) juga mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan persepsi individu terhadap kemampuan diri sendiri yang dapat mempengaruhi individu untuk melakukan sejumlah perilaku tertentu dalam mencapai tujuan yang dimiliki. Efikasi diri tidak hanya sebagai penggerak akan perilaku tertentu tetapi juga mempengaruhi motivasi akademik individu, perilaku belajar dan pencapaian akan tujuan hidup individu (Pajares & Schunk, 2001). Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Bandura (1997) bahwa keyakinan akan kemampuan diri berpengaruh pada pemilihan beban tugas, usaha, ketekunan, daya juang (resiliensi) serta sejauh mana tujuan yang ingin dicapai oleh individu. Mawanti (2011) juga mengemukakan bahwa efikasi diri merupakan bentuk keyakinan individu bahwa ia mampu menyelesaikan tugas yang dimiliki dengan baik. Efikasi juga dikatakan efektif apabila individu memiliki penilaian positif bahwa dirinya mampu untuk menghasilkan sesuatu sesuai tujuan dan keinginannya. Baron & Byrne (2003) mengartikan efikasi diri sebagai suatu bentuk evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensi yang dimiliki untuk melakukan suatu tugas tertentu, mencapai tujuan yang diinginkan dan mengatasi hambatan.

17 Efikasi diri juga diartikan sebagai bentuk keyakinan yang dimiliki individu terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan, mencapai tujuan dan mengerjakan tugastugas. Individu dengan keyakinan diri yang tinggi akan siap dan yakin untuk dapat berhasil mengerjakan tugas-tugas yang dimiliki, sebaliknya individu dengan keyakinan diri yang rendah akan merasa cemas ketika mengerjakan tugas-tugas dan cenderung mengalami kegagalan (Supriyatin, 2013). Menurut Engelica (2008), efikasi diri merupakan keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuannya dalam memutuskan suatu perilaku dengan tepat saat menghadapi situasi khusus agar dapat mencapai hasil nyata sesuai tujuan individu. Efikasi diri dalam hal akademik merupakan keyakinan individu untuk dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mampu untuk berperan dengan baik sebagai seorang pelajar yang memiliki tujuan untuk dapat mencapai prestasi akademik yang baik di sekolah (Klassen, 2004). Individu dengan keyakinan diri yang tinggi akan melihat kesulitan dalam suatu tugas sebagai hal yang menantang dan sebaliknya individu yang ragu akan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu akan melihat tugas atau pekerjaan sebagai suatu hal yang mengancam. Individu juga akan memiliki komitmen yang rendah untuk mencapai tujuan mereka (Bandura, 1994). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan individu akan kemampuan dirinya dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan tertentu dan keyakinan akan mampu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2. Dimensi Efikasi diri Terdapat tiga dimensi menurut Bandura (1997) dalam pembentukan efikasi diri individu diantaranya :

18 a. Tingkat (Level) Level dalam hal ini merupakan suatu dimensi yang terkait dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi. Tingkat kesulitan (level) dari tugas yang dihadapi bervariasi dari tugas yang paling mudah hingga yang paling sulit dikerjakan atau berdasarkan tingkat tuntutan kinerja dalam domain atau fungsi tertentu. Individu akan mengerjakan suatu tugas sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki dan dirasa mampu untuk memenuhi tuntutan perilaku yang ada di setiap tingkat kesulitan tugas tersebut. Individu memiliki kecenderungan untuk mengerjakan tugas yang dirasa mampu untuk dilakukan dan menghindari tugas-tugas diluar kemampuan dirinya. b. Keluasan (Generality) Generality merupakan dimensi yang terkait dengan keyakinan individu akan kemampuannya dalam menguasai beberapa bidang atau spesialisasi keahlian sejenis dalam menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan tertentu. Individu mampu untuk mengerjakan tugas yang berbeda dengan kemiripan tugas yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Semakin luas bidang kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan tertentu, semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh individu. Keluasan atau generality dapat dilihat dari derajat aktivitas yang dilakukan, kemampuan yang ditunjukkan dari segi perilaku, pola berpikir ungkapan emosi atau perasaan, kualitas pengerjaan tugas individu di setiap situasi serta karakteristik tiap individu dalam memunculkan suatu perilaku. c. Kekuatan (Strenght) Strenght merupakan dimensi yang terkait dengan tingkat kematangan atau kemantapan individu akan keyakinannya dalam mengerjakan tugas atau menghadapi tuntutan pekerjaan meskipun dihadapkan pada kesulitan atau hambatan tertentu. Individu yang memiliki efikasi diri lemah akan mudah goyah sebelum menghadapi tuntutan suatu

19 tugas serta sebaliknya, individu dengan keyakinan diri yang kuat akan mantap dalam menghadapi tuntutan pekerjaan dan melihat tuntutan tersebut sebagai suatu tantangan yang harus dihadapi. Dimensi ini mencakup sejauh mana individu yakin dan mantap akan kemampuannya sehingga nantinya kedua hal ini yang akan menentukan individu tekun dan ulet dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan tertentu. 3. Sumber Efikasi Diri Bandura (1997) mengemukakan bahwa terdapat empat sumber informasi yang dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan untuk lebih memberikan inspirasi atau pembangkit positif dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Keempat sumber informasi tersebut diantaranya; a) Hasil yang telah dicapai (performance accomplishment) yaitu bukti nyata kemampuan seseorang dalam mencapai keberhasilan b) Pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri oleh individu (vicarious experience) dimana hal ini diperoleh melalui model sosial dengan melihat keberhasilan dari orang lain (figure panutan) yang sekiranya memiliki kemampuan yang sama dengan diri individu c) Persuasi sosial (social persuation) dimana hal ini berlandaskan atas kepercayaan terhadap pemberi persuasi serta hal realistik yang dipersuasikan d) Keadaan emosi atau fisik (emotional or psychological), emosi-emosi yang kuat baik itu positif maupun negatif dapat mempengaruhi efikasi diri individu.

20 D. Ujian Nasional Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 tentang Ujian Nasional, Ujian Nasional atau UN merupakan suatu pengukuran penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian Nasional memiliki tujuan menilai pencapaian kompetensi kelulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi (Permen Dik Nas, 2009) Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009, pasal 3, hasil UN digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari program atau satuan pendidikan dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. E. Hubungan antar Variabel Ujian Nasional seperti yang dikatakan Nevid (2005) merupakan salah satu sumber yang menimbulkan kecemasan bagi siswa. Kecemasan tersebut dinilai normal, namun sejauh mana siswa dapat mengatasi rasa cemasnya, tergantung pada kemampuan mereka untuk merespon kecemasan yang dialami. Salah satu caranya dapat dilakukan dengan lebih meningkatkan lagi porsi belajar misalnya dengan mengikuti bimbingan belajar atau dengan mengadakan belajar kelompok. Bagi para siswa, mengikuti ujian terutama ujian nasional merupakan kejadian hidup yang stresfull. Ujian nasional menimbulkan berbagai kecemasan yang di dasari oleh faktorfaktor yang terkait dengan tuntutan akan kelulusan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Bimbingan belajar memberikan banyak manfaat untuk lebih

21 mempersiapkan diri individu menghadapi berbagai kecemasan yang dirasakan oleh individu sendiri. Keikutsertaan dalam bimbingan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk kegiatan pendidikan jalur non formal yang diikuti oleh siswa di luar sekolah dan diselenggarakan oleh lembaga bimbingan belajar. Tujuan umum dari keikutsertaan dalam bimbingan belajar adalah untuk membantu siswa menemukan cara belajar yang tepat, mengembangkan keterampilan belajar, memilih program studi yang sesuai dengan kemampuan siswa dan memecahkan masalah atau kesulitan yang berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan (Suherman, 2012; Sukardi, 2008) Menurut Sukardi (2008), keikutsertaan dalam bimbingan belajar memberikan bantuan pada siswa untuk menemukan kesulitan-kesulitan dalam proses belajar serta arahan dalam memilih dan menentukan program studi dan perguruan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswanya. Sehingga dengan ikut serta dalam bimbingan belajar menjadikan siswa memiliki nilai tambah dalam menghadapi Ujian Nasional karena menjadikan siswa lebih siap baik secara akademik maupun psikologis serta meningkatkan keyakinan diri siswa untuk mampu menghadapi Ujian Nasional dengan baik. Keyakinan diri atau efikasi diri dalam kaitannya dengan akademik merupakan suatu keyakinan yang dimiliki individu akan kemampuannya mengerjakan suatu tugas pembelajaran tertentu dengan baik. Hal ini mengacu pada seberapa besar kemampuan individu untuk mengerjakan sejumlah tugas belajar dan menyelesaikannya dengan baik yang berdasar atas konsep pentingnya pendidikan, nilai dan harapan terhadap hasil akhir dari kegiatan pembelajaran tersebut (Bandura dalam Alwisol, 2005). Keyakinan diri yang tinggi akan membuat siswa menjadi lebih percaya diri akan kemampuan yang dimiliki sehingga siswa tidak akan merasa takut dan cemas akan tugas-tugas maupun tuntutan dalam kegiatan belajar salah satunya ujian (Bandura, 1994).

22 Sedangkan bagi siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar, selain belajar dirumah, siswa melakukannya dengan belajar kelompok dan mempersiapkan ujian hanya melalui kemampuan yang dimiliki saja. Hal ini akan menimbulkan perasaan cemas, ditambah lagi dengan kurangnya persiapan yang matang dari siswa menjelang ujian nasional dan rendahnya keyakinan diri siswa akan kemampuanya untuk menjawab soalsoal ujian. Dengan tidak ikut serta dalam bimbingan belajar, siswa akan berusaha lebih keras dan mendapat tekanan yang lebih besar untuk mengatasi ancaman kegagalan akan ujian nasional karena siswa tidak diajarkan cara-cara cepat dan tepat seperti layaknya di tempat bimbingan belajar (Hilma, 2010). Idealnya siswa yang mengikuti bimbingan belajar memiliki kesiapan yang baik untuk menghadapi ujian nasional sehingga tingkat kecemasan yang muncul menjelang ujian nasional pun rendah. Hal ini semakin didukung apabila siswa memiliki keyakinan diri yang tinggi untuk dapat menghadapi dan menyelesaikan soal-soal ujian nasional dengan baik dan sebaliknya siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar memiliki kesiapan yang lebih rendah untuk menghadapi ujian nasional sehingga tingkat kecemasan yang muncul pun akan lebih tinggi. Hal ini juga didukung apabila keyakinan yang dimiliki siswa pun rendah untuk dapat menghadapi ujian nasional dengan baik. Berdasarkan tinjauan terhadap dinamika ketiga variabel dalam penelitian ini, maka dapat diasumsikan mengenai adanya perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas III SMA di Denpasar ditinjau dari efikasi diri dan keikutsertaan dalam bimbingan belajar menjelang ujian nasional.

23 Gambar.1. Skema Hubungan antar Variabel Siswa Kelas III SMA Ujian Nasional Keikutsertaan dalam Bimbingan Belajar Efikasi Diri Kecemasan Keterangan : : arah interaksi

24 E. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Mayor Ho: Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas III SMA di Denpasar ditinjau dari efikasi diri dan keikutsertaan dalam bimbingan belajar menjelang ujian nasional. Ha: Ada perbedaan tingkat kecemasan siswa kelas III SMA di Denpasar ditinjau dari efikasi diri dan keikutsertaan dalam bimbingan belajar menjelang ujian nasional. 2. Hipotesis Minor a) Ada perbedaan efikasi diri antara siswa kelas III SMA di Denpasar yang ikut bimbingan belajar dan tidak ikut bimbingan belajar b) Ada hubungan antara efikasi diri dengan kecemasan siswa kelas III SMA di Denpasar menjelang ujian nasional.