TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Fikri Al Abqori/ NIM : ; Tri Febrianto Pamungkas/ NIM :

BAB I PENDAHULUAN. dengan kursus bahasa inggris yang dilaksanakan di sebuah instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencari penyedia barang dan jasa. Proses lelang (procurement) biasanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan barang dan jasa yang tidak disediakan oleh pihak swasta.

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya

PERSEPSI PENYEDIA JASA KONSTRUKSI TERHADAP EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI AANWIJZING ELEKTRONIK. Yervi Hesna 1,*), Suwardi Siregar 2)

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konsultan untuk mendapatkan penawaran bersaing sesuai spesifikasi dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengadaan barang seperti pengadaan fasilitas gedung pada suatu instansi

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN

PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 27 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur yang menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lain yang sangat penting dalam

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. dalam aktivitas perekonomian di bidang transportasi. Sebab dapat menjamin

barang dan jasa yang dibutuhkan, untuk mendapatkan mitra kerja yang sesuai dengan kriteria perusahaan diperlukan suatu proses untuk pemilihan

Petunjuk Pengoperasian SPSE Verifikator

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA MEDAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem belanja negara. Pada masa yang akan datang, proses itu akan

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

G U B E R N U R J A M B I

Adendum Dokumen Pengadaan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah satu perwujudannya

Audit e-procurement di Lingkungan Kementerian Perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan proses pengadaan barang dan jasa untuk mendapatkan. keuangan negara. Penggunaan keuangan negara yang akan dibelanjakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOT WALIKOTA BATU A BATU

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

ANALISIS PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI ( Studi Kasus : Proyek Pemerintah ) Gatot Nursetyo. Abstrak

IAPI) DEWAN PENGURUS PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Barang merupakan benda dalam berbagai bentuk dan uraian seperti, bahan

PENGANTAR E-PROCUREMENT

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : PL

BAB I PENDAHULUAN. atau individu dan biasanya melalui sebuah kontrak (Wikipedia,2008). 1. Meningkatkan tranparansi dan akuntabilitas

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 6 TAHUN TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG IMPLEMENTASI E-PROCUREMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan konstruksi. Proses pelelangan yang baik akan menghasilkan output

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

Petunjuk Pengoperasian SPSE 3.5 Auditor

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Petunjuk Pengoperasian SPSE Auditor

ANALISIS PERBANDINGAN PELELANGAN MANUAL DENGAN E-PROCUREMENT

Tata Kerja Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa Pemerintah Kabupaten Cilacap;

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) DEWAN PENGURUS PUSAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

Kementerian Sosial RI

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa. Mengapa harus KONSOLIDASI!!!!

BUPATI KOTABARU PROVINS! KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KOTABARU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG

KAJIAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS AANWIJZING ELEKTONIK PADA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DARI SEGI PENYEDIA JASA SKRIPSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2015 pada

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

1.1. Pejabat Pembuat Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

BUPATI ENDE PERATURAN BUPATI ENDE NOMOR 29 TAHUN 2010

Konsolidasi Pengadaan Barang/Jasa. Mengapa harus KONSOLIDASI!!!!

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan adalah kegiatan untuk mendapatkan barang atau jasa secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna yang meliputi peralatan dan juga bangunan baik untuk kepentingan publik maupun privat. Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan sumber daya (barang atau jasa) pada suatu kegiatan atau proyek tertentu (Setiadi, 2009). Kegiatan pengadaan, ditentukan berdasarkan penggunanya yaitu untuk kepentingan privat maupun publik. Barang/jasa privat merupakan barang yang digunakan secara individual atau kelompok tertentu, sedangkan barang/jasa publik adalah barang yang penggunaannya terkait dengan kepentingan masyarakat banyak baik secara berkelompok maupun secara umum. Pengadaan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan pengadaan publik, dimana proses akuisisi dilakukan oleh pemerintah dan institusi publik untuk mendapatkan barang (goods), bangunan (works), dan jasa servis secara transparan, efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya. Kegiatan ini merupakan suatu aktivitas untuk memenuhi kebutuhan institusi pemerintah maupun masyarakat, sehubungan dengan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Proses awal dilakukannya pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah dikeluarkannya DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) atau RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga) yang dijadikan acuan anggaran dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada tiap tahunnya. Salah satu pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh pemerintah adalah pengadaan dalam bidang jasa konstruksi. Bidang jasa konstruksi memegang peran penting dalam pembangunan Indonesia, melalui bidang jasa konstruksi inilah secara fisik kemajuan pembangunan Indonesia 1

dapat dilihat secara langsung yaitu melalui keberadaan gedung-gedung tinggi, jembatan, infrastruktur seperti jalan, dan sarana telekomunikasi yang merupakan hal-hal aktual untuk menandakan denyut ekonomi Indonesia tengah berlangsung. Gambaran mengenai pengadaan barang dan jasa di Indonesia menurut Profesor Soemitro Jojohadikusumo pada tahun 80-an mengindikasikan 30-50 persen kebocoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara akibat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang saat itu masih tabu untuk dibicarakan. Sedangkan pada tahun 2008, diindikasikan kebocoran pengadaan barang dan jasa adalah sekitar 30-50 persen masih sama dengan tahun 80-an. Menurut hasil kajian Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang tertuang dalam Country Procurement Assesment Report (CPAR) tahun 2011 menyebutkan kebocoran dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah sebesar 10 hingga 25 persen dan dibidang tertentu kebocoran tersebut bisa mencapai 40 sampai 50 persen. Indikasi kebocoran dapat dilihat dari banyaknya proyek pemerintah yang tidak tepat waktu, tidak tepat sasaran, tidak tepat kualitas, dan tidak efisien. Akibatnya banyaknya alat yang dibeli tidak bisa dipakai, ambruknya bangunan gedung dan pendeknya umur konstruksi jalan raya karena banyak proyek pemerintah yang masa pakainya hanya mencapai 30-40 persen dari seharusnya, akibat tidak sesuai atau lebih rendah dengan ketentuan dalam spesifikasi teknis (Burhanuddin,2011). Kebocoran anggaran yang terjadi pada pengadaan barang dan jasa mencakup pada pengadaan jasa konstruksi. Kebocoran anggaran ini menyebabkan kurang maksimalnya hasil dari pekerjaan jasa konstruksi yang dilaksanakan. Hal ini menyebabkan kondisi bangunan gedung, jembatan, maupun jalan, baik mutu dan kualitasnya tidak bagus atau tidak sesuai dengan harapan. Sehingga gedung dan jembatan yang dibangun lebih cepat ambruk, jalan yang dibangun lebih cepat berlubang atau retak, dan umur dari pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan umur dari perencanaan yang dibuat. Faktor-faktor yang menjadi indikasi dari mutu dan kualitas bangunan yang tidak bagus atau tidak sesuai, bisa berupa kesalahan pada saat prastudi dan 2

studi kelayakan, kesalahan dalam perencanaan dan desain, kesalahan dalam prosedur pengadaan, kesalahan dalam tahap pelaksanaan, kesalahan dalam pemanfaatan/pengoperasian, dan kondisi pemeliharaan yang kurang memadai. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), salah satu negara di Asia yang paling sukses dalam pengadaan barang dan jasa adalah Korea Selatan yang melaksanakan lelang secara elektronik disebut Korea On-Line E-Procurement System (Koneps). Penerapan lelang secara eletronik ini kemudian diikuti sedikitnya oleh 5.000 pengusaha atau kontraktor, dan telah memiliki 200 ribu katalog jenis barang kebutuhan pemerintah di negara tersebut. Menurut Kepala LKPP Ir. Agus Raharjo, M.S.M, keberhasilan negara Korea Selatan dalam penerapan lelang secara elektronik ini diikuti dan diterapkan juga oleh negara Indonesia. Pelelangan secara elektronik pada pengadaan barang atau jasa pemerintah Indonesia disebut dengan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) mulai dilaksanakan pada awal tahun 2011 yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Lelang secara elektronik (E-Procurement) ini diterapkan guna meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, persaingan usaha yang sehat, serta memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekmira) merupakan Institusi Pemerintah dibawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, yang melaksanakan proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan ketentuan pemerintah, baik pengadaan dengan cara pengadaan langsung maupun dengan proses lelang. Salah satu pekerjaan yang dilaksanakan dengan cara pelelangan yaitu Paket Pekerjaan Konstruksi Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekmira) yang dilaksanakan pada tahun 2011. Pengadaan paket pekerjaan ini, dilaksanakan melalui lelang pengadaan secara elektronik (E-Procurement) melalui LPSE 3

Jawa Barat, sesuai dengan keterangan dari panitia pengadaan di Puslitbang tekmira. Paket pekerjaan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2011, dengan lamanya waktu pelaksanaan pekerjaan yaitu selama 60 (enam puluh) hari kalender. Pada paket pekerjaan overlay hotmix jalan ini dilakukan pekerjaan Flexible Pavement (Perkerasan Lentur), pekerjaan Rigid Pavement (Perkerasan kaku), pekerjaan pondasi jalan, pekerjaan saluran dan trotoar, tetapi persentase terbesar pada pekerjaan ini adalah pekerjaan Flexible Pavement (Perkerasan Lentur) berupa overlay hotmix jalan. Kondisi atau hasil dari Pekerjaan Konstruksi Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor Puslitbang tekmira pada saat dilakukan pengamatan pada bulan Mei 2012 tidak sesuai dengan harapan, hal ini ditandai dengan adanya kerusakan pada beberapa titik badan jalan, permukaan perkerasan (butiran aggregat) tidak seragam, serta ketidaksempurnaan kanstin yang memicu tumbuhnya lumut. Dengan hasil pengamatan tersebut, perlu dilakukan tinjauan masalah pada Pekerjaan Konstruksi Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor Puslitbang tekmira. Sebagaimana yang diketahui bahwa faktor kegagalan bangunan bisa dilihat dari proses perencanaan, pengadaan, dan pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan mengangkat permasalahan tersebut sebagai studi pada pembuatan Tugas Akhir dengan judul Tinjauan Proses Pengadaan dan Dokumen Kontrak Pada Proyek Konstruksi (Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. 1.2 Tujuan Tujuan dari tinjauan proses pengadaan dan dokumen kontrak ini adalah: a. Meninjau mengenai isi dari dokumen kontrak dari pekerjaan Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM; 4

b. Meninjau mengenai proses pengadaan pekerjaan Overlay Hotmix Jalan Lingkungan Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM; c. Meninjau kembali dokumen pengadaan pada spesifikasi teknis perencanaan overlay hotmix jalan dengan merubah awal ketebalan 5 cm (lima sentimeter) menjadi 4 cm (empat sentimeter), untuk dilakukan perbaikan kondisi Jalan Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Kementerian ESDM saat ini. d. Membuat SOP mengenai proses pengadaan hingga pelaksanaan; 1.3 Ruang Lingkup Pada penulisan Tugas Akhir ini, ruang lingkup pembahasan yang disajikan adalah sebagai berikut: 1. Tinjauan terhadap proses pengadaan dan isi dari dokumen kontrak dalam pekerjaan overlay hotmix jalan. 2. Tinjauan terhadap kondisi jalan lingkungan kantor Puslitbang tekmira setelah dilakukannya pekerjaan overlay hotmix. 3. Tinjauan terhadap dokumen pengadaan berupa spesifikasi teknis dengan menghitung perubahan ketebalan dengan awal ketebalan 5 cm (lima sentimeter) menjadi 4 cm (empat sentimeter), dan perbaikan pekerjaan overlay hotmix jalan. 4. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk proses pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan. 1.4 Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada Tugas Akhir ini adalah: 1. Tinjauan terhadap proses pengadaan dan dokumen kontrak disesuaikan dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi. 5

2. Tinjauan terhadap dokumen pengadaan berupa spesifikasi teknis yaitu berupa perhitungan perubahan ketebalan overlay hotmix jalan awal ketebalan 5 cm (lima sentimeter) menjadi 4 cm (empat sentimeter) yang dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki, serta menambahkan kekurangan pada perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan overlay hotmix jalan sesuai dengan Norma, Standar, Pedoman, dan Metoda (NSPM). 3. Pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) dilakukan untuk pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan overlay hotmix jalan. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan dalam Tugas Akhir ini disusun secara sistematis yang terbagi dalam 6 (enam) bab, yaitu: Bab I Pendahuluan, pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, tujuan, ruang lingkup, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan keseluruhan Tugas Akhir. Bab II Tinjauan Pustaka, pada bab ini berisi teori dan peraturan, serta studi literatur yang melandasi pembahasan tentang tinjauan proses pengadaan, dokumen kontrak, kerusakan jalan, dan ketentuan dasar (umum) perencanaan overlay hotmix jalan. Bab III Metodologi, pada bab ini berisi mengenai metode yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir, meliputi tinjauan pustaka, identifikasi masalah, perumusan masalah, pengolahan data, perhitungan ulang, dan pembuatan SOP, serta analisis dan kesimpulan. Bab IV Tinjauan Proses Pengadaan dan Dokumen Kontrak, pada bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan proses pengadaan dan dokumen kontrak. Bab V Analisis dan Pembahasan, pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasan dari hasil tinjauan, serta perhitungan perubahan ketebalan overlay hotmix jalan dan pembuatan SOP. Bab VI Kesimpulan dan Saran, merupakan kesimpulan dan saran dari hasil tinjauan proses pengadaan dan dokumen kontrak 6