II. KAJIAN PUSTAKA. dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian

dokumen-dokumen yang mirip
MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

MODUL BAHASA INDONESIA CERITA PENDEK

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Kholid A.Harras

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB II KAJIAN TEORITIS. Penelitian tentang Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Telaga

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

SMA/MA IPS kelas 11 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 1. MEMAHAMI CERPEN DAN NOVELLatihan Soal 1.3

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

ALUR DALAM FIKSI. Kusmarwanti, M. Pd. Bahan mata kuliah Kajian Fiksi

ANALISIS AMANAT DAN PENOKOHAN CERITA PENDEK PADA BUKU ANAK BERHATI SURGA KARYA MH. PUTRA SEBAGAI UPAYA PEMILIHAN BAHAN AJAR SASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI-NILAI MORAL NOVEL RAMAYANA KARYA SUNARDI D.M. DAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini berisi dua subbab, sub bab pertama berisi tentang tinjauan pustaka berupa

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL 99 HARI DI PRANCIS KARYA WIWID PRASETIYO DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tetapi penelitian yang di fokuskan pada plot masih jarang dilakukan. Adapun

ANALISIS PERWATAKAN TOKOH UTAMA NOVEL NI WUNGKUK KARYA ANY ASMARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK. Kelas XI Semester 1. Meita Sandra Santhi Apriyanto Dwi Santoso Ika Yuliana Putri

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA NOVEL AIR BASUHAN KAKI IBU KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

Transkripsi:

7 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Cerpen Pengertian cerpen adalah sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Cerpen Cerita pendek atau sering disebut cerpen adalah suatu bentuk bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karya-karya fiksi yang lebih panjang seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Pengertian cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melaikan disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu dapat digolongkan ke dalam jenis cerpen, jika ruang lingkup dan permasalahan yang diungkapkan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut cerita pendek juga menambahkan bahwa cerita pendek adalah wadah yang biasanya dipakai oleh pengarang untuk menyuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang paling menarik perhatian pengarang. Jadi sebuah cerita senantiasa memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, serta juga mempunyai efek tunggal, karakter, alur, dan latar yang terbatas.

8 Berdasarkan beberapa pendapat peneliti dapat menyimpulkan bahwa cerita pendek adalah cerita fiksi yang bentuknya pendek dan ruang lingkup permasalahannya disuguhkan sebagian kecil saja dari kehidupan tokoh yang menarik perhatian pengarang, dan keseluruhan cerita memberi kesan tunggal (Suharianto, 1982 : 39). 2.1.2 Ciri-Ciri Cerpen Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam sebuah cerpen apabila memenuhi cirri-ciri sebagai berikut. a. dapat dibaca hanya dengan sekali duduk, b. tidak lebih dari 10.000 kata dan minimal 1.000 kata, c. beralur tunggal, d. bertema tunggal, e. penggambaran watak tokoh secara sederhana, f. konflik yang terjadi tidak sampai mengubah nasib tokoh, (Robert Stanton, 2007 : 75). 2.1.3 Asal-Usul dan Jenis Cerpen Cerita pendek berasal dari tradisi penceritaan lisan yang menghasilkan kisah-kisah cerita terkenal menurut Iliad dan Odyssey karya Homer. Kisah-kisah tersebut disampaikan dalam bentuk puisi yang berirama. Irama berfungsi sebagai alat untuk menolong orang untuk mengingat ceritanya. Bagian-bagian singkat dari kisah-kisah ini dikisahkan pada naratif-naratif individu yang dapat disampaikan

9 pada satu kesempatan pendek. Keseluruhan kisahnya baru terlihat apabila keseluruhan bagian cerita tersebut telah disampaikan. Fabel, yang umumnya cerita rakyat dengan pesan-pesan moral di dalamnya, konon dianggap oleh sejarahwan Yunani, Herodotus, sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aosop pada abad ke-6 SM. Fabel-fabel kuno kini dikenal sebagai Fabel Aosop. Akan tetapi ada pula yang memberikan difinisi lain terkait istilah fabel. Fabel dalam khasanah Sastra Indonesia sering kali diartikan sebagai cerita binatang. Cerita fabel yang popular misalnya kisah Si Kancil. Selanjutnya, jenis cerita berkembang meliputi sage, mite, dan legenda. Sage merupakan cerita kepahlawanan seperti Joko Dolog. Mite cenderung pada cerita yang terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat tentang sesuatu, contohnya Nyi Roro Kidul. Sedangkan legenda mengandung sebuah cerita mengenai asal usul terjadinya suatu tempat, seperti Banyuwangi. 2.1.4. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen 2.1.4.1. Unsur Intrinsik Cerpen Unsur-unsur intrinsik pembangun cerpen meliputi hal-hal sebagai berikut. a. Tema Di dalam teori sastra pikiran atau pendapat yang ada dalam karya sastra disebut tema dan masalah. Masalah adalah berbagai persoalan yang menyangkut

10 hubungan antara manusia dengan sesamanya, dengan alam sekitarnya, dan dengan Tuhannya, yang muncul di dalam karya sastra (Faruk dan Suminto A. Sayuti, 1998 : 23). Berdasarkan pendapat di atas, yaitu pokok pikiran yang menjiwai atau mendasari pengembangan suatu cerita. Berikut merupakan contoh untuk merinci suatu tema sebagai berikut. Rincian Tema Lingkungan Tema Lingkungan Subtema I Keadaan Lingkungan Subtema II Pencemaran Lingkungan Subtema III Pelestarian Lingkungan - Erosi - Sampah - Penghijauan - Hutan Gundul - Asap Mobil - Binatang Langka - Banjir - Limbah - Kalpataru -. -. -. (Wardani, 1997 : 38). b. Alur Tahapan-tahapan alur pada dasarnya terbagi menjadi lima tahap. 1) Situation atau pelukisan keadaan, Pengarang mulai melukiskan keadaan, pengenalan situasi dan pengenalan para tokoh.

11 2) Generating circeurstances atau peristiwa mulai bergerak, Peristiwa mulai bergerak, yaitu peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak. 3) Rising action atau konflik mulai menegang, Konflik mulai menegang, yaitu bagian konflik mulai muncul dan terlihat adanya pertentangan antara tokoh. 4) Climax atau klimaks, Klimaks disebut juga puncak, yaitu peristiwa-peristiwa atau konflik mencapai puncaknya. 5) Denonemen atau peleraian. Peleraian, yaitu bagian yang berisi klimaks mulai menurun, atau pemecahan masalah dari semua peristiwa. Berdasarkan pendapat di atas, alur adalah jalan cerita atau peristiwa yang dilakukan tokoh dalam novel. Peristiwa-peristiwa yang dilakukan akan menghubungkan sebab akibat, peristiwa yang satu menyebabkan peristiwa yang lain sehingga terbentuk satu cerita yang menarik dan hidup (Wahono, 2006 : 173) Membedakan alur menjadi beberapa jenis, yaitu 1) Alur Maju Alur maju, yaitu alur yang dimulai dari awal hingga akhir secara urut, misalnya dimulai dari A ke B, C, D, E. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut. A B C D E

12 2) Alur Mundur Alur mundur, yaitu alur yang susunannya dimulai dari peristiwa akhir, tengah dan kembali ke awal atau dimulai dari E diikuti peristiwa-peristiwa D, C, B, dan A. E D C B A 3) Alur Gabungan Selain kedua alur di atas, terdapat alur yang susunannya tidak urut dari awal hingga akhir atau dari akhir kembali ke awal. Alur tersebut dimulai dari tengah atau D kemudian ke-b, A, C dan E dan seterusnya. Alur semacam ini dimanakan alur gabungan. D B A C E Secara kualitatif atau menurut tingkatannya, alur dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu 1) Alur Erat Alur erat, yaitu hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya padu sekali sehingga tidak dapat dipotong-potong. 2) Alur Longgar Alur longgar adalah hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lain tidak begitu padu. Menurut jumlahnya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu 1) alur tunggal,

13 2) alur ganda, Alur yang baik ialah alur yang dapat membantu mengungkapkan tema dan amanat dari peristiwa-peristiwa serta adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat yang wajar antara peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain. Faktor lain yang menentukan berhasil atau tidaknya sebuah plot atau alur ialah adanya suspensi dan pindahan yang menyebabkan pembaca selalu bertanya tentang peristiwa berikutnya. Alur, yaitu jalinan peristiwa satu dengan yang lain secara kronologis, sehingga membentuk cerita. Tahapan alur, yaitu 1. pengenalan atau eksposisi, 2. penanjakan atau muncul konflik cerita, 3. klimaks atau ketegangan atau puncak cerita, 4. antiklimaks atau penurunan, 5. peleraian atau penyelesaian. c. Perwatakan atau Penokohan Perwatakan atau penokohan, yaitu gambaran watak tokoh dalam cerita. Cara menggambarkan watak tokoh sebagai berikut. 1. analitik atau langsung, yaitu pengarang langsung menyebut watak tokoh, 2. dramatik atau tidak langsung, yaitu pangarang mengungkapkan watak tokoh melalui jalan pikiran dan perasaan, cara berdandan, cara berbicara, tempat tinggal, ciri fisik, dan tanggapan atau reaksi tokoh yang lain. Macam-macam tokoh adalah sebagai berikut. 1. Protagonis, yaitu tokoh yang disukai oleh pembaca karena berwatak baik,

14 2. Antagonis, yaitu tokoh yang tidak disukai oleh pembaca karena berwatak tidak baik, 3. Tritagonis, yaitu tokoh yang menjadi penengah dan cenderung berwatak baik, 4. Tokoh utama, yaitu tokoh yang mendominasi cerita, ia terlibat dari awal sampai akhir cerita, 5. Tokoh bawahan atau pembantu, yaitu yang keterlibatannya dalam cerita hanya sedikit (Wahono, 2006 : 175). d. Latar atau setting Latar atau seting, yaitu gambaran tempat, waktu dan sausana terjadinya peristiwa dalam cerita. Tempat merupakan areal atau letak terjadi suatu peritiwa di dalam cerita, misalnya di rumah, di jalan, di halaman, dan sebagainya. Waktu yaitu saat terjadinya suatu peritiwa cerita, misalnya tadi pagi, malam hari, pukul 5 sore, dan sebagainya. Latar suasana, yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu suasana tertentu. Latar suasa terdiri dari dua macam, yaitu suasana lahir dan suasana batin. Suasana lahir misalnya suasana sepi, sunyi, seyap, romantik, hirukpikuk, gaduh dan lain-lain. Suasana batin misalnya perasaan gembira, sedih, tegang, cemas, marah, senang, yang dialami oleh para pelaku (Wahono, 2007 : 207). Latar atau setting merupakan keterangan tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita serta keterangan tentang keadaan sosial tokoh. Latar tempat berhubungan dengan letak, tempat, dan ruangan terjadinya peristiwa. Latar waktu yaitu berkaitan dengan waktu terjadinya peristiwa dapat ditunjukan dengan hari, tanggal, bulan, tahun, malam atau musim. Latar sosial yaitu menggambarkan

15 kedudukan sosial tokoh dalam cerita, pekerjaan, adat, dan religi tokoh cerita. Ketiga latar tersebut dapat menggambarkan suasana yang terjadi. Suasana dapat berupa suasana gembira, sedih, atau panik (Dewi, 2008 : 13). e. Sudut pandang atau poin of view Sudut pandang, yaitu gambaran kedudukan pengarang dalam cerita. Macammacam sudut pandang sebagai berikut. 1. Akuan, yaitu pengarang sebagai tokoh utama dalam cerita, sehingga tokoh utama disebut dengan kata aku, saya, atau gue. Cerita yang dikisahkan seolah pengalaman pengarang sendiri, 2. Diaan, yaitu pengarang sebgai pencerita hanya mengisahkan pengalaman orang lain, sehingga tokoh utama disebut dengan kata dia atau nama seseorang, f. Amanat Amanat, yaitu pesan atau nasehat pengarang kepada pembaca yang dimuat di dalam cerita, baik dismapikan secara eksplisit maupun inplisit. g. Gaya bahasa Gaya bahasa, yaitu pemakaian majas atau gaya bahasa dalam cerita. Gaya bahasa diperlukan untuk menghidupkan cerita supaya lebih dinamis. 2.1.4.2 Unsur Ekstrinsik Cerpen Adapun unsur-unsur ekstrinsik cerpen sebagai berikut. a. Unsur Biografi Unsur biografi adalah riwayat hidup atau lukisan hidup seseorang atau riwayat hidup pengarang dianggap bernilai sebagai karya sastra bila terbukti memberikan

16 masukan yang menunjang penciptaan karya sastra tersebut. b. Unsur Psikologi Unsur psikologi adalah ilmu yang berkaitan dalam berbagai proses mental baik normal maupun abnormal, dan pengaruhnya pada prilaku. Pada karya sastra aspek psikologi baru dianggap bernilai sebagai unsur ekstrinsik bila terbukti berfungsi menambah kualitas karya sastra tersebut. c. Unsur Sosiologi Unsur sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu mengenai sifat, pelaku perkembangan masyarakat. Dalam unsur ini pengarang dalam atau mungkin saja dipengaruhi oleh status, idiologi, atau politik. d. Unsur Filsafat Unsur filsafat adalah merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab, asal serta hukumnya. Filsafat juga diberi makna sebagai teori yang mendasari alam pikiran. Kegiatan dapat juga untuk menyatakan pengertian tentang ilmu, logika, estetika, metafisika, dan epistomolgi. Unsur ini dianggap bernilai apabila terbukti menunjang penciptaan karya sastra tersebut (B. Rahmanto, 1999 : 234). 2.2 Masyarakat Belajar Masyarakat belajar dan pengertian masyarakat belajar adalah sebagai berikut. 2.2.1 Pengertian Masyarakat Belajar Masyarakat belajar (learning community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hal ini berarti

17 bahwa hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidah tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. Karena itu, pembelajaran yang dikemas dalam berdiskusi kelompok yang anggotanya heterogen, dengan jumlah yang bervariasi sangar mendukung komponen learning comunity ini. Berikut disajikan prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning comunity. - Pada dasarnya hasil belajar, diperoleh dari kerjasama atau sharing dengan pihak lain. - Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dansaling menerima informasi. - Syaring terjadi apabila ada komunikasi dua atau multiarah. - Masyarakat belajar terjadi apabila masing-masing pihak yang terlibat di dalamnya sadar bahwa pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimilikinya bermanafaat bagi yang lain. - Yang terlibat dalam masyarakat belajar pada dasarnya bisa menjadi sumber belajar. (Mansur Muslich 2011 : 46 ) 2.2.2 Kelebihan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Pelaksanaan penelitian dimulai dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Peneliti menemukan beberapa kelebihan teknik masyarakat belajar untuk menentukan unsur latar dalam cerpen. Adapun kelebihannya antara lain (a) melibatkan semua siswa secara langsung dalam pembelajaran, (b) siswa dapat

18 saling bertukar pikiran, (c) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuannya, (d) menumbuhkan sikap bekerja sama dan solidaritas terhadap sesama anggota kelompok, (f) percaya diri, (g) meningkatkan kualitas moral, (h) melatih kepekaan sosial siswa, (i) mendidik siswa untuk member dan menerima, (j) menumbuhkan sikap menghormati hak orang lain, (k) mampu berkomunikasi dan menggunakan bahasa. 2.2.3 Kelemahan Teknik Masyarakat Belajar untuk Menentukan Unsur Latar dalam Cerpen Teknik masyarakat belajar mempunyai banyak kelebihan, tetapi teknik ini juga mempunyai kelemahan dan kekurangan. Dalam pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi latar cerpen, peneliti menemukan beberapa kelemahan, antara lain (a) tidak semua siswa aktif dikelompoknya, (b) sesama siswa saling berbicara membahas materi di luar pelajaran, bahkan ada yang melamun, pasif, bercanda, sehingga kelas menjadi ramai, (c) hasilnya kurang maksimal, karena pemerataan kerja belum baik, (d) dikuasai oleh beberapa siswa yang aktif dan kreatif, (e) memerlukan waktu yang banyak, (f) siswa kurang berani berpendapat dalam kelompoknya.

19 2.2.4 Teknik Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam Pembelajaran Cerpen Teknik masyarakat belajar merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui kerja sama anatarsiswa. Siswa lebih mudah membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa atau guru, Pendekatan masyarakat belajar ini menuntut siswa untuk lebih aktif. Melalui teknik masyarakat belajar memberikan keleluasaan siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Membangun pemahaman suatu latar atau setting dalam cerpen dapat melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi dapat dilakukan dengan diskusi, saling bertanya, saling menjelaskan dalam kerja kelompok (E. Kosasih, M.Pd. 2010 : 19). Teknik masyarakat belajar merupakan suatu pendekatan yang masih banyak menggunakan metode pembelajaran. menegaskan Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa dapat melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan belajar kelompok (E. Kosasih,M.Pd. 2010 : 19). Belajar kelompok merupakan suatu metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (sub-sub kelompok). Pembagian kelompok dibuat berdasarkan hal-hal berikut. a. perbedaan individu dalam kemampuan belajar, b. perbedaan minat belajar,

20 c. pengelompokan atas dasar jenis kelamin, d. pengelompokan atas dasr jenis pekerjaan yang akan diberikan, e. pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal, f. pengelompokan secara random (tidak melihat faktor di atas). Kerja kelompok bila dilihat segi kerjanya terdiri. a. kelompok jangka pendek, b. kelompok jangka panjang. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok yaitu. a. motivasi yang kuat untuk bekerja pada setiap anggota, b. persaingan yang sehat anta kelompok, biasanya mendorong anak untuk belajar, c. situasi yang menyenangkan sangat menentukan berhasil tidaknya kerja kelompok. (E. Kosasih,M.Pd., 2010 : 65-66).