BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakui oleh masyarakat. Dalam lembaga pendidikan formal, aktifitas pendidikan. terlaksana melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di kelas. Selama ini proses pembelajaran masih bersifat konvensional, guru masih

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan diri dari perubahan tersebut. Berdasarkan surah Ar-ra du ayat 11 yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sering. kali menjadi momok bagi siswa. Padahal materi pelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel 1.1. Daftar Distribusi Nilai Matematika UN SMP Negeri 2 Mojolaban Rentang Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif 100,0 1 0,32 90,9-99,9 4 1,27

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN NHT (Numbered Heads Together) Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

PROSES PEMBELAJARAN SHOLAT MELALUI METODE NHT. Siti Musta anah

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

I. PENDAHULUAN. diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Oleh karena itu, selayaknya mata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads. Together (NHT) dengan Penilaian Portofolio terhadap Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem dalam pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang (Majid, 2014:1). Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada jenjang pendidikan formal mulai dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai dengan perguruan tinggi. Matematika diberikan secara bertahab sesuai dengan perkembangan mental yang tersusun sistematis mulai dari konsep yang sederhana sampai yang kompleks. Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pertanyaan yang ingin kita sampaikan. Oleh karena itu bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan hubungan yang berdasarkan konsep-konsep abstrak sehingga diperlukan simbol-simbol untuk menyampaikannya. Simbolsimbol itu dapat mengoprasikan aturan-aturan dari struktur dan hubungannya dengan oprasi yang telah diterapkan sebelumnya (Sam s, 2010: 12). Third International Mathematics dan Science Study (TIMSS) untuk bidang matematika menunjukkan, Indonesia berada diurutan 36 dari 42 negara pada tahun 2007 dengan skor 397, sedangkan diurutan ke 38 skor siswa menurun 386 1

2 dari 42 negara peserta TIMSS tahun 2011 yang diikuti oleh siswa kelas VIII dengan skor rata-rata yang dipatok sebesar 500 poin dengan hanya mencapai kategori Low International Benchmark. Sehingga dapat dikatakan rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali fakta dasar tetapi belum mampu mengenali konsep-konsep abstrak, mengkomunikasikan dan mengaitkan dari berbagai topik. Rendahnya prestasi matematika siswa disebabkan oleh faktor yang luas dalam matematika. Masalah yang dialami siswa disebabkan oleh banyak hal yang mempengaruhi. Permasalahan tersebut tidak hanya berasal dari siswa itu sendiri, melainkan juga pembelajaran matematika di sekolah. Masalah klasik dalam pembelajaran matematika selama ini berangkapan bahwa matematika merupakan spelajaran yang sulit. Menyebabkan siswa tidak tertarik untuk mempelajarinya. Pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinventioni (penemuan kembali). Kosep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan akhir pembelajaran matematika di SD ini yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari (Heruman, 2010: 2-4). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas IV SD N I Daren menunjukkan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru karena siswa hanya diberi penjelasan guru kemudian diberi latihan-latihan soal untuk menghafal sehingga siswa hanya mendengarkan dan menerima tanpa terjadinya aktivitas belajar yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran hanya berlangsung satu arah yaitu guru menyampaikan materi pada siswa. Guru kurang

3 menggunakan media dan model pembelajaran yang mengakibatkan kurangnya variasi dalam pembelajaran dan siswa menjadi cepat bosan. Mengakibatkan konsentrasi siswa dan hasil belajar siswa rendah. Permasalahan tersebut berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa pada Kelas IV SD N I Daren. Berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester pembelajaran matematika tahun ajaran 2014/2015 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 65, dari 22 siswa sebanyak 10 siswa (45,45%) belum mencapai KKM, sedangkan 12 siswa (54,54%) telah mencapai KKM. Pembelajaran yang kurang menarik tersebut mempengaruhi hasil belajar siswa. Kegiatan proses belajar semacam ini tidak mendukung keberhasilan dalam pembelajaran dan materi yang didapat oleh siswa kurang maksimal. Suatu model atau metode yang bervariasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut dalam pembelajaran. Memilih model atau metode pembelajaran yang tepat dalam melakukan proses belajar-mengajar supaya siswa aktif mengikuti pembelajaran. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar dapat dilakukan melalui model pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa sehingga mengurangi dominasi guru yang masih mengunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan interaksi antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa dalam pembelajaran yakni model pembelajaran Numbered Head Together.

4 Model pembelajaran Numbered Head Together dalam upaya peningkatkan hasil belajar matematika pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar yakni dengan penerapan model Numbered Head Together yang selanjutnya disebut NHT. Pada model ini, memfokuskan siswa dalam pembelajaran karena menekankan pada aktivitas siswa dalam kelompok melakukan kerja sama, diskusi, saling membantu dan bertanggung jawab sehingga dapat mengatasi guru dalam pembelajaran. Pemilihan Numbered Head Together disebabkan karena pada model pembelajaran ini adalah penomoran. Penomoran akan membuat siswa tidak hanya bergantung pada siswa yang pintar karena siswa memiliki tanggung jawab sendiri dalam pelaporan kelompok. Pembentukan kelompok secara hiterogen, hal ini dapat mengatasi ketergantungan siswa berkemampuan rendah saat berdiskusi kelompok. Pembentukan kelompok secara hiterogen pada pembelajaran siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together juga dapat mempermudah siswa untuk berinteraksi dengan teman-temanya satu kelas dengan cara berdiskusi kelompok dibandingkan dengan pembelajaran secara klasikal yang selama ini diterapkan oleh guru. Hal ini diperkuat dengan penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumatri Bambang (2013) tentang Peningkatan Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Ppkn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil

5 belajar PPKn siswa. Hasilnya menunjukkan siswa dengan motivasi rendah sebesar 35%, sedang sebesar 52,5% dan tinggi 12,5%. Pada siklus I siswa dengan motivasi rendah sebesar 12,5% sedang 50% dan tinggi 37,5%. Pada siklus II siswa dengan motivasi rendah tidak ada, sedang 30% dan tinggi 70%. Sedangkan capaian hasil belajar menunjukkan pra siklus rata-rata 65 atau di bawah KKM. Pada siklus pertama rata-rata capaian hasil belajar sebesar 70% sama dengan KKM dan pada siklus kedua rata-rata capaian hasil belajar sebesar 85%. Penelitian yang dilakukan oleh Parwata dkk (2013) tentang pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together terhadap hasil belajar geometri ditinjau dari kemampuan spasial kelas V SD. Hasil pembahasan bahwa hasil belajar geometri siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran NHT menunjukkan rata-rata skor hasil belajar adalah 65,7% lebih besar dari ratarata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Kemampuan spasial siswa mengikuti pembelajaran dengan model NHT skor rata-rata adalah 57.7% lebih besar dari rata-rata kemampuan spasial yang mengikuti pembelejaran konvesional adalah 55,4%. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar geometri siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model NHT lebih tinggi daripada yang mengikuti pembelajaran secara konvesional. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Numbered Head Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD N I Daren Nalumsari Jepara.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar matematika siswa kelas IV pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar melalui penerapan model NHT di SD N I Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana keterampilan guru dalam mengajar siswa kelas IV pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar melalui penerapan model NHT di SD N I Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut: 1. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar melalui model NHT di SD N I Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015. 2. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar siswa kelas IV pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar melalui model NHT di SD N I Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015.

7 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Dengan melakukan penelitian tindakan kelas ini diharapkan peneliti dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam menggunakan model Numbered Head Together pada pembelajaran matematika. Mempermudah siswa memahami materi sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan siswa senang dalam belajar. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Siswa: Dengan adanya penerapan model Numbered Head Together dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Karena dalam pembelajaran ini siswa berperan aktif mengikuti proses pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru Sebagai rangka memperkaya model pembelajaran yang baik digunakan dalam proses pembelajaran. Guru bisa mengenal macam variasi model pembelajaran. Sehingga masalah yang dihadapi guru berkaitan dengan materi pembelajaran bisa di minimalkan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karaktristik siswanya. c. Bagi Sekolah Memberikan masukan kepada kepala sekolah dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Dijadikan sebagai acuan dalam

8 rangka meningkatkan kwalitas sekolah,,menambah sarana dan prasarana sehingga mutu pendidikan meningkat. d. Bagi Peneliti Menambah wawasan tentang pembelajaran matematika dan mendapat informasi tentang penerapan pembelajaran model NHT pada pembelajaran pada mata pelajaran matematika dan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah hasil belajar siswa yang kurang maksimal. 2. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model Numbered Head Together. 3. Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai BSNP yakni Standar Kompetensi 8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar dengan Kompetensi Dasar 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, 8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar. 4. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD N 1 Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015. 5. Penelitian Tindakan Kelas ini dikenakan pada kelas IV dengan jumlah siswa 22 semester II di SD N 1 Daren Nalumsari Jepara Tahun ajaran 2014/2015.

9 1.6 Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran, maka perlu menegaskan istilah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Model Numbered Head Together Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa untuk memahami materi pembelajaran yang didapatkan dan mempresentasikannya di depan kelas dengan menggunakan nomor. Meskipun pembelajaran secara berkelompok namun masing-masing individu mempunyai tanggung jawab sendiri. Model pembelajaran ini diterapkan pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar kelas IV SD N 1 Daren Nalumsari Jepara. 2. Hasil belajar matematika hasil belajar matematika adalah penilaian akhir dari proses pembelajaran matematika yang,eliputi perubahan kecakapan dan tingkah laku dan perubahan pengetahuan matematika. Hasil belajar matematika meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diukur menggunakan soal tes yang dilakukan pada akhir tiap siklus. Hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur menggunakan lembar observasi hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada setiap pertemuan. 3. Bangun datar Bangun datar atau bangun dua dimensi adalah kurva tertutup sederhana yang terletak pada bidang. Bangun datar yang dipelajari anak SD antara lain

10 menyangkut segitiga, persegi dan lingkaran. Anak kesulitan belajar matematika biasannya mengalami kesukaran dalam membeda-bedakan geometri, terutama karena kurang kemampuan perseptual. Kegiatan pengenalan bangun datar sebaiknya diajarkan dengan menggunakan objek-objek konkret. Simetri Lipat dapat dijelaskan secara informal yaitu jika ada suatu garis pada sebuah bangun maka garis tersebut menyebabkan setengah bagian bangun menutup setengah bagian bangun lainnya. Garis yang membagi suatu bangun menjadi dua bagian yang kongruen tersebut dinamakan garis simetri atau sumbu simetri. Pencerminan adalah suatu benda yang berada di depan cermin menghasilkan bayangan yang mempunyai bentuk dan ukuran yang sama (kongruen) dengan benda itu. Model pembelajaran Numbered Head Together pada materi mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris, menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar pembelajaran yang menitikberatkan keaktifan siswa untuk memahami materi pembelajaran yang didapatkan dan diharapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika kelas IV SD N 1 Daren Nalumsari Jepara.