PERILAKU LUMPUR SIDOARJO (LUSI) SEBAGAI AGREGAT RINGAN BUATAN UNTUK BAHAN DASAR BETON RINGAN (AAC)

dokumen-dokumen yang mirip
Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

PERILAKU FISIK CAMPURAN LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM SEBAGAI BAHAN DASAR CAMPURAN PEMBUATAN AGREGAT RINGAN

PERILAKU FISIK LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN DASAR ALWA DAN BETON RINGAN DENGAN TAMBAHAN LIMBAH GYPSUM DAN FOAM

Abstrak Material penyusun beton ringan terdiri air, semen dan agregat. Agregat yang digunakan untuk memproduksi

CAMPURAN SERAT PADA PASTA DENGAN BAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

SERAT DAN FOAMING AGENT PADA CAMPURAN BETON RINGAN BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO DAN ABU SEKAM

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

Pasta Geopolimer Ringan Berserat Berbahan Dasar Lumpur Sidoarjo Bakar Dan Fly Ash Perbandingan 1 : 3 Dengan Pengembang Foam

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO UNTUK BATA BETON RINGAN BERSERAT DENGAN BAHAN PENGISI SERAT KENAF

PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN CAMPURAN PADA PEMBUATAN BETON RINGAN DENGAN MENGGUNAKAN TAMBAHAN BUIH DAN SERAT ALAM

POTENSI LUMPUR SIDOARJO BAKAR DAN FLY ASH PADA PEMBUATAN MORTAR RINGAN GEOPOLIMER

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

POTENSI AGREGAT ALWA SEBAGAI BAHAN DASAR BETON GEOPOLIMER BERBAHAN LUMPUR SIDOARJO

PENGARUH MOLARITAS AKTIFATOR ALKALIN TERHADAP KUAT MEKANIK BETON GEOPOLIMER DENGAN TRAS SEBAGAI PENGISI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

Karakteristik Fisik dan Kimia Fly Ash dari Perusahaan Ready Mix Beton dan Limbah Pabrik terhadap Sifat Mekanik Pasta dan Mortar

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB IV DATA DAN ANALISIS

SNI Standar Nasional Indonesia

FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB PEMUAIAN DALAM PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO PADA PEMBUATAN BATA RINGAN NON STRUKTURAL DENGAN METODE CELLULAR LIGHTWEIGHT CONCRETE (CLC)

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

Pemanfaatan Lumpur Bakar Sidoarjo Sebagai Bahan Campuran Pada Pembuatan Beton Ringan dengan Menggunakan Tambahan Buih dan Serat Alam

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PAVING GEOPOLIMER DARI COAL ASH LIMBAH PABRIK

PEMBUATAN AGREGAT RINGAN GEOPOLIMER BERBASIS LUMPUR SIDOARJO DAN FLY ASH DENGAN MENGGUNAKAN FOAM AGENT

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

PENGARUH RASIO AIR DENGAN BAHAN PENGIKAT PADA AUTOCLAVED AERATED CONCRETE (AAC) BERBASIS LIMBAH CANGKANG KERANG

PERBANDINGAN PERSENTASE PENAMBAHAN FLYASH TERHADAP KUAT TEKAN BATA RINGAN JENIS CLC

PENGARUH PENAMBAHAN SUPERPLASTICIZER PADA KINERJA BETON GEOPOLIMER

PASTA RINGAN GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR BAKAR SIDOARJO DAN FLY ASH PERBANDINGAN 3:1 DENGAN TAMBAHAN ALUMINUM POWDER dan SERAT ALAM

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kartika Purwitasari, Achfas Zacoeb, Siti Nurlina ABSTRAK Kata Kunci : 1. Pendahuluan

STUDI PEMANFAATAN LIMBAH PT BOMA BISMA INDRA UNTUK PEMBUATAN PAVING BLOCK

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN DAN TARIK PEREKAT BATA RINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton sebagai salah satu bahan konstruksi banyak dikembangkan dalam

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODOLOGI. 3.1.Ruang Lingkup

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

LAMPIRAN 1 ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS. Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM TERHADAP KUAT TEKAN DAN POROSITAS BETON DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT HALUS BATU KAPUR KRISTALIN TUGAS AKHIR PROGRAM SI

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Persentase Serat Sabut Pinang (Areca Catechu L. Fiber) dan Foam Agent terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penambahan Abu Ampas Tebu (AAT) dan Limbah Boma Bisma Indra (BBI) untuk Pembuatan Paving Block

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENGARUH GRADASI BUTIRAN BATU PECAH TERHADAP KEKUATAN BETON ABSTRAK

Perkembangan Beton Geopolimer Triwulan dan Januarti Jaya Ekaputri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Serbuk Kapur Sebagai Cementitious Pada Mortar

Scanned by CamScanner

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

PEMANFAATAN ABU TERBANG (FLY ASH) SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI SEMEN PADA BETON MUTU NORMAL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

PEMBUATAN BATAKO DENGAN MEMANFAATKAN CAMPURAN FLY ASH DAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN KADAR YANG TINGGI

Transkripsi:

PERILAKU LUMPUR SIDOARJO (LUSI) SEBAGAI AGREGAT RINGAN BUATAN UNTUK BAHAN DASAR BETON RINGAN (AAC) Rizi A Perdanawati 1, Farid R S Nasir 2, Januarti J Ekaputri 3, Triwulan 4 1Mahasiswa Program Pascasarjana Teknik Struktur FTSP ITS, email: abdirizi@yahoo.com 2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Sipil FTSP ITS, email: fadhliirobbii@gmail.com 3 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946094, email: januarti@ce.its.ac.id 4 Dosen Jurusan Teknik Sipil FTSP, ITS, Kampus ITS Sukolilo Surabaya, Telp 031-5946710, email: triwulan@ce.its.ac.id ABSTRAK Pembuatan beton ringan dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah dengan perawatan autoclave (Autoclave Aerated Concrete / AAC). Bahan dasar beton AAC yang sering digunakan adalah fly ash. Perkembangan selanjutnya digunakan lumpur sidoarjo (lusi) sebagai bahan dasar beton AAC. Pada penelitian ini dibuat pasta ringan dengan komposisi OPC (Original Portland Cement), kapur (Ca(OH) 2 ), lusi bakar, dan air dengan pengembang alumunium powder. Pasta tersebut kemudian ditambahkan pasir untuk dijadikan mortar ringan. Pengembangan selanjutnya, mortar dibuat menggunakan agregat ringan buatan sebagai pengganti pasir. Agregat ringan dibuat dari lumpur sidoarjo yang dibakar pada suhu 800 C selama 2 jam. Setelah dibakar selanjutnya dihancurkan sebesar ukuran agregat halus. Uji berat jenis didapatkan hasil 1,538 gram/cm 3 dan masih memenuhi syarat agregat halus tetapi besar penyerapan tidak memenuhi karena didapatkan hasil 16%. Pasta ringan menghasilkan kuat tekan sebesar 2,37 MPa dan berat volume 817 kg/m 3 pada benda uji (P 10-1(14-6) ). Sedangkan jika pasta ditambahkan pasir dengan perbandingan pasta ringan : pasir adalah 1 : 0,5, kuat tekan yang dihasilkan sebesar 1,84 Mpa dan berat volume 1052 kg/m 3. Dari penelitian tentang pasta ringan dan agregat ringan buatan tersebut jika keduanya dicampur dengan komposisi tertentu akan berpotensi baik dijadikan mortar ringan. Kata kunci: Lusi, fly ash, agregat buatan, alumunium powder 1. PENDAHULUAN Teknologi pembuatan beton ringan berkembang dengan berbagai metode, salah satunya adalah Autoclaved Aerated Concrete (AAC). Salah satu karakter utama dari AAC adalah memiliki kerapatan tidak lebih dari 1000 kg/m 3 (Aroni et al 1993). Karena memiliki kerapatan yang jauh lebih kecil dari beton normal, beton ringan banyak dikembangkan untuk struktur agar mendapatkan berat sendiri yang jauh lebih ringan juga. AAC yang sudah pernah dibuat menggunakan agregat ringan buatan atau artificial lightweight aggregate (ALWA) dengan bahan dasar lempung bekah (explanded clay). Untuk menjadi agregat ringan lempung harus diberi bahan tambahan batu obsidian dengan komposisi tertentu lalu dibakar sampai kondisi sintering 1150 C (Husin dan Sugiharto 2008). Pada penelitian ini, AAC dibuat menggunakan bahan dasar lumpur sidoarjo (lusi). Pemanfaatan lusi agar stabil harus dibakar dan diberi bahan tambahan berupa fly ash atau pasir silica untuk menjadi agregat ringan buatan (Lasino 2007). ISBN 978-979-99327-8-5 V - 123

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku fisik lumpur Sidoarjo yang digunakan sebagai agregat ringan buatan pada AAC (Autoclave Aerated Concrete). AAC direncanakan menggunakan dengan pasta ringan berbahan dasar lusi dengan menambahkan OPC, kapur dengan pengembang alumunium powder. Informasi mengenai perilaku dari lumpur Sidoarjo sangat berguna bagi masyarakat luas yang akan menggunakan beton ringan berbahan dasar lumpur Sidoarjo. Selanjutnya, akan dikembangkan lumpur bakar sebagai agregat ringan buatan pengganti pasir pada mortar ringan. Lumpur dibakar pada suhu 800 C selama 120 menit. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AAC (Autoclaved Aerated Concrete) Menurut ASTM C1693-11, AAC adalah produk yang memiliki komposisi seperti semen yang terbentuk dari hidrasi kalsium dan silica dengan bobot rendah, yang tercapai karena adanya agent yang menghasilkan pori dengan perawatan menggunakan mesin kukus bertekanan tinggi. Menurut Aroni et al (1993) AAC adalah material berpori yang ringan, terbentuk dari reaksi kimia antara calcareous (kapur / semen) dan siliceous material (pasir natural / PFA (pulverized fuel ash). Pori pada struktur AAC dihasilkan dari beberapa metode seperti reaksi kimia yang membentuk pori, menambahkan foam kedalam campuran mortar, atau mekanisme pembentukan lainnya. Baik menurut ASTM C1693-11 maupun Aroni et al (1993), AAC memiliki kerapatan kurang dari 1000 kg/m 3 jauh dibawah kerapatan beton normal. 2.2 ALWA (Artificial lightweight Agregate) Menurut SNI 03-2847-2002, agregat ringan (lightweight Agregate) adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur memiliki berat isi sebesar 1100 kg/m 3 atau kurang. Sedangkan Artificial Lightweight Aggregate atau yang biasa disebut agregat ringan buatan merupakan pengolahan bahan baku menjadi bahan butiran dengan ukuran tertentu, ringan, keras, dan dapat digunakan sebagai agregat pembuatan beton (Lasino 2007). Agregat ringan buatan yang telah dikembangkan salah satunya dibuat dari lempung bekah (explanded clay). Menurut Arioz et al (2008) agar lempung dapat digunakan sebagai agregat (lightweight expanded clay aggregate/leca) harus melalui proses pembakaran dengan suhu antara 1000 C -1200 C dengan kapur sebagai bahan penstabil. Agregat yang dihasilkan berupa butiran dengan diameter antara 3-8 mm. 2.3 Material Lumpur Sidoarjo dan Pemanfaatannya Lumpur Sidoarjo merupakan material berbentuk butiran halus, berwarna abu-abu kehitaman, sangat plastis, dan memiliki nilai susut kering yang tinggi (Lasino 2007). Menurut Prasetya, Triwulan, dan Ekaputri (2012) kandungan mineral dominan yang terkandung pada lusi bakar yang didapat dari tes XRD antara lain uartz (SiO 2 ), Anorthite ordered (CaAl 2 Si 2 O 8 ), dan Hematite (Fe 2 O 3 ). Beberapa penelitian pemanfaatan lumpur sidoarjo yang dapat dijadikan acuan pada penelitian ini antara lain : ISBN 978-979-99327-8-5 V - 124

1. Lasino (2007) menyatakan lumpur Sidoarjo dapat digunakan sebagai agregat ringan buatan. Butiran Lumpur Sidoarjo sangat halus dan memiliki sifat susut yang tinggi maka ditambahkan limbah batu bara/flyash untuk meningkatkan kuat tekan dan kestabilan. Suhu pembakaran optimum pada 1000 0 C dalam waktu 5-10 menit. 2. Sid on dan Triwulan (2010) menggunakan lusi sebagai perkerasan jalan (paving block) tetapi belum ringan. 3. Prasetya, Triwulan, dan Ekaputri (2012) melakukan penelitian lanjut tentang penggunaan lusi bakar sebagai beton ringan, tetapi beton yang terbentuk belum kedap terhadap penyerapan air. 3. METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah pengerjaan disajikan dengan diagram alir seperti pada gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini. a. Pembuatan Pasta Ringan Px-y Material yang perlu disiapkan pada pembuatan pasta ringan ini antara lain: 1) OPC, 2) Lumpur Sidoarjo bakar, 3) Kapur Non Aktif (Ca(OH) 2 ), 4) Bubuk Alumunium (Al. powder). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara coba-coba komposisi. Tujuanya adalah untuk mencari campuran yang paling baik antara pasta dasar Px dengan tambahan alumunium powder. Komposisi yang digunakan disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Komposisi campuran pasta ringan Px-y Pasta Komposisi Material (% terhadap binder) Ringan Lusi Al. OPC Ca(OH) (Px-y) 2 Bakar Powder Air (Px-1) 10 20 70 1 60 (Px-1) 10 15 75 1 60 (Px-1) 10 10 80 1 60 Keterangan : (%) * = Prosentase dari berat total binder ; Variabel x = Prosentase kapur non aktif terhadap berat binder. Variabel y = Prosentase alumunium powder terhadap berat semen. Misal : P 10-1 = Pasta dengan campuran 10% kapur non aktif dan ditambah 1% a.l powder. b. Perawatan Pasta Ringan Px-y Menggunakan Autoclave Tekanan yang diberikan pada pasta ringan adalah 5, 9, dan 14 Bar sedangkan lama proses perawatan mulai dari 2, 3, 4, 6, 8, dan 10 jam. Selanjutnya dicatat hasil yang paling baik sebagai patokan untuk perawatan mortar ringan pada proses selanjutnya. c. Pembuatan Mortar Ringan Mx-y-z Mix design yang digunakan tetap menggunakan metode konvensional dengan mencampur adonan pasta ringan Px-y dengan pasir lumajang sebagai agregat halus. Komposisi yang dicoba disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Komposisi campuran mortar ringan Mx-y-z Mortar Komposisi Material (% terhadap binder) Ringan (Mxy-z) Al. Pasir OPC Ca(OH) 2 Lusi Bakar Powder (*) ISBN 978-979-99327-8-5 V - 125 Air

(Mx-y-0.25) 10 x 100-10-x 1 0.25 60 (Mx-y-0.5) 10 x 100-10-x 1 0.5 60 (Mx-y-0.75) 10 x 100-10-x 1 0.75 60 (Mx-y-1) 10 x 100-10-x 1 1 60 Keterangan : * = dari berat binder+filler; Variabel x = Prosentase kapur non aktif terhadap berat binder.; Variabel y = Prosentase alumunium powder terhadap berat semen.; Variabel z = Jumlah total pasir dari berat binder. Misalnya : M 10-1-0.5 = Mortar ringan dengan campuran 10% kapur non aktif ditambah 1% alumunium powder dan perbandingan binder dan pasir 1:0.5. d. Perawatan Mortar Ringan Mx-y-z Menggunakan AutoclAve Tekanan (p) dan lama waktu perawatan (t) yang menghasilkan kuat tekan paling optimum dari pasta ringan digunakan untuk proses perawatan mortar ringan. e. Pembuatan agregat ringan buatan (Alwa) Pembuatan agregat ringan buatan / Artificial lightweight aggregate (Alwa) diawali dengan mengayak butiran lumpur sidoarjo (lusi) oven lolos ayakan no. 50. Lusi lolos ayakan no. 50 tersebut kemudian dicampur dengan air dengan takaran tertentu sampai tercampur rata. Selanjutnya masukkan adonan lusi kedalam cetakan dan didiamkan sampai agak kering (±1-2 minggu) lalu dioven. Keluarkan benda uji dari cetakan untuk dibakar pada pada suhu 800 C selama 2 jam lalu dinginkan selama 24 jam. Hancurkan benda uji tersebut dengan menumbuknya kemudian ayak sampai lolos ayakan no.20 dan tertahan ayakan no.100. f. Pengetesan Benda Uji 1) Tes Kuat Tekan Hancur (ASTM C39). 2) Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y dan Mortar Ringan Mx-y-z (ASTM C- 29/C29M-91) 3) Tes berat jenis agregat buatan, TGA-DSC, XRD. g. Kesimpulan Data yang telah didapatkan digunakan untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan ini meliputi kelayakan pemanfaatan lumpur sidoarjo sebagai AAC maupun agregat ringan buatan. 4. HASIL PENELITIAN a. Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y Tes kuat tekan hancur pasta ringan dengan curing Autoclave (Px-y(pt)) mendapatkan hasil seperti tertera pada grafik Gambar 1. ISBN 978-979-99327-8-5 V - 126

1.5 Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y Umur 7 Hari Kuat Tekan (MPa) 1.2 0.9 0.6 0.3 0.0 5% 10% 15% 20% 25% % Ca(OH) 2 Gambar 1. Grafik hubungan kuat tekan pasta ringan Px-y dengan variasi tekanan selama 4 jam Dari gambar 1 dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tekanan autoclave, kuat tekan yang dihasilkan juga lebih tinggi (P 10-1, tekanan 14 Bar, 4 jam sebesar 1.3 Mpa). Selain itu penambahan kapur non aktif (Ca(OH) 2 ) yang lebih banyak menyebabkan menurunnya kuat tekan. Selanjutnya dicoba variasi lama penekanan dengan autoclave bertekanan 14 Bar. Hasilnya tersaji pada gambar 2. Kuat Tekan Pasta Ringan Px-y(pt) 2.5 5 Bar 9 Bar 14 Bar P20-1(14,t) Kuat Tekan (MPa) 2.0 1.5 1.0 0.5 P15-1(14,t) P10-1(14,t) 0.0 0 2 4 6 8 10 12 Lama Acv (Jam)(t) Gambar 2. Grafik Peningkatan Kuat Tekan Pasta Ringan Akibat Lama Waktu Perawatan Dari gambar 2 dapat disimpulkan bahwa kuat tekan tertinggi pasta ringan adalah saat perawatan autoclave bertekanan 14 bar selama 6 jam (P 10-1(14,6) ) yaitu sebesar 2.4 Mpa. Setelah melewati lama perawatan 6 jam, ternyata kuat tekan mengalami penurunan yaitu saat 8 dan 10 jam. b. Tes Berat Volume Pasta Ringan Px-y Tes berat volume pasta ringan Px-y(p,t) dapat dilihat hasilnya pada Tabel 3. Tabel 3. Berat volume pasta ringan Px-y Kode Px-y(p,t) Umur (hari) Rata-rata Berat Volume (kg/m 3 ) Kode Px-y(p,t) Umur (hari) Rata-rata Berat Volume (kg/m 3 ) P20-1(14,2) 7 719 P20-1(9,4) 7 775 P15-1(14,2) 7 712 P15-1(9,4) 7 819 P10-1(14,2) 7 621 P10-1(9,4) 7 766 ISBN 978-979-99327-8-5 V - 127

P20-1(14,3) 7 772 P20-1 14 663 P15-1(14,3) 7 735 P15-1 14 687 P10-1(14,3) 7 654 P10-1 14 718 P20-1(14,4) 7 740 P20-1 28 715 P15-1(14,4) 7 702 P15-1 28 726 P10-1(14,4) 7 776 P10-1 28 753 P20-1(5,4) 7 749 P20-1 56 674 P15-1(5,4) 7 773 P15-1 56 706 P10-1(5,4) 7 794 P10-1 56 718 Berat volume pasta ringan Px-y sebagian besar dibawah 800 kg/m 3 yang merupakan batas maksimal berat jenis beton yang direncanakan. Pasta yang dirawat dengan autoclave memiliki berat volume dibawah 1000 kg/m 3 sesuai dengan persyaratan beton AAC. c. Kuat Tekan Mortar Ringan dengan Pasir Mx-y-z Tes kuat tekan hancur mortar ringan mendapatkan hasil seperti tertera pada grafik Gambar 3. 2.0 Kuat Tekan Mortar Mx-y-z 1.6 Kuat Tekan (MPa) 1.2 0.8 0.4 0.0 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 Perbandingan dengan Binder Gambar 3. Grafik kuat tekan mortar ringan Mx-y-z terhadap prosentase penambahan pasir Dari Gambar 3 dapat disimpulkan bahwa semakin besar penambahan pasir (z) pada adonan pasta ringan Px-y untuk membuat mortar ringan Mx-y-z mengakibatkan penurunan kuat tekan pada mortar. Dari grafik tersebut dapat dilihat komposisi mortar ringan M 10-1-0.5 dengan perbandingan pasta ringan (Px-y) dengan pasir (z) sebesar 1:0.5 memiliki kuat tekan tertinggi yaitu sebesar 1.8 MPa. d. Tes Berat Volume Tes berat volume mortar ringan Mx-y-z dilakukan terhadap benda uji pada umur 7 hari. ISBN 978-979-99327-8-5 V - 128

Rata-rata Berat Volume kg/m3 1100 1050 1000 950 900 850 800 Rata-rata Berat Volume Mortar Mx-y-z 0 0.25 0.5 0.75 1 1.25 Perbandingan Dengan Binder Gambar 4. Grafik rata-rata berat volume mortar ringan Mx-y-z terhadap prosentase penambahan pasir Mortar ringan M 10-1-1 memiliki berat volume yang paling tinggi yaitu 1052 kg/m 3 sedangkan mortar ringan M 10-1-0.25 memiliki berat volume yang paling rendah sebesar 840 kg/m 3. Semakin banyak penambahan pasir maka semakin berat mortar ringan yang dihasilkan. Berat volume yang berada di kisaran 1000 kg/m 3 masih dapat digolongkan sebagai beton ringan. e. Hasil Pengujian Agregat Buatan Pengujian yang dilakukan terhadap agregat buatan dengan komposisi 100% lumpur ini adalah uji TGA/DSC, XRD, dan berat jenis. 1) Thermogravimetry analysis (TGA) - DSC Pengujian ini digunakan untuk mengukur perubahan massa lumpur kering terhadap temperatur. Hasil uji TGA dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Gambar 4. TGA-DSC lumpur kering Dari gambar 4 dapat disimpulkan bahwa kondisi lumpur stabil pada kisaran suhu 600-850 C, ditandai dengan heat flow yang optimal tetapi perubahan berat lumpur relatif tidak besar. ISBN 978-979-99327-8-5 V - 129

2) XRD Pengujian XRD digunakan untuk mengetahui mineral yang terkandung didalam lusi bakar. Pada Gambar 5 dan Gambar 6 berikut ini disajikan hasil XRD lumpur setelah di oven (suhu 100 C, 48 jam) dan setelah dibakar (suhu 800 C, 2 jam). 1600 Lumpur Oven 1400,d 1200 1000 Intensity 800 Lumpur Oven 600 p,z,fm,h 400 200,b d,s,fm fb,z,fm,fb s c h dp,z,h k,c,k z k k k,c z,h 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 Theta Gambar 5. Grafik analisa hasil XRD lusi kering oven Lumpur Bakar 900 800 700 600 a Intensity 500 400 Lumpur Bakar 300 200 100 0 a a,m a a,h h,s a c,s a,h,cm a a a,m h 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Gambar 6. Grafik analisa hasil XRD lusi bakar Selanjutnya komposisi mineral masing-masing hasil analisa XRD akan dijelaskan dalam bentuk tabel. Berikut adalah komposisi mineral lusi oven pada Tabel 4 dan lusi bakar pada Tabel 5. Tabel 4. Kandungan Mineral Lusi Oven Kode Nama Mineral Rumus Kimia Quartz SiO 2 fm Fayalite Magnesian = Iron Silicate Fe 2 SiO 4 c Cuprite = Copper Oxide Cu 2 O s Sarcopside = Iron Phosphate Fe 3 (PO 4 ) 2 b Berlinite = Aluminium Phosphate AlPO 4 z Zinc Oxide ZnO d Dalyte = Potassium Titanium Zirconium Silicate K 2 (Zr, Ti)Si 6.O 15 k Kalsilite = Potasssium Aluminium Silicate KAlSiO 4 ISBN 978-979-99327-8-5 V - 130 2 Theta h,s c h a,h s h h

p Potasssium Aluminium Phosphate K 3 Al 2 (PO 4 ) 3 fb Ferrobustamite = Calcium Iron, Manganese Silicate (Ca,Fe,Mn)3Si 3 O 9 h Halite = Sodium Chloride NaCl Tabel 5. Kandungan Mineral Lusi Bakar Kode Nama Mineral Rumus Kimia Quartz = Silicon Oxide SiO 2 h Hematite = Iron Oxide Fe 2 O 3 c Copper Iron Oxide CuFeO 2 a Anorthite = Calcium Aluminium Silicate CaAl 2 Si 2 O 8 m Manganese Oxide MnO 2 s Sillimanite = Aluminium Silicate Al 2 SiO 5 Berdasarkan hasil analisa XRD diketahui bahwa kandungan Quartz (SiO 2 ) sangat tinggi, lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan mineral yang lainnya. Pada grafik hasil analisa XRD lusi bakar dapat dilihat bahwa terdapat banyak Peaks(puncak) mineral dibandingkan dengan lusi oven. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lusi bakar lebih reaktif dibandingkan dengan lusi oven. 3) Analisa berat jenis agregat halus buatan. Hasil perhitungan berat jenis agregat halus buatan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan berat jenis agregat halus buatan Perhitungan nilai W 1 = Berat volume + pasir + air (gram) 780 Berat pasir SSD (gram) 250 W 2 = berat labu + air 660 Berat jenis pasir = (250/((250+W 2 )-W 1 ) x 0,8 (gram/cm 3 ) 1,538 W 3 = berat kering oven Penyerapan air 16 % 5. KESIMPULAN Dari hasil analisa diatas, pasta ringan Px-y dan mortar ringan Mx-y-z memenuhi persyaratan beton ringan kerena memiliki berat volume lebih rendah dari 1800 kg/m 3 yaitu 819 kg/m 3 dan 1052 kg/m 3. Jika dilihat dari hasil uji tekan, kuat tekan maksimal pasta Px-y sebesar 2,4 MPa, menurut SNI 03-0349-1989 pasta dapat digolongkan pada mutu IV bata beton berlubang dengan kuat tekan rata-rata 2,41 MPa. Sedangkan untuk mortar ringan, kuat tekan maksimum yang didapatkan sebesar 1,84 MPa belum memenuhi syarat. Hasil analisa berat jenis agregat halus buatan memnuhi syarat agregat ringan buatan dengan nilai 1,538 gram/cm 3 (syarat 1,0 1,8 gram/cm 3 ) dan besar penyerapan 16% tidak memenuhi persyaratan (syarat maks. 2%). ISBN 978-979-99327-8-5 V - 131

6. DAFTAR PUSTAKA 1. Arioz, O. et.al. (2008), A Preliminary Research On The Properties of Lightweight Explanded Clay Aggregate, J. Aust. Ceram. Soc, Vol. 44, No. 1, hal. 23-30. 2. Aroni, S. et.al., (2005), Autoclaved Aerated Concrete Properties, Testing and Design, Taylor and Francis, London and Newyork. 3. ASTM C1693-11. (2011), Standard Specification for Autoclaved Aerated Concrete. ASTM International, United States. 4. Husin, A.A. dan Sugiharto, B. (2008), Peningkatan Mutu Agregat Ringan Buatan Untuk Beton Ringan Struktural, Jurnal Permukiman, Vol. 3, No. 1, hal. 1-14. 5. Lasino (2007), Penelitian Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo Untuk Agregat Buatan, jurnal Permukiman, Vol.2, no.1 6. Prasetya, W.C., Triwulan, Ekaputri, J.J. (2012), Pemanfaatan Material Lumpur Sidoarjo Sebagai Beton Ringan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, ITS, Surabaya. 7. Sid on, H. dan Triwulan, (2008), Pemanfaatan Material Lumpur Porong, Sidoarjo Sebagai Interblok Perkerasan Lentur Jalan, Jurusan Teknik Sipil, FTSP, ITS, Surabaya. 8. SNI 03-2847-2002 (2002), Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, BSN, Indonesia. ISBN 978-979-99327-8-5 V - 132