BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN KAMERA PADA FILM FIKSI PENDEK SUARA YANG HILANG DARI MAKNA STRUKTUR ANGKLUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

( dan menurut Dosen Filsafat dan Teologi Hindu di IHDN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu. Film digunakan untuk memenuhi suatu kebutuhan umum yaitu. mengkomunikasikan suatu gagasan, pesan atau kenyataan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA. berjudul Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Romantis Berjudul

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diakses 28/9/ :38 AM 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

MONTAGE DALAM FILM FIKSI PENDEK SUARA YANG HILANG DARI MAKNA STRUKTUR ANGKLUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif. Hal ini untuk mencari

Modul ke: EDITING II EDITING LINIER DAN NON LINIER. Fakultas Ilmu Komunikasi. Bagus Rizki Novagyatna. Program Studi Broadcasting.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

Produksi Iklan Audio _ Visual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY FILM ARAH (Adaptasi Novel Labirin) DESIGN DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY FILM ARAH (Novel Adaptation Labyrinth)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemukul, melainkan dengan digoyang-goyangkan. Selain itu, Angklung berperan dalam perkembangan karakter anak, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS MID TERM Kritik Populer pada Film Dokumenter Wabah Gadget

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN DAN MEDIA. produksi yaitu media utama yang berupa motion graphic video.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk face to face maupun menggunakan alat (media). Media

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Ekspresi ini akan mengikuti perkembangan kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA SENI PENCIPTAAN FILM ANIMASI DUA DIMENSI BIMA. Muhamad Maladz Adli NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KRITERIA PENILAIAN Faslitasi Pembuatan Film Pendek dan Dokumenter 2012

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lagu bertemakan cinta, mungkin ia akan sedih karena patah hati (broken heart)

BAB I PENDAHULUAN. ada dorongan untuk berhubungan dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial untuk

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV TAHAPAN PRA PRODUKSI, PRODUKSI DAN PASCA PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB IV ANALISIS PROSES

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kesenian. Salah satunya adalah angklung. Angklung adalah kesenian yang berupa alat musik tradisional. Angklung merupakan kesenian asal Indonesia yang telah diakui oleh dunia. Salah satu warisan budaya Indonesia ini terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan sehingga menghasilkan bunyi. Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yaitu masyarakat sunda. Melihat dari hal di atas bahwa angklung telah diakui oleh dunia, membuktikan bahwa angklung telah populer baik di dalam negeri maupun di luar negeri sehingga, eksistensi angklung cukup baik. Angklung mempunyai nilai filosofis yang penting bagi kehidupan manusia. Nilai filosofis angklung tersebut merupakan asal mula angklung itu diciptakan. Secara umum nilai filosofis tersebut merupakan pemersatu kehidupan seperti yang telah dijelaskan oleh Prof. Jakob Soemardjo yaitu: Nilai filosofis angklung yaitu pemersatu macrocosmos. Macrocosmos yaitu alam semesta itu sendiri. Alam semesta terdiri atas 3 dunia yaitu dunia atas, dunia bawah dan dunia tengah. Dunia atas adalah langit, dunia bawah adalah bumi, dan dunia tengah adalah manusia. Konsep 3 dunia tersebut adalah konsep yang dipercayai masyarakat Sunda dan sering disebut dengan tritangtu (Soemardjo, 2008:7). Akan tetapi, karena kini angklung populer sebagai hiburan di kalangan masyarakat modern, sangat disayangkan bahwa nilai filosofis angklung tersebut luntur akibat modernitas. Modernitas yang telah meluas dan mempengaruhi rasa ingin tahu masyarakat Indonesia khususnya Sunda itu sendiri sehingga membuat nilai filosofis angklung tak lagi dikenal oleh masyarakat penerus sebagai pemilik kesenian itu sendiri. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angklung adalah kesenian yang memiliki nilai kehidupan yang penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui nilai filosofisnya. Salah satunya yaitu sebagai lambang kasih sayang antara orangtua dengan anaknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis berasumsi bahwa masih kurangnya media informasi yang menjelaskan tentang nilai filosofis angklung bahkan 1

mungkin tidak ada. Oleh karena itu, penulis akan membuat karya berupa film sebagai media untuk mempertahankan nilai filosofis angklung. Penggunaan film sebagai media untuk mempertahankan nilai filosofis angklung tersebut adalah cara yang memanfaatkan modernitas itu sendiri yang telah meluas di kehidupan masyarakat Indonesia. Walaupun modernitas merupakan hal yang membuat nilai filosofis angklung luntur, modernitas juga dapat mempertahankan kembali nilai filosofis angklung di kehidupan masyarkat Indonesia. Dengan begitu penulis berharap bahwa nilai filosofis dapat dikenal dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pembentuk mental yang baik melalui film yang akan dirancang. Film secara umum dapat dibagi menjadi dua unsur yaitu unsur naratif dan sinematik. Unsur naratif merupakan alur cerita dari sebuah film. Sementara unsur sinematik terbagi lagi ke dalam beberapa bagian yaitu sinematografi, mise en scene, editing, dan suara, Sinematografi adalah teknik pengambilan gambar dimana pengambilan gambar dalam frame menjadi ruang lingkup penulis yaitu sebagai seorang Director Of Photography. Director Of Photography atau dapat disebut juga penata kamera mempunyai peran penting dalam pembuatan suatu film. Penata kamera bertanggung jawab untuk menterjemahkan naskah ke dalam bentuk visual. Sehingga dibutuhkan pemahaman mengenai sinematografi agar dapat memvisualisasikan naskah tentang nilai filosofis angklung ke dalam bentuk visual. Oleh karena itu, penulis akan memperkenalkan kembali nilai filosofis angklung melalui media film dengan menterjemahkan naskah ke dalam bentuk visual melalui teknik pengambilan gambar oleh Director Of Photography. Penulis juga akan menjelaskan penataan kamera dalam adaptasi filosofi dari makna struktur angklung ke dalam film fiksi. Selain itu juga penawaran breakdown shot yang akan dibahas dalam penulisan ini. Hal ini juga didukung oleh perkembangan perfilman Indonesia termasuk festivalfestival film mendukung penulis untuk mengenalkan kembali nilai filosofis angklung melalui media film. 1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Melihat dari latar belakang permasalahan di atas, dapat diidentifikiasikan masalah sebagai berikut : 1. Modernitas yang semakin mempengaruhi budaya tradisional lambat laun dapat menghapus nilai filosofis budaya itu sendiri. 2

2. Kurangnya pemanfaatan media film fiksi dalam upaya pelestarian nilai filosofis angklung. 3. Belum ada film fiksi Indonesia yang membahas tentang nilai filosofis angklung. 1.2.2 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ada, penulis memberikan batasan masalah pada penulisan ini. Masalah yang diangkat adalah mengenai nilai filosofis angklung khususnya pada filosofi struktur bentuk angklung. Nilai filosofis angklung tersebut akan diadaptasi ke dalam film fiksi. Pada perancangan film ini difokuskan ke perancangan film fiksi yang mengadaptasi nilai filosofis angklung pada bagian Director Of Photograpy yang bertujuan menterjemahkan naskah ke dalam bentuk visual sesuai dengan arahan sutradara melalui penataan kamera. 1.2.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam perancangan karya film fiksi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana memvisualisasikan script film fiksi mengenai filosofi angklung ke dalam penataan kamera? 2. Bagaimana menyusun breakdown shot dalam perancangan film fiksi mengenai filosofi angklung? 1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam perancangan Tugas Akhir ini adalah: 1.3.1 Apa Media pengenalan filosofi angklung dalam film fiksi pendek mengenai makna filosofi angklung khususnya dari struktur angklung itu sendiri. 1.3.2 Siapa Jenis Kelamin : Perempuan/Laki-laki Usia : 18-21 (Remaja) Demografis : Perkotaan 1.3.3 Bagian mana Penulis berperan sebagai Director Of Photography dalam perancangan film fiksi pendek sebagai media pengenalan makna filosofi angklung. 1.3.4 Tempat Media film ini akan diinformasikan melalui media sosial dan juga melalui screening film yang diadakan disuatu tempat. 3

1.3.5 Waktu Penayangan film akan direncanakan pada tahun 2016. 1.3.6 Mengapa Alasan memilih topik tersebut adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan budaya sendiri khususnya angklung dalam nilai filosofisnya. Sehingga penulis membatasi permasalahan hanya sebatas membahas filosofi struktur bentuk angklung. 1.4 Tujuan Perancangan Setelah meninjau dari keseluruhan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dari penulisan ini, sebagai berikut: 1. Untuk memvisualisasikan script dalam perancangan film fiksi mengenai filosofi angklung melalui penataan kamera. 2. Untuk menyusun breakdown shot dalam perancangan film fiksi mengenai filosofi angklung oleh Director of Photography. 1.5 Manfaat Perancangan 1.5.1 Bagi Masyarakat Melalui film ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal angklung melalui filosofinya terutama masyarakat Indonesia. Dengan begitu, dapat menumbuhkan rasa kecintaan dalam masyarakat terhadap budaya sendiri sehingga tumbuh rasa memiliki dan ingin melestarikan. 1.5.2 Bagi Penulis Penulis dapat memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai angklung itu snediri yaitu terutama pada filosofinya. Selain itu, mengasah dan menambah wawasan dalam bidang Director of Photography. 1.6 Metodologi Perancangan 1.6.1 Metode Pengumpulan Data a. Studi Pustaka dan Literatur 1. Pustaka Mempelajari data-data yang dikumpulkan bersumber dari buku-buku mengenai angklung dan filosofinya, Serta buku-buku mengenai sinematografi dan tata cara penulisan laporan. 2. Literatur Penulis akan menganallisa film sejenis sebagai bahan referensi. 4

b. Observasi Penulis meninjau langsung kegiatan di Saung Angklung Udjo dan melakukan observasi ke salah satu Kampung Adat Sunda (Ciptagelar) di Kota Sukabumi. c. Wawancara Wawancara dilakukan pada pelopor kajian filsafat Indonesia dan partisipan. Selain itu juga penulis melakukan wawancara dengan narasumber dari salah satu Kampung Adat Sunda (Ciptagelar) di Kota Sukabumi. 1.6.2 Metode Analisis Data Penulis melakukan metode deskriptif analitik yaitu dengan mendeskripsikan data-data yang didapat terlebih dahulu. Setelah dideskripsikan, lalu diklasifikasikan dan kemudian dianalisis. Sehingga akan didapat hasil penafsiran. Adapun tahaptahapnya sebagai berikut: a. Mendeskripsikan data hasil studi pustaka menjadi sebuah paragraf b. Mendeskripsikan data hasil studi literatur ke dalam bentuk tabel c. Mendeskripsikan data hasil wawancara ke dalam bentuk paragraf d. Mendeskripsikan data hasil observasi ke dalam bentuk paragraf e. Mengklasifikasikan data-data yang telah dideskripsikan sesuai kebutuhan f. Membuat tabel objek analisis g. Membuat tabel fokus analisis yang terdiri dari 3 aspek: - Struktur Bentuk - Fungsi - Makna h. Membuat tabel komparasi i. Menarik kesimpulan 1.6.3 Metode Perancangan Adapun urutan perancangan yang dilakukan yakni sebagai berikut: a. Pra Produksi Penulis melakukan metode pengumpulan data sehingga didapat data yang menunjang untuk pembuatan film pendek ini. Setelah skenario jadi, penulis sebagai director of photography segera menentukan konsep visual hasil interpretasi dari skenario. Lalu penulis membuat breakdown shot dan storyboard konsep visual tersebut. b. Produksi 5

Saat produksi, penulis sebagai director of photography menerapkan breakdown shot ke dalam pembuatan film. Penulis bekerjasama dengan sutradara untuk menentukan visual apa yang akan dimunculkan dalam adegan. c. Pasca Produksi Pada tahap ini, penulis bekerjasama dengan editor untuk menentukan stock shot agar sesuai dengan konsep yang telah ditentukan. 1.7 Kerangka Perancangan Skema 1.1 Kerangka Perancangan Sumber: Data Pribadi 6

1.8 Pembabakan 1.8.1 BAB I Pendahuluan Menjelaskan tentang latar belakang masalah yaitu mengenai masalah angklung secara umum. Selain itu juga penjelasan tujuan dan manfaat serta metode pengumpulan data yang digunakan 1.8.2 BAB 2 Landasan Pemikiran Pada bab ini, terdapat teori-teori yang menjadi dasar pemikiran penulis sebagai acuan perancangan karya 1.8.3 BAB 3 Data dan Analisis Penjelasan pengumpulan data yang telah diperoleh secara detail dan analisis data untuk menentukan proses perancangan karya 1.8.4 BAB 4 Konsep dan Hasil Perancangan Bab 4 ini membahas tentang konsep karya dan perancangannya. Seperti unsur naratif dan sinematiknya 1.8.5 BAB 5 Kesimpulan dan Saran Dibagian ini berisi kesimpulan dari data dan perancangan media yang penulis buat dan saran dari penulis. 7