Jilid 11 Tidak lama setelah Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng berangkat, Koay Ji dengan cepat kembali berganti peran. Dia kembali mengenakan topeng

dokumen-dokumen yang mirip
Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Jilid 15 Perjalanan ke-empat anak muda itu disertai oleh 2 (dua) orang pengawal khusus yang sengaja ditugaskan Nyo Wangwe untuk menemani.

Tetapi, menjelang subuh, sebagaimana pesan Lam Hay Sinni, benar saja Koay Ji kembali munculkan dirinya kembali sebagai Thian Liong Koay Hiap.

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Kura-kura dan Sepasang Itik

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang ikut bergabung memperkuat Bu Tek Seng Pay. Tidak heran jika banyak perguruan kecil yang kemudian lebih memilih untuk bersembunyi dan melenyapkan


Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Lima Belas Tahun Tidak Lama

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

PRAJURIT YANG HILANG. Bulan Merkurius, dalam sistem kalender Teffloo

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Setelah memberi isyarat mata kepada Yu Lian, maka merekapun segera berlalu dan meninggalkan Mo Hwee Hud dan Bu Te Hwesio di arena tersebut.

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Surat Paulus yang kedua kepada jemaat Tesalonika

Tubuh-tubuh tanpa bayangan

ngan tulus dia berkata: Bocah, jika engkau dapat mengingat-ingat kembali rangkaian gerakanku, maka engkau akan menemukan pelengkap ilmumu yang luar

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Alifia atau Alisa (2)

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #15 oleh Chris McCann

NOVEL FIKSI. Pulau Kristal. Ajaib PENULIS AGUSSALIM SULTAN

Prosa Tradisional (Hikayat Indera Nata)

PENDEKAR ANEH NAGA LANGIT (THIAN LIONG KOAY HIAP) Oleh: Marshall Jilid 5 Beberapa saat kemudian, kedua tokoh tua yang sedang berbincang-bincang itu

Tidak Ada Ajahn Chan. Kelahiran dan Kematian

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.6 Nabi Ibrahim AS., Nabi Ismail AS., Nabi Luth AS., dan Nabi Ishaq AS.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

2. Gadis yang Dijodohkan

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikatmalaikat kudus dan di depan mata Anak Domba.

Kuda Berkacamata Hitam

SATU. Plak Srek.. Srek

Ringkasan Cerita. Mengisahkan tentang ksatria wanita atau biasa disebut seorang samurai yang

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Satu Hari Bersama Ayah

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #19 oleh Chris McCann

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

Dan Ia mengucapkan dan mengajar banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: Adalah seorang penabur keluar untuk menabur benihnya.

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Hari Raya Korban? (Idul Adha)

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Putri Sinar Alam dan Putri Sinar Kaca (Cerita Rakyat dari daerah Jabung)

hidup yang sebenarnya tidak hidup. Namun, selalu terlihat sangat nyata. Kadang aku bertanya, apa mungkin yang ku lihat di langit itu adalah apa yang

Mengapakah Tuhan Tidak Menjawab Doa Saya? Adakah anda bercakap dengan Tuhan?

SATU ada yang tertinggal

Di Pantai Pasir Putih

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

ANINDRA YUDYA PRADANA PERTANDA. Ada makna dibalik kejadian

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #37 oleh Chris McCann

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Pdt. Gerry CJ Takaria

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

Hari Raya Korban? Hari Raya Korban? (Idul Adha) (Idul Adha) Yesus menyatakan:

wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Sepasang Sayap Malaikat

Saatnya Melihat Ke dalam Diri Sendiri

Batu yang Menjadi Roti

Revelation 11, Study No. 29 in Indonesian Langguage. Seri kitab Wahyu pasal 11, Pemahaman No. 29, oleh Chris McCann

Transkripsi:

Jilid 11 Tidak lama setelah Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng berangkat, Koay Ji dengan cepat kembali berganti peran. Dia kembali mengenakan topeng karetnya dan berdandan sebagai Tang Hok, pemuda berusia 30 tahunan, berwajah bulat lebar dan berambut lebat namun tidak terawat. Dan setelah merasa samarannya itu sudah sempurna, diapun melesat pergi. Tujuannya.. pesanggrahan keluarga Nyo yang terletak di hutan sebelah barat kota Han Im, dekat dengan telaga kecil yang mengalir memasuki kota. Seluk beluknya sudah dia kenali dari penuturan Nyo Bwee, bahkan termasuk ruangan rahasia bawah tanah yang sebetulnya hanya diketahui oleh keluarga Nyo. Bahkan anak buah terpercaya Nyo To sekalipun tidak mengetahui keberadaan ruangan bawah tanah yang sangat dirahasiakan itu. Benar-benar Nyo Lopeh memiliki kekayaan yang luar biasa. Pesanggrahan ini sungguh sangat strategis letaknya, lebih dari itu pemandangannya memang sangat menawan. Jika bisa tinggal dan menginap disini untuk beberapa waktu lamanya, tentunya akan sangat menyenangkan Dan Nona Sie Lan In pasti akan sangat senang menginap di tempat seperti ini desis Koay Ji dalam hati. Hah, mengapa harus terkenang dengan Nona Sie? Koay Ji jadi malu sendiri dengan pikirannya. Dia memang pada dasarnya mengagumi dan menyenangi kecantikan Nona Sie Lan In, tetapi baru sampai disitu. Entah kedepan Bergerak dengan cepat Koay Ji semakin mendekati pesanggrahan keluarga Nyo dari arah sungai. Dan sampai sejauh itu dia tidak menemukan halangan sedikitpun. Tetapi begitu bergerak mendekati pesanggrahan keluarga Nyo, barulah dia melihat betapa ketatnya penjagaan di seputar pesanggrahan tersebut. Para penjaga seperti sedang bersiap menunggunya, nyaris disemua sudut Pesanggrahan terlihat adanya penjagaan yang snagat ketat. Bagaimana mungkin melewati semua penjaga yang berada nyaris di semua sudut Pesanggrahan..? Koay Ji jadi bingung sejenak. Padahal waktuku kurang lebih sejam, sangat terbatas untuk dapat menemukan kedua orang tua nona Nyo Bwee.. itupun jika benar mereka disekap disini. Jika tidak, bukankah akan berabe?. Tetapi, penjagaan sebanyak ini memang mungkin diperuntukkan guna menjaga para sandera gumam Koay Ji dalam hati dan menjadi senang karena analisisnya sangat mungkin benar. Buat apa menumpuk banyak orang disini? tiba-tiba terdengar suara bercakap tak jauh dari Koay Ji, percakapan antara para penjaga Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga berhubung seluruh pemimpin kita berkumpul di gedung Nyo Wangwe. Entah mengapa kita harus berjaga secara sangat ketat di tempat ini. terdengar kembali suara penjaga yang satunya lagi, sepasang penjaga yang sedang melakukan perondaan keliling Pesanggrahan Buat apa berjaga-jaga seketat ini jika tidak ada yang disembunyikan di tempat ini.? Demikian Koay Ji berpikir secara lebih cermat. Apa mungkin mereka memang benar disembunyikan di ruang bawah tanah yang memiliki terowongan yang tembus ke sungai ini..? analisisnya lebih jauh Tetapi, sedang Koay Ji memikirkan strategi seperti itu, tiba-tiba matanya menangkap gerakan dua orang dengan rupa yang sudah sangat dikenalnya. Mereka, para mahluk berkerudung hitam. Tidak salah lagi, mereka adalah Utusan Pencabut Nyawa yang entah mengapa sekarang berada di kota Han Im. Dan rupanya mereka bersembunyi di kota ini. Ada dua orang Utusan Pencabut Nyawa yang bergerak cepat menyelinap kembali memasuki kamar tempat beristirahat. Bukan tidak mungkin Pesanggrahan ini menjadi tempat mereka sembunyi atau disembunyikan.. Yang enak mereka itu, kerjanya bersembunyi terus menerus, entah apa maksud mereka berada dan bersembunyi di pesanggrahan ini.. Hussssh, jaga bicaramu. Mereka memang pasukan khusus, tidak boleh tercium jejak mereka oleh lawan. Tugas kita yang utama adalah mengawasi pesanggrahan ini agar tidak didatangi orang luar.. Sudah cukup kiranya. Kini Koay tahu bahawa pesanggrahan keluarga Nyo, sudah menjadi basis dan tempat bersembunyi Utusan Pencabut Nyawa. Apakah mereka sisa pasukan yang menyerbu Kuil Siauw lim Sie..? Koay Ji berpikir namun tak beroleh jawaban atas pertanyaannya tersebut. Penemuan itu mencengangkan sekaligus menggembirakan Koay Ji. Tetapi, mengingat waktunya yang sangat terbatas, pada akhirnya Koay Ji memutuskan untuk segera mencari jalan masuk rahasia yang menurut Nyo Bwee tembus hingga ke tepian sungai. Ada beberapa pertimbangn keputusannya itu, karena jika pasukan Utusan Pencabut Nyawa itu berasal dari sisa pasukan yang menyerang Kuil Siauw Lim Sie, maka akan makan waktu panjang untuk melumpuhkan 40 hingga 50 orang pasukan nekat dan berani mati itu. Selain itu, ada berapa tokoh hebat yang menyertai Utusan Pencabut Nyawa.

Kemana mereka? Karenanya, dengan hati-hati Koay Ji akhirnya kembali ke tepian sungai dan mencoba mencari kira-kira tepi sungai mana yang memiliki akses terowongan. Mestinya ada tebing atau gundukan tanah yang menuju ke bagian tanah yang lebih tinggi pikirnya sambil berkonsentrasi. Tapi celakanya, waktu berlalu belum juga Koay Ji menemukan dimana akses menuju terowongan bawah tanah tersebut. Dekat dengan dermaga tempat perahu kecil dapat ditambatkan.. demikian Koay Ji kembali mengingat-ingat dan kemudian berjalan menuju dermaga kecil yang dimaksud. Jaraknya ada 200 meteran dari pesanggrahan yang berada di tanah yang lebih tinggi hingga pandangan dari atas dapat menjangkau keseluruhan sungai. Dan untuk itu, Koay Ji harus bertindak agak berhati-hati jangan sampai ketahuan pihak penjaga. Akan sangat repot jika ketahuan dan dikeroyok Utusan Pencabut Nyawa yang jumlahnya cukup besar itu. Meski demikian, setelah sekian lama meneliti secara cermat, Koay Ji akhirnya menemukan sesuatu di dekat dermaga kecil itu. Ada sebuah jalan setapak yang kelihatannya sangat jarang dilalui orang. Jelas sangat sulit dilihat dari jauh, karena memang bekas jalannya nyaris tidak Nampak lagi. Dan Koay Ji menduga dan berpikir bahwa memang benar, sepertinya di tempat itulah terdapatnya akses terowongan bawah tanah menuju Pesanggrahan. Menemukan jalan itu membuatnya gembira dan melanjutkan upaya pencariannya. Tetapi, belum lagi dia bergerak meneliti tempat tersebut, telinganya menangkap suara yang sangat lirih berbisik langsung di telinganya: Tinggalkan tempat itu, para sandera mudah untuk dibebaskan. Jauh lebih penting untuk segera pegi guna membantu teman-temanmu di Gedung Nyo Wangwe. Keadaan mereka disana akan sangat berbahaya jika semakin lama engkau berada disini, karena banyak jago lawan berkumpul disana.. Bukan main terkejutnya Koay Ji. Ternyata gerak-geriknya ada yang mengamati. Dan sudah pasti, orang yang mengamati pekerjaannya secara rahasia bukanlah tokoh biasa semata. Karena dewasa ini sangat sedikit tokoh yang dapat menguntit Koay Ji tanpa ketahuan olehnya. Siapa dia yang sebenarnya? apakah dia mengenaliku..?. Tetapi tidak ada jawaban atas tanya Koay Ji dalam hatinya itu. Setelah beberapa saat, dia sadar dan tersentak: Benar, jika mereka sisa pasukan dari Kuil Siauw Lim Sie, maka setidaknya ada Kakek Siu Pi Cong yang sangat berbahaya. Belum lagi tokoh pemimpin seperti Kerudung Ungu dan kawan-kawannya yang menyerang dengan kekuatan suara yang mujijat di kuil Siauw Lim Sie demikian terlintas di benak Koay Ji. Dan berpikir demikian, tanpa banyak bicara diapun kemudian mencelat pergi dengan kecepatan yang sulit diikuti pandangan mata biasa. Tetapi, masih sempat terdengar suara lirih di telinganya yang dapat dengan jelas didengarnya: Jangan engkau lupakan, lebioh baik engkau menolong terlebih dahulu Nyo To dan istrinya karena mumpung mereka sedang sibuk menghadapi kedua kawanmu itu Mari kita ikuti perjalanan Sie Lan In dan Kwan Kim Ceng menuju ke gedung Nyo Wangwe. Dalam waktu singkat mereka tiba disana, dan berusaha menyelusup masuk ke gedung yang sangat besar dan megah itu. Dari luar terlihat lengang dan seperti tidak ada aktifitas. Tetapi, keduanya yakin, di dalam gedung pasti ada banyak kesibukan. Dan memang ternyata, begitu mereka berdua memasuki area gedung tersebut dan baru saja melompat untuk membuka salah sebuah jendela di sisi barat gedung, tiba-tiba terdengar dengusan dingin menyambut keduanya: Huh. Sie Lan In berpandangan dengan Kwan Kim Ceng. Keduanya tidak terlihat kaget, sudah cukup siap. Dan Lan In kemudian berbisik: Kedatangan kita sudah konangan. dan bisikan itu langsung dijawab dengan anggukan kepala Kwan Kim Ceng. Dan saat itu, suara dengusan itu sudah berlalu, tetapi segera terdengar suara yang cukup lirih di telinga mereka: Benar, kedatangan kalian sudah kami tunggu apakah tidak lebih baik bagi kalian untuk memilih melalui jalan resmi saja? kami akan siap menunggu kedatangan kalian berdua dengan baik-baik jangan takut Mari, apa boleh buat. Nona Sie Lan In yang memang pemberani meski seorang dara muda, berkata kepada Kim Ceng sambil kemudian meloncat ke bawah dan mencari jalan menuju halaman depan yang sungguh besar dan membentang luas. Di belakangnya menyusul datang Kwan Kim Ceng, dan perlahan mereka berjalan menuju halaman depan. Dan benar saja, begitu melangkah memasuki area halaman tersebut, mereka sudah dinantikan oleh sekelompok orang yang mereka tidak kenal. Kecuali satu orang yang sudah

pernah bertemu sekali dengan Sie Lan In di Kuil Siauw Lim Sie. Dia adalah Kakek Siu Pi Cong, si tokoh sakti yang berasal dari Lautan timur. Melihat keberadaan Kakek Siu Pi Cong di tempat itu, Siu Lan In menjadi tersentak dan segera sadar bahwa keadaan tidak sesederhana yang mereka duga semula. Karena itulah Nona Siu Lan In berbisik lirih kepada Kwan Kim Ceng: Kelihatannya di antara mereka terdapat juga gerombolan yang sama yang mencoba untuk merebut dan membokong Kuil Siauw Lim Sie dengan cara mereka yang licik dan curang.. kita mesti berhati-hati Baik Nona.. Sayang kalian hanya berdua, kemana pemuda satunya lagi? Ach, tapi jangan kalian khawatir, karena sesungguhnya sebentar lagi ada orang yang akan menggelandangnya datang kemari dan bergabung bersama kalian berdua. Sayang sekali, padahal aku menunggu kedatangan si sombong Thian Liong Koay Hiap, huh, akan kubuat orang itu mati tidak mau hidup tidak mau.. Seorang yang berperawakan tinggi besar, namun tidak setinggi si Kakek dari Lautan Timur berkata dengan suara takabur. Sementara Sie Lan In terkejut karena mereka ternyata sudah dalam pengintaian komplotan yang bercokol dan merebut kendali dari Nyo To. Kelihatannya mereka sudah menguasai baik kantor ekspedisi Gin Houw maupun juga Gedung megah kediaman tokoh Siauw Lim Sie itu. Mendengar bahwa Koay Ji akan digelandang ke tempat itu, bukan main murkanya Sie Lan In, dia saling pandang dengan mata menyala dengan Kwan Kim Ceng. Tapi untungnya Kwan Kim Ceng yang lebih tenang dan lebih berpengalaman di dunia kang ouw dengan cara yang meyakinkan sudah mengingatkan: Nona, belum tentu mereka mampu mengapa-apakan Bu San, selain itu, bukan tidak mungkin orang itu hanya berusaha memancing emosi dan kepanikan kita. Engkau tenangkan dirimu.. biar kuhadapi mereka sambil berkata demikian dan dengan mimic tetap tenang Kim Ceng melangkah maju sambil berkata: Siapa kalian mengapa demikian kotor pekerjaan kalian? Menyerbu Siauw Lim Sie dan menyihir Nyo Suheng? Hahahahaha, anak muda, tentu saja lohu punya banyak alasan untuk melakukannya. Selain Ong Suheng yang juga adalah kakak kembarku sendiri Lan Tjhong Siang-Sat (Sepasang Bintang djahat dari Lan Tjhong San) OUW CING, terpukul mundur dan kalah di Kuil Siauw Lim Sie bahkan dipunahkan kepandaiannya, maka posisi Nyo To di sisi lain yang begitu kaya raya tentu saja penting buat kami. Hmmmmm, ternyata perampok-perampok murahan. Kupikir adalah tokoh-tokoh rimba persilatan yang gagah.. menggumam Kwan Kim Ceng dengan nada dan kalimat yang sungguh menyakitkan hati lawan Kurang ajar, apakah kau pikir nama seorang Lan Tjhong Siang-Sat (Sepasang Binatang Jahat) Lan Tjhong San, Ouw Cih, dapat engkau hina sedemikian rendah dan murahnya.? terdengar tokoh yang ternyata bernama Ouw Cih dan menurut pengakuannya merupakan saudara kembar tokoh yang dipunahkan ilmunya oleh Koay Ji di Siauw Lim Sie, membentak marah. Engkau sendiri yang mengatakan bahwa harta kekayaan Nyo Suheng menarik untuk kalian dan komplotanmu. Teramat mudah diduga, engkau bersama dengan semua rombonganmu tidak lain dan tidak bukan adalah perampok-perampok murahan. Orang orang yang terlalu malas bekerja dan menunggu merampok hasil kerja orang yang sudah mengupayakannya dan bekerja keras selama puluhan tahun dengan susah payah engkau tanyakan kepada orang-orang, apa nama jenis orang seperti engkau jika bukan perampok murahan.. luar biasa makian Kwan Kim Ceng yang diutarakan dengan tenang itu. Kurang ajar, engkau memang harus diberi pelajaran sambil berkata demikian Ouw Cih, demikian menurut pengakuan tokoh itu, sudah bergerak melayang sambil mengirim pukulan kearah Kim Ceng. Tetapi, Kwan Kim Ceng bukan tokoh sembarang tokoh. Dia adalah didikan si Bhiksu Gembel, Bu Kek Hwesio, salah satu tokoh hebat dari angkatan BU yang cemerlang namun bernasib naas di lingkungan Kuil Siauw Lim Sie. Apalagi, Kwan Kim Ceng yang merupakan murid bungsunya ini, memang sengaja dipersiapkannya secara khusus untuk mewarisi kepandaian Bhiksu itu guna membantu membesarkan nama Siauw Lim Sie. Bisa ditebak, kepandaian Kwan Kim Ceng tentu saja bukanlah mudah untuk ditaklukkan seorang seperti Ouw Cih. Bu Kek Hwesio ketika mendalami Ih Kin Keng, belakangan mampu mengumpulkan dan melatih salah satu Iweekang mujijat khas aliran Budha, yakni Ilmu Boan-yok-sinkang. Iweekang ini punya kemujijatan yang mampu melawan tokoh yang memiliki iweekang lebih tinggi dengan memantulkannya atau dengan menggiringnya kesamping. Tapi memang masih sedikit dibawah keampuhan Toa Pan Yo Hiankang yang dilatih dan

dikuasai oleh Bu In Hwesio atau Bu In Sin Liong. Bu In Hwesio memang dianggap sebagai tokoh paling cemerlang di angkatan BU mereka, dan ini diakui oleh semua Hwesio angkatan BU. Tetapi hubungan mereka bertiga kakak dan adik seperguruan, BU SIN HWESIO, BU IN HWESIO dan BU KEK HWESIO memang sangat erat dan sangatlah dekat. Sudah barang tentu kesaktian Bu Kek Hwesio bukanlah kesaktian pada umumnya, tetapi juga beroleh imbas dari kemampuan Bu In Hwesio sebelum mengundurkan diri dari Siauw Lim Sie. Dan Ilmu hebat Bu Kek Hwesio yang khas ini sudah diturunkan kepada muridnya, Kwan Kim Ceng. Mudah diduga, murid bungsu ini sudah dididik cukup lama dan sudah memiliki kemampuan tinggi. Melihat serangan lawan yang sangat buas dan telengas, dengan tidak berayal Kwan Kim Ceng menggeser kaki kanannya kesamping dan kemudian memainkan Ilmu andalannya, Tat Mo Kun Hoat. Ilmu ini adalah salah satu dari 72 Ilmu Mujijat dalam khasanah Ilmu Silat keluaran Kuil Siauw Lim Sie. Dan Ilmu tersebut, hanya dilatih oleh tokoh-tokoh yang dianggap memiliki bakat dan kemampuan yang memadai dan mencukupi guna melatih dan menguasai Ilmu tersebut. Kwan Kim Ceng sudah memilikinya, dan berarti memiliki kemampuan dan bakat yang memadai. Dan Kim Ceng kini memainkan Ilmu itu dengan manis, dalam pengerahan iweekang perguruannya, diapun mendorong pukulan lawan dengan tidak khawatir. Dessssssss. Duaaaaaaaarrrrrrrr. Dua kali terjadi benturan hebat antara keduanya, dan akibatnya Kwan Kim Ceng sampai sedikit doyong ke belakang. Sementara Ouw Cih sudah kembali memutar tubuh dan langsung melayang kembali mencecar Kim Ceng dengan jurus-jurus serangan yang semuanya telengas dan sesuai namanya: Binatang Jahat. Kim Ceng yang tadi sedikit doyong memang merasa heran, tetapi meski iweekangnya tipis dibawah lawan, namun dia tidak khawatir dan takut. Karena ciri khas iweekang yang dilatihnya justru memadai untuk melawan tokoh sekelas Ouw Cih. Iweekang yang dilatihnya tidaklah khawatir meski iweekang lawan masih berada diatasnya. Sekali ini, tendangan khas yang meniru gerakan memutar seekor kera mendera dan langsung mengancam Kim Ceng, tetapi dengan cerdik dia melangkah maju dan bukan mundur sehingga tendangan itu kehilangan sasaran. Bahkan sebaliknya, kini Kim Ceng yang berbalik mengancam Ouw Cih dengan menggunakan totokan jari tunggal yang sangat berbahaya. Jika sampai terserempet saja totokan tersebut, maka bahaya bagi Ouw Cih. Sudah tentu sekaliber Ouw Cih sangat paham dengan bahaya yang dia hadapi itu. Namun dengan cerdik dia berputar kembali dengan ringannya dan seketika lengan kanannya menyambut pukulan Kim Ceng: Dukkkkkkk Kembali terjadi adu pukulan, tetapi kedudukan Kim Ceng yang lebih baik membuatnya tidak goyah oleh benturan itu. Sementara Ouw Cih, menemukan betapa lawan yang masih muda itu ternyata sanggup menandinginya, sudah menjadi murka dan naik darah. Sambil melayang ke belakang, dia terus bersalto dan kembali melayang maju menyerang kearah Kim Ceng dengan bentuk lengannya seperti cakar harimau (Houw Jiang). Kelihatannya sekali ini dia sudah mengerahkan kekuatannya sehingga cakar tersebut terlihat berwarna merah membara dan mengalirkan hawa panas membara, sungguh berbahaya. Tetapi dengan tenang dan sabar Kwan Kim Ceng menyambutnya dan sudah mengisi lengannya dengan ilmu mujijat Siauw Lim Sie, Tan Ci Sin Thong. Sementara langkah kakinya masih tetap kokoh dan tangguh dengan mengikuti skema ilmu mujijat Tat Mo Kun Hoat. Pada saat itu, Kim Ceng gembira bukan main menemukan kenyataan, betapa Ilmu Tat Mo Kun Hoatnya sudah maju jauh dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Ternyata setelah berlatih serta juga diberi petunjuk oleh Koay Ji, dia merasa semakin mantap dan kini menggunakan Ilmu tersebut melawan Ouw Cih yang sudah cukup kawakan. Ouw Cih adalah murid keenam dari Mo Hwee Hud atau sute Ouw Cing yang sekaligus adalah kakak kembarnya dan juga kakak seperguruannya. Kekalahan yang telak dan mengenaskan Ouw Cing telah membutakan matanya dan mendatangkan dendam. Dia murka bukan buatan mendengar bahwa Thian Liong Koay Hiap, tokoh yang mencelakai kakaknya bahkan sudah munculkan diri di Kota Han Im. Bahkan meninggalkan pesan dalam bentuk tantangan atau tepatnya ancaman, bahwa tokoh aneh nan sakti itu akan mencari dan malahan akan memburu toa suhengnya. Betapa murka dan marahnya Ouw Cih bisa dibayangkan. Dan kini, amarah dan murkanya ditujukan kepada Kwan Kim Ceng yang sedang bertarung dengannya. Sebetulnya Ouw Cih merasa sedikit seram mendengar bahwa mudah saja kakaknya jatuh di tangan Thian Liong Koay Hiap. Apalagi, menurut penuturan Kakek Siu Pi Cong, bahkan ketika menghadapi gabungan serangan ilmu sihir dari Sam Suheng serta Su Suhengnya, tokoh aneh itu bahkan masih mampu bertahan kokoh. Bahkan

ketika Sam Suhengnya bertarung ketat dengan tokoh itu, juga ternyata tidak sanggup mengapa-apakan Thian Liong Koay Hiap. Tetapi, dendamnya telah membutakan pertimbangan akal sehatnya. Dia tetap bertekad untuk menghadapi dan membalas dendam dengan mengalahkan dan jika bisa mencincang habis musuh itu dan melaporkan kepada kakaknya yang sudah tak berdaya itu. Pukulan-pukulan berbahaya Ouw Cih dengan cepat mengurung sekujur tubuh lawan dengan kekuatan yang menekan dan menyesakkan dada. Tetapi, berkali-kali dengan sangat bagus dan tepat lawannya Kwan Kim Ceng memunahkan melalui cara-cara sederhana. Bahkan semakin lama Kim Ceng melawan dengan Tat Mo Kun Hoat, makin dia menyadari betapa Ilmu tersebut jika dimainkan sebagaimana ajaran Koay Ji, akan membuatnya semakin kokoh dalam bertahan dan tajam dalam menyerang. Kenyataan ini membuat semangatnya tumbuh dan mampu melakukan perlawanan secara ketat dan tidak membuatnya terdesak. Kwan Kim Ceng bagaimanapun memiliki bekal Ilmu Silat yang kokoh dan murni dari alirang Siauw Lim Sie. Sementara lawannya berasal dari aliran Budha Sesat asal Thian Tok. Latar yang bertolak belakang ini sering berbenturan secara sengaja maupun tak sengaja, dan perbedaan usia menunjukkan ketangkasan dan kemurnian iweekang masih memihak Kim Ceng, tapi pengalaman dan variasi serta kekuatan iweekang masih lebih kuat Ouw Cih. Karena selisih yang sangat sedikit ini, pertarungan keduanya menjadi seru dan apalagi keduanya sengaja melepas Ilmu-Ilmu dahsyat dari masing-masing perguruan setahap demi setahap. Dan keduanya lama kelamaan sama-sama sadar, bahwa mereka sudah bertemu lawan yang hebat dan yang mampu memaksa mereka masing-masing untuk mengeluarkan kemampuan terbaik jika tidak ingin nanti dikalahkan musuh secara sangat menyedihkan. Ouw Cih semakin lama semakin kaget karena ternyata lawan mudanya mampu untuk mengimbanginya, bahkan sesekali mendesaknya secara hebat. Meski memang dia juga sesekali dapat mendesak Kwan kim Ceng, tetapi kombinasi Ilmu Mujijat Siauw Lim Sie yang dipergunakan Kwan Kim Ceng sungguh mengejutkannya. Merepotkannya. Baik dengan totokan sakti Tan Ci Sin Thong maupun dengan Ilmu Tat Mo Kun Hoat yang sering dipergunakan ganti berganti; dan apalagi dorongan iweekang Boan-yok-sinkang, menyanggupkan Kwan Kim Ceng menahan serangannya dan juga bahkan sesekali mampu mendesak Ouw Cih secara hebat. Keadaan ini membuat Ouw Cih menjadi semakin gusar, emosinya meningkat bukan kepalang. Hal ini membuatnya murkan dan akhirnya diapun membentak: Jaga seranganku, anak muda! Ouw Cih kemudian bergerak dengan jurus Coa ong sim hiat (Ular mencari liang) di tangan kanan dan dikombinasikan dengan jurus Ya Poa Hong Yen (Menghalau Tawon di tengah malam) di tangan kiri. Kedua ilmu murni peninggalan nenek moyang perguruannya dengan baik sekali diperagakan oleh Ouw Cih. Gerakan tangan kanannya mengeluarkan suara berciutan dalam gaya lemas kepala seekor ular, sedangkan tangan kirinya membentuk lingkaran besar-kecil seolah tidak mengeluarkan tenaga, kosong. Tapi jangan dipikir tangan kiri itu lebih ringan dari tangan kanan, sebab justru tangan kiri inilah yang amat berbahaya. Ouw Cih adalah salah satu tokoh di perguruannya yang bisa memainkan kedua jurus ini dalam saat yang bersamaan. Kelihaiannya tidak dapat diragukan lagi. Dan jelas, jika Kwan Kim Ceng lalai dan alpa, maka ganjarannya adalah bencana. Kwan Kim Ceng sangat sadar bahwa dirinya sedang dikepung oleh dua jurus hebat yang juga memiliki sifat berbeda namun dikombinasikan menjadi sangat ampuh. Karena salah satu jurus serangan bersifat menghancurkan dari luar atau secara fisik, sedang yang lainnya lagi justru bersifat halus namun meremukkan dari dalam. Kehebatannya sungguh bukan buatan, bahkan yang menyaksikanpun sampai menarik nafas panjang. Sementara serangan Ouw Cih terus menerus dan membahana, dengan bergerak cepat dan bertubi-tubi terus mencecar dan memburu pergerakan Kwan Kim Ceng. Dengan menyasarkan serangan-serangannya ke banyak jalan darah dan bagian bagian yang justru terpenting di tubuh Kim Ceng. Akibatnya, Kwan kim Ceng kebingungan sejenak dan terpanah oleh serangan membahana yang sangat luar biasa ini. Tapi meskipun demikian, hal itu hanya dalam tempo sejenak, karena Kwan Kim Ceng kemudian mulai bereaksi dengan jurus baru dan memang ditujukan untuk mengatasi serangan Ouw Cih, dan sekaligus melancarkan serangan balasan. Ketenangannya dalam melihat serta menganalisis serangan lawan boleh dipuji. Kali ini Kim Ceng bergerak seperti orang memuja dan menghormati Budha, sambil tangannya bergoyang dan kemudian membentuk posisi melipat dan menyembah dengan lengan didepan dada. Begitu lambat, lembut namun kokoh dan nampak tidak memiliki rasa khawatir lagi dengan serangan bertubi-tubi dari Ouw Cih. Dan kemudian,

sambil bergerak lambat diapun kemudian memutar kedua lengannya sambil berseru keras: AMITABHA... Dalam gerakan seperti itu, dia kemudian menggerakkan lengannya untuk menyambut serangan Ouw Cih dan kemudian terdengar suara keras dan menggelegar, blaar!. Suara yang yang sungguh memekakan telinga. Dan akibatnya, tuubuh keduanya terdorong ke belakang dalam posisi dan keadaan yang berbeda. Ouw Cih terdorong hampir tujuh kaki dari tempat pertempuran, sementara Kwan Kim Ceng terdorong ke belakang sampai 3,4 langkah tetapi sambil posisinya tetap kokoh dan tegak dan posisi menyembah ala Budha tetap dipertahankannya. Memang dia mundur, tetapi tepatnya bergeser karena posisi menyembah Budhanya tetap terjaga dan terlihat agung. Hmmmmmm, Telapak Tangan Budha Tioggoan. terdengar Ouw Cih mendesis, dan desisan yang sama terdengar dari Kakek Siu Pi Cong dan tokoh lainnya yang juga berdiri berjejer dengan kakek dari lautan timur itu. Mereka kaget dan juga terkejut menyaksikan Ilmu tersebut muncul dihadapan mereka dan dimainkan secara baik oleh Kwan Kim Ceng yang masih muda. Dalam waktu singkat kedua orang yang melakukan pertarungan hebat itu terpisah dan keduanya saling mengagumi karena lawan memang hebat. Kepandaian mereka kira kira setanding, tetapi pengalaman dan kedalaman serta kemurnian Ilmu Silat jelas saja berbeda. Tetapi perbedaan itu cukup menentukan. Kekokohan dan kemurnian Ilmu Silat Kwan Kim Ceng banyak membantunya untuk menandingi lawan yang jauh lebih punya pengalaman dan kedalaman memahami ilmunya. Menghadapi Kwan Kim Ceng yang ternyata mampu menandinginya, tiba-tiba Ouw Cih kembali menggerakkan kedua tangannya dan sebentar saja kedua lengan itu berubah menjadi bara yang semakin menyeramkan. Kelihatan pada saat bersamaan Ouw Cih mengerahkan kekuatan iweekang yang semakin dalam dan besar. Dan semakin lama kedua lengannya terlihat semakin membara dan semakin panas sehingga nampak menyeramkan bagi mata banyak orang: Ilmu Ang Yang Ciang (pukulan api membara).. acccchhhhhhh terdengar desis kakek Siu Pi Cong sementara kawan disebelahnya hanya mengangguk-angguk saja tanpa emosi dan tanpa mengatakan satu hal apapun. Melihat keadaan lawannya, Kwan Kim Ceng sangat percaya, bahwa lawannya sedang mempersiapkan salah satu Ilmu andalannya. Meskipun demikian dia tidak menjadi kecil hati, bahkanpun ketika dia melihat lengan lawan berubah menjadi merah membara tetap saja sedikitpun dia tidak mengeluh ataupun merasa khawatir. Dia menyerahkan diri sepenuhnya pada kekuatan dan kemampuannya. Dan dia memiliki keyakinan atas kemampuan dirinya sendiri. Awas serangan! tiba-tiba terdengar bentakan Ouw Cih ketika dia mulai membuka serangannya. Belum lagi serangannya tiba, Kwan Kim Ceng merasakan betapa panas hawa sekelilingnya, tetapi untung saja diapun telah mengerahkan iweekang andalan Suhunya, Boan yok Sinkang. Terdengar suara bergulung-gulung mengarah ke sekujur tubuh Kwan Kim Ceng. Tidak usah dikatakan apa yang bakalan terjadi jika sampai tubuhnya tersentuh serangan lengan lawan itu. Karena mudah ditebak, tamatlah riwayat Kim Ceng. Bukan apa-apa, bagian-bagian tubuh yang disasar secara langsung adalah justru bagian paling lemah dan sulit dilindungi dengan hawa iweekang sekaluipun. Dan kekuatan lawan jelas-jelas adalah kekuatan iweekang yang diiringi dengan sengatan hawa panas yang sangat panas dan sangat menusuk. Tersentuh saja bsa dipastikan akan celaka apalagi, jika sampai terpukul. Dan sudah tentu Kwan Kim Ceng tidak akan semudah itu menyerah menghadapi lawannya. Tanpa berayal Kwan Kim Ceng segera merangkap sepasang lengannya di depan dada, dan kemudian berposisi seperti Bhiksu Menyembah Budha, kembali dari mulutnya terdengar bentakan halus namun berwibawa; Amitabha. Dan tiba-tiba kedua lengannya bergerak tidak mencecar dan menangkis pukulan lawan, tetapi mencecar bagian bawah tubuh Ouw Cih. Kedua belah tangannya dengan cepat bersilat, dengan tangan kanan memainkan jurus Ci Kou Thian Bun (menyembah-pintu langit) sementara lengan kirinya memainkan jurus Siang Hok Liang Gi (bangau dewa mementang sayap). Kekuatan pukulan Ang Yang Ciang yang sangat berbahaya dan membara itu segera lenyap ketika pijakan kokohnya diserang habis oleh Kim Ceng. Secara otomatis pijakan kuda-kuda kokoh yang jadi goyah itu, terang saja membuat dorongan iweekangnya menjadi berkurang banyak. Semakin lama menjadi semakin jelas bahwa Ouw Cih menjadi sangat keripuhan menghadapi serangan berbahaya yang dilakukan secara terus menerus oleh Kim Ceng. Apalagi dengan dorongan kekuatan iweekang yang seakan menjadi tandingan hawa panasnya itu. Gerak langkah yang merancang serangan iweekang panas kocar-kacir, dan otomatis dia tidak memiliki

cukup waktu dan tenaga melepas pukulan andalannya. Karena itu, dia kembali jadi dalam posisi yang didesak lawan. Posisi Ouw Cih yang semakin lama menjadi semakin runyam jelas terlihat oleh kawan-kawannya dan jika dibiarkan akan jatuh di tangan musuh. Keadaan ini membuat orang yang berdiri disamping Kakek Siu Pi Cong berbisik lirih: Siu Pi Cong, engkau tangkap segera yang perempuan, aku aku akan membantu Sute untuk menangkap yang laki-laki itu. Setelah berkata demikian, orang itu kemudian melayang kearah arena pertarungan. Kebetulan saat itu keadaan Ouw Cih memang sedang terdesak hebat. Sebetulnya bukan karena kelemahan ilmu Ouw Cih secara telak, tetapi karena kelemahannya dapat dilihat Kim Ceng dan membuat dia nyaris dijatuhkan. Bukan karena kalah hebat, tetapi karena terlampau percaya diri hingga dia kurang mengantisipasi dengan ilmu lain untuk menghadapi Kim Ceng. Akibatnya dia nyaris kalah telak jika saja kawannya tidak datang membantu. Untung, sekali lagi untung bagi Ouw Cih, kawannya masuk di saat yang sangat tepat. Dan gerakan kawan Ouw Cih justru lebih ringan dan lebih lincah dibandingkan Ouw Cih, dan juga kecepatannya masih jauh melebihi. Sute.. engkau mengawasi keadaan, biar kutaklukkan pemuda ini Terima kasih Su Suheng. Sebenarnya Ouw Cih masih penasaran, tetapi memang benar, dia harus menggantikan suhengnya untuk mengamati keadaan. Karena mereka sedang bersiaga menghadapi banyak kemungkinan terkait dengan pencaplokan mereka terhadap harta dan posisi penting Nyo To yang kaya raya di kota Han Im. Tetapi masuknya kawan Ouw Cih yang sebenarnya adalah suhengnya, pada saat bersamaan diiringi oleh melayangnya dua tubuh pada saat yang nyaris bersamaan. Dengan segera arena pertarungan berubah menjadi dua. Karena pada saat Sian Hong Kek (si angin puyuh) Lim Kek Ciang atau Suheng Keempat dari Ouw Cih menyerbu masuk ke arena, juga ada tokoh lain yang melakukan hal yang sama. Adalah Nona Sie Lan In juga menjadi murka melihat Kim Ceng diserang lawan secara licik dan curang, tanpa menunggu lebih lama lagi, diapun dengan gemas melayang memasuki arena sambil berteriak keras: Hmmmm, main keroyok, sungguh memalukan. Tetapi, sesosok tubuh juga ikut melayang memapaknya. Kakek Siu Pi Cong. Dan ketika keduanya saling bentur, keduanya sadar sudah bertemu lawan hebat. Keduanya saling pandang ketika akhirnya berhadapan untuk pertama kalinya. Sebenarnya Kakek Siu Pi Cong agak enggan menghadapi Sie Lan In. Ada dua alasannya. Pertama, lawannya masih sangat muda dan dia jelas enggan menghadapi lawan seperti itu, masih muda dan perempuan pula. Karena kalah atau menang tetap saja dia malu. Memang akan dianggap orang sebagai tindakan menganiaya orang yang lebih muda. Apalagi kalau kalah?, jelas reputasinya akan rusak; Alasan kedua, dia sangat menghormati dan tahu belaka sampai dimana kemampuan tokoh Dewa dari Laut Selatan yang bernama Lam Hay Sinni. Tokoh yang juga menjadi Subo dari gadis muda yang menjadi lawannya ini. Dia harus mengakui, kemampuannya masih belum cukup memadai untuk menandingi atau melawan Rahib Perempuan dari Laut Selatan itu. Tetapi, mengapa dia pada akhirnya turun gelanggang dan harus melawan Sie Lan In, gadis murid Rahib Perempuan Laut Selatan itu? Hanya kakek itu yang tahu dan paham alasan yang sebenarnya. Segera keduanya terlibat dalam pertarungan yang cukup seru. Tetapi, Sie Lan In sadar jika kakek itu enggan bertarung mati-matian dengan dirinya. Dalam kagetnya dia coba mencecar dengan serangan-serangan berbahaya, tetapi kakek itu melawannya dengan setengah hati. Bahkan dia cenderung terdesak karena bagaimanapun tingkat ilmu Sie Lan In saat ini, sebenarnya sudah tidak berada dibawah kemampuannya. Melawan dengans etengah hati, sama saja dengan menyerah kalah. Hanya sekali-sekali dia menyerang dan itupun hanya untuk mengurangi desakan La In. Apalagi, karena Lan In memiliki kecepatan bergerak yang luar biasa cepatnya. Dan ini yang membuat Kakek Siu Pi Cong jadi kewalahan meladeni Lan In. Untung saja, Sie Lan In sendiri memang membagi perhatian terhadap keselamatan Kwan Kim Ceng. Hal yang membuat mereka berdua menjadi dalam posisi seimbang. Sementara itu yang seru dan mati-matian adalah pertarungan antara Kwan Kim Ceng melawan Lim Kek Ciang. Sejatinya kepandaian Lim Kek Ciang berada setingkat diatas sutenya, tetapi menghadapi Kim Ceng dia tetap saja agak kesulitan dan susah untuk menang dan mengalahkan lawannya. Meski tingkat kemampuan Kwan Kim Ceng masih sedikit tipis dibawah kemampuannya, tetapi untuk mengalahkan anak

muda itu bukan pekerjaan yang cukup mudah. Karena Kwan Kim Ceng mewarisi ilmuilmu pemunah perguruan mereka dari Thian Tok, ilmu-ilmu Mo Hwee Hud. Ilmu-ilmu murni dari Siauw Lim Sie merupakan tandingan atas ilmu perguruan mereka yang menyimpang dan menjadi sesat di tangan maha guru mereka, yakni Mo Hwee Huda tau si Iblis Api Sesat. Karena itu, bukanlah pekerjaan mudah bagi Lim Kek Ciang untuk mendesak dan memojokkan Kim Ceng yang menggunakan ilmu-ilmu silat mujijat dari Siauw Lim Sie. Meski sesekali menang angin, tetapi dengan cepat Kwan Kim Ceng mengembalikan posisinya, dan kembali mereka bertarung ketat. Lim Keng Cu kembali menyerang dengan ilmu perguruannya yang boleh dikata sudah masak dan cukup sempurna. Jelas serangannya tidak bisa dibandingkan dengan adik seperguruannya sendiri, Ouw Cih. Sekali ini dia sudah mempergunakan Ilmu Lak hap im hwee (Enam Gabungan Api Iblis) dan didukung oleh tenaga iweekang Mo Hwe Bu Kek khi Kang (Tenaga Dalam Api Iblis). Dalam tenaga iweekang, satu-satunya yang mampu mendekati Mo Hwee Hud Suhu atau guru besar mereka dalam Ilmu Mo Hwe Bu Kek Khi Kang adalah Toa Suheng mereka, yakni To Seng Cu (Tunggal di Atas Tanah) Tam Peng Khek. Jika Mo Hwee Hud sudah menguasainya secara sempurna, maka Murid Kepalanya sudah menguasai hingga tingkat ke-12 atau tingkat terakhir. Bahkan semua adik seperguruannya menduga jika To Seng Cu sudah menguasai secara sempurna Ilmu Iweekang mujijat gubahan Mo Hwee Hud itu. Tetapi, entahlah karena tak ada yang pernah bertanya secara jelas. Lim Keng Cu sudah menguasai ilmu mujijat perguruannya hingga tingkat ke 8, unggul setingkat di atas adik seperguruannya yang kelima dan keenam Ouw Cih dan Ouw Cing yang berada di tingkat ke 7. Lim Keng Cu sudah menggerakkan kekuatan sinkangnya yang mujijat, dan sambil melompat tinggi, tiba-tiba tubuhnya meluncur cepat menyerang orang Kim Ceng. Jurus-jurus simpanan dari Siauw Lim Sie mau tidak mau dikeluarkan semua oleh Kim Ceng dan dilepaskan dengan sinkang yang tidak tanggung-tanggung lagi sekali ini. Terutama karena dia merasa kemampuan Lim keng Cu masih mengatasi Ouw Cih lawan sebelumnya. Terlebih akhirnya Lim Keng Cu sendiri telah mengambil keputusan untuk segera mengalahkan dan jika bisa membinasakan Kwan Kim Ceng untuk membalas sakit hati sutenya. Sekaligus untuk dapat dengan sesegera mungkin menyelesaikan ancaman atas usaha mereka di Han Im yang banyak membantu secara logistik maupun pendanaan gerakan mereka. Sukar untuk dilukiskan jalan pertarungan ini dengan kata-kata, karena masingmasing mempergunakan sinkang yang dasyat dan sekaligus gingkang yang sudah mencapai tingkat yang sangat tinggi. Meski sedikit di bawah kemampuan Lim Keng Cu, tetapi tetap saja serangan-serangan dan tangkisan Kwan Kim Ceng membuat lawannya kaget dan terkejut. Bahkan semakin lama kedua orang hebat ini mulai memperdengarkan suara mencicit-cicit dari penggunaan jurus-jurus serangan atau pertahanan mereka, bagaikan suara tikus tercepit dan makin lama makin tajam. Sementara itu sebagian besar orang yang melihat pertempuran itu menjadi menggigil, puyeng, bahkan para penjaga yang tadinya berjumlah cukup banyak itu, sudah mundur menjauh karena puyeng melihat tarung yang luar biasa ini. Jurus Hong Bwee Liu Yan (kobaran api menimbulkan asap). terdengar seruan Lim Keng Cu yang melepaskan pukulan dengan sambaran hawa panas membakar, namun disertai dengan angin dingin yang sangat menusuk. Luar biasa, tetapi begitulah yang sekarang dihadapi dan dirasakan oleh Kwan Kim Ceng. Lengan Lim Keng Cu membentuk sembilan lingkaran yang mengeluarkan hawa panas menderu menyambar ke segenap penjuru mata angin. Dan ini adalah salah satu jurus mujijat perguruan yang sangat diandalkan oleh Lim Keng Cu. Karena saat itu pengerahan kekuatan iweekang sudah mencapai 7 bagian, dan dia sudah menciptakan angina dan hawa panas yang sangat panas membara. Tetapi Kwan Kim Ceng yang sudah menguasai Ilmu Mujijat Telapak Tangan Budha dengan cepat dan sigap mengerahkan seluruh kekuatan iweekangnya. Sekali ini dia sudah mengerahkan kekuatan hingga mencapai 8 bagian dan dengan tetap tenang dia menggerakkan kedua telapak tangannya. Hud To Seng Thian (Buddha suci naik sorga), terdengar teriakan balasannya dan bersamaan dengan itu 15 gerakan beruntun dengan kekuatan luar biasa mengarah dari tempat lebih tinggi ke Lim Keng Cu. Semua orang terbelalak menyaksikan kecepatan serangan ini, sama kagumnya dengan melihat bagaimana Lim Keng Cu tadi melepas serangan dan kini dipapaki secara berani dan tenang saja oleh Kwan Kim Ceng. Sungguh pertarungan dahsyat dan luar biasa. Pada saat itu, tubuhnya Kwan Kim Ceng seakan-akan berubah menjadi PATUNG BUDHA dengan gerak yang matang, mantap dan kokoh dan dikelilingi oleh cahaya keputihan yang dibentur berkalikali oleh cahaya merah membara yang dilepaskan oleh Lim Keng Cu. Kekuatan hawa

pukulan Lim Keng Cu tak pernah pudar, selalu menjilat seiring dengan kecepatan pukulan lengannya dan terus mendesak posisi Kwan Kim Ceng. Tetapi, posisi dan pertahanan Kim Ceng sungguh patut dipuji, meski merasa kepanasan dan kedinginan oleh hawa serangan lawan, tetapi Kim Ceng mampu menghalaunya dan tetap berkonsentrasi melakukan pertarungan yang maha dahsyat itu. Sungguh sangat dasyat... hampir-hampir tidak ada peluang untuk mematahkan serangan ini dan kemudian balas mendesaknya! demikian desis Kim Ceng dalam hati, meski masi tetap memiliki keyakinan dengan Ilmu Mujijatnya, Telapak Tangan Budha. Dan untuk menghadapi bahaya karena serangan hawa panas yang terus-menerus mencecarnya dengan hebat, maka Kwan Kim Ceng kembali berseru untuk menukar gerak dan jurus serangan: Hud Co Huan Hay (Budha Suci Menggulung Samudera) bentaknya sambil terus menggerakkan kedua tangannya seperti sedang menggulung sesuatu dilengannya. Tetapi setelah itu, diapun mendorong kedepan dan hebat, tenaga menggulungnya bagaikan menerpa serangan bara membara, menggulungnya dan kemudian malahan mendorong menyerang Lim Keng Cu yang terkejut dengan jurus lawan yang cepat berubah namun telak mengantisipasi bahaya akibat serangannya sebelumnya. Tetapi dia tidak kalut dan takut, karena dengan cepat dia bergerak dan memainkan ilmu yang tepat, yakni jurus Hay sim an liu (aliran maut ditengah samudra). Akibatnya, kedua tokoh itu saling libas dan semakin tenggelam dalam libasan ilmu masing-masing yang tidak menyediakan jalan mundur kecuali adu kekuatan. Hal yang berbeda terjadi antara Kakek Siu Pi Cong dengan Sie Lan In. Karena Kakek Siu Pi Cong rada enggan menghadapi lawan mudanya, maka pertarungan mereka kurang dahsyat dibandingkan Lim Keng Cu melawan Kwan Kim Ceng. Selain itu, mereka berdua juga sering memberi perhatian kepada pertarungan dahsyat yang memancing rasa kagum keduanya terhadap Kim Ceng dan Lim Keng Cu. Apalagi kedua orang yang bertarung dahsyat itu semakin meningkatkan kemampuan ilmu mereka masing-masing. Kwan Kim Ceng yang mengandalkan kemurnian ilmu silat dan juga kekokohan iweekangnya, sebetulnya tipis dibawah kemampuan Lim Keng Cu. Tetapi, tetap saja Lim Keng Cu kesulitan untuk membobol pertahanan hebat yang memang dibentuk dan disiapkan Kim Ceng. Pada akhirnya Lim Keng Cu memutuskan menggunakan Ilmu Mo Hwee Koay Kong (Api Iblis Memancarkan Sinar Siluman). Sebuah Ilmu Silat khas yang memanfaatkan Ilmu Sihir sehingga berhawa aneh dan mempengaruhi perasaan serta semangat lawan. Kedua lengannya bergerak sementara langkah kakinya juga aneh, bersilang serta membingungkan pandangan Kwan Kim Ceng. Beberapa saat kemudian terdengar desis suara Lim Keng Cu dalam nada yang sangat berwibawa dan membuat Kim Ceng sedikit goyah dan terpengaruh. Sesungguhnya gerakan jurus ini tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan jurus ilmu yang sebelumnya, tetapi perasaan dan semangat Kim Ceng entah bagaimana guncang dengan suara lawan: Jurus Thian Lung Hwe Yun (Langit Menurunkan Awan Api) Bersamaan dengan suara tersebut, kembali hawa panas menerjang Kwan Kim Ceng sementara Lim Keng Cu meninju dan menerobos garis pertahanannya sehingga Kim Ceng harus tergopoh mundur ke belakang. Tetapi, posisinya dengan demikian menjadi cepat melorot dan semakin terdesak. Apalagi, rangkaian jurus Thian Lung Hwe Yun dari Lim Keng Cu masih tetap mengejarnya dan tidak melepaskannya begitu saja. Langkah kaki Lim keng Cu terus melaju kedepan dan mengiringi langkah dan jalan mundur Kwan Kim Ceng. Sementara kedua lengannya terus-menerus mencecar dan mencari atau menyasar tempat-tempat berbahaya di tubuh Kim Ceng. Sungguh rikuh Kim Ceng jadinya, karena selain pukulan tersebut berbahaya, hawa panasnya juga cukup mampu membuatnya kerepotan dan panas kegerahan. Ketika akhirnya dia nekat, maka diapun membentur sampai tiga kali lengan lawan karena jalan mundurnya sama sekali telah tertutup oleh lingkaran ancaman pukulan lawan: Duk. duk.. duk.. Sekali ini Kim Ceng terdorong mundur sampai lima langkah ke belakang dan nafasnya memburu. Meski tidak terluka, tetapi dia tahu bahwa daya tahan dan khikangnya sudah mulai mampu ditembusi oleh pukulan lawan, terutama hawa panasnya. Dan belum lagi Kwan Kim Ceng mampu bernafas dengan lega, tiba-tiba terdengar desisan lain, sebuah jurs baru yang dilepaskan lawannya: Jurus Toh Hong Pang Hwe (Membalikkan Angin Membantu Api Dan bersamaan dengan itu, sambil masih belum tertata kembali kekokohan kedudukan dan posisinya, Kim Ceng kembali terserang suara mujijat yang justru mengacaukan konsentrasi dan semangatnya. Tetapi, patut dipuji reaksi dan bagaimana cara seorang Kim Ceng menghadapi situasi yang sangat berbahaya itu. Dia secara

refleks bergerak dengan jurus Toh Lang Cih Thian (Ombak Menyapu Langit) dan disambung dengan jurus Hwe Ouw Siang Hui (Sepasang Burung Gagak Api Berterbangan). Dengan kedua jurus pertahanan itu, Kim Ceng dapat menjaga dirinya untuk meski terus terusan terserang tetapi tidaklah sampai terkena. Hanya saja, betapapun juga dia tidak lagi mampu untuk membalas menyerang. Kondisi seperti ini sama saja dengan menunggu gebukan lawan, karena dia harus pontang panting kesana dan kemari untuk sekedar menghindari terjangan lawan. Baik bergerak kekanan ataupun kekiri, terus meloncat ke belakang sementara lawan mengurungnya dengan sejumlah pukulan dan ancaman yang membahayakan kedudukannya. Apalagi, tiba-tiba dia kembali terdorong akibat seruan keras lawan, yaitu ketika Lim Keng Cu menyerangnya kembali dengan suara mujijat: Jurus Yok-siu si-huan (seperti kosong bagaikan khayal) Sebetulnya jurus-jurus serangan Lim Keng Cu tidaklah sangat berbahaya dan cukup mudah untuk dihadapinya. Tetapi, konsentrasi yang kacau akibat serangan-serangan suara mujijat membuat, Kwan Kim Ceng goyah dan kehilangan pegangan serta pada ujung ujungnya kembali membuatnya pontang-panting menyelamatkan diri. Ketika terakhir kembali dia goyah, serentetan serangan sepasang lengan Lim Keng Cu yang penuh hawa sinking panas nan berbahaya kembali mencecar Kwan Kim Ceng. Dia main mundur belaka dan kehilangan sama sekali daya dan juga kesempatan untuk melakukan perlawanan dan posisinya sudah sangat berbahaya. Karena sewaktu-waktu dia bakal terkena pukulan lawan. Dan benar saja, ketika terus-menerus mundur dan menghindar dari pukulan lawan, toch sekali waktu sebuah pukulan lawan akhirnya menyerempet pundaknya dan akibatnya tanpa tertahan tubuh Kwan Kim Ceng terlontar ke belakang. Dan dari mulutnya terlihat darah menetes. Meskipun tidak secara telak terpukul tetapi jelas dia sudah terluka. Hahahahahahaha, sudah saatnya engkau menyerah anak muda dan bagaimanapun juga engkau harus kutangkap. Tetapi meski didesak dan terpukul, bagaimanapun Kwan Kim Ceng adalah murid pilih tanding dari Perguruan Siauw Lim Sie yang punya nama besar. Dia sudah mulai sadar bahwa ada pengaruh yang tidak sehat yang membuatnya cepat sekali kehilangan konsentrasi. Karena itu diapun berbisik lirih: Engkau curang.. menyerang dengan ilmu sihir Hahahahahah, curang katamu.? Anak Muda, apak engkau pikir ilmu sihir bukanlah ilmu kepandaian dan didapat dengan mudah..? bersiaplah, aku harus menuntaskan pertarungan ini dengan menangkapmu.. Hong-lui-kiau-ki (angin geledek saling berhantam). Kembali Lim Keng Cu membentak sekaligus membuka serangan baru. Kwan Kim Ceng sadar, bentakan ini yang menjadi biang kekalahannya. Tetapi, meski begitu, tetap saja dia goyah dan kehilangan waktu sepersekian detik untuk dapat menghadapi lawannya. Karena itu, dengan gopoh dia meladeni lawan yang terus menyerangnya dengan serangan-serangan yang tajam dan berbahaya. Kwan Kim Ceng sadar, bahwa justru bentakan ini yang menjadi biang kekalahannya tadi. Tetapi, meski begitu, tetap saja dia terpengaruh dan goyak. Tetapi, meski terdesak,