BAB IV TINJAUAN KARYA. Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB III SURVEY LAPANGAN

DESAIN TAS TRAVEL SPORT UNTUK EVENT DBL DENGAN KONSEP DESAIN NUSANTARA

BAB V KONSEP DESAIN. Berdasarkan hasil studi dan analisa, maka didapatkam kriteria produk perancangan desain ini ialah:

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : a. Tema diskon tetap diandalkan oleh sebagian perusahaan terutama pada

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP DESAIN. Ide dasar pedesain ialah mencoba untuk menjadikan suatu trend yang baru bagi dunia

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

BAB IV PRODUKSI MEDIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB 3 ANALISIS DATA. Berikut ini penulis akan memaparkan mengenai analisisis unsur westernisasi

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Und

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa


BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB II. METODE PERANCANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAGASAN KARYA DAN PROSES BERKARYA

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

BAB II METODE PERANCANGAN

4. Bagi mahasiswa yang memiliki sakit ringan menggunakan pita berwarna biru, dipasang di lengan sebelah kiri menggunakan peniti.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

TATA TERTIB PENGENALAN PROGRAM STUDI (PPS) STIKES JENDERAL A. YANI CIMAHI TAHUN 2017/2018

PANDUAN PEMBELIAN Tempat tidur anak

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN. Buku Yoga untuk Kesehatan ini menggunakan dua jenis huruf untuk

BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR. Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan

PERATURAN PSYCHE 2017

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha


PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan politik masih menjadi masalah yang sangat kompleks. Fenomena ini

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV TINJAUAN KARYA

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Survey Pendahuluan KUISIONER TOFFEE (PERMEN LUNAK)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KATALOG KARPET

III. PROSES PENCIPTAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

: Campuran merah dan hitam membentuk suasana yang tegas dan. : Memperkuat gaya kontemporer dan oriental.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio

Rias pengantin yang terkesan sederhana dan segar dengan penampilan yang natural namun tetap anggun dan elegan. Rias pengantin yang terkesan lembut

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB 4 KONSEP DESAIN. Berdasarkan pendapat Gary A. Lippincott sebuah subjek ilustrasi yang

SPESIFIKASI TEKNIS PAKET PEKERJAAN : PENGADAAN PAKAIAN DINAS OPERASIONAL & ATRIBUT SATPOL.PP TAHUN ANGGARAN : 2014 NO JENIS BARANG SPESIFIKASI UMUM 1

PAKAIAN 1. Pakaian Dinas Harian a. Mahasiswa Baru/MABA - Baju kemeja putih lengan panjang dengan lidah pundak berkancing dan mempunyai saku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

WARNA PERSIAPAN GRAFIKA GRAPHIC DESIGN

10. Jika Anda menyukai tes ini katakan Ya, jika tidak katakan Tidak. 11. Teriakkan nama belakang Anda keras-keras ketika Anda sampai pada poin ini.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB IV ANALISIS KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Konsep Lantai. Studio Balet. Area Lobby. Perpustakaan. Tugas Akhir. Perancangan Interior Sekolah Balet di Surabaya dengan Nuansa Fairy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP BAB Landasan Teori Logo. Logo adalah suatu simbol atau desain yang mewakili atau

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 69 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses dimana seseorang menyampaikan suatu pesan kepada penerima pesan.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

ABSTRAK. Kata kunci: busana siap pakai, arsitektur Mamluk, masjid Sultan Hassan, urban

BAB V PENUTUP. Dari tinjauan dan analisa pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN KARYA 4.1. Pembahasan Karya Dalam pengkajian Tugas Akhir ini saya melakukan kajian dengan menggunakan pendekatan analisis. Pengkajian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama adalah tahap deskripsi formal, pada tahap ini saya mencoba mendeskripsikan atau menceritakan kembali apa yang tampak secara visual pada karya. Pada tahap kedua adalah tahap analisa formal, pada tahap ini saya menmcoba mengkaji keseluruhan bentuk rupa dari karya tersebut, seperti warna, bentuk, pemilihan objek dan tata cara pendisplayan yang akan ditampilkan. Pada tahap ketiga adalah tahap interpetasi, dimana pada tahap ini menggabungkan mengenai analisa pertama (tahap deskripsi formal) dan analisa kedua (tahap analisa formal), melalui interpetasi atau deskrispsi karya secara visual dari analisa formal dan wujud karya, konsep karya pada tahap ini juga dilakukan pengkajian dengan melakukan pendekatan di luar pendekatan estetis dikarenakan karena karya-karya ini dalam kajian konsep menggunakan kajian-kajian lain seperti kajian budaya untuk membahas persoalan yang menjadi gagasan berkarya. Pada tahap ke empat yaitu penilaian tidak dapat dilakukan oleh saya pribadi karena karya yang dinilai adalah karya yang dibuat oleh saya sehingga dirasakan tidak objektif. 4.1.1. Karya 1 Pada karya pertama ini saya membuat sarung tinju dengan bahan yang berbulu bermotifkan garis-garis yang berwarna ungu putih. Pemilihan bulu dengan motif ini ingin mengganti bahan asli dari sarung tinju tersebut yang tadinya berwarna biru dari bahan

kulit yang bersifat keras dan dingin menjadi bahan bulu bermotif garis ungu putih yang bersifat lebih lembut dan centil. Pada tali dan detail listnya juga dilakukan perubahan warna yang senada dengan motif sarung tinjunya. Sarung tinju ini memiliki ukuran yang sama dengan ukuran yang sebenarnya yaitu 1:1. Sarung tinju ini juga berfungsi sama seperti aslinya. Penggunaan sarung tinju disini disimbolkan sebagai suatu bentuk olahraga yang mengandalakan kekuatan dan kekerasan fisik dimana olah raga tersebut diperuntukan bagi laki-laki. Pada karya saya ini mengangkat tentang dunia olah raga yang saat ini sudah banyak dirambah oleh wanita seperti olah raga tinju. Sebenarnya olah raga tinju ini bukan olah raga yang diperuntukan bagi wanita karena penuh dengan kekerasan dan kekuatan fisik namun seiring dengan berkembangnya zaman maka hal ini menjadi wajar dilakukan oleh wanita. Perubahan material pada sarung tinju yang dilakukan disini agar kesan dari kekuatan fisik dan memiliki citra yang menakutkan tidak terlihat lagi bahkan terlihat sebaliknya. Penggunaan warna pink juga menyimbolkan bentuk atau kesan wanita serta bahan bulu memiliki karakter kelembutan sesuai dengan karakter wanita sehingga ada sifat kekerasan dalam kelembutan. Gambar foto yang terdiri dari tiga orang petinju yaitu George Foreman, Joe Micelli, dan Max Schmeling dipasang dibelakang karya sarung tinju dengan ukuran 100 X 70 cm. Gambar ini dihadirkan sebagai perbandingan dari bentuk sarung tinju yang sudah dirubah materialnya. Gambar foto petinju ini menggambarkan bentuk dari kemaskulinan di masa lampau. Ketiga petinju ini merupakan petinju terbaik pada tahun 80-an dimana pada saat itu seorang petinju adalah seorang olahragawan dengan sosok

yang benar-benar maskulin. Mereka hadir sebagai sosok seorang yang gagah sebagai profesinya seorang petinju. Lain halnya dengan petinju saat ini, dimana olahragawan kini sudah mulai memasuki dunia selebritis. Penampilan menjadi hal terpenting. Meski mereka tetap memiliki fisik yang gagah dan berotot seperti umumnya petinju di masa lalu namun mereka kini tampil dengan image yang lain. Ketika mereka berada di luar ring mereka tidak lagi tampil sebagai seorang olahragawan tapi cenderung ke arah selebritis. Mereka tampil dengan dandanan yang glamor jika berada di luar ring. Karena alasan itulah saya lebih memilih foto petinju pada tahun 80-an dibanding dengan foto petinju terkenal saat ini. 4.1.2. Karya 2 Pada karya yang berjudulkan Put a Pink Print On My Shoes ini terdiri dari sebuah sepatu tentara dengan pola warna yang dipakai pink, bisa dilihat mulai dari motif lorengnya, tali sepatunya sampai sol sepatunya. Pada bagian bahan untuk badan sepatu yang awalnya bermotif loreng tentara dengan warna hijau hitam diganti menjadi warna pink begitu pula bagian badan sepatu yang menggunakan bahan kulit hitam diganti menjadi bahan kulit warna pink. Perubahan juga dilakukan pada detai-detail sepatu seperti sol yang diberi list berwarna pink dan tali sepatu yang diganti menjadi warna pink pula. Perubahan-perubahan ini ditujukan agar kesan yang dimunculkan oleh sepatu army yang awalnya berkesan sangar, gagah, berwibawa, kuat berubah image-nya menjadi lembut, centil, halus meski bentuk dasarnya sama. Sepatu ini memiliki ukuran yang sama dengan ukuran yang sebenarnya yaitu 1:1.

Pemilihan objek yang saya pilih adalah sepatu militer karena meski sepatu hanya sebagai sebuah alas kaki tapi memiliki pengaruh yang besar dalam penampilan seseorang. Sama halnya dengan sepatu berhak pada wanita. Meski sepatu tersebut sebenarnya kurang nyaman untuk dipakai namun banyak wanita tetap memakainya karena status yang diberikan oleh sepatu tersebut hanya dengan memakainya. Begitu pula yang terjadi pada sepatu militer ini, meski dari segi kenyamanan kurang enak dipakai tapi karena sepatu tersebut memberikan tampilan gagah dan maskulin saat dikenakan maka orang tetap memakainya. Perubahan image atau citra pada sepatu militer ini merujuk pada sebuah kehidupan dimana sebuah penampilan memiliki posisi yang penting dalam eksistensi di lingkungannya untuk tetap hidup dan diterima. Militer sudah memiliki keeksistensiannya dalam sepatu militernya dimana seseorang yang mengenakan sepatu tersebut meski bukan orang yang berasal dari militer tapi hanya dengan mengenakannya saja ia akan tampak seperti seseorang yang berkecimpung dalam bidang militer. Dengan perubahan warna loreng pada sepatu militer yang tadinya berwarna hijau menjadi pink saya ingin menghilangkan identitas dari sepatu militer tersebut. Awalnya sepatu ini memiliki kesan militer yang gagah dan maskulin berubah sifatnya menjadi centil dan tidak gagah lagi. Perubahan ini juga menimbulkan ketidakjelasan pada objek karena objek tersebut tidak jelas lagi untuk siapa eksistensinya diberikan. Pada cara pendisplayan sepatu army tersebut di taruh di atas tumpukan sepatu army asli yang sudah usang. Ditumpuk sedemikian hingga membentuk gunungan sepatu kemudian sepatu yang sudah di-custom tersebut ditaruh di puncak tumpukan sepatu. Tumpukan sepatu army sebenarnya untuk menunjukan bentuk dari kemaskulinan pada

zaman dulu kemudian munculah sepatu army dengan loreng pink yang menunjukan bentuk dari kemaskulinan saat ini. 4.1.3. Karya 3 Pada karya ketiga ini saya membuat sebuah toolbox yang berisikan alat-alat pertukangan seperti palu, obeng, tang, dll. Dibuat dengan tampilan yang sama seperti karya-karya sebelumnya yaitu memiliki nuansa yang feminin. Untuk pemilihan bentuk dasar dari toolbox ini tidak kotak seperti bentuk toolbox biasanya tapi memilih bentuk oval dikarenakan bentuk oval lebih luwes dan feminin dibandingkan bentuk kotak yang kaku. Pada bagian luar toolbox ini saya melapisnya dengan vinil berwarna putih kemudian ditimpa lagi manik-manik berwarna biru dengan tambahan detail manik-manik merah serta merek toolbox itu sendiri yaitu Pumpkin Land yang menggunkan payet berwarna kuning. Kemudian untuk bagian dalam dari toolbox itu sendiri saya lapis dengan kain berbulu berwarna coklat. Untuk bagian perkakasnya setiap perkakas saya lapis lagi dengan benang wol berwarna pink di setiap bagian gagangnya kemudian saya beri detail dengan manik-manik berwarna biru. Karya saya yang ketiga ini saya buat berukuran 1:1 baik kemasan maupun perkakas yang ada di dalamnya. Untuk lemari perkakas saya hadirkan seperti aslinya. Dimana lemari dan isi perkakas di dalamnya adalah benda yang sudah dipakai sehingga tampak sudah usang. Lemari ini didisplay sama seperti lemari-lemari perkakas pada umumnya. Kotor, berantakan, atau tidak tampak seperti barang yang masih baru yang ada di toko. Pada karya ketiga ini saya memilih toolbox karena toolbox sangat dekat dengan pekerjaan tukang yang biasanya dilakukan oleh para laki-laki. Namun pada

perkembangan zaman saat ini pekerjaan-pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh lakilaki banyak diambil alih oleh wanita dan begitu pula sebaliknya. Penggunaan toolbox itu sendiri menggambarkan kondisi saat ini dimana pekerjaan sudah tidak lagi terbatasi oleh gender. Pekerjaan laki-laki sudah direbut oleh wanita dan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh wanita sudah dilakukan pula oleh laki-laki. Misalnya pekerja di pom bensin saat ini sudah banyak dikerjakan oleh wanita padahal tadinya ini pekerjaan lakilaki. Begitu juga pekerjaan di salon yang banyak dikerjakan oleh laki-laki. Lemari perkakas ini dihadirkan untuk menyimbolkan bentuk dari kemaskulinan zaman dulu. Lain halnya dengan toolbox yang menyimbolkan bentuk maskulin saat ini dimana gender sudah samar. 4.1.4. Karya 4 Pada karya keempat saya membuat model kepala yang dicetak sebanyak lima buah namun model kepala tersebut tidak jelas apakah dia laki-laki atau perempuan. Yang kemudian Dihadirkan dengan kalung-kalung untuk laki-laki dan kalung-kalung untuk perempuan. Disini saya ingin menunjukan bahwa model kepala yang tidak jelas gendernya ini menggambarkan kondisi masyarakat saat ini. Dimana laki-laki sudah masuk ke wilayah perempuan dan perempuan masuk ke wilayah laki-laki. Sebagai contoh adalah tren pakaian saat ini. Sekarang makin banyak laki-laki yang mengenakan pakaian perempuan dan perempuan mengenakan pakaian laki-laki. Berbeda dengan barangbarang yang sudah jelas bahwa barang tersebut adalah barang unisex yang dapat digunakan laki-laki dan perempuan namun tren saat ini adalah mengenakan pakaian yang sudah jelas identitas bahwa pakaian itu dibuat untuk digunakan bagi laki-laki namun tetap digunakan perempuan dan sebaliknya. Hal ini membuat posisi dari gender semakin bias. Bahwa sudah tidak ada lagi gender karena barang-barang yang sudah jelas identitasnya pun masih tetap diperlakukan sebagai objek yang unisex. Artinya saat ini baik barang, pekerjaan, atapun pendidikan tidak lagi menjadi sebuah patokan untuk gender. Padahal bila kita lihat lagi pengertian dari gender adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan. Jika, hal-hal tersebut sudah bukan merupakan patokan dari gender maka sama saja artinya gender sudah tidak ada dalam masyarakat.

4.2. Rencana Display Keterangan 1. karya 1 3. karya 3 2. karya 2 4. karya 4