Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB II METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI PINCARA KABUPATEN LUWU UTARA, PROPINSI SULAWESI SELATAN

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DI DAERAH PANAS BUMI SAJAU, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

Unnes Physics Journal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. amat Olahan Data Gayaberat Terlampir, lih. Lampiran III) dengan ketinggian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

PENGARUH INTRUSI VULKANIK TERHADAP DERAJAT KEMATANGAN BATUBARA KABUPATEN LAHAT, SUMATERA SELATAN

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

ANOMALI GAYABERAT DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, P.BACAN KAB. HALMAHERA SELATAN-PROPINSI MALUKU UTARA

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

BAB III METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

BAB I PENDAHULUAN I.1.

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

APLIKASI METODE GAYABERAT UNTUK MEMPREDIKSI PROSPEK PANASBUMI DI DAERAH KUNINGAN, JAWA BARAT

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATRA UTARA

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

J.G.S.M. Vol. 14 No. 1 November 2013

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

PENELITIAN GEOMAGNETIK DI DAERAH PANAS BUMI LOMPIO KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA PROPINSI SULAWESI TENGAH. Oleh : Imanuel Musa Foeh

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Dendi Surya K., Bakrun, Ary K.

Transkripsi:

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN GRAVITASI Salah satu metode geofisika yang digunakan dalam menentukan potensi suatu daerah panas bumi adalah metode gravitasi. Dengan metode gravitasi diharapkan dapat diketahui keadaan struktur geologi, batuan dasar (basement), potensi sumber panas dan siklus hidrologinya (diketahui dari sesar-sesar di sekitar daerah tersebut). Untuk melakukan pengukuran gaya berat, digunakan alat gravimeter La Coste & Romberg tipe G-802. Jumlah keseluruhan titik yang diamati adalah sebanyak 245 titik amat gaya berat, seperti yang terlihat pada gambar 4.1. Hasil perhitungan gravimeter diolah di Micorosoft Excel (terlampir). Kemudian data diolah dengan software Surfer 8 sehingga menghasilkan peta penyebaran anomali Bouguer lengkap, atau disebut juga Complete Bouguer Anomaly. Peta penyebaran anomali regional juga didapat dari hasil pengolahan data gravitasi, yang ditampilkan pada Surfer 8 dalam bentuk regresi dari peta anomali Bouguer lengkap (CBA). Sedangkan peta penyebaran anomali residual diperoleh dari hasil pengurangan data anomali Bouguer lengkap (CBA) dengan data anomali regional, yang juga ditampilkan dalam program Surfer 8. Ketiga peta tersebut berupa peta kontur anomali dengan satuan miligal. 31

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu Seperti yang tertulis pada bab 2, pada umumnya sumber panas bumi di Indonesia merupakan batuan beku. Maka untuk menentukan daerah yang berpotensi sebagai sumber panas bumi, harus diperhatikan daerah yang litologinya berupa batuan beku. Berdasarkan analisis laboratorium yang dilakukan, diketahui bahwa pada daerah penlitian, nilai densitas tertinggi terdapat pada batuan andesit, yaitu 2,83 gr/cm3, sedangkan nilai densitas terendah terdapat pada batuan granit, yaitu 2,56 gr/cm3. Kisaran nilai densitas batuan pada daerah studi adalah antara 2,56-2,83 gr/cm3. Kemudian, dari hasil analisa contoh batuan tersebut, dicari nilai densitas ratarata batuan, dan didapat angka 2,64 gr/cm3. Untuk membandingkan hasil perhitungan laboratorium, dilakukan metode penghitungan lain, yaitu metode Parasnis, yaitu dengan memanfaatkan anomali Bouguer dan terrain dengan metode korelasi g-h. Melalui hasil penghitungan dengan metode Parasnis, didapat nilai densitas rata-rata 2,68 gr/cm3. Namun, nilai densitas yang tetap dipakai adalah nilai densitas dari analisa laboratorium, yaitu 2,64 gr/cm3 32

4.1. Interpretasi Anomali Bouguer Pada peta anomali Bouguer (gambar 4.2) dapat kita lihat anomali negatif (berwarna biru/gelap) yang terdapat baratlaut dan utara daerah studi, yang menunjukkan bahwa kontras densitas bawah permukaan pada zona ini kecil (baik dangkal maupun dalam), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada zona anomali negatif ini tidak terdapat batuan beku yang berpotensi menjadi sumber panas bumi. Sedangkan zona berwarna merah, menunjukkan daerah anomali positif, yang kontras densitas bawah permukaannya tinggi. Zona ini diperkirakan mengandung batuan beku, yang berpotensi sebagai sumber panas. Daerah ini terdapat di daerah timur, tenggara dan selatan daerah penelitian. Nilai anomali Bouguer pada daerah studi, berkisar dari 53-81 mgal. Pada peta dapat diamati bahwa pola persebaran nilai memperlihatkan arah umum barat dayatimur laut. Nilai anomali meninggi menuju daerah timur, tenggara dan selatan, dan merendah ke daerah utara, barat laut dan barat. Pengamatan yang dilakukan pada peta anomali Bouguer dan dibandingkan dengan peta geologi, dapat diketahui bahwa daerah dengan anomali Bouguer yang tinggi, mempunyai litologi berupa batuan granit, diorit dan andesit. Sedangkan daerah dengan anomali rendah terdiri dari litologi aluvial, endapan pantai, dan batupasir. Disekitar manifestasi air panas Tambu, juga ditemukan nilai anomali yang rendah, dengan litologi berupa aluvial dan endapan pantai. 33

Gambar 4.2. Peta anomali Bouguer daerah panas bumi Tambu 34

4.2. Interpretasi Anomali Regional Peta penyebaran anomali regional (gambar 4.3) merupakan tampilan hasil pengolahan atau penyaringan data anomali Bouguer lengkap (CBA), dengan menggunakan perhitungan polinomial regresi orde-2. Pemisahan dilakukan dengan cara mensubstraksi anomali Bouguer dengan permukaan polinom yang dianggap mewakili kecenderungan permukaan regional. Dipilih polinom orde-2 karena daerah penelitian yang tidak terlalu luas dan kecenderungan pola regional yang dapat dikenali pada anomali Bouguer yang menunjukkan bidang sederhana orde-2. Pada peta anomali regional, nilai anomali regional, berkisar antara 50-82 mgal, nilai anomali paling rendah ditunjukkan angka 50-58 mgal, nilai anomali rendah ditunjukkan angka 58-66 mgal, nilai anomali sedang ditunjukkan angka 66-74 mgal, sedangkan nilai anomali yang tinggi ditunjukkan nilai >74 mgal. Pada peta dapat dilihat, daerah sebaran anomali rendah terdapat di bagian barat laut, barat dan utara daerah penelitian. Sedangkan daerah yang dengan nilai anomali yang tinggi terdapat pada daerah timur, tenggara dan selatan daerah penelitian. Nilai anomali yang paling rendah terdapat di daerah barat laut penelitian, semakin kecil ke tengah, dan nilai anomali terendah ditemukan di bagian tenggara daerah penelitian. Daerah dengan nilai anomali rendah diisi oleh endapan aluvial dan endapan pantai, sedangkan daerah dengan anomali tinggi terdiri dari litologi granit, metamorf, dan andesit. Sedangkan apada daerah manifetasi air panas, nilai anomalinya rendah. 35

Gambar 4.3. Peta anomali regional daerah panas bumi Tambu 36

4.3. Interpretasi Anomali Residual Peta penyebaran anomali residual (gambar 4.4) daerah Tambu merupakan tampilan data hasil pengurangan data anomali Bouguer lengkap (CBA) yang merupakan gabungan respon anomali gravitasi dangkal dan dalam dengan data anomali regional respon anomali gravitasi dalam, sehingga pada peta penyebaran anomali residual ini dapat diamati efek atau respon anomali gravitasi dangkal. Sama seperti kedua peta tersebut, peta penyebaran anomali residual menggunakan koreksi densitas atau densitas rata-rata sebesar 2,64 miligal. Zona anomali rendah terletak di sebelah utara, timur laut, barat daya, tenggara, dan ke bagian tengah semakin terisolasi, begitupula yang berada di ujung sebelah barat daerah penyelidikan. Zona anomali tinggi muncul di sebelah tengah ke arah tenggara, timur dan barat daya daerah penyelidikan. Pada peta anomali residual dapat terlihat tiga zona yang berpotensi sebagai sumber panas. Lokasinya berada pada bagian baratdaya, selatan dan timur daerah penelitian. Daerah yang berpotensi sebagai sumber panas ini, mempunyai nilai densitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya, yaitu sekitar diatas 4 mgal. Namun belum dapat diketahui kedalaman sumber panas pada daerah ini, karena diperkirakan sumber panas yang memanaskan reservoir saat ini bukanlah intrusi batuan beku yang terdapat pada daerah penelitian, karena intrusi yang terdapat pada daerah penelitian berumur cukup tua, yaitu Pliosen, sehingga diperkirakan sudah dingin dan tidak dapat dijadikan sumber panas untuk sistem panas bumi daerah Tambu. 37

Gambar 4.4. Peta anomali residual daerah panas bumi Tambu 38

Berdasarkan hasil interpretasi anomali residual dibuat dua buah penampang yaitu A-B dan C-D yang melalui mata air panas Tambu. Pada peta sebaran anomali residual ini menggunakan nilai densitas rata-rata 2,64 gram/cm 3. Penampang A-B (gambar 4.5) mempunyai panjang sekitar 6450 m. Pada penampang A-B dapat diamati adanya beberapa bodi batuan dengan densitas yang berbeda. Bagian paling barat dari penampang terdapat bodi dengan nilai densitas yang rendah yaitu 2,34 gram/cm 3, yang diperkirakan berupa aluvial dan granit yang telah lapuk. Selanjutnya ke arah tengah ditemukan bodi dengan densitas yang sama dengan densitas rata-rata yaitu 2,64 gram/cm 3, diperkirakan litologinya berupa granit. Di bagian tengah ditemukan bodi berupa intrusi dengan densitas 2,84 gram/cm 3, diperkirakan litologinya adalah andesit atau diorit. Bodi ini muncul pada kedalaman sekitar 750 m hingga kedalaman yang tidak diketahui. Antara bodi pertama di bagian barat dengan bodi ketiga dibagian tengah diperkirakan terdapat sesar dengan kemiringan ke arah barat. Selanjutnya di timur, terdapat bodi dengan densitas 2,63 gram/cm 3, diperkirakan litologinya berupa granit yang telah lapuk. Di bagian paling timur ditemukan pula bodi yang densitasnya sama dengan densitas bodi basement, yaitu 2,64 gram/cm 3, litologinya berupa granit. Penampang C-D (gambar 4.6) yang berarah barat laut-tenggara mempunyai panjang sekitar 7500 m. Dari penampang C-D dapat diamati beberapa bodi batuan dan struktur. Bagian paling barat laut dari penampang, pada bagian yang dangkal (kurang dari 300 m) dapat ditemukan bodi dengan densitas 2,34 gram/cm 3. Bodi ini diperkirakan adalah aluvial. Dibawahnya, masih di daerah paling barat laut, didapatkan bodi dengan densitas 2,54 gram/cm 3, litologi bodi ini diperkirakan berupa granit yang telah lapuk. Kemudian dibawahnya dengan ke arah tengah ditemukan bodi yang densitasnya sama dengan densitas rata-rata atau densitas basement, yaitu 2,64 gram/cm 3, litologinya berupa granit. Antara bodi densitas basement dengan dua bodi sebelumnya terdapat dua sesar yang miring ke arah barat. Selanjutnya di bagian tengah dan barat, ditemukan bodi dengan densitas 2,84 gram/cm 3. Bodi ini diperkirakan adalah bodi intrusi dengan litologi andesit atau diorit. Bodi ini muncul pada kedalaman 680 m hingga kedalaman yang tidak diketahui. Pada penampang 2-D dapat diketahui terdapat struktur yang mengontrol manifestasi mata air panas Tambu, yaitu berupa sesar normal yang berarah relatif 39

utara-selatan. Sesar ini miring ke arah barat dan membentuk zona depresi pada daerah manifestasi. Gambar 4.5. Pemodelan gravitasi bawah permukaan penampang A-B Gambar 4.6 Pemodelan gravitasi bawah permukaan penampang C-D 40

Gambar 4.7 Zona potensi sumber panas 41