BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB II METODE PENELITIAN

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

PENDUGAAN RESERVOIR DAERAH POTENSI PANAS BUMI PENCONG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan. Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data geolistrik dan GPS (akusisi data oleh Pusat Survei Geologi)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

POLA SEBARAN AKUIFER DI DAERAH PESISIR TANJUNG PANDAN P.BELITUNG

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI KEDALAMAN AQUIFER DI KECAMATAN BANGGAE TIMUR DENGAN METODA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS

METODE EKSPERIMEN Tujuan

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Dendi Surya K., Bakrun, Ary K.

Analisa Resistivitas Batuan dengan Menggunakan Parameter Dar Zarrouk dan Konsep Anisotropi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 33-37

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

PENENTUAN LAPISAN PEMBAWA AIR DENGAN METODE TAHANAN JENIS DI DAERAH ATAS TEBING LEBONG ATAS BENGKULU

Abstrak

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

Muhammad Kadri and Eko Banjarnahor Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan ABSTRAK. Kata Kunci: metode resistivitas, XRD, dan batu kapur.

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. pegunungan dengan lintasan 1 (Line 1) terdiri dari 8 titik MT yang pengukurannya

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB III METODE PENELITIAN

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

ANALISA RESISTIVITAS BATUAN DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER DAR ZARROUK DAN KONSEP ANISOTROPI

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

Analisis Reservoar Daerah Potensi Panasbumi Gunung Rajabasa Kalianda dengan Metode Tahanan Jenis dan Geotermometer

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

III. METODE PENELITIAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

IDENTIFIKASI ZONA KONDUKTIF DI DAERAH PROSPEK PANASBUMI LARIKE AMBON MALUKU

POTENSI AIR TANAH DAERAH KAMPUS UNDIP TEMBALANG. Dian Agus Widiarso, Henarno Pudjihardjo *), Wahyu Prabowo**)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Identifikasi Sebaran Aquifer Menggunakan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Desa Bora Kecamatan Sigi Biromari Kabupaten Sigi

Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Pemodelan Sistem Geothermal Berdasarkan Data Geolistrik Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB V ANALISIS 5.1 Penampang Hasil Curve Matching

Jurnal Einstein 3 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

Transkripsi:

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS Metode resistivitas atau metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui sifat fisik batuan, yaitu dengan melakukan pengukuran terhadap daya hantar kelistrikan pada batuan. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui penyebaran nilai tahanan jenis batuan baik secara lateral maupun vertikal. Nilai resistivitas batuan mencerminkan kondisi fisik dari batuan tersebut. Semakin rendah nilai resistivitas suatu batuan, menunjukkan bahwa batuan tersebut semakin konduktif atau mudah dialiri aliran listrik, begitu pula sebaliknya. Nilai konduktivitas batuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain porositas, permeabilitas, keberadaan dan jenis fluida, serta suhu. Porositas dan permeabilitas pada batuan memberikan ruang untuk di isi oleh fluida. Karena fluida memiliki konduktivitas yang lebih tinggi dari konduktivitas batuan sekitarnya maka keberadaan porositas dan permeabilitas yang diikuti oleh kehadiran fluida akan memberikan nilai resistivitas yang lebih kecil dari batuan sekitarnya. Jenis fluida juga mempengaruhi harga konduktivitas, sebagai contoh fluida pada sistem geothermal umumnya banyak mengandung ion-ion seperti CO 3, HCO 3, SO 4, Cl, dan lainnya yang berkontribusi meningkatkan harga konduktivitas batuan. Dalam studi ini pengukuran nilai resitivitas menggunakan konfigurasi Schlumberger yang mempunyai bentangan simetris. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik-titik yang ditentukan seperti yang terlihat pada gambar 5.1. Data resistivitas batuan hasil pengukuran dapat diolah menjadi 2 bagian, yaitu pembuatan pemetaan resistivitas (mapping) dan penampang resistivitas batuan (sounding). 42

Pemetaan resistivitas (mapping) dilakukan untuk mengetahui variasi tahanan jenis secara lateral. Digunakan cara traversing yaitu dengan mengukur dengan spasi AB/2 = 250, 500, 800 dan 1000 m. Setelah dilakukan pemrosesan data, akan didapat empat peta tahanan jenis semu. Penampang resistivitas (sounding) atau dikenal juga dengan VES (Vertical Electrical Sounding) dilakukan dengan cara menaikkan AB/2 secara logaritmik pada setiap titik pengukuran. Semakin besar AB/2, semakin besar pula penetrasi kedalaman yang didapatkan. Namun untuk pengukuran yang semakin dalam dibutuhkan energi listrik yang besar pula. Data penampang resistivitas semu mencerminkan total resistivitas yang terbaca di setiap titik penelitian, yang diolah dengan program IPI2win. Pada studi ini, dari data yang ada, maka dibuat 3 buah penampang resistivitas semu, yaitu: penampang line B-2500-C2100-D2100-E300 line B2500-C2600-D3000-F3000, line B1500-C2100-D3000-F4000. (Pada semua peta nilai resistivitas dinyatakan dalam satuan Ohm meter. Gambar 5.1. Peta penyebaran pengukuran resistivitas daerah Tambu 43

5.1. Pemetaan Resistivitas (Mapping) Gambar 5.2. Pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=250 meter Asumsi daerah prospek reservoir mempunyai nilai resistivitas dibawah 25 Ohm meter. Pada mapping resistivitas bentangan AB/2=250 m (gambar 5.2), daerah yang mempunyai resistivitas di bawah 25 ohm meter terdapat pada bagian barat daerah penyelidikan. Penyebarannya membuka ke arah barat, atau ke arah laut. Sementara nilai resistivitas yang lebih besar (50-100 Ohm meter), ditemukan menyebar di bagian barat daya hingga selatan. Penyebarannya terbuka ke arah barat. Di timur daerah dengan nilai resistivitas 50-100 Ohm juga ditemukan dan membuka ke arah timur. Sementara daerah dengan nilai resistivitas tinggi (diatas 200 Ohm meter), ditemukan di bagian utara daerah penelitian, memanjang ke arah selatan dan membuka ke arah utara. 44

Gambar 5.3. Pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=500 meter Pada pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=500 meter (gambar 5.3), daerah yang mempunyai nilai resistivitas dibawah 25 Ohm meter, terdapat pada bagian barat daerah penyelidikan yaitu disekitar mata air panas dan pada bagian selatan. Wilayah penyebarannya semakin kecil dan membuka ke arah barat. Sementara nilai resistivitas yang lebih tinggi (50-250 Ohm), ditemukan menyebar di daerah barat daya, selatan, tenggara, utara dan timur laut daerah penelitian. Sementara itu nilai resitivitas sangat tinggi (diatas 750 Ohm meter) ditemukan pada bagian tenggara, tengah dan utara daerah penelitian. Penyebarannya berupa wilayah tertutup. 45

Gambar 5.4. Pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=800 meter Berdasarkan hasil pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=800 meter (gambar 5.4), daerah yang mempunyai nilai resistivitas di bawah 25 Ohm meter terdapat pada bagian barat wilayah penelitian yaitu disekitar mata air panas. Penyebaran nilai resistivitas pada daerah ini berupa tutupan di sekitar mata air panas. Pada bentangan AB/2=800 meter ini daerah dengan nilai resistivitas yang rendah penyebarannya semakin menyempit, karena pada daerah ini nilai resistivitas yang ditemukan semakin tinggi. Nilai resistivitas paling tinggi (diatas 750 Ohm meter) ditemukan sangat luas pada daerah barat laut, utara, timur laut yang membuka kearah utara dan timur. Selain itu ditemukan daerah dengan nilai resistivitas yang tinggi pada bagian tengah dan barat daya daerah penelitian. Penyebarannya tertutup, dan mempunyai kecenderungan memanjang dan berarah barat laut-tenggara. 46

Gambar 5.5. Pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=250 meter Sedangkan, pada pemetaan resistivitas (mapping) AB/2=1000 m (gambar 5.5), daerah yang mempunyai nilai resistivitas rendah masih konsisten terdapat pada bagian barat wilayah penelitian yaitu disekitar mata air panas yang membuka ke arah barat. Selain itu daerah yang mempunyai nilai resitivitas rendah terdapat pada bagian timur daerah penelitian. Kemungkinan pada bagian timur daerah penelitian, juga terdapat daerah yang prospek sebagai reservoir pada daerah yang dalam. Kemungkinan ini didukung oleh data gravitasi yang menunjukkan adanya daerah dengan nilai anomali yang tinggi pada sekitar daerah yang sama. Nilai anomali yang tinggi ini menunjukkan adanya sumber panas pada daerah tersebut. 47

5.2. Penampang Resistivitas (Sounding) Gambar 5.6. Penampang resistivitas semu line B2500-C2100-D2100-E3000 Penampang B2500-C2100-D2100-E3000 (gambar 5.6) memanjang berarah Timur Laut-Barat Daya, nilai resistivitas paling kecil didapatkan di bagian atas daerah penelitian, yaitu hingga kedalaman 100 m. Hal ini disebabkan oleh litologi pada bagian atas daerah penelitian berupa aluvial yang bersifat unconsolidated. Semakin kedalam, nilai resistivitas semakin besar. Pada titik C2100, terdapat nilai resistivitas yang rendah, dengan pola berupa sisipan, diperkiran ada infiltrasi air dari mata air panas pada titik tersebut. 48

Gambar 5.7. Penampang resistivitas semu line B2500-C2600-D3000-F3000 Penampang B2500-C2600-D3000-F3000 (gambar 5.7) memanjang berarah Timur Laut-Barat Daya. Nilai resitivitas yang kecil terdapat pada bagian atas penelitian 80-90 m. Berdasarkan penampang diketahui bahwa semakin dalam, nilai resitivitas semakin besar. Pada titik C2600 dapat diamati adanya pola konsentris yang menunjukkan adanya infiltrasi air dari mata air panas pada titik tersebut. 49

Gambar 5.8. Penampang resistivitas semu line B1500-C2100-D3000-F4000 Penampang B1500-C2100-D3000-F4000 (gambar 5.8) memanjang berarah Utara-Selatan. Nilai resistivitas yang kecil terdapat pada bagian atas penelitian. Pada penampang juga diketahui bahwa semakin dalam, nilai resitivitas semakin besar. Sama seperti panampang resistivitas sebelumnya, pada penampang ini juga ditemukan pola konsentris pada titik C2100 yang menunjukkan adanya infiltrasi air dari mata air panas pada titik tersebut. Berdasarkan hasil pemetaan dan penampang resistivitas dapat diamati adanya daerah-daerah dengan nilai resistivitas yang kecil. Nilai resistivitas yang kecil berarti batuan yang ada memiliki konduktivitas yang besar, hal ini bisa disebabkan adanya porositas yang besar dan terisi oleh fluida sehingga nilai konduktivitas naik. Adanya Batuan dengan porositas besar dan terisi fluida dapat berfungsi sebagai reservoir yang 50

baik. Untuk itu dalam mencari prospek keberadaan reservoir dan batuan penutup adalah dengan mencari keberadaan daerah-daerah dengan nilai resistivitas yang kecil. Dengan mengasumsikan reservoir yang baik memiliki nilai resistivitas di bawah 25 Ohm meter, maka dari peta pemetaan resistivitas (mapping) dapat dilihat bahwa nilai resistivitas yang konsisten di bawah 25 Ohm meter adalah pada daerah barat penelitian, yaitu di sekitar manifestasi mata air panas Tambu. Hal ini diharapkan mengindikasikan adanya aktivitas panas di bawah permukaan bukan dari batuan sedimen/aluvial atau intrusi air laut yang mendominasi daerah sekitar air panas. Berdasarkan hasil penyelidikan sounding diketahui bahwa lapisan penudung tidak dapat ditemukan, karena titik pengamatan sounding di area tahanan jenis rendah <25 Ohm meter, ujung lintasannya sudah berada di laut, sedangkan zona resistivitas yang rendah dengan nilai <25 Ohm meter mengarah ke arah barat, ke arah laut. Tapi dari pengamatan pada penampang B2500-C2100-D2100-E3000, diperkirakan lapisan reservoir terdapat pada kedalaman 200-350 m dengan nilai resistivitas 60-120 Ohm meter. Penampang B-1500-C2100-D3000-F4000 juga menunjukkan demikian, pada kedalaman antara 200-350 m juga menunjukkan lapisan dengan nilai resistivitas yang rendah yaitu berkisar antara 49-90 Ohm m, walaupun lapisan penudung tidak ditemukan. Daerah prospek berada diduga berada di sekitar tahan jenis rendah < 25 Ohm meter yang membuka ke arah barat (ke arah laut) dan disekitar struktur yang mengontrol air panas Tambu. Diperkirakan reservoir ini media fluidanya adalah rekahan. Rekahan ini terbentuk pada batuan granit yang berada di bawah lapisan aluvial dan endapan pantai. 51

Gambar 5.9. Zona potensi reservoir dan batuan penutup 52