PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PADI DI KABUPATEN KLATEN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

POLA PANGAN HARAPAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN BANMATI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN DENGAN PROPORSI PENGELUARAN PANGAN DAN KECUKUPAN GIZI RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN CILACAP

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam melakukan kegiatan sehingga juga akan mempengaruhi banyaknya

II. LANDASAN TEORI A.

POLA KONSUMSI PETANI KELAPA SAWIT DESA TALIKUMAIN KECAMATAN TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU

IV. POLA KONSUMSI RUMAH TANGGA MISKIN DI PULAU JAWA

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional, bahkan politis.

BAB I PENDAHULUAN. suasana tentram, serta sejahtera lahir dan batin (Siswono, 2002).

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN I. PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

22/02/2017. Outline SURVEI KONSUMSI PANGAN. Manfaat survei konsumsi pangan. Metode Survei Konsumsi Pangan. Tujuan Survei Konsumsi Pangan

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

PERBEDAAN POLA PANGAN HARAPAN DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN SUKOHARJO (Studi di Desa Banmati dan Kelurahan Jetis)

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

DINAMIKA KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PALAWIJA

DINAMIKA POLA DAN KERAGAMAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PERDESAAN PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

ANALISIS HUBUNGAN PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN DENGAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KABUPATEN SRAGEN

KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

Pola Konsumsi Pangan Penyandang Disabilitas di Kota Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Tempat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dan

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN BOYOLALI

PENGELUARAN RUMAH TANGGA PETANI KARET DI DESA PULAU JAMBU KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang

Garis Kemiskinan. Rumus Penghitungan : GK = GKM + GKNM. GK = Garis Kemiskinan GKM = Garis Kemiskinan Makanan GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 10 KETERSEDIAAN BAHAN MAKANAN & PENGELUARAN PENDUDUK CHAPTER 10 FOOD SUPPLY AND POPULATION EXPENDITURE Pengeluaran dan Konsumsi

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS KETAHANAN PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI RAWAN BENCANA BANJIR DI KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN BOJONEGORO SKRIPSI

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peradaban masyarakat untuk memenuhi kualitas hidup semakin dituntut

PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

Transkripsi:

PROPORSI PENGELUARAN DAN KONSUMSI PANGAN PADA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN BOJONEGORO MENUJU EKONOMI KREATIF BERBASIS KETAHANAN PANGAN WILAYAH RINGKASAN Suprapti Supardi dan Aulia Qonita Penelitian ini bertujuan untuk memetakan kondisi sosial ekonomi budaya rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir, menganalisis besarnya proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir, menganalisis konsumsi energi dan protein rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir, menganalisis kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir. Desain penelitian adalah riset eksploratori, yang dilaksanakan di Kabupaten Bojonegoro. Metode pengambilan lokasi penelitian secara purposif, yaitu Kecamatan Malo, Kecamatan Trucuk dan Kecamatan Balen. Sampel rumah tangga petani diambil secara simple random sampling pada desa yang terkena banjir dengan luasan terbesar dimana total rumah tangga petani yang diambil sebanyak 90 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan rumah tangga petani perpendidikan SD, memiliki pekerjaan pokok sebagai petani dan pada banjir tidak bekerja. Luas lahan pertanian yang dimiliki rata-rata sebesar 3.520 m 2 dan mengalami kerusakan jika terjadi banjir. Rata-rata pengeluaran konsumsi energi dan protein rumah tangga di daerah rawan banjir adalah 944,93 kkal/orang/hari dan 44,03 gram/orang/hari, sehingga tingkat konsumsi energinya sebesar 45,75% termasuk dalam kategori kurang dan tingkat konsumsi protein sebesar 82,91% termasuk dalam kategori sedang. Kondisi ketahanan rumah tangga petani adalah 0% tahan pangan, 1,11% rentan pangan, 27,78% kurang pangan dan 71,11% rawan pangan. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Bojonegoro sekitar 1,3 juta orang dimana mayoritas merupakan petani padi. Rumah tangga petani di daerah itu umumnya pemenuhan kebutuhan pangan berasal dari produksi tanaman pangan sendiri dan membeli bahan pangan. Gangguan terhadap kelancaran produksi akan berpotensi memicu kekurangan pangan. Kalaupun kekurangan pangan dapat dipenuhi dari daerah lain, belum tentu masyarakat mampu menjangkaunya mengingat kegagalan produksi berdampak pada penurunan pendapatan. Tanpa upaya mengoptimalkan kemampuan produksi pangan, maka ketahanan pangan masyarakat di daerah tersebut akan cenderung melemah. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan secara sementara dikenal sebagai kerawanan pangan sementara. Bencana alam yang terjadi tiba-tiba, bencana yang terjadi secara bertahap, perubahan harga atau goncangan terhadap pasar, epidemic

penyakit, konflik sosial dapat menyebabkan terjadinya kerawanan pangan sementara. Kerawanan pangan sementara dapat dibagi menjadi dua sub-kategori: menurut siklus, di mana terdapat suatu pola yang berulang terhadap kondisi rawan pangan, misalnya, "musim paceklik" yang terjadi dalam periode sebelum panen, dan sementara, yang merupakan hasil dari suatu gangguan mendadak dari luar pada jangka pendek seperti kekeringan atau banjir. Kerawanan pangan sementara inilah yang terjadi pada rumah tangga petani yang tinggal di daerah aliran sungai Bengawan Solo di Bojonegoro. Ketahanan pangan menurut UU RI No. 7 Tahun 1996 didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Harper et.all (1986) menyatakan bahwa ketersediaan pangan terutama tergantung pada : (a) cukup luas lahan untuk menanam tanaman pangan, (b) penduduk untuk menyediakan tenaga (c) uang untuk menyediakan modal pertanian yang diperlukan (d) tenaga terampil untuk membantu meningkatkan baik produksi pangan maupun distribusi yang merata. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memetakan kondisi sosial ekonomi budaya (2) Menganalisis besar proporsi pengeluaran konsumsi pangan terhadap pengeluaran rumah tangga petani (3) Menganalisis konsumsi energi dan protein rumah tangga petani (4) Menganalisis kondisi ketahanan pangan. METODOLOGI Metode Dasar Penelitian Desain penelitian adalah riset eksploratori untuk mendapatkan gambaran atau identifikasi mengenai ketahanan pangan rumah tangga petani di daerah rawan banjir. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) sesuai pembagian daerah terkena banjir menurut Bakorlak Kabupaten Bojonegoro, yaitu wilayah barat diwakili Kecamatan Malo, wilayah tengah diwakili Kecamatan Trucuk dan wilayah timur diwakili Kecamatan Balen. Kecamatan diambil berdasarkan luas genangan yang menggenangi rumah penduduk dan areal pertanian (sawah dan ladang). Dari tiap kecamatan diambil satu desa yang mempunyai luas genangan banjir terbesar, untuk Kecamatan Balen diambil Desa Kedungdowo, Kecamatan Trucuk diambil Desa Sumbang Timun dan Kecamatan Malo diambil Desa Tulungagung. Rumah tangga petani sebagai sample penelitian ini diambil secara simple random sampling dan tiap desa diambil 30 rumah tangga petani. Total sampel rumah tangga petani sebanyak 90 rumah tangga petani. 2

Metode Analisis Data a. Kondisi sosial ekonomi budaya dianalisis secara deskriptif. b. Pola pengeluaran rumah tangga petani dianalisis secara deskriptif dengan mengelompokkan pengeluaran rumah tangga petani untuk pangan dan non pangan kemudian masing-masing kelompok dibandingkan dengan total pengeluaran sehingga didapatkan proporsi pengeluaran untuk pangan dan non pangan. c. Konsumsi energi dan protein dihitung dengan menghitung jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi anggota rumah tangga kemudian dikonversikan ke dalam bentuk energi dan protein dengan bantuan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Rumus : G ij = BP j /100 x Bdd j /100 x KG ij Keterangan : KG ij : kandungan energi /protein per 100 gram pangan j yang dikonsumsi (energi dalam satuan kilokalori, protein dalam satuan gram) BP j : berat pangan j yang dikonsumsi (gram) Bdd j : bagian dapat dimakan dari 100 gram pangan j (%) G ij : jumlah energi /protein yang dikonsumsi dari pangan j (energi dalam satuan kilokalori, protein dalam satuan gram) Tingkat konsumsi energi dan protein dihitung dengan membandingkan jumlah energi dan protein yang dikonsumsi dengan Angka Kecukupan Energi dan Protein yang Dianjurkan sesuai Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 yaitu 2000 kkal/orang/hari untuk energi dan 52 gram/orang/hari untu protein. Tingkat konsumsi energi dan protein ini dihitung dalam satuan persen. konsumsi energi konsumsi protein TKE x 100% TKP x 100% AKE yang dianjurkan AKP yang dianjurkan d. Ketahanan pangan rumah tangga petani diukur dengan menggabungkan nilai proporsi pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga dan tingkat kecukupan energi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Identitas Kepala Rumah Tangga Identitas kepala rumah tangga disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Identitas Kepala Rumah Tangga No. Uraian Rata-rata 1. Umur (thn) 47,5 2. Tingkat Pendidikan SD 3

3. Jenis Pekerjaan Pokok A. Saat Kondisi Tidak Banjir Petani B. Saat Kondisi Banjir Tidak Bekerja 4. Jenis Pekerjaan Sampingan A. Saat Kondisi Tidak Banjir Tidak Ada B. Saat Kondisi Banjir Tidak Bekerja Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata umur kepala keluarga 47,5 tahun, pendidikan kepala keluarga adalah SD. Jenis pekerjaan pokok kepala keluarga, ketika kondisi tidak banjir, adalah petani. Ketika kondisi banjir, kepala keluarga tidak bekerja. Kepala rumah tangga tidak memiliki pekerjaan sampingan. 2. Identitas Isteri Identitas isteri disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Identitas Isteri No. Uraian Rata-rata 1. Umur (thn) 40,5 2. Tingkat Pendidikan SD 3. Jenis Pekerjaan Pokok A. Saat Kondisi Tidak Banjir Petani B. Saat Kondisi Banjir Tidak Bekerja Berdasar Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata usia isteri ialah 40,5 tahun, pendidikan SD dan bekerja sebagai petani saat kondisi tidak banjir dan tidak bekerja saat banjir. 3. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga petani dikelompokkan menjadi 2, yaitu pendapatan pokok dan pendapatan sampingan. Rata-rata pendapatan saat kondisi tidak banjir dan saat kondisi banjir disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Saat Kondisi Tidak Banjir (Rp/bln) No. Asal Pendapatan Rata-rata Persentase (%) 1. Pekerjaan Pokok Rp 780.405,56 69,64 2. Pekerjaan Sampingan Rp 340.166,67 30,36 Jumlah Rp 1.120.572,22 100 Pada penelitian ini rata-rata pendapatan rumah tangga petani saat kondisi tidak banjir adalah Rp 780.405,56 per bulan, sedangkan untuk pekerjaan sampingan sebesar Rp 340.166,67 per bulan, sehingga jumlah total pendapatan Rp 1.20.572,22 per bulan. Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Rumah Tangga Petani Saat Kondisi Banjir (Rp / bln) No. Asal Pendapatan Rata-rata Persentase (%) 4

1. Pekerjaan Pokok Rp 53.833,34 53,27 2. Pekerjaan Sampingan Rp 47.222,22 46,73 Jumlah Rp 101.055,56 100 Rata-rata pendapatan rumah tangga petani saat kondisi banjir dari pekerjaan pokok adalah Rp 53.833,34 per bulan, sedangkan untuk pekerjaan sampingan sebesar Rp 47.222,22 per bulan, sehingga total pendapatan adalah Rp 101.055,56 per bulan. 4. Pengeluaran Rumah Tangga Pengeluaran untuk pangan dan non pangan dibedakan menjadi pengeluaran pangan dan non pangan saat kondisi tidak banjir dan saat kondisi banjir yang disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Rata-rata Pengeluaran Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani di Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jenis Pangan Kondisi Tidak Banjir Kondisi Banjir Rp/bln % Rp/bln % 1. Padi-padian 167.819,44 22,24 160.791,67 23,94 2. Umbi-umbian 3.708,33 0,49 2.763,89 0,41 3. Ikan 56.827,78 7,53 48.411,11 7,21 4. Daging 23.541,67 3,12 14.836,11 2,21 5. Telur dan susu 21.136,11 2,80 15.419,44 2,30 6. Sayur-sayuran 105.984,44 14,05 91.834,44 13,68 7. Kacang-kacangan 60.572,22 8,03 50.666,67 7,54 8. Buah-buahan 15.500,00 2,05 7.888,89 1,17 9. Minyak dan lemak 34.500,00 4,57 30.025,00 4,47 10. Bahan minuman 58.046,67 7,69 50.379,44 7,50 11. Bumbu-bumbuan 43.221,11 5,73 43.380,00 6,46 12. Konsumsi lainnya 40.974,44 5,43 38.368,89 5,71 13. Makanan dan minuman jadi 28.522,22 3,78 21.322,22 3,18 14. Tembakau dan sirih 94.105,56 12,47 95.438,89 14,21 Total 754.460,00 100,00 671.526,67 100,00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa ketika kondisi tidak banjir rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan sebesar Rp 754.460,00 per bulan. Pengeluaran terbesar adalah padi-padian yaitu Rp 167.819,44 (22,24%). Pengeluaran terbesar kedua adalah sayur-sayuran yaitu Rp 105.984,44 (14,04%). Pengeluaran terbesar ketiga untuk tembakau dan sirih yaitu Rp 94.105,56 (12,47%). Pada saat kondisi banjir rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan sebesar Rp 671.526,67 per bulan. Pengeluaran terbesar adalah kelompok padipadian yaitu Rp 160.791,67 (23,94%). Pengeluaran terbesar kedua adalah kelompok 5

tembakau dan sirih yaitu Rp 95.438,89 (14,21%). Pengeluaran ketiga adalah sayursayuran yaitu 91.834,44 (13,68 %). Tabel 6. Rata-rata Pengeluaran Non Pangan Rumah Tangga Petani pada Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Bojonegoro Jenis Pengeluaran Kondisi Tidak Banjir Kondisi Banjir Rp/bln % Rp/bln % 1. Perumahan 65.877,78 20,41 64.577,78 23,10 2. Aneka barang dan jasa 84.265,56 26,11 79.213,33 28,33 3. Biaya pendidikan 46.095,56 14,28 34.740,00 12,43 4. Biaya kesehatan 8.566,67 2,65 7.622,22 2,73 5. Sandang 2.855,56 0,88 2.766,67 0,99 6. Barang Tahan Lama 55,56 0,02 55,56 0,02 7. Pajak dan asuransi 27.616,67 8,56 24.711,11 8,84 8. Keperluan sosial 87.377,78 27,08 65.877,78 23,56 Total 322.711,11 100,00 279.564,44 100,00 Tabel 6. menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi non pangan saat tidak banjir adalah Rp 322.711,11 per bulan. Pengeluaran terbesar untuk keperluan sosial sebesar Rp 87.377,78 (27,08%). Pengeluaran terbesar kedua untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp 84.265,56 (26,11%). Pengeluaran terbesar ketiga untuk perumahan sebesar Rp 65.877,78 (20,41%). Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi non pangan saat banjir adalah Rp 279.564,44 per bulan. Pengeluaran terbesar adalah untuk aneka barang dan jasa yaitu sebesar Rp 79.213,33 (28,33%). Pengeluaran terbesar kedua untuk keperluan sosial yaitu sebesar Rp 65.877,78 (23,56%). Pengeluaran terbesar ketiga untuk biaya perumahan yaitu sebesar Rp 64.577,78 (23,10%). Pendapatan, pengeluaran pangan dan non pangan, proporsi pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan terhadap total pengeluaran rumah tangga petani disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani pada Daerah Rawan Banjir Di Kabupaten Bojonegoro (Rp/bln) Komponen Besarnya (Rp) Pendapatan a. Kondisi tidak banjir 1.120.572,22 b. Kondisi banjir 101.055,56 Pengeluaran a. Pangan - Kondisi tidak banjir 754.460,00 - Kondisi banjir 671.526,67 b. Non pangan 6

- Kondisi tidak banjir 322.711,11 - Kondisi banjir 279.564,44 Selisih pendapatan dan pengeluaran a. Kondisi tidak banjir 43.401,11 b. Kondisi banjir -850.035,55 Proporsi pangan terhadap total pengeluaran (%) saat terjadi banjir 70,61 Proporsi pangan terhadap total pengeluaran (%) saat tidak terjadi banjir 70,04 Proporsi non pangan terhadap total pengeluaran (%)saat terjadi banjir 29,39 Proporsi non pangan terhadap total pengeluaran (%) saat tidak terjadi banjir 29,96 Tabel 7 menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran konsumsi pangan saat banjir sebesar 70,61% dan saat tidak banjir sebesar 70,04%. Proporsi pengeluaran konsumsi non pangan saat banjir sebesar 29,39% dan saat tidak banjir sebesar 29,96%. Selisih pendapatan dan pengeluaran dibedakan jadi dua, yaitu ketika kondisi tidak banjir dan kondisi banjir. Ketika kondisi tidak banjir, ada sisa pendapatan sebesar Rp 43.401,11. Ketika kondisi banjir tidak ada sisa pendapatan, petani malah mengalami kekurangan dana sebesar Rp 850.035,55. Sisa pendapatan ketika kondisi tidak banjir bukan merupakan uang yang sengaja ditabung/disimpan di rumah oleh rumah tangga petani, karena pada kenyataannya rumah tangga petani belum tentu memiliki uang untuk disimpan atau ditabung. Sisa pendapatan digunakan untuk menutup pengeluaran rumah tangga ketika terjadi banjir. Namun, tetap tidak dapat menutup jumlah pengeluaran. Sehingga petani mengalami kekurangan dana ketika kondisi banjir karena mayoritas petani tidak bisa melakukan aktivitas bekerja dan tanaman yang dibudidayakan dalam keadaan puso/penurunan produksi, sehingga rata-rata pendapatan yang diperoleh sangat kecil dan tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Padahal kebutuhan untuk pangan dan non pangan selalu diperlukan. Kekurangan dana ini ditanggulangi dengan cara mencari pinjaman pada saudara, kerabat maupun tetangga dengan cara menggali lubang tutup lubang. 5. Konsumsi Energi dan Protein Konsumsi energi dan protein digunakan untuk mengukur kuantitas pangan. Rata rata-rata konsumsi energi dan protein rumah tangga petani terlihat pada tabel berikut: Tabel 8. Rata-Rata Konsumsi Energi Dan Protein Rumah Tangga Petani dan Tingkat Konsumsi Gizi Rumah Tangga Petani di Kabupaten Bojonegoro Kandungan Gizi Konsumsi AKG yang dianjurkan TKG (%) Energi (kkal/orang/hari) 944,93 2.065,39 45,75 Protein (gram/kapita/hari) 44,03 53,11 82,91 7

Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa rata-rata konsumsi energi rumah tangga petani sebesar 944,93 kkal/orang/hari dan konsumsi protein sebanyak 44,03 gram/kapita/hari. Besar konsumsi energy dan protein tersebut sebanding dengan 45,75% tingkat kecukupan energy dan 82,91% tingkat kecukupan protein. Sebaran kategori tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 9. Sebaran Kategori Tingkatan Konsumsi Energi dan Protein Rumah Tangga Petani di Kabupaten Bojonegoro Kategori Tingkat Konsumsi Gizi Energi (kkal/org/hr) Protein (gram/org/hr) Jumlah % Jumlah % Defisit (< 70% AKG) 88 97,78 30 33,33 Kurang (70 80% AKG) 1 1,11 18 20,00 Sedang (80 99% AKG) 1 1,11 18 20,00 Baik ( 100% AKG) 0 0 24 26,67 Jumlah 90 100,00 90 100,00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk konsumsi energi terdapat 88 (97,78%) rumah tangga dengan status defisit; 1 (1,11%) dalam status kurang; dan 1 (1,11%) dalam status sedang. Untuk konsumsi protein terdapat 30 (33,33%) rumah tangga dengan status defisit; 18( 20%) dalam status kurang; 18 (20%) dalam status sedang dan 24 (26,67%) dalam status sedang. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga petani belum tercukupi kebutuhan energinya, namun sudah tercukupi kebutuhan protein. Kebutuhan energi rumah tangga petani belum tercukupi karena perbedaan pola konsumsi makanan dan minuman yang dikonsumsi tiap rumah tangga. 6. Ketahanan Pangan Rumah Tangga bawah ini : Sebaran ketahanan pangan rumah tangga petani dapat dilihat pada tabel 10 di Tabel 10. Sebaran Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani di Kabupaten Bojonegoro No Status Ketahanan Pangan Jumla % h RT 1. Tahan proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi 0 0,00 energi cukup (>80% Angka Kecukupan Energi) 2. Rentan proporsi pengeluaran pangan >60%, konsumsi 1 1,11 energi cukup (>80% Angka Kecukupan Energi) 3. Kurang proporsi pengeluaran pangan <60%, konsumsi 25 27,78 energi (<80% Angka Kecukupan Energi) 4. Rawan proporsi pengeluaran pangan >60%, konsumsi energi kurang (<80% Angka Kecukupan Energi) 64 71,11 8

Jumlah 90 100,00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rumah tangga petani dengan status rawan sebanyak 64 (71,11%) rumah tangga; status kurang pangan sebanyak 25 (27,78%) dan status rentang pangan sebanyak 1 (1,11%). Dapat disimpulkan bahwa rumah tangga petani tergolong rumah tangga yang rawan pangan. Ini berarti bahwa rumah tangga petani memiliki proporsi pengeluaran pangan yang besar, namun konsumsi energi belum terpenuhi. Hal ini disebabkan karena pendapatan yang terbatas, pola makan yang tidak memperhatikan nilai gizi dan kondisi tempat tinggal yang berada di daerah rawan banjir yang ketika banjir datang kadang-kadang menghambat mereka memperoleh pendapatan maupun pangan. Pada saat banjir besar rumah tangga mengandalkan konsumsi pangan dari bantuan pangan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil pemetaan kondisi sosial ekonomi budaya rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir menunjukkan a) Sebagian besar kepala rumah tangga dan isteri tergolong usia produktif, b) Tingkat pendidikan kepala rumah tangga dan isteri sebagian adalah SD, c) Pekerjaan pokok kepala rumah tangga sebagai petani dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan, d) Pekerjaan pokok isteri membantu suami di sawah sebagai petani dan sebagai ibu rumah tangga, 2. Nilai proporsi pengeluaran untuk konsumsi pangan pada saat terjadi banjir terhadap total pengeluaran sebesar 70,61% dan pada saat tidak banjir sebesar 70,04%. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada saat terjadi banjir sebesar 29,39% dan pada saat tidak banjir sebesar 29,96%. 3. Rata-rata konsumsi energy dan protein adalah 944,93 kkal/orang/hari dan 44,03 gram/kapita/hari. Tingkat kecukupan energy sebesar 45,75% yang termasuk kategori deficit dan tingkat kecukupan protein sebesar 82,91% yang termasuk dalam kategori sedang. 4. Kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani dengan status rawan pangan Saran sebesar 71,11%, status kurang pangan sebanyak 27,78% dan rentang pangan hanya sebanyak 1,11% dari total responden. 9

1. Rumah tangga petani yang tinggal di daerah rawan banjir seyogyanya mulai memikirkan pekerjaan apa yang bisa dilakukan untuk memperoleh pendapatan selama terjadi banjir. Alih profesi selama banjir terjadi dari petani menjadi pedagang, buruh industri atau karyawan swasta yang part time dapat menjadi pilihan yang tepat pada selama terjadi banjir yang disesuaikan dengan keahlian/ keterampilan yang mendukung pekerjaan tersebut. 2. Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga masih harus ditingkatkan. Peningkatan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dapat ditempuh dengan jalan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani dan memanfaatkan programprogram ketahanan pangan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Peningkatan pendapatan bisa ditempuh dengan mencari pekerjaan sampingan dengan memanfaatkan ketrampilan yang dimiliki oleh para anggota rumah tangga petani atau memanfaatkan waktu luang selama terjadi banjir dengan alih profesi dari bidang pertanian ke non pertanian. DAFTAR PUSTAKA Anonim. Profil Kabupaten Bojonegoro. www.bojonegoro.go.id Arifin,B, 2004, Penyediaan dan Aksesibilitas Ketahanan Pangan dalam Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 17-19 Mei 2004. Erlyna Wida Riptanti, Wiwit Rahayu, Mei Tri Sundari. 2010. Model Pengembangan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin Pada Daerah Rawan Banjir Di Kota Surakarta. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian UNS, Surakarta. Hardinsyah dan D. Briawan. 1990. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan GMSK, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Harper, L.J, B.J Deaton., J.A. Doiskel. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian (Diterjemahkan oleh Suhardjo). UI Press. Jakarta Marwanti, S, 2002. Pola Pengeluaran Untuk Konsumsi Pangan Gizi Penduduk Indonesia (Analisis Data Susenas 1999.Carakatani XVII Nomor 2, Oktober 2002. Rachman, H. dan M. Ariani. 2002. Ketahanan Pangan: Konsep, Pengukuran dan Strategi. Forum Agro Ekonomi. Vol. XX/No. 1: 12-24 Soetrisno,N, 1995, Ketahanan Pangan Dunia: Konsep, Pengukuran dan Faktor Dominan dalam Pangan Nomor 21 Vol. V, 1995. Rahayu, W. 2004. Konsumsi Bahan Pangan Sumber Karbohidrat di Jawa Tengah. Agrosains XVII Nomor 1, Januari 2004. _. Umi Barokah, Erlyna Wida dan Setyowati. 2007. Analisis Ketersediaan Pangan Pokok pada Rumah Tangga Miskin di Kota Surakarta. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian UNS, Surakarta.. Umi Barokah dan Erlyna Wida R. 2007. Dampak Kenaikan Harga Beras dan Strategi Mewujudkan Ketahanan Pangan Oleh Keluarga Pra Sejahtera di Kota Surakarta. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian UNS, Surakarta. 10