BAB IV ANALISIS. yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Iman adalah pekerjaan yang berhubungan dengan perbuatan batin (hati)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam. 1 Masyarakat Kalimantan

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kepercayaan ini menimbulkan perilaku tertentu seperti berdo a,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tergabung dalam suku-suku, baik suku yang besar maupun. kepercayaan yang melandasi tata aturan hidup keseharian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V KESIMPULAN. Tabob merupakan hewan yang disakralkan oleh masyarakat Nufit (dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang belum beragama. Dakwah yang dimaksud adalah ajakan kepada

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB IV MAKNA TRADISI SEDEKAH BUMI DAN LAUT SERTA KAITANNYA DENGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jarak dengan ibukota provinsi (pekanbaru)sekitar 200 km. 1) Sebelah utara berbatasan dengan desa sepotong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah Islamiyah merupakan suatu kegiatan yang bersifat menyeru,

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Hal ini berkaitan erat dengan aktivitas dakwah yang dilakukan, dakwah

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

PRAKTEK RITUAL BAKAR DUPA DALAM PANDANGAN ISLAM DESA LAWONUA KEC.BESULUTU KAB. KONAWE

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

INTERAKSI KEBUDAYAAN

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

TERMINOLOGIS KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

KEBUDAYAAN SUKU BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah suasana kehidupan sekarang ini, manusia mengalami kemajuan

BAB V PENUTUP. masih dijalankan dalam masyarakatnya. Di Nagari Batu Gajah salah satu tradisi

BAB I PENDAHULUAN. aspek pribadi manusia lahir dan batin, agar terbentuk menjadi manusia seutuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA. Penulis telah memaparkan pada bab-bab yang terdahulu mengenai dasar

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Seperti yang telah dipaparkan dalam Bab I, maka dalam Bab IV ini akan dipaparkan

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

cara damai dan tanpa paksaan maupun kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB I PENDAHULUAN. satunya Indonesia, Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi atau tidak lepas dari alam sekitar. Keadaan alam sekitar inilah yang

dianut oleh sekelompok suku atau sub-suku ataupun gabungan beberapan suku;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. perlu dalam perkembangan zaman untuk menghadapi permasalahan-permasalah yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bandingkan dengan makhluk yang lain, baik dalam bentuk fisik maupun dalam

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

Oleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS Dari hasil penelitian pada bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fenomena kekerabatan manusia dengan buaya di Kelurahan Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat Kota Banjarmasin adalah merupakan kekerabatan yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur mereka, yang bermula dari Datu Abi (H. Surya) dan diikuti oleh keturunannya hingga saat ini, dengan motivasi yang tidak jauh berbeda. Jadi, meskipun keturunan Datu Abi dan orang lain umumnya berasal dari Kecamatan Pugaan dan sekitarnya dan merantau ke Banjarmasin yang juga melakukan hal yang sama yaitu menjalin hubungan kekerabatan dengan buaya, sudah tidak berdomisili di Kecamatan Pugaan lagi, namun kepercayaan akan adanya rasa kekerabatan tersebut tetap terbina, hal ini dikarenakan konsekwensi dan komitmen mereka akan sebuah ikatan perjanjian dengan leluhur buaya yang dari dulu sudah terjalin, sehingga susah bagi mereka untuk melepas perjanjian tersebut. Kepercayaan adalah sebuah sugesti yang mempengaruhi seseorang, dan seseorang akan menjalani hidup sesuai dengan apa yang diyakininya. Orang yang secara turuntemurun mewarisi suatu kepercayaan akan terus hidup dengan kepercayaannya, 47

48 hal ini juga yang berlaku pada beberapa penduduk di Kelurahan Teluk Tiram yang masih menganut kepercayaan akan adanya kekerabatan dengan buaya leluhur mereka. Jika ditinjau secara fenomenologis, khususnya fenomenologi agama, kepercayaan di atas jelas dapat dikategorikan sebagai kepercayaan totemisme, yakni seseorang mempercayai akan adanya hubungan kekerabatan dan atau kekeluargaan dengan binatang tertentu, yang dalam kasus ini adalah buaya. Dari kasus tersebut juga dapat dilihat bahwa meskipun para penganut sudah lama tinggal jauh dari daerah asal kepercayaan tersebut tumbuh dan berkembang, dan kini mereka tinggal di suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat berbagai kepercayaan, namun keyakinan mereka tidak berubah. Ini dikarenakan mereka tinggal secara berkelompok dan semacam terbentuk suatu komunitas di antara mereka, yang memungkinkan mereka tetap dapat selalu berinteraksi satu sama lain khususnya mengenai kepercayaan totemisme mereka, sehingga kepercayaan ini tidak mudah hilang begitu saja dan tetap dilestarikan. Dan jika dilihat dari aspek psikologis, setiap manusia tak terkecuali yang mengaku tidak beragama sekalipun tetap secara fitrah ia akan merasa perlu bergantung kepada sesuatu yang diyakininya memiliki kekuatan absolut, supernatural, dan tidak dapat divisualisasikan dengan panca indera. Secara naluri manusia akan selalu merasa ada kekuatan maha dahsyat di luar dirinya yang bisa saja setiap saat mengancam dirinya, atau sebaliknya menolong dirinya dari marabahaya, sehingga ia perlu melakukan suatu pemasrahan diri berupa pendekatan, pemujaan, hingga penyembahan kepada sesuatu yang diyakininya

49 sebagai tempat bergantung tersebut. Terlepas seseorang tersebut sudah menganut suatu agama atau tidak, sudah merasa bertuhan atau tidak, praktek-praktek pemujaan akan selalu perlu untuk diadakan, dengan berbagai motivasinya. Sedangkan dalam kasus kepercayaan akan adanya hubungan kekerabatan dengan buaya berikut ritual-ritualnya dalam kasus ini, kepercayaan tersebut dapat dikategorikan sebagai sinkretisme, yaitu bercampurnya beberapa kepercayaan dalam diri seseorang maupun kelompok. Ini dapat dilihat dari data yang terhimpun bahwa semua responden (penganut kepercayaan kekerabatan dengan buaya) beragama Islam, dan mereka sebagaimana pengakuan mereka sendiri tetap mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimintai pertolongan adalah Allah swt. saja, namun mereka juga tetap mempertahankan keyakinannya akan adanya hubungan kekerabatan dengan buaya dan setiap tahun melakukan ritual tertentu untuk menolak berbagai musibah yang datang dari sang buaya dengan alasan berwasilah, yang dalam istilah lain basari at, yakni mengusahakan sebab, baik itu sebab kesembuhan, sebab tertolaknya bala, sebab terhindarnya marabahaya dan penyakit yang disebabkan oleh sang buaya, dan lain-lain, yang mana ritual basari at dalam kasus ini dinamakan manyanggar, yang dipimpin oleh seorang ulama (baca: dukun) yang dianggap sakti dan menguasai proses ritual tersebut, dan tentunya mempunyai hubungan kekerabatan dengan buaya pula. 1 1 Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar; Deskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 427.

50 Adapun dari hasil wawancara penulis dengan beberapa tokoh agama (ulama) sekitar Kecamatan Teluk Tiram, secara umum mereka sepakat bahwa kepercayaan akan adanya hubungan kekerabatan manusia dengan buaya di lingkungan mereka adalah kepercayaan yang mengarah kepada kemusyrikan. Apalagi, kata mereka, buaya yang dimaksud bukanlah buaya asli melainkan buaya siluman atau jadi-jadian, dan ritualnya pun merupakan kemubadziran. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. yang termaktub dalam Alquran Surah az-zumar ayat 3:... )الزمر: )٣... Menurut mereka pula, bahwa kepercayaan dan perilaku sebagian masyarakat yang meyakini adanya hubungan kekerabatan dengan buaya tersebut tidak lepas dari kedangkalan pemahaman keagamaan pada tiap individu masyarakat itu sendiri, serta kuatnya mereka dalam memegang teguh tradisi yang diwarisi secara turun-temurun, sehingga fenomena tersebut bukan lagi hal baru di lingkungan tersebut. Para ulama di sini menjelaskan, bahwa jika ditinjau dari aspek historis, fenomena tersebut sangatlah wajar, dikarenakan masyarakat Indonesia pada umumnya, dan masyarakat Kecamatan Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat khususnya, sebagian besar dahulunya adalah keturunan masyarakat yang menganut kepercayaan animisme, dinamisme (bahkan sebagiannya totemisme) sebelum masuknya Hindu, Budha, Islam dan Kristen seperti sekarang ini. Jadi, menurut mereka, pengaruh-pengaruh budaya dan kepercayaan nenek moyang bagi sebagian masyarakat beragama (Islam

51 khususnya) di Indonesia masih terlihat kentara, meskipun beberapa unsurnya sudah diislamisasikan, lewat jalur budaya pula. Sehingga menurut mereka, kepercayaan-kepercayaan warisan nenek moyang tersebut bisa bertahan atau tergerus dengan sendirinya, tergantung para pelaku dan penganutnya itu sendiri, apakah seiring berkembangnya zaman, pesatnya ilmu pengetahuan, dan banyaknya lembaga-lembaga keagamaan yang dapat mereka ikuti, pola pikir keberagamaan mereka akan berubah atau tidak, penganut itu sendirilah yang menentukan. Namun para ulama tidak berhenti sampai di situ saja dalam menyikapi berbagai fenomena keberagamaan tersebut, mereka juga berusaha berkomunikasi dengan masyarakat lewat jalur dakwah di berbagai majelis ta lim, pengajian khusus dan umum di tengah masyarakat, guna memberikan pemahaman yang lurus tentang agama yang dipeluk masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran ulama dalam masyarakat sangatlah vital, dan pandangan-pandangan mereka dapat dijadikan acuan, bahan rujukan, serta pertimbangan dalam hal keyakinan dan kepercayaan. Dari hasil penelitian penulis terhadap para ulama yang berdomisili di Kelurahan Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat ini, bisa dilihat bahwa sebenarnya mereka mempunyai peran yang independen di tengah masyarakat, yang mana dengan pendapat-pendapat mereka itu diharapkan masyarakat Kecamatan Banjarmasin Barat khususnya, dan umat Islam pada umumnya dapat mengambil pelajaran dari pendapat tersebut, guna meningkatkan pemahaman keagamaan mereka. Para ulama tesebut juga benar-benar dapat memainkan peran mereka di tengah masyarakat, dibuktikan dengan kesibukan mereka membina beberapa majelis

52 ta lim baik milik pribadi maupun milik suatu kelompok masyarakat. Mereka mampu memposisikan diri di tengah masyarakat secara netral, berdiri sendiri, dan berusaha menjadi pengayom keagamaan bagi masyarakat sekitar. Pandangan-pandangan mereka terkait kasus kekerabatan manusia dengan buaya di Kelurahan Teluk Tiram Kecamatan Banjarmasin Barat juga terlihat bijak dan objektif. Apresiatif, namun tetap kritis. Mereka tidak serta-merta menvonis, sebelum benar-benar mengerti permasalahan. Sikap inilah apresiatif namun tetap kritis yang hendaknya juga ada pada setiap tokoh agama yang mana pendapat-pendapat mereka sering diikuti oleh masyarakat, sehingga mereka tidak terjebak pada persepsi yang salah dan parsial dalam menyikapi permasalahan keagamaan dan kebudayaan yang terus berkembang di lingkungan mereka. Para ulama ini juga tidak hanya memberikan pandangan mengenai fenomena yang ada di lingkungannya, menjelaskan yang benar itu benar dan keliru itu keliru sekaligus menjelaskan pula di mana letak kekeliruannya secara objektif, serta mereka juga memberikan solusi positif dari pemahaman dan praktek keberagamaan yang mereka anggap keliru tersebut. Dan itulah, hemat penulis, ciri-ciri ulama yang komprehensif yang dibutuhkan masyarakat, karena fenomena kebudayaan dan keberagamaan masyarakat Indonesia sangatlah kompleks dan mozaik, yang tentunya menuntut kiprah ulama yang benar-benar mengerti pula akan keunikan tersebut.