BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jaman. Dalam Undang-undang Sistem Pedidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. seperti model pembelajaran, hasil-hasil penelitian, produk-produk lulusan dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

Analisis Profesionalitas Guru. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

REV 20 FEBRUARI 2015 RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENELITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Peran dari pendidikan tersebut adalah sebagai sarana dalam. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Mengajar lebih daripada pekerjaan-pekerjaan lainnya, telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sedang fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistim pendidikan nasional itu pada dasarnya dilaksanakan oleh Sekolah sebagai instituasi (lembaga) pendidikan dan wadah dimana proses pembelajaran berlangsung. Lebih lanjut, sekolah bukan hanya merupakan tempat berkumpulnya para guru dan murid malainkan suatu tatanan organisasi yang perlu dikelola secara profesional. Sekolah sebagai suatu organisasi profesional bertugas mengelola SDM secara profesional pula sehingga mampu menghasilkan lulusan berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan tantangan masyarakat lokal maupun global. Proses pendidikan dan pengajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik dan berhasil apabila dilaksanakan atas landasan formal yaitu undang-undang pendidikan, dibantu oleh sarana dan prasarana yang memadai, serta didukung oleh tenaga kependidikan yang profesional dan bertanggungjawab. Salah satu unsur 1

dari tenaga kependidikan yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah adalah Guru. Hasil penelitian para pakar pendidikan menunjukkan bahwa 34 % tingkat kelulusan anak di sekolah, kemampuan anak melakukan proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta internasionalisasi etika dan norma dalam diri anak didik ditentukan oleh guru; sedangkan 22 % ditentukan pengelola (kepemimpinan Ks.); sarana fisik 26% dan unsur belajar 18% (Fatah 1998). Sejalan dengan hasil penelitian ini, Fatah (1998) dan Saman (1994) menegaskan bahwa guru merupakan ujung tombak kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan sangat menentukan tingkat kelulusan anak. Dunia abad 21 yang ditandai oleh keterbukaan dan persaingan multidimensional dan kultural dalam setiap dimensi kehidupan termasuk dunia pendidikan saat ini perlu dilihat sebagai tantangan sekaligus peluang baru bagi seorang guru untuk menjalankan peranannya di sekolah tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar tetapi juga sebagai orang tua, pemimpin atau manajer, produsen atau pelayan, pembimbing atau fasilitator, motivator atau stimulator, peneliti dan nara sumber. Peranan ganda yang dilakoni guru ini merupakan bagian integratif dari usaha sekolah menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas agar mampu menjawab kebutuhan pembangunan bangsa dan negara ke depan. Tantangan zaman dalam dunia pendidikan juga menuntut para guru untuk memiliki prestasi kerja yang tinggi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Irawan (1997) mengartikan prestasi kerja sebagai kecakapan dan kemampuan seseorang pegawai atau guru melaksanakan amanat tugas atau 2

pekerjaan yang diberikan secara baik dan berhasil. Pengetahuan dan kemampuan intelektual, keterampilan kerja, sikap inovasi, motivasi kerja serta kesegaran jasmani yang dimiliki guru turut mempengaruhi prestasi kerja. Atkitson dkk (1993) mengatakan bahwa motivasi berkaitan erat dengan faktor-faktor yang memberi energi dan arah kepada prilaku manusia. Motivasi berprestasi pada diri setiap orang bisa berubah-ubah atau mengalami peningkatan atau penurunan. Perubahan ini terjadi akibat proses interaksi dan komunikasi secara intens dengan lingkungan dimana seseorang hidup dan kerja. Motivasi berprestasi juga bisa timbul dan berkembang karena hasil belajar individu yang diperoleh melalui pengalaman kerja dan usaha menghasilkan sesuatu secara sempurna. Seroang guru perlu memiliki motivasi untuk berprestasi karena motivasi itu dapat memberi dorongan dalam diri seseorang untuk meningkatkan prestasi kerja secara maksimal di sekolah atau minimal mempertahankan prestasi kerja baik yang sudah dicapai.. Program pemerintah ini diamanatkan dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini tidak lain merupakan kebijakan pemerintah paling konkrit dalam melakukan intervensi langsung untuk meningkatkan kualitas kompetensi guru lewat kebijakan keharusan guru memiliki kualifikasi Strata 1 atau D4, dan memiliki sertifikat profesi yang termuat dalamuu No.14 Tahun 2005 pasal 11 ayat 1.Sedangkan Pasal 11 ayat 2 disebutkan bahwa Guru adalah Pendidik Profesional. Dengan sertifikat profesi ini, guru juga berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 bulan gaji pokok guru dimuat dalam Permendiknas No.18.Tahun 2007. 3

Pada PP No.19 Tahun 2005 tentang Srandar Nasional Pendidikan ada delapan standar yang meliputi : 1. Standar Isi 2. Standar Proses 3. Standar Kompetensi Kelulusan 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 5. Standar Sarana dan Prasarana 6. Standar Pengelolaan 7. Standar Pembiayaan 8. Penilaian Pendidikan Pada PP No.19 Tahun 2005 pasal 28 ayat (3), UU No.14 Tahun 2005, Permendiknas No.16 Tahun 2005 menyebutkan, Guru sebagai tenaga pendidik dan agen pembelajaran memiliki empat Kompetensi yaitu : 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Profesional 4. Kompetensi Sosial Sehingga guru dalam proses kegiatan belajar mengajar empat kompetensi tersebut harus menjadi rohnya seorang guru yang telah menerima tunjangan sertifikasi. Tidak lantas tunjangan Sertifikasi sudah diterima, namun setiap ada tugas selalu mengeluh. Kesepakatan bersama (MOU) antara Mendiknas dengan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No.I.UM.01.02-253 dan Perendiknas No.18 Tahun 2007 4

tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Dengan kesepakatan bersama tersebut semakin memperkuat dan mempertegas pelaksanaan sertifikasi guru. Sertifikasi ialah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikasi tidak lain dari pada bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan pepamerintah kepada para guru sebagai tenaga profesional. Oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran dan pemahaman dari berbagai pihak bahwa sertifikasi adalah sarana menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan sikap dan aktivitas yang benar yaitu peningkatan mutu kerja yang tercermin dari sikap inovasi dan motivasi prestasi kerja. Kalau seorang guru mengikuti uji sertifikasi maka tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standard kemampuan guru. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi uji sertifikasi. Tujuan dilaksanakan sertifikai adalah : 1. Menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. 3. Meningktkan Profesionalisme guru. Menurut UU Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005, PP No.19 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2005 Kompetensi Guru meliputi. (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) 5 Kompetensi Profesional, (4) Kompetensi Sosial.

Sedangkan Peraturan Menteri No.18 Tahun 2007 pasal 2 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan berisi tentang (1) Sertifikasi Guru dalam Jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi, untuk mendapatkan sertifikat pendidik, (2) Uji Kompetensi dilakukan dalam bentuk penilaian Portofolio, (3) Penilaian Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman Profesional Guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendiskripsikan 10 komponen. Tugas guru sebagai kewajiban menurut Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 mancakup : (1) Kegiatan pokok, (2) tugas Tambahan. Tugas pokok atau kegiatan pokok yang masuk dalam unsur kualifikasi dalam pelaksanaan sertifikasi meliputi : (a) Kualifikasi akademik, (b) Pengalaman mengajar, (c) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan tugas tambahan meliputi : (a) Kepala Sekolah, (b) Wakil Kepala Sekolah, (c) Pembina kegiatan ekstra kurikuler. Selain Tugas yang harus dilaksanakan sebagai kewajiban, Guru akan menerima haknya yakni tunjangan profesional sebesar satu kali gaji. Pendidikan adalah sumber moral, guru adalah agen atau distributor moral siswa adalah konsumennya. Oleh karena itu mereka harus berupaya menjaga moralitas dan kejujuran, keteladanan dalam dunia pendidikan, yang sekarang sudah sulit mencari sosok guru yang dapat digugu dan ditiru. Setelah sertifikasi diharapkan dapat membangkitkan semangat etos kerja para profesional akan lebih 6 baik. Mulai hari senin sampai hari sabtu tidak ada libur, kecuali tanggal merah, demikian juga berangkat pagi hingga jam kerja selesai ada di sekolah, ada jam mengajar atau tidak itu adalah jam kerjannya, sehingga mereka dapat mengerjakan

pekerjaan di sekolah. Tidak selalu mengeluh tugasnya banyak, yang lebih memprihatinkan ada beberapa tugas yang tidak diketahui oleh guru yang memang itu menjadi tugas pokoknya, seperti membimbing anak didik, mendidik anak didik, membuat analisis baik analisis hasil ulangan maupun analisis butir soal, dianggapnya itu adalah tugas tambahan selalu muncul tugas baru, padahal itu termasuk tugas utama. Sertifikasi sudah didapat, dapatkah jadi diri melekat pada guru profesional di negeri ini? Dapat atau tidak tergantung dari guru itu sendiri. Sementara kondisi dilapangan kuranglah menggembirakan. Sebagian besar guru telah tercerabut dari jati dirinya, sedangkan guru-guru yang baru bekal menjadi seorang pendidik, pembimbing, pengajar dengan berbagai bekal didaktik dan metodiknya sangat minim sekali. Sehingga yang ada hanyalah pekerja (pengajar) bukan pendidik, itu saja masih lebih baik kalau mereka memahami melaksanakan pengajarannya dengan baik dan tertib. Banyak faktor selain yang disebutkan diatas tadi alasan lain baik guru yang rajin maupun yang tidak sama, pangkat/jabatan terus saja mengalir, ekonomi yang kurang, menjadi alasan jadi diri guru yang hilang, untuk itu perlu adanya suatu langkah lain agar guru dapat menjalankan tugasnya secara profesional selain sudah diberi reward yaitu perlu Punishment. Disamping pemerintah telah memberikan penghargaan untuk para guru yang berprestasi, sertifikasi juga digunakan sebagai alat 7 hukuman, sehingga dapat digunakan untuk mengawal kembalinya jati diri guru di Indonesia ini. Keseimbangan antara Reward dengan punishmennt dalam dunia pendidikan adalah langkah maju untuk mewujudkan kualitas pendidikan, lebih khusus kualitas profesional guru.

Bagaimana kondisi kualitas pendidikan dan kualitas profesional guru-guru di SMP Negeri 1 Balerejo, dapat kita tengok kebelakang sejarah singkat kondisi di sekolah tersebut. Sekolah ini berdiri pada tanggal 1 Agustus 1963 yang terletak di tepi jalan raya antara madiun surabaya, dan satu-satunya sekolah di kecamatan Balerejo saat itu. Dengan perkembangan zaman sekolah juga ikut berkembang lebih besar maju bersaing dengan smp negeri di Caruban. Sekolah ini jumlah siswanya cukup besar sehingga memerlukan tenaga pengajar, pendidik yang banyak.berdasarkan propil sekolah hingga sekarang dengan jumlah siswa secara keseluruhan ada 929 siswa dengan jumlah tenaga guru sebanyak 60 orang yang telah mengikuti sertifikasi sejumlah 37 orang, pada tahap pertama tahun 2006 sejumlah 3 orang tahap kedua tahun 2007 sejumlah 5 orang tahap ketiga tahun 2008 sejumlah 11 orang tahap keempat tahun 2009 sejumlah 9 orang tahap kelima tahun 2010 sejumlah 9 orang.(profil Sekolah). SMP Negeri 1 Balerejo dari tahun ketahun terus melakukan perubahan dari segi fisik bangunan selalu bertambah setiap tahun, segi tenaga juga demikian hampir semua tenaga pendidik guru sudah sarjana dan masih muda-muda, segi sarana terus berbenah, maka untuk semua itu perlu dilakukan progran sertifikasi dalam rangka mengangkat kesejahteraan guru meningkatkan kualitas dan profesionalismenya. Penulis tertarik mendalami tema penelitian ini karena penelitian tentang 8 implementasi kebijakan sertifikasi di SMP Negeri I Balerejo, Kabupaten Madiun belum pernah dilakukan. 1.2 Rumusan Masalah

Uraian tentang belakang masalah di atas mengetengahkan kebijakan sertifikasi bermaksud menghasilkan guru yang kompeten dalam arti memiliki sikap inovatif dan motivasi yang kuat untuk berprestasi dalam menjalankan tugasnya. Berdasarkan latar belakang tulisan ini maka masalah penelitian yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana implementasi kebijakan sertifikasi di SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun? b. Faktor-faktor yang mempengharui implementasi kebijakan sertifikasi di SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun? c. Bagaimana dampak kebijakan sertifikasi bagi peningkatan mutu mengajar guru di SMP Negeri 1 Balerejo Kabupaten Madiun? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dikaukan dengan tujuan sebagai berikut: a. Menganalisis bagaimana pelaksanaan implementasi kebijakan sertifikasi di SMP Negeri 1 Balerejo. b. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan sertifikasi di SMP Negeri1 Balerejo. 9 c. Menganalisis dampak kebijakan sertifikasi bagi guru - guru di SMP Negeri 1 Balerejo. 1.4 Manfaat Penelitian Adapaun kegunaan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademik, untuk memperkaya penerapan teori-teori pendidikan dan kebijakan publik dalam bidang pengawasan dan penyelenggaraan kebijakan pendidikan di suatu wilayah atau daearah. b. Secara praktis : 1. Bagi Peneliti bermanfaat untuk mengembangkan dan menerapkan penetahuan yang diperoleh selama kuliah dan pengembangan penelitian dilapangan. 2. Bagi Sekolah khususnya bagi para Guru-guru hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi baik sekolan maupun Guru serta menjadi uampan balik dalam mempertimbangkan pelaksanaan tugas sesuai dengan empat kompetensi yang harus dimiliki setiap guru. 3. Bagi Pengambil kebijakan, diharapkan dapat dijadikan masukan untuk membuat perencanaan-perencanaankegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi guru sehingga benar-benar menjadi guru yang Profesional. 1.5 Penegasan Istilah 10 a. Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok) pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai Tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk

mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan kebijakan. (Van Meter dan Van Harn,1975:447) b. Sertifikasi adalah pemberian sertifikat pendidik atau surat keterangan untuk guru dan dosen sebagai bukti formal pengakuan terhadap mereka sebagai tenaga pendidik yang profesional dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, melalui uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyana,2008). c. Dampak kebijakan adalah perubahan nyata pada tingkah laku yang dihasilkan oleh output (keluaran) kebijakan tersebut. Atau akibat yang terjadi berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan pada suatu obyek yang berupa kebijakan sertifikasi, seberapa besar kebijakan tersebut telah menyebabkan perubahan pada tujuan yang dikehendaki.(dunn,2005:513). 11