ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DI KAWASAN PARIWISATA, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG. Ni Kadek Dian Sri Apriliani I. K. G.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR JIMBARAN, KELURAHAN JIMBARAN

ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI (STUDI KASUS DI KOTA BATU TAHUN ) Alfiana Mauliddiyah. Abstract

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA YANG BEKERJA PADA SEKTOR INFORMAL DI KELURAHAN DAUH PURI KAUH, DENPASAR BARAT

Analisis Pendapatan Petani Karet Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Analysis of Rubber Farmers Income in the Bantan Districts Bengkalis

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA WARGA RT.006 RW.024 LINGKUNGAN KEBON DALEM KELURAHAN KEPATIHAN KECAMATAN KALIWATES KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

Ada 5 (lima) macam ukuran yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam pembangunan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus Hal.17-28

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BULELENG

PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN TEKNOLOGI TERHADAP PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN UKIRAN KAYU DI KECAMATAN UBUD. Ni Putu Sri Yuniartini

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

Keterbatasan Indeks Gini sebagai Ukuran Ketimpangan Pendapatan dan Solusi Metoda Alternatif

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

I. PENDAHULUAN. kondisi masyarakat yang lebih baik, yang ditunjukkan oleh kemajuan

HALAMAN PENGESAHAN...

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

DISPARITAS PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH DI PROVINSI MALUKU UTARA. Aisa Mashud Noortje M. Benu Mex L. Sondakh

KETIMPANGAN PENDAPATAN ANTARA KABUPATEN ACEH TENGAH DAN KABUPATEN BENER MERIAH

STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI KARET DI DESA SUKAMAJU KECAMATAN BATANG PERANAP KABUPATEN INDRAGIRI HULU

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

ANALISIS SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN OUTPUT REGIONAL KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (Studi Kasus: Kecamatan Percut Sei Tuan)

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

trffi ,K;sryiqrb Ngi.M v,w TESIS 0r7 PERTI.]MBUHAN DAhI KETIMPA}IGAN PEMBA}IGUNA}I EKONOMI AhTTAR KOTA/KABUPATEN DALAM PROVINSI DKI JAI{ARTA

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 2.6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Tegal Pada Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Medita Ivanni 1, T. Makmur 1, Safrida 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

ANALISIS DISPARITAS SPASIAL DAN ALIRAN INVESTASI DI DAERAH RIAU (The Analysis of The Spatial Disparity and Investment Flows in The Riau Province)

Analisis Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Dan Disparitas Pendapatan Dalam Implementasi Otonomi Derah di Propinsi Jambi. Oleh : Etik Umiyati.SE.

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin

DISTRIBUTION OF INCOME AND WELFARE LEVEL OF KKPA FARMERS IN PETALABUMI SEBERIDA INDRAGIRI HULU DISTRICT Kiki Fitri Andriyani, Eri Sayamar dan Arifudin

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Hal ini bisa terjadi akibat

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN INVESTASI TERHADAP KESENJANGAN PENDAPATAN DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

DISTRIBUSI PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA KERUBUNG JAYA KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Kemiling. Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Februari 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan tercapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat

MINGGU KE - 4. Daya Saing Wilayah EKONOMIKA WILAYAH DAN KOTA PL 2271

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang dapat menjelaskan secara teoritis kajian mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB sektoral Kabupaten Tulang Bawang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

Transkripsi:

E-Jurnal EP Unud, 2 [4] : 208-215 ISSN: 2303-0178 ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN DI KAWASAN PARIWISATA, KECAMATAN KUTA, KABUPATEN BADUNG Ni Kadek Dian Sri Apriliani I. K. G. Bendesa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana ABSTRAK Perkembangan industri terutama industri pariwisata di Bali pada umumnya dan di kecamatan Kuta pada khususnya pada masa sekarang memang sudah sangat berkembang. Setiap tahunnya bisa berjuta-juta wisatawan baik lokal maupun internasional datang berkunjung. Di lain pihak nelayan atau petani masih juga bertahan walaupun yang menggelutinya tidak terlalu banyak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya ketimpangan pendapatan diantara pekerja pariwisata dan nelayan atau petani. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Kuta, kabupaten Badung dengan menggunakan sampel sebanyak 98 orang. Teknik analisis yang di yaitu indeks Gini berdasarkan definisi geometris. Hasil yang diperoleh menunjukan terjadinya ketimpangan pendapatan antara pekerja pariwisata dan petani sebesar 0,331, diantara petani sebesar 0,111, dan diantara pekerja pariwisata sebesar 0,184. Dari hasil-hasil tersebut berarti ketimpangan pendapatan yang terjadi di kecamatan kuta termasuk ketimpangan rendah. Kata kunci : pariwisata, petani, indeks Gini, ketimpangan ABSTRACT Industrial development, especially in the tourism industry in general in Bali and Kuta district in particular in the present is already highly developed. Each year millions could both local and international travelers coming to visit. On the other hand, fishermen or farmers still persist even engaged in it is not too much. The purpose of this study is to determine the presence or absence of income inequality among tourism workers and fishermen or farmers. The research was conducted in the Kuta district, Badung regency using a sample of 98 people. The analysis technique used is the Gini index based on the geometric definition. The results obtained showed the income inequality between workers and peasants of 0.331 tourism, among farmers at 0.111, and 0.184 for tourism among workers. From these results it means that income inequality that occurred in the district of Kuta including low inequality. Key words : tourism, farmers, indexs Gini, inequality PENDAHULUAN Menurut Sherif, dkk. (2010), distribusi pendapatan dan efeknya terhadap ekonomi selalu menjadi perhatian bagi para ekonomi, dimana para ahli terbagi menjadi dua aliran, satu berpendapat bahwa dengan adanya ketidaksetaraan pendapatan dapat menguntungkan bagi kinerja ekonomi sementara yang lainnya berpendapat bahwa kesenjangan atau ketidakmerataan menyebabkan sulitnya memperoleh hasil yang diharapkan. E-mail : waru_cs@yahoo.com 208

Analisis Disparitas Pendapatan di Kawasan Pariwisata.. [Ni K. D. Sri Apriliani, I K. G. Bendesa] Ketimpangan pendapatan antar daerah tidak dapat dihindari akibat tidak ada efek perembesan ke bawah (trickkle down effect) output secara nasional terhadap masyarakat mayoritas bahkan sampai saat sekarang (Ayu, 2007). Beragamnya ekonomi antar daerah disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perbedaan laju pertumbuhan penduduk, sumber daya manusia, sumber daya alam, pengangguran serta adanya kecenderungan penanaman modal yang tidak merata sehingga hal tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan penduduk daerah menjadi tidak seimbang. Perbedaan-perbedaan itulah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan sehingga diperlukan usaha-usaha pembangunan ekonomi agar tercipta pertumbuhan yang setinggitingginya, dan juga menghapus atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan dan tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi masyarakat akan memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000:151). Ardani mengemukakan berdasarkan kenyataan empiris dari berbagai regional, bahwa kesenjangan pembangunan searah dengan proses pembangunan. Kecenderungan proses pembangunan tersebut mempengaruhi perilaku investor menanamkan modal di pusat pertumbuhan ekonomi. Keadaan tersebut pada akhirnya menyebabkan daerah yang sudah maju semakin maju, dan kesenjangan antar daerah, antargolongan dan antarsektoral semakin tinggi (Saskara, 2007). Pembangunan di daerah Bali pada masa sekarang sudah semakin pesat, dimana lahan-lahan pertanian sudah berubah menjadi bangunan-bangunan megah yang diperuntukkan bagi wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Baik itu berupa hotel, restoran, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain, karena cenderung pendapatan yang diterima sebagai pekerja dibidang pariwisata lebih tinggi dibandingkan sebagai petani. Hal tersebut menyebabkan adanya perubahan mindset masyarakat yang dulunya bekerja sebagai petani beralih ke industri pariwisata baik itu sebagai pedagang di daerah padat wisatawan ataupun bekerja sebagai karyawan di hotel. Dilihat dari jumlah penduduknya, masyarakat Kecamatan Kuta lebih banyak bekerja dibidang perdagangan, walaupun demikian masih ada masyarakat yang bertahan bekerja sebagai petani karena bagi mereka pekerjaan merupakan warisan turun temurun leluhurnya. Adanya masyarakat yang bertahan menjadi nelayan atau petani di kawasan pariwisata seperti kecamatan Kuta sangat menarik untuk dianalisis terutama mengenai perbedaaan pendapatan antara petani dan pekerja pariwisata yang mereka peroleh. Kuta merupakan daerah tujuan pariwisata yang seharusnya perbedaan tersebut tidak perlu ada. Seperti diketahui jika pariwisata berkembang pesat otomatis nelayan atau petani juga akan kena dampak yang positif dimana hasil-hasil dari bertani tersebut dapat terjual secara maksimal. Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut 1. Adakah disparitas pendapatan antara petani dan pekerja pariwisata di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 2. Bagaimana disparitas pendapatan diantara petani di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? 3. Bagaimana disparitas pendapatan diantara pekerja pariwisata di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 209

E-JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA Vol. 2, No. 4, April 2013 1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya disparitas pendapatan antara petani dan pekerja pariwisata di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 2. Untuk mengetahui disparitas pendapatan diantara petani di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. 3. Untuk mengetahui disparitas pendapatan diantara pekerja pariwisata di Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi pihak yang berkepentingan atau pemerintah setempat dalam membuat dan mengambil suatu kebijakan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat terutama di kecamatan Kuta, kabupaten Badung. METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kuta, yang akan dilaksanakan di 5 (lima) kelurahan yaitu di desa Kedonganan, Tuban, Kuta, Legian dan Seminyak (BPS, 2011). Lokasi ini sengaja dipilih karena permasalahan yang dihadapi menjadi sangat komplek yaitu terkait ketimpangan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat yang bekerja sebagai petani dalam arti luas dengan yang bekerja di bidang pariwisata di kawasan pariwisata. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah jenis data yang di peroleh dan digali dari sumber utamanya atau sumber asli dengan cara wawancara atau menyebarkan kuesioner. Data primer dalam penelitian ini yaitu jawaban responden mengenai total pendapatan rumah tangga, umur, jam kerja, dan tingkat pendidikan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil membaca referensi yang ada, baik itu bahan bacaan berupa buku, koran, majalah, internet, ataupun penelitian sebelumnya. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang di peroleh di BPS yaitu jumlah penduduk di Kecamatan Kuta menurut sumber mata pencaharian utama pada tahun 2010. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kecamatan Kuta yang bermata pencaharian sebagai petani dan juga masyarakat yang bekerja di bidang pariwisata. Dimana masyarakat kecamatan Kuta yang bekerja di bidang pertanian sebanyak 1.543 orang sedangkan yang bekerja di bidang pariwisata sebanyak 2.721 orang. Menurut Sugiyono (2008:124), jumlah sampel yang digunakan dicari dengan menggunakan rumus slovin (e=10%) sehingga sampel yang digunakan yaitu sebanyak 98 orang. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode wawancara terstruktur dimana membawa daftar pertanyaan berupa kuesioner yang sudah disiapkan sebelumnya sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap para pekerja di bidang pariwisata dan petani di kecamatan Kuta, kabupaten Badung. Teknik Analisis Data 210

Analisis Disparitas Pendapatan di Kawasan Pariwisata.. [Ni K. D. Sri Apriliani, I K. G. Bendesa] Mengukur besarnya ketimpangan pendapatan antara nelayan atau petani dan pekerja pariwisata yang terjadi di Kecamatan Kuta digunakan Koefisien Gini berdasarkan definisi geometris (Lincolin Arsyad, 1999:232).... (1) Keterangan: G = Angka koefisien Gini F i = Proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas i = Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i T i HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Responden Seseorang dalam melakukan kegiatan ekonomi struktur umur sangat berpengaruh, semakin produktif umur seseorang maka produktivitasnya akan meningkat. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa usia petani dan pekerja di bidang pariwisata di Kecamatan Kuta tergolong usia produktif. Dimana komposisi umur petani dan pekerja di bidang pariwisata terbanyak pada rentan umur 27-31 tahun sebanyak 28 orang atau 28,57 persen. Tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh petani dan pekerja di bidang pariwisata terbanyak yaitu pada tingkat SMA yaitu sebanyak 38 orang (38,78 persen). Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan daripada responden cukup sedang atau tidak terlalu rendah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat dilihat bahwa curahan jam kerja terbanyak yaitu sebanyak 63 orang responden (64,29 persen), dimana menghabiskan waktunya untuk bekerja selama 7-8 jam perhari. Hal ini berarti responden menghabiskan waktunya untuk bekerja secara normal tidak lebih ataupun kurang. Dilihat dari pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga responden menunjukkan bahwa responden yang berpenghasilan berkisar Rp. 5.000.000 sampai dengan Rp. 10.000.000 jumlahnya paling banyak atau dominan yaitu sebanyak 35 orang (35,71 persen). Jadi dapat disimpulkan pendapatan daripada rumah tangga responden cukup sedang. Indek Gini Petani Dan Pariwisata Model yang digunakan untuk menghitung Indek Gini di sektor petani dan pariwisata yaitu Koefisien Gini dengan definisi Geometris sebagai berikut:... (2) Jadi dari analisis geometris di dapat koefisien Gini sebesar 0,331 nilai tersebut kurang dari 0,4 yang berarti tingkat ketimpangan pendapatan antara petani dan pekerja pariwisata tergolong rendah. Hal tersebut ini disebabkan karena di daerah Kuta Selatan merupakan kawasan pariwisata yang sebagian masyarakatnya bekerja dan memperoleh penghasilan. Baik itu bekerja di hotel, artshop, restoran, dan bidang pariwisata lainnya. Menurut penuturan salah satu responden yang bekerja sebagai nelayan menyatakan bahwa dengan adanya pariwisata mereka merasa mendapat keuntungan karena ikan-ikan yang diperoleh langsung dijual ke restauran dan pengepul berupa koperasi sehingga harga 211

E-JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA Vol. 2, No. 4, April 2013 jualnya lebih mahal. Dari perhitungan koefisien Gini di atas diperoleh bentuk kurva Lorenz sebagai berikut. Gambar 1 : Kurva Lorenz untuk sektor petani dan pariwisata Sumber: hasil penelitian, 2013 (data diolah) Gambar 1 menunjukkan bahwa kurva Lorenz cukup menjauhi garis diagonal (garis kemerataan sempurna) yang berarti adanya distribusi pendapatan antara petani dan pekerja pariwisata yang tidak merata. Indeks Gini Sektor Petani Model yang digunakan untuk menghitung ketimpangan di sektor petani sama seperti sebelumnya tetapi yang membedakan di sini adalah pengelompokan menurut jenis pekerjaannya. Hasil yang diperoleh sebagai berikut:... (3) Didapat Koefisien Gini 0,111, ini berarti ketimpangan pendapatan di antara petani tergolong rendah karena nilai tersebut kurang dari 0,4. Pada masa sekarang persaingan antara para nelayan tergolong rendah karena jumlah petani yang sangat sedikit, selain itu teknologi yang digunakan sudah mulai modern. Menurut penuturan salah seorang nelayan menyebutkan bahwa banyak orang-orang yang dulunya bekerja sebagai nelayan beralih profesi menjadi pekerja di bidang pariwisata sehingga nelayan-nelayan yang masih aktif dapat menjual hasil tangkapannya dengan harga yang relatif lebih tinggi. Dari perhitungan koefisien Gini di atas diperoleh bentuk kurva Lorenz sebagai berikut. 212

Analisis Disparitas Pendapatan di Kawasan Pariwisata.. [Ni K. D. Sri Apriliani, I K. G. Bendesa] Gambar 2. Kurva Lorenz Pada Sektor Petani Gambar Sumber: Hasil penelitian, 2013 (data diolah) 2 : Kurva Lorenz pada Sektor Petani Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan cukup kecil atau distribusi pendapatan di antara petani cukup merata dibuktikan dari kurva Lorenz yang hampir mendekati garis diagonal (garas kemerataan sempurna). Indeks Gini Pariwisata Koefisien Gini pendapatan di sektor pariwisata yaitu sebesar 0,184... (4) Koefisien Gini yang diperoleh sebesar 0,184 angka tersebut kurang dari 0,4 berarti, ketimpangan pendapatan antar pekerja pariwisata termasuk rendah atau kecil tetapi angka ini lebih besar dibandingkan dengan angka Koefisien Gini antar petani hal tersebut disebabkan karena persaingan diantara wirausaha dibidang pariwisata cukup tinggi sehingga dalam penentuan harga pun menjadi masalah yang cukup penting. Dari perhitungan Koefisien Gini di atas diperoleh gambaran daripada Kurva Lorenz sebagai berikut. Gambar 3: Kurva Lorenz pada Sektor Pariwisata Sumber: Hasil penelitian, 2013 (data diolah) 213

E-JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS UDAYANA Vol. 2, No. 4, April 2013 Gambar 3 menunjukkan kurva Lorenz tidak terlalu menjauhi garis diagonal atau garis kemerataan sempurna berarti ketimpangan antara bekerja pariwisata tergolong walaupun lebih tinggi daripada ketimpangan pendapatan di sektor pertanian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a. Ketimpangan pendapatan antara petani dan pekerja di bidang pariwisata diperoleh sebesar 0,331, nilai tersebut tidak terlalu tinggi bahkan tergolong rendah. b. Ketimpangan pendapatan antara petani hanya sebesar 0,111, yang mana angka tersebut jauh lebih kecil dari 0,4. Berarti, ketimpangan pendapatan di antara petani tergolong rendah atau kecil. c. Ketimpangan pendapatan antara pekerja pariwisata diperoleh sebesar 0,184. Angka ini lebih besar dari ketimpangan pendapatan antar petani tetapi masih kurang dari 0,4 yang berarti ketimpangan pendapatan di antara pekerja pariwisata tergolong rendah atau kecil. Seiring semakin berkembangnya pariwisata di Bali khususnya di Kecamatan Kuta. Hal tersebut menimbulkan persaingan antara pelaku-pelaku pariwisata sehingga Koefisien Gini di antara pariwisata lebih tinggi di bandingkan dengan petani. Saran Dari hasil penelitian, Koefisien Gini yang dihasilkan pada petani dan pariwisata tergolong rendah tetapi angka tersebut menunjukkan bahwa masih ada perbedaan pendapatan antara petani dengan pekerja di sektor pariwisata. Peran dari pemerintah masih sangat diperlukan karena setelah dilakukan survei pada masyarakat yang bekerja sebagai petani jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan yang bekerja di bidang pariwisata karena dirasa bekerja dibidang pariwisata pendapatan yang diperoleh lebih besar. Jika hal tersebut terus berlangsung maka budaya lokal yaitu budaya bertani akan semakin hilang. Oleh karena itu diperlukan campur tangan pemerintah berupa bantuan alat-alat yang mendukung para petani agar memperoleh hasil tangkapan atau hasil panen yang lebih besar seperti sampan yang sudah memakai alat mesin, traktor, dan juga melakukan sosialisasi mengenai cara bertani yang baik dan benar, sehingga kedepannya petani masih bisa bertahap bahkan pendapatannya bisa sama dengan masyarakat yang bekerja di bidang pariwisata. Diteruskannya budaya lokal tersebut niscaya eksistensi daripada pariwisata akan terus terjaga karena budaya bertani dengan perkembangan pariwisata di Bali saling berkaitan. Hal tersebut sesuai dengan teori keuntungan komparatif yang menyatakan bahwa adanya hubungan dagang yang saling menguntungkan antara kelompok industri, dalam penelitian ini yaitu industri pariwisata dengan kelompok petani. Selain itu juga untuk menjaga kemerataan pendapatan antara sektor pariwisata dan non-pariwisata (petani) di Bali dan di Kecamatan Kuta pada khususnya. Penelitian ini belum mampu menganalisis mengenai variable-variabel yang menyebabkan terjadinya disparitas diantara petani maupun diantara pekerja pariwisata, oleh karenanya masih perlu dilakukan penelitian lebih mendalam di kemudian hari. Referensi Ayu Savitri Gama. 2007. Disparitas dan Konvergensi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkapita Antar Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. Jurnal Ekonomi Dan Sosial. 2(1): h: 38-48. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2011. Kecamatan Kuta Dalam Angka 2011. Denpasar. 214

Analisis Disparitas Pendapatan di Kawasan Pariwisata.. [Ni K. D. Sri Apriliani, I K. G. Bendesa] Lincolin Arsyad. 1999. Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Saskara, Ida Ayu. 2007. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Bali. Forum Manajemen. 5 (1): h: 91-97. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Denpasar. Sherif Khalifa dan Sherine El Hag. Income Disparities, Income Growth, And Development as a Threshold. Journal Of Economic Development. 35 (2): hal: 23-36. (http://www.jed.or.kr/full-text/35-2/2.pdf). Diakses 14 Februari 2013. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keduabelas. Bandung: Alfabeta. Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 215