BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angki Aulia Muhammad, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wiwit Khairunisa Pratiwi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tanah, dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

HUKUM AGRARIA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan bagian yang paling penting dan sangat erat


BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB 1 PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan dan penghidupan bangsa, pendukung negara yang

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

PENDAFTARAN TANAH RH

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik tetapi juga karena adanya kendala kelembagaan atau institusional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

PENDAFTARAN TANAH ADAT. Indah Mahniasari. Abstrak

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

PENDAFTARAN TANAH ADAT Oleh : Indah Mahniasari, SH. Abstraksi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia terkenal dengan sebutan Archipelago yang hilang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah penduduk yang meningkat dan semakin. akhirnya berimplikasi pula terhadap kebutuhan akan tanah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

MODEL PENATAAN YURIDIS TANAH TERLANTAR (STUDI KASUS TANAH-TANAH TERLANTAR DI KABUPATEN MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah luas tanah yang dapat dikuasai oleh manusia terbatas

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa, dan segala kekayaan alam yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara di sisi lain luas tanah tidak bertambah. Begitu pentingnya tanah bagi

BAB I PENDAHULUAN (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai arti penting dan strategis bagi kehidupan. setiap orang dapat bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-haru,

I. PENDAHULUAN. memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah, lebih dari itu tanah juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peran Badan Pertanahan Nasional di bidang Pertanahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

2015 UPAYA BADAN PENERAPAN NASIONAL DAN APARATUR DESA DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUMM MASYARAKAT UNTUK MEMBUAT SERTIFIKAT TANAH

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Di dalam UUPA terdapat jiwa dan ketentuan-ketentuan yang harus dipergunakan

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup umat manusia. 1. nafkah sehari-hari berupa lahan pertanian atau perladangan.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, oleh karena itu perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

BAB I PENDAHULUAN. dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia tidak mungkin dilepaskan dari tanah, tiap membicarakan eksistensi manusia, sebenarnya secara tidak langsung kita juga berbicara tentang tanah. Begitupun membicarakan eksistensi masyarakat kampung adat, tentu tidak akan terlepas dari tanah. Dilihat dari faktanya, tanah menurut masyarakat kampung adat merupakan tempat tinggal dan memberikan kehidupan serta tempat bagi anggota persekutuan dikuburkan kelak setelah ia meninggal. Masyarakat Kampung Mahmud sangat menjunjung tinggi hak ulayat-nya. Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dan esensial bagi Masyarakat Kampung Mahmud. Bushar Muhammad dalam bukunya yang berjudul Pokok- Pokok Hukum Adat (1985: 103) mengutarakan: Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam hukum adat, karena merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami keadaan yang bagaimanapun akan tetap dalam keadaan semula, malah kadang-kadang menjadi lebih menguntungkan. Dipandang dari segi ekonomis, tanah akan selalu ada dan bertahan walaupun diterjang oleh segala musibah, contoh musibah banjir maupun kebakaran yang menimpa bangunan di atas tanah tersebut. Setelah musibah banjir berakhir, tanah akan muncul kembali sebagai bidang tanah yang lebih subur dari semula; setelah api padam, tanah tetap bertahan dan tetap berwujud seperti semula. Tanah yang ditempati oleh masyarakat Kampung Mahmud adalah merupakan tanah adat. Dalam masyarakat adat dikenal istilah hak ulayat, yaitu, seperangkaian wewenang wewenang dan kewajiban-kewajiban suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya (Harsono, Budi. 1994: 162). Hubungan yang erat dengan mempercayai hal-hal tentang agama yang bersifat gaib (religio magis), menyebabkan masyarakat hukum memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut, memanfaatkan tanah itu, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang 1

hidup di atas tanah itu, juga berburu terhadap binatang-binatang yang hidup di sana. Bushar Muhammad (1986: 103) menyebutkan, di dalam hukum adat, maka antara masyarakat hukum sebagai kesatuan dengan tanah yang didudukinya, terdapat hubungan erat sekali; hubungan yang bersumber pada pandangan yang bersifat religio-magis. Pemegang hak ulayat adalah masyarakat hukum adat. Menurut Hugo Grotius (Noor, Aslan. 2006: 48) menyebutkan, semua benda pada mulanya adalah res nullius. Pada awalnya semua benda-benda tidak memiliki tuan, tetapi masyarakat membagi-bagi semua benda dengan dasar persetujuan. Dalam buku Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, mengenal tanah itu sebagai: merupakan tempat tinggal persekutuan, memberikan penghidupan kepada persekutuan, merupakan tempat dimana para warga persekutuan yang meninggal dunia dikebumikan, merupakan pula tempat tinggal kepada dayang-dayang pelindung persekutuan dan roh para leluhur persekutuan. (Wignjodipoero, Soeroso: 1994: 197) Dilihat dari fakta, masyarakat kampung Mahmud telah tinggal lama di tanahnya tersebut. Semenjak pendiri Kampung mahmud, Eyang Abdul Manaf menempati sebuah rawa di pinggir sungai Citarum (sekararang lokasi Kampung Mahmud). Masyarakat Kampung Mahmud memperoleh dan memenuhi kebutuhan kehidupannya dari hasil tanah adat tersebut. Bertani adalah mata pencaharian utama dari warga Kampung Mahmud hingga sekarang menjadi sebuah lokasi wisata rohani dengan adanya pemakaman Mahmud, yaitu sebuah pemakaman warga keturunan Eyang Abdul Manaf beserta makam sesepuh Kampung Mahmud. Warga Kampung Mahmud diperbolehkan mengelola tanah yang mereka miliki berdasar hasil pembagiannya menurut hukum waris adat. Hukum waris adat sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat kekeluargaan dari masyarakat hukum yang bersangkutan beserta pengaruhnya pada harta kekayaan yang ditinggalkan dan berada dalam masyarakat itu. Menurut Wulansari (2008: 75) menjelaskan, harta warisan dibagi-bagi dan dapat dimiliki secara perorangan sebagai hak milik. Dalam sistem parental yang dianut oleh suku Sunda yang dianut oleh Masyarakat Kampung Mahmud, setiap ahli waris berhak memakai, 2

mengolah, dan menikmati hasil dari tanah adat atau juga mentransaksikan terutama setelah pewaris wafat. Dalam pelaksanaannya, warga Kampung Mahmud hanya menggunakan, mengolah dan memungut hasil dari tanah hak ulayatnya, tanpa pernah menjual tanah tersebut. Hak ulayat ini tidak dapat dilepaskan, dipindah tangankan, diasingkan untuk selama-lamanya. Sifat istimewa dari pada hak ulayat ini ialah terletak pada daya timbal balik dari pada hak itu terhadap hak-hak orangperorangan (Darwis. 2008: 225). Warga Kampung Mahmud percaya, kehidupan yang mereka nikmati ini selama ini merupakan rejeki dari Allah swt melalui pengolahan tanah hak ulayat yang mereka diami. Oleh karena itu wajib bagi mereka untuk menjaga eksistensi tanah adat di Kampung Mahmud yang merupakan hak ulayat. Didalam Konstitusi Negara Republik Indonesia, dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa, Negara Indonesia adalah Negara hukum. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, meletakkan prinsip dasar pengelolaan pertanahan bahwa: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dasar hukum nasional diatas menjelaskan bahwa sumber daya alam yang terkandung di Negara Republik Indonesia termasuk di dalamanya tanah adat adalah milik negara dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk memajukan dan mensejahterakan rakyat. Dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (UUPA), hak ulayat diatur dalam pasal 3 yang bunyinya sebagai berikut: Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2, pelakasanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasar atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan lain yang lebih tinggi. Terbitnya UUPA, mewajibkan masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat kampung adat pada khususnya untuk mendaftarkan tanahnya guna 3

memiliki sertifikat tanah sebagai alat bukti yang sah dari negara atas tanah yang dimiliki warga negara. Dalam Pasal 1 angka (1) PP No. 24 Tahun 1997 menjelaskan : Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidangbidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Tanah adat atau yang biasa disebut hak ulayat sangat rentan oleh berbagai gangguan dan penyalahgunaan. Untuk menjaga eksistensi tanah adat tersebut, sekiranya warga kampung adat untuk mendaftarkan tanah mereka untuk mendapatkan sertifikat tanah. Kesadaran penduduk Kampung Mahmud dalam mendaftarkan tanah ulayat yang mereka diami masih sangat minim, masih banyak warga Kampung Mahmud yang belum menyadari pentingnya sertipikat tanah sebagai alat bukti sah kepemilikan seorang atau kelompok atas tanah yang dimilikinya menurut Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Masyarakat Kampung Mahmud memiliki tanah dari warisan secara turun-menurun menyebabkan masyarakat Kampung Mahmud tidak mendaftarkan hak atas tanah mereka ke desa Mekar Rahayu. Pada umumnya kita melihat adanya hubungan hukum yang didasarkan pada hubungan darah, a.l. antar orang tua dengan anak-anaknya. Juga bahwa pada umumnya ada akibat hukum yang berhubungan dengan keturunan, bergandengan dengan ketunggalan leluhur (Muhammad, Bushar. 1985: 3). Menurut masyarakat Kampung Adat Mahmud, tanah mereka adalah tanah ulayat yang sudah menjadi wewenang dan hak mereka yang telah diwariskan oleh leluhur mereka secara terus menerus kepada anak cucu untuk mengelola tanah adat itu dan tidak perlu untuk mendaftarkan tanah ulayat yang dimiliki oleh masing-masing individu. Mereka beranggapan mengurus pendaftaran tanah memerlukan proses birokrasi yang berbelit-belit, takut biaya yang akan 4

dikeluarkan sangat mahal dan takut jika sudah didaftarkan, tanah mereka akan dipergunakan oleh pemerintah untuk kepentingan umum. Padahal telah jelas dipaparkan tujuan pendaftaran tanah untuk memiliki sertifikat tanah dalam pasal 19 ayat (1) UUPA, yaitu: untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Diterbitkannya PP. No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dalam pasal 3 merupakan penegasan atas UUPA, dijabarkan tujuan pemerintah dalam pendaftaran tanah, diantaranya yaitu: 1. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hakhak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan. 2. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatanperbuatan hukum mengeni bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar. 3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Kepentingan sesuatu masyarakat hukum harus tunduk pada kepentingan nasional dan negara yang lebih luas dan hak ulayat-nya pun pelaksanaannya harus sesuai dengan kepentingan yang lebih luas. Tidaklah dapat dibenarkan jika di dalam alam bernegara dewasa ini masyarakat hukum masih mempertahankan isi dan pelaksanaan hak ulayatnya secara mutlak, seakan-akan terlepas dari hubungan dengan masyarakat-masyarakat hukum dan daerah daerah lainnya di dalam lingkungan negara sebagai kesatuan. Dengan meningkatnya kebutuhan lahan pertanahan yang ada, diperkirakan akan berakibat pada peningkatan permasalahan yang menyangkut bidang pertanahan. Ini harus diantisipasi, walaupun pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang masalah tata cara pendaftaran tanah dan hak atas tanah. Melalui pasal 19 UUPA telah ditetapkan ketentuan dasar pendaftaran tanah, sebagai berikut: 5

1. Untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. 2. Pendaftaran tanah tersebut pada ayat (1) meliputi: a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Jika masyarakat adat Kampung Mahmud memahami pasal 19 UUPA ini, mereka akan dapat mencegah hal-hal buruk yang akan menimpa tanah ulayat mereka. Kepastian hukum yang meliputi kepastian obyek, kepastian hak, dan kepastian subjek merupakan sasaran untuk mendapatkan perlindungan hukum atas pemilikan tanah yang telah bersertifikat (Wahid, Muchtar. 2008: 70). Muchtar Wahid (2008: 71) dalam bukunya Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah mengutarakan, Perlindungan hukum itu sendiri merupakan upaya berdasarkan hukum, baik bersifat preventif maupun represif, agar sertifikat sebagai tanda bukti hak yang kuat dapat memperoleh perlindungan hukum. Hal-hal buruk yang mungkin akan menimpa tanah ulayat mereka bila tidak didaftarkan kepada pemerintah diantaranya pengakuan secara sepihak tanahtanah tertentu oleh individu di luar masyarakat adat Kampung Mahmud. Pengggusuran sepihak atas hasil klaim yang dimenangkan oleh orang luar masyarakat Kampung Adat Mahmud dalam persidangan perdata. Masyarakat Kampung Mahmud tampaknya belum memahami manfaat dari memiliki sertifikat tanah yang dimikinya secara turun menurun. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitin dengan masalah di atas, lewat judul penelitian: Kesadaran Hukum Masyarakat Kampung Mahmud Untuk Memiliki Sertifikat Atas Hak Ulayat (Studi Kasus di Kampung Adat Mahmud, Desa Mekarrahayu, Kecamatan Marga Asih, Kabupaten Bandung). 6

B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang bagaimana kesadaran hukum masyarakat Kampung Mahmud untuk memiliki sertifikat tanah atas hak ulayat. Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan dalam beberapa sub masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kesadaran hukum masyarakat Kampung Mahmud untuk kepemilikan sertifikat tanah hak ulayat? 2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala dalam mengurus sertifikat tanah hak ulayat? 3. Bagaimana cara mengatasi kendala untuk kepemilikan sertifikat tanah? C. Tujuan Penelitian Untuk memberikan penjelasan dari penelitian ini, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kesadaran hukum masyarakat Kampung Mahmud untuk kepemilikan sertifikat tanah hak ulayat di Desa Mekarrahayu. 2. Untuk mengungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi terkendalanya kepemilikan sertifikat tanah hak ulayat. 3. Untuk mengetahui cara-cara mengatasi kendala untuk kepemilikan tanah. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara keilmuan diharapkan agar memberikan kontribusi kepada pengembangan ilmu hukum agraria, hukum adat, dan PKn. Lebih spesifik diharapkan dapat bermanfaat bagi pengkajian bidang studi yang telah digeluti oleh penulis yaitu PKn, terutama yang berkenaan dengan pembentukan warga Negara yang baik (to be good citizenship). 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis 7

Bagi penulis mampu memperdalam ilmu hukum bukan dari sekedar teori saja, namun yang paling penting adalah dalam praktek kehidupan sehari-hari di masyarakat berkenaan dengan penelitian ini yaitu untuk mengetahui status hukum hak ulayat. b. Bagi Masyarakat Kampung Adat Mahmud dan Masyarakat Umum Bagi Masyarakat Umum: Penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk menambah wawassan keilmuan, sekaligus sebagai stimulus untuk meningkatkan kesadaran hukum dan penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam pengurusan sertifikat hak milik atas tanah, baik hak maupun kewajibannya. c. Pemerintah Desa Mekarrahayu. Bagi Pemerintah Desa Mekarrahayu: penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk lebih aktif mensosialisasikan kepemilikan sertifikat tanah kepada Masyarakat Kampung Mahmud dan dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pelayanan pendaftaran tanah. E. Sistematika Penulisan yaitu: Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, Sistematika penulisan didalam penyusunan skripsi ini meliputi : 1. Bab I Pendahuluan Pendahuluan merupakan bagian awal skripsi yang berisi: a. Latar belakang masalah, menjelaskan alasan mengapa masalah tersebut diteliti. b. Rumusan masalah, berisi rumusan dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. c. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilakukan. d. Manfaat penelitian, berisi tentang manfaat yang diperoleh biasanya dilihat dari salah satu atau beberapa aspek, misalnya manfaat teoritis dan manfaat praktis. 8

e. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulisan setiap bab dan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab 1 sampai dengan bab terakhir. 2. Bab II Kajian Pustaka Kajian Pustaka dimaksudkan sebagai landasan teoritik dalam analisis penelitian. Melalui kajian pustaka peneliti membandingkan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti. 3. Bab III Metode Penelitian Dalam metode penelitian menjelaskan secara rinci tentang metodologi yang ingin digunakan dan jenis penelitian. Termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur penelitian kualitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan yaitu mendiskusikan penelitian tersebut dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas di Bab II 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Dalam Bab V disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian. 9