BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bernama komite sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002). karena pembentukan komite sekolah di berbagai satuan pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah. Dapat dikatakan pada saat ini tanggung jawab masing masing

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

Manajemen Mutu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

AD ART Komite Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

PERAN PENGURUS OSIS SEBAGAI MOTIVATOR DAN FUNGSI PREVENTIF DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS SEKOLAH PADA SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DEWAN PENDIDIKAN KABUPATEN SUBANG JL. KS TUBUN NO. 21 SUBANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini turut mempercepat laju

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah

Jurnal SAP Vol. 1 No. 2 Desember 2016 ISSN: X PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH: KAJIAN KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

peningkatan SDM berkualitas menjadi sangat penting, Terutama dengan dua hal (teori dan praktek) harus berjalan seiring dan saling melengkapi.

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBUKAAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

BAB I PEDAHULUAN. Salah satu permasalahan krusial pendidikan Indonesia hingga saat ini

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Perubahan-perubahan yang dilakukan meliputi sistem, manajemen, dan kurikulum yang diikuti oleh perubahan-perubahan teknis lainnya. Perubahanperubahan tersebut diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (Anonim, 2003:14). Perubahan-perubahan di atas juga menuntut berbagai tugas yang harus dikerjakan oleh para tenaga kependidikan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, mulai dari level makro sampai dengan level mikro, yaitu tenaga kependidikan di sekolah. Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan 1

2 manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan yang disebut Kepala Sekolah (Anonim, 2005:36). Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu pilar pengembangan sumber daya manusia yang sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Malahan dapat dikatakan masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas pada masa kini. Pendidikan yang berkualitas dapat terwujud apabila dikelola oleh sumber daya manusia yang potensial dan profesional. Oleh karena itu upaya peningkatan mutu sekolah merupakan titik sentral dan strategis dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, dinamis, mampu mandiri, dan menjadi proaktif. Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas kepada kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian pendidikan di sekolah. Kepala sekolah harus siap menerima kewenangan tersebut dengan berbagai konsekuensinya. Di samping itu, percepatan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang merambah ke sekolah-sekolah, membuat semakin kompleksnya tugas kepala sekolah, bukan sebaliknya. Kepala sekolah tidak lagi dapat menerima suatu perubahan sebagaimana adanya, tetapi harus berpikir untuk membuat perubahan di sekolah. Kunci agar kepala sekolah dan tenaga kependidikan tetap bertahan dan enjoy di tengah-tengah perubahan paradigma baru manajemen pendidikan adalah dengan memahami posisi, apa yang sedang terjadi, dan kesiapan untuk menjadi bagian

3 dari dunia baru yang sangat berbeda. Misalnya dalam manajemen, yang dulu sentralistik, sekarang didesentralisasikan ke sekolah dengan model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Oleh karena itu kepala sekolah dituntut memiliki kesiapan mental dalam rangka memahami perubahan yang terjadi dengan segala konsekuensinya. Dengan berbekal kesiapan mental dalam bentuk kecerdasan emosional, kepala sekolah akan bijak dalam memahami segala perubahan yang terjadi. Paradigma baru manajemen pendidikan dalam konteks MBS dicirikan dengan adanya otonomi pendidikan dan pengambilan keputusan partisipatif. Dalam konteks otonomi pendidikan, kepala sekolah dituntut untuk dapat mengembangkan sekolahnya secara mandiri. Untuk itu kepala sekolah harus dapat menggerakkan segenap tenaga kependidikan yang dimilikinya untuk bekerja keras dan penuh inovatif mengembangkan sekolahnya. Dengan kata lain, kepala sekolah harus dapat menunjukkan komitmen organisasi dan juga keinovatifannya dalam mengelola sekolahnya. Sedangkan dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pemimpin, kepala sekolah dapat mengembangkan pengambilan keputusan partisipatif, artinya kepala sekolah bersama-sama dengan warga sekolah yang lain mengambil keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Komite sekolah merupakan institusi yang dimunculkan untuk menampung dan menyalurkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Karena dijadikan sebagai wadah yang representatif, kemunculan komite sekolah diharapkan bisa mewujudkan peningkatan mutu,

4 pemerataan, dan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Baik pada pendidikan pra-sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Kedudukan komite sekolah berada di satu satuan pendidikan baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau beberapa satuan pendidikan yang sama di satu kompleks yang sama. Ia merupakan institusi yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Walaupun komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masingmasing, namun tetap sebagai mitra yang harus saling bekerjasama. Komite sekolah merupakan nama generik. Artinya, bisa diubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan. Nama seperti majelis sekolah bisa dipakai, asal esensinya dari komite sekolah tidak ditinggalkan. Selain dimaksudkan agar muncul suatu organisasi masyarakat sekolah yang memiliki komitmen dan loyal serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah, secara tegas pemerintah menetapkan beberapa tujuan mengapa komite sekolah perlu dibentuk. Pertama, mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan. Kedua, meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Serta ketiga, menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan Komite sekolah juga memainkan peran pemberi pertimbangan (advisory agency), dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan

5 pendidikan. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Mengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Serta mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sedangkan fungsi yang dijalankannya; 1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: a. Kebijakan dan program pendidikan; b. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS); c. Kriteria kinerja satuan pendidikan ; d. Kriteria tenaga kependidikan; e. Kriteria fasilitas pendidikan ; f. Hal-hal yang terkait dengan pendidikan.

6 5. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Anggota Komite Sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Termasuk dewan guru, yayasan atau lembaga penyelenggara pendidikan, serta badan pertimbangan pendidikan yang mempunyai jatah paling banyak tiga orang. Komite sekolah sendiri sekurang-kurangnya berjumlah tiga orang dan jumlahnya harus gasal. Pembentukan komite sekolah wajib dilakukan dengan demokratis, diumumkan secara terbuka, dan diketahui masyarakat luas. Transparansi dimulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, pengumumannya, pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Laporan pertanggungjawaban panitia pun mesti jelas. Seiring dengan tuntutan era global, desentralisasi pendidikan, dan otonomi pendidikan di sekolah maka peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan nasional yang merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasional telah mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei 2002 (Mulyasa, 2009 :31). Lebih fokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

7 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anonim, 2003:3). Melalui payung Undang-Undang ini, paradigma baru manajemen pendidikan mulai bergulir. Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Pengembangan sumber daya manusia merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan atau solusi alternatif dalam penanggulangan masalah pendidikan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional yang menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang diharapkan dapat mengantisipasi masalah pengangguran dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Salah satu indikator keberhasilan SMK adalah peningkatan mutu lulusan dan kualitas tenaga kependidikan. Tenaga kependidikan meliputi Kepala Sekolah, guru, teknisi/laboran, tenaga administrasi, yang secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pendidikan di SMK (Anonim, 2008:12). Kemajuan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuntut adanya penyesuaian dan pengembangan profesional untuk dapat mengembangkan dan mengelola lembaga pendidikan di sekolah khususnya terdapatnya sinergi yang baik antara sekolah dengan komite sekolah sebagai penyambung lidah antara

8 Tenaga pendidik disekolah dan orang tua melalui perwakilannya di sekolah yaitu Komite Sekolah. Sejalan dengan hal ini, budaya kepemimpinan komite sekolah merupakan salah satu rangkaian dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pendidik maupun kependidikan yang melaksanakan secara langsung pegelolaan kegiatan pembelajaran disekolah melalui kepemimpinan komite sekolah yang baik akan dapat meningkat kualitas pengelolaan pendidikan di sekolah. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian maka fokus pada penelitian ini adalah bagaimana karakteristik kepemimpinan komite sekolah : studi situs di SMK Muhammadiyah 1 Klaten. Fokus penelitian dijabarkan menjadi tiga sub fokus. 1. Bagaimana kepemimpinan komite sekolah dalam menyusun rencana program kerja di SMK Muhammadiyah 1 Klaten? 2. Bagaimana kepemimpinan komite sekolah dalam mengawasi pelaksanaan program kerja di SMK Muhammadiyah 1 Klaten? 3. Bagaimana kepemimpinan komite sekolah dalam mengevaluasi program kerja di SMK Muhammadiyah 1 Klaten? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian, fokus dan sub fokus penelitian maka tujuan penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut.

9 1. Mendeskripsikan kepemimpinan komite sekolah dalam menyusun rencana program kerja di SMK Muhammadiyah 1 Klaten. 2. Mendeskripsikan kepemimpinan komite sekolah dalam mengawasi pelaksanaan program kerja di SMK Muhammdiyah 1 Klaten. 3. Mendeskripsikan kepemimpinan komite sekolah dalam mengevalusi program kerja di SMK Muhammadiyah 1 Klaten. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis Proses dan hasil penelitian ini dapat merupakan pengembangan penelitian kepemimpinan komite sekolah yang mempunyai peran dan fungsi meningkatkan keikutsertaan masyarakat, khususnya peran dan fungsi komite sekolah. 2. Manfaat praktis a. Bahan masukan kepada Dewan Pendidikan dalam rangka pembinaan terhadap komite sekolah berkaitan dengan perannya sebagai badan pemberi pertimbangan, pendukung, pengontrol, dan mediator di satuan pendidikan. b. Bahan masukan kepada kepala sekolah dalam rangka peningkatan fungsi manajemen berkaitan dengan kerjasamanya dengan komite sekolah.

10 E. Daftar Istilah 1. Kepemimpinan komite sekolah Kepemimpinan komite sekolah adalah tindakan/ kegiatan suatu organisasi di sekolah dalam menjalankan tugasnya berkenaan dengan perannya dalam memajukan satuan pendidikan, sebagai penyambung lidah antara pihak sekolah dengan orang tua/wali pesrta didik, bersifat mandiri tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan pemerintah, seperti tertuang dalam Kepmendiknas No 044/U/2002. 2. Penyusunan Rencana Program Kerja Sekolah Penyusunan rencana program kerja sekolah merupakan proses yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan sekolah. 3. Pengawasan Program Kerja Sekolah Pengawasan program kerja sekolah adalah rangkaian tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari penyusunan program kerja sekolah. 4. Evaluasi Program Kerja Sekolah Evaluasi program kerja sekolah adalah suatu proses untuk melihat dan menganalisa laporan-laporan dari pelaksanaan program kerja sekolah, kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.