BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini menyebabkan perkembangan informasi semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III LANDASAN TEORI. Terdapat dua kelompok di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi. dan meminjamkan bahan-bahan pustaka, tetapi lebih banyak memberikan

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB II TINJAUAN LITERATUR. Perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan diharapkan mampu

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang juga sekaligus sebagai asset bangsa yang nantinya kelak akan

KAJIAN PENGADAAN KOLEKSI UPT PERPUSTAKAAN DALAM MENYEDIAKAN INFORMASI YANG DI BUTUHKAN OLEH MAHASISWA UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

PERAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SEBAGAI PUSAT PELAYANAN JASA INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

ARTIKEL ILMIAH. Widya Febrianti STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan dijadikan salah satu pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perguruan tinggi yang berfungsi menyediakan serta menyebarluaskan

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

Utilization Studies Library of Health Polytechnic Semarang. Pemanfaatan Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iis Naeni Sabila, 2013

JURNAL ILMU PERPUSTAKAAN Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9 Online dari http:

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan suatu kebutuhan primer yang harus di penuhi dalam dunia

DAFTAR ISI. KATAPENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB IIKEANGGOTAAN... 2 BAB IIIHAK DAN KEWAJIBAN... 3 BAB IVPELAYANAN...

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN KE 5 dan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

PROFIL PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS WIDYATAMA : PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. koleksi tersebut disediakan agar dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. Persepsi berasal dari Bahasa Inggris perception yang berarti pengalihan atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu

TINJAUAN TEORITIS PADA PENGADAAN BAHAN PUSTAKA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

Selain ketiga pendapat di atas, Sutarno (2006 : 35) mengemukakan pendapatnya bahwa:

BAB II LANDASAN TEORI


BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

Jurnal Iqra Volume 07 No.02 Oktober, 2013

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

STANDAR PERPUSTAKAAN. Tanggal: 31 Juli Lampiran Surat Keputusan Ketua STMIK KHARISMA Makassar Nomor: Tanggal:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam interaksi ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan,

PENTINGNYA STANDARISASI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : Aries Hamidah

Psikologi Komunikasi

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

Kuesioner Penelitian. Identitas Responden

memfokuskan perhatian terhadap suatu objek.

SIKAP MAHASISWA FISIP UNSRAT TERHADAP JASA LAYANAN UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT. Oleh: Drs. Anthonius M. Golung, SIP

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

BAB II KERANGKA TEORI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza

KETERKAITAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN PEMANFAATAN BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 3 BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. koleksi buku adalah syarat mutlak untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan

Transkripsi:

4 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi BAB II KAJIAN TEORI Pengertian perpustakaan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2014 Pasal 1 butir 10 adalah perpustakaan yang merupakan bagian integral dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan berfungsi sebagai pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang berkedudukan di perguruan tinggi. Pasal 24 yaitu: Perpustakaan perguruan tinggi juga diatur dalam UU No.43 Tahun 2007 1. Setiap perguruan tinggi menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan. 2. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki koleksi, baik jumlah judul maupun jumlah eksemplarnya, yang mencukupi untuk mendukung pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 3. Perpustakaan perguruan tinggi mengembangkan layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 4. Setiap perguruan tinggi mengalokasikan dana untuk pengembangan perpustakaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan guna memenuhi standar nasional pendidikan dan standar nasional perpustakaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditinjau bahwa perpustakaan perguruan tinggi diadakan untuk menunjang pencapaian tujuan perguruan tinggi yang bersangkutan dalam melaksanakan tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 2.2 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi diselenggarakan dengan tujuan untuk menunjang pelaksanaan program perguruan tinggi sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004,47) merumuskan tujuan perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: 4

5 1. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen, mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di perpustakaan perguruan tinggi. 2. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk penelitian sejauh dana tersedia. 3. Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah, yang dihasilkan oleh sivitas akademik. 4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian perpustakaan. 5. Menyediakan tenaga yang cukup serta penuh dedikasi untuk melayani kebutuhan pengguna perpustakaan dan bila perlu mampu memberikan pelatihan penggunaan perpustakaan. 6. Bekerja sama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program perpustakaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat ditinjau bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai penyedia jasa pelayanan informasi meliputi pengumpulan, pelestarian, pengolahan, memanfaatkan dan menyebarkan informasi sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, menyediakan fasilitas yang mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, memberikan berbagai jasa informasi serta mengembangkan mutu perguruan tinggi pada tempatnya bernaung. 2.3 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi Dalam pencapaian tujuan yang sempurna harus didukung juga dengan fungsinya. Adapun fungsi perpustakaan perguruan tinggi yang terurai dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 3) adalah: 1) Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksana evaluasi pembelajaran. 2) Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi. 3) Fungsi Riset Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4) Fungsi Rekreasi

6 Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan. 5) Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik. 6) Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya. 7) Fungsi Interpretasi Perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan dharmanya. Uraian tersebut berkaitan dengan gagasan yang didefenisikan Sutarno (2006, 36) bahwa fungsi utama perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang proses pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tri Dharma Perguruan Tinggi). Dari penjelasan tersebut dapat ditinjau bahwa fungsi dari sebuah perpustakaan perguruan tinggi sebagi penunjang proses pendidikan, pengabdian dan penelitian untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan sivitas akademikanya. Memiliki kualitas koleksi yang memadai dan sesuai terhadap kebutuhan sehingga menimbulkan kepuasan akan kebutuhan informasi para pengguna. 2.4 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut William james yang dikutip oleh Widyatun (2004, 110) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat oleh panca indra, hasil pengolahan otak dan ingatan. Walgito (2004,70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

7 organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti,dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Menurut Waidi (2006, 118) Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika adastimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsimerupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya. Dari penjelasan di atas dapat ditinjau bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang di milikinya. 2.4.1 Konsep Persepsi Sugihartono (2007, 8) mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan dari otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses yang sudah diterima oleh alat indera. Persepsi manusia berbeda-beda dilihat dari perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu hal itu baik dan bisa juga sesautu hal itu buruk. Ada juga dari apa yang sudah dipersepsi menimbulkan

8 kesan positif maupun kesan negative yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. a. Persepsi pada tahapan ini individu menangkap stimulus yang datang dari luar yang diterima oleh alat indera. Individu sadar akan keberadaan yangdipersepsi sehingga dapat menimbulkan suatu persepsi dari apa yangsudah diinderanya. b. Sikap dari apa yang sudah distimulus oleh individu dan menimbulkan suatu persepsi, maka individu tersebut dapat menyatakan sikap atau pendapat mengenai keberadaan stimulus yang sudah diindera tersebut. Sikap ini bisa berupa positif maupun negative tergantung dari sudut pandang individu tersebut mempersepsi. Perilaku pada tahapan ini merupakan proses akhir dari persepsi yaitu menghasilkan suatu respon dan bisa juga berperilaku sebagai akibat dari persepsi. Jalaludin Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut Suharman (2005: 23) menyatakan: persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui system alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera,pengenalan pola, dan perhatian. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengambarkan persepsi ada beberapa tahapan terjadinya suatu persepsi terhadap stimulus yang diterima yang kemudian dapat menentukan sikap baik berupa positif maupun negative dan terakhir berupa respon yang menimbulkan suatu perilaku. 2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang dalam menilai sesuatu hal tentunya memiliki faktorfaktor yang dapat mempengaruhi penilaiannya, setiap orang tidak memiliki pendapat yang sama terhadap suatu objek, karena setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda. Menurut Walgito (2004, 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu: a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

9 mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. b. Alat indra, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otaksebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang. c. Perhatian Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Menurut suwarno (2009, 57) faktor yang mempengaruhi perbedaan informasi yang ditrima antra lain: 1. Stereotip, yaitu pandangan tentang ciri-ciri tingkah laku dari masyarakat tertentu. 2. Persepsi diri, yaitu pandangan terhadap diri sendiri yang dapat mempengaruhi pembentukan kesan pertama. 3. Situasi dan kondisi, yaitu pandangan terhadap seseorang yang dipengaruhi oleh stuasi atau kondisi tertentu. 4. Ciri yang ada pada diri orang lain, yaitu daya tarik fisik seseorang yang dapat menimbulkan penilaian khusus pada saat pertama kali bertemu. Berdasarkan uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut maka persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya. 2.4.3 Macam-macam Persepsi Terdapat dua macam persepsi, yaitu External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan Self

10 Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004, 45). Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen konitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat atau berperilaku. Berdasarkan pendapat-pendapat ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara ketiga komponen tersebut. 2.4.4 Proses Pembentukan Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dikatakan sebagai suatu proses yang unik karena menggambarkan sesuatu yang terkadang berbeda dengan kenyataan. Proses tersebut dapat dikatakan sebagai praduga atau anggapan sesaat. Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek yang menimbulkan rangsangan hingga dapat disadari dan dimengerti. Menurut Kenneth dalam Mulyana (2002, 169) Ada tiga aktivitas dalam proses persepsi yaitu seleksi, organisasi, dan interpretasi. Sedangkan menurut Thoha (2003, 145) proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan: 1. Stimulus atau rangsangan. Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya. 2. Registrasi. Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim kepadanya. Kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut.

11 3. Interprestasi. Interprestasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interprestasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang. Menurut Widyatun (1999, 111), Proses terjadinya persepsi adalah karena objek yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera objek menjadi perhatian panca indera kemudian objek perhatian tadi dibawa ke otak hingga terjadi kesan atau respon, respon dibalikkan ke indera berupa tanggapan atau persepsi hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa proses persepsi terjadi ketika individu mendapatkan stimulus atau rangsangan kemudian individu melakukan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperannya perhatian yang kemudian menjadi respon dalam pikiran manusia. Respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut dan kemudian terjadilah persepsi. 2.4.5 Pengelompokan Persepsi Pengelompokan persepsi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu persepsi mengenai benda dan persepsi sosial. Menurut Suwarno (2009, 53) yang membedakan persepsi benda dan persepsi sosial adalah: Sifat dari unsur-unsur mediasi atau pengantar, kemajemukan stimulinya dan peranan dari proses kontruksi dalam pemberian makna. Objek stimulus persepsi benda bersifat nyata dan dapat diraba. Unsur perantaranya terbatas seperti gelombang cahaya, suara, suhu dan gerakan lain yang pada umumnya merupakan gerakan fisik. Sedangkan persepsi sosial bisa trjadi karena kotak secara tidak langsung, cerita orang lain, surat kabar, radio dan lainnya. Jenis-jenis persepsi pada manusia menurut mulyana (2002, 171) sebenarnya terbagi dua, yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi manusia ( persepsi sosial). Kedua jenis persepsi tersebut mempunyai perbedaan sebagai berikut: 1. Persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) merupakan proses penafsiran terhadap objek-objek yang tidak bernyawa yang ada sekitar lingkungan kita. Tekadang dalam mempersiapkannya lingkungan fisik, kita melakukan kekeliruan, karena terkadang indera kita menipu, itulah yang disebut ilusi. Persepsi terhadap objek ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor: latar

12 belakang nilai, keyakinan dan harapan, dan yang terakhir adalah kondisi faktual alat-alat indera. 2. Persepsi terhadap manusia (persepsi sosial) proses menangkap arti objekobjek dan kejadian-kejadian yang kita lihat alami dalam lingkungan kita. Oleh karena manusia bersifat emosional, sehingga penilaian terhadap orang akan mengandung resiko. Setiap orang mempunyai gambaran berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulakan bahwa persepsi pada umumnya dikelompokan menjadi dua jenis yaitu persepsi benda yang bersifat nyata dan dapat diraba sedangkan persepsi sosial besifat perantara terbatas yang hanya bisa dirasakan berupa cahaya, suara, suahu dan lainnya. Masing-masing persepsi memiliki rangsangan dan proses yang berbeda. 2.5 Koleksi buku perpustakaan Pada perpustakaan tentunya memiliki koleksi untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam penelusuran informasi. Koleksi perpustakaan menurut Siregar (2002, 2) adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi Kata koleksi berarti kumpulan yang berhubungan dengan studi atau penelitian. Dalam Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 19) koleksi perpustakaan berarti kumpulan buku-buku dan atau non buku, seperti: bagan, bentuk mikro, berkas komputer, bola dunia (globe), buku, film, foto udara, gambar, kartu peraga, peta, piringan hitam, VCD, DVD, slide dan lain-lain. Koleksi pada perpustakaan harus lengkap dan beragam, agar koleksi perpustakaan cocok dengan kebutuhan pengguna maka staf perpustakaan seharusnya memperhatikan koleksi pustaka apa yang akan diadakan. Untuk mengetahui kebutuhan pengguna tersebut, informasi yang pelu dikumpulkan adalah jenis fakultas, program studi, jenjang pendidikan, mata kuliah yang ditawarkan, penelitian yang dilaksanakan oleh sejumlah pengajar dan mahasiswa serta masyarakat umum pengguna perpustakaan. Penelitian ini dilakukan secara priodik, mengingat kebutuhan masyarakat mengenai koleksi selalu berubah sesuai dengan perkembangan IPTEK agar informasi yang dicari akan lebih mudah diperoleh. Menurut Sutarno (2006, 75) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ketersediaan koleksi perpustakaan yaitu :

13 a. Kerelevanan koleksi b. Kelengkapan koleksi c. Kemutakhiran koleksi Berdasarkan uraian tersebut dapat ditinjau bahwa koleksi perpustakaan merupakan kumpulan bahan koleksi baik berupa buku ataupun non buku yang dapat digunakan oleh pengguna perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi, karena kebutuhan pengguna perpustakaan beragam akan informasi maka petugas perpustakaan seharusnya memperhatikan koleksi pustaka apa yang akan diadakan, supaya cocok dengan kebutuhan pengguna perpustakaan. 2.5.1. Relevansi Koleksi Kesesuaian antara ketersediaan koleksi pada perpustakaan dengan informasi apa yang dibutuhkan pengguna perpustakaan dikenal dengan istilah relevansi. Hal ini berarti koleksi yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Menurut Siregar (2002, 8) salah satu prinsip pemilihan buku adalah relevansi atau kesesuaian, perpustakaan hendaknya mengusahakan agar koleksi perpustakaan relevan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan serta tujuan lembaga induknya. Relevansi juga dapat diartikan bahwa suatu transaksi temu balik dianggap sukses jika dokumen yang diperoleh relevan dengan kebutuhan pengguna yang memintanya pada petugas pustakawan. Karena relevansi dapat dijadikan kriteria keberhasilan suatu temu balik informasi yang terdapat pada perpustakaan yang abik. Relevansi adalah suatu ukuran keefektivitasan antara sumber informasi dengan penerima informasi yang benar. Menurut Andriani (2003, 11) menyatakan bahwa Relevansi merupakan suatu yang dipahami oleh pengguna pada saat memilih dokumen. sedangkan menurut Purnomo (2006, 9) dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen yang dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditinjau bahwa relevansi koleksi merupakan kesesuaian koleksi yang ada di perpustakaan dengan kebutuhan pengguna perpustakaan, sehingga penguna dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan mudah. Jadi dapat diketahui bahwa relevansi dapat dimaknai sebagai kesesuaian, keterkaitan atau keselarasan antara bahan pustaka yang

14 tersedia dengan kebutuhan informasi. Prinsip relevansi dalam penyediaan bahan perpustakaan mutlak dibutuhkan, karena salah satu orientasi perpustakaan adalah pemenuhan kebutuhan pengguna perpustakaan. 2.5.2 Kelengkapan Koleksi Pada sebuah perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi penggunanya, perpustakaan dituntut untuk melengkapi koleksinya seperti yang dijelaskan pada Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004, 43) kelengkapan koleksi hendaknya jangan terdiri atas buku ajar yang langsung dipakai dalam perkuliahan, tetapi juga meliputi bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada secara lengkap. Menurut Siregar (1998, 6) kelengkapan koleksi perpustakaan tidak hanya terdiri dari buku-buku teks saja tetapi juga menyangkut bidang ilmu lain yang berkaitan dengan bahan penelitian. Jumlah koleksi perpustakaan yang diwajibkan disesuaikan dengan jumlah mata kuliah yang ditawarkan dan jumlah mahasiswa, besarnya koleksi perpustakaan Perguruan Tinggi tergantung pada jenjang pendidikan yang dilaksanakan pada Perguruan Tinggi yang bersangkutan dan mata kuliah yang ditawarkan serta jumlah mahasiswa, Perpustakaan Perguruan Tinggi wajib menyediakan 80% dari bahan bacaan wajib mata kuliah yang ditawarkan di Perguruan Tinggi. Masing-masing judul bahan bacaan tersebut disediakan 3 eksamplar untuk setiap 100 mahasiswa, di mana 1 eksemplar untuk pinjaman jangka pendek dan 2 eksamplar lainnya untuk pinjaman jangka panjam. Seperti yang dijelaskan oleh Standar Nasional Perguruan Tinggi Negeri (2011) jumlah buku wajib dihitung menggunakan rumus 1 program studi x (144 sks dibagi 2 sks per mata kuliah) x 2 judul permata kuliah = 144 judul buku wajib per program studi. Judul buku pengembangan = 2 x jumlah buku wajib, untuk penambahan koleksi 1% dari total koleksi (judul) yang sudah ada, atau minimal 1 judul untuk 1 mata kuliah. Selain itu untuk bahan baca pendukungnya perpustakaan wajib mengadakan bahan bacaan lain yang relevan dengan mata kuliah yang ditawarkan, serta program-program penelitian dan pengabdian masyarakat di Perguruan Tinggi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditinjau bahwa pada perpustakaan dituntut untuk melengkapi koleksi agar pengguna dapat memenuhi kebutuhan

15 informasi, hendaknya kelengkapan koleksi perpustakaan disesuaikan dengan bidang ilmu dan banyaknya jumlah mahasiswa agar ada keterkaitan dengan ilmu yang diterapkan di universitas yang bersangkutan. 2.5.3 Kecukupan Koleksi Jumlah koleksi perpustakaan yang diwajibkan disesuaikan dengan jumlah mata kuliah yang ditawarkan dan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi. Menurut Standar Perpustakaan Perguruan Tinggi Kategori C (2001, 2-3) Jumlah koleksi perpustakaan yang diwajibkan disesuaikan dengan jumlah mata kuliah yang ditawarkan dan jumlah mahasiswa di perguruan tinggi. 1. Program Diploma dan S-1 a. Jumlah buku wajib: 1 judul untuk setiap mata kuliah wajib universitas (MKU). 1 judul untuk mata kuliah dasar keahliah (MKDK). 2 judul untuk mata kuliah keahlian (MKK) Jadi Jumlah buku wajib yang harus disediakan: - 5 % dari jumlah mahasiswa yang mengikuti MKU - 10 % dari jumlah mahasiswa yang mengikuti MKDK - 10 % dari jumlah mahasiswa yang mengikuti MKK. b. Jumlah buku anjuran. Jumlah (MKU + MKDK + MKK) x 5 judul. Ini berarti 5 judul untuk bahan bacaan pengayaan untuk setiap mata kuliah. Jadi jumlah buku anjuran yang disediakan adalah 1 % dari jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah yang ditawarkan. c. Melanggan sekurang-sekurangnya 1 (satu) judul jurnal ilmiah untuk setiap program studi. 2. Progaram Pascasarjana. a. Memiliki 500 Judul pustaka per program studi b. Melanggan 2 (dua) jurnal ilmiah untuk setiap program studi. Menurut Standar Nasional Perpustakaan perguruan tinggi 2011 penambahan pada bahan koleksi 1% dari penambahan koleksi (judul) yang ada, atau minimal satu judul untuk koleksi yang sudah ada. Perpustakaan juga wajib menyediakan koleksi khusus perpustakaan perguruan tinggi, yaitu bahan perpustakaan yang berupa hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi minimal 1000 judul.

16 Menurut Standar Nasional Perpustakaan perguruan tinggi (2011) penambahan pada bahan koleksi 1% dari penambahan koleksi (judul) yang ada, atau minimal satu judul untuk koleksi yang sudah ada. Perpustakaan juga wajib menyediakan koleksi khusus perpustakaan perguruan tinggi, yaitu bahan perpustakaan yang berupa hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi minimal 1000 judul. Berdasarkan penjelas tersebut dapat ditinjau bahwa perpustakaan perguruan tinggi harus menyediakan buku 1 buku untuk mata kuliah wajib atau di sesuaikan dengan jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah. Untuk buku bacaan sebagai buku anjuran perpustakaan menydiakan 5 judul buku untuk masing-masing mata kuliah atau 1% dari jumlah mahasiswa. Jurnal ilmiah yang dimiliki oleh perpustakaan 1 judul untuk setiap mata kuliah. 2.5.4 Kemutakhiran Koleksi Tingkat kemutakhiran koleksi mencerminkan tingkat kekinian (actuality) informasi dari karya tulis tersebut. Batasan yang mereka berikan untuk literatur baru umumnya adalah yang berusia 0-5 tahun. Rifai (1997, 180) juga menggaris bawahi pentingnya mengacu terbitan dengan usia tidak lebih dari 10 tahun. Untuk tujuan akreditasi berkala ilmiah di Indonesia, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat-Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah menerbitkan Instrumen Evaluasi untuk Akreditasi Berkala Ilmiah (2001, 22). Dalam petunjuk ini diisyaratkan bahwa kemutakhiran referensi (pustaka acuan) merupakan salah satu aspek substansial yang dinilai dalam pengakreditasian jurnal ilmiah nasional. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat ditinjau bahwa kemutakhiran koleksi merupakan informasi terbaru yang ada pada sebuah karya tulis. Koleksi hendaknya mencerminkan kemutakhiran. Ini berarti bahwa perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui bahan perpustakaan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan