DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK. Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

Perawatan Ortodonti pada Geligi Campuran. Abstrak

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

MENANGGULANGI KEBIASAAN BURUK BERNAFAS MELALUI MULUT DENGAN ORAL SCREEN

BAB I PENDAHULUAN. wajah yang menarik dan telah menjadi salah satu hal penting di dalam kehidupan

PERAWATANORTODONTIK KANINUS KIRI MAKSILA IMPAKSI DI DAERAH PALATALDENGAN ALAT CEKATTEKNIK BEGG

I. Nama mata kuliah : Ortodonsia III. II. Kode/SKS : KGO III / I. III. Prasarat : Ortodonsia II. IV. Status Mata Kuliah : Wajib Program studi

BAHAN AJAR Pertemuan ke 9

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS I ANGLE TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

MALOKLUSI PADA ANAK AKIBAT TIDAK MENDAPATKAN ASI MALOCCLUSIONS IN NON BREASTFED CHILDREN

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

II. ORTODONSI INTERSEPTIF

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

GAMBARAN ORAL HABIT PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari berbagai macam penyebab dan salah satunya karena hasil dari suatu. pertumbuhan dan perkembangan yang abnormal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung pada pasien. 1. indeks kepala dan indeks wajah. Indeks kepala mengklasifikasian bentuk kepala

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2017

PERAWATAN MALOKLUSI KELAS II KELETAL DENGAN KOMBINASI AKTIVATOR - HEADGEAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. empat tipe, yaitu atrisi, abrasi, erosi, dan abfraksi. Keempat tipe tersebut memiliki

Penanganan delayed eruption karena impaksi gigi insisivus sentralis kiri dengan surgical exposure pada anak

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

Kata kunci : palatum, maloklusi Angle, indeks tinggi palatum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PREVENTIF ORTHODONTIK

BAB I PENDAHULUAN. Bagi remaja, salah satu hal yang paling penting adalah penampilan fisik.

RELAPS DAN PENCEGAHANNYA DALAM ORTODONTI

HUBUNGAN KEBIASAAN MENDORONG LIDAH, MENGISAP IBU JARI DAN PREMATURE LOSS TERHADAP JENIS MALOKLUSI MURID SD DI KOTA MAKASSAR.

ABSTRACT DENTAL MALOCCLUSION AND SKELETAL MALOCCLUSION INFLUENCE AGAINST TEMPOROMANDIBULAR DYSFUNCTION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. berkomunikasi lisan dalam lingkungan. Gangguan wicara atau tuna wicara adalah

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. retak), infeksi pada gigi, kecelakaan, penyakit periodontal dan masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. langsung dari payudara ibu. Menyusui secara ekslusif adalah pemberian air susu

THE IMPORTANCE ORAL HEALTH FOR THE PATIENT WITH FIXED ORTHODONTIC APPLIANCE (PENTINGNYA KESEHATAN MULUT PADA PEMAKAI ALAT ORTHODONTIK CEKAT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

The Prevalence and Treatment Success of Removable Orthodontic Appliance with Anterior Crossbite Cases in RSGMP UMY

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BPM BLOK BLOK BUKU PANDUAN FASILITATOR PEMULIHAN STOMATOGNATIK 2. SEMESTER V TAHUN AKADEMIK Penyusun : Editing :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting dalam perawatan prostodontik khususnya bagi pasien yang telah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BPSL BUKU PANDUAN SKILL S LAB TATALAKSANA KELAINAN DENTOKRANIOFASIAL BLOK 9 SEMESTER V TAHUN AKADEMIK NIM

Distribusi Frekuensi Maloklusi Pasien Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI Periode

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

PREVALENSI ASIMETRI FUNGSIONAL PADA MURID SD DAN SLTP TARSISIUS VIRETA TANGERANG USIA 9 16 TAHUN

BAHAN AJAR Pertemuan ke 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

Transkripsi:

DETEKSI DINI KETIDAKSEIMBANGAN OTOT OROFASIAL PADA ANAK Risti Saptarini Primarti * Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Unpad ABSTRAK Fungsi otot orofasial berperan penting dalam pembentukan oklusi yang ideal pada masa pertumbuhan anak. Otot orofasial yang dapat mempengaruhi perkembangan oklusi gigi adalah otot lidah, masseter dan bucinator, serta orbicularis oris. Triangular Force Concept merupakan konsep keseimbangan antara ketiga otot tersebut. Deteksi dini adanya ketidakseimbangan ketiga otot tersebut dapat mencegah terjadinya maloklusi pada anak. Makalah ini akan membahas etiologi pola penelanan dan ketidakseimbangan otot orofasial beserta deteksi dininya pada anak. Kata Kunci : Deteksi Dini, Triangular Force Concept. Early Detection Of Orofacial Muscle Imbalance In Children ABSTRACT Orofacial muscle function play an important role in the development of ideal occlusion during a child s growth and development period. Orofacial muscle that may affect the development of dental occlusion are tongue, masseter and buccinator, and orbicularis oris. There is a concept of equilibrium of the three muscles mentioned above which is called Triangular Force Concept. Early detection of there muscle imbalance may prevent the occurance of nalocclusion in children. This paper will discuss the etiology of swallowing pattern and orofacial muscle imbalance along with its early detection in children. Keywords : Early Detection, Triangular Force Concept

Pendahuluan Maloklusi umum terjadi di populasi dunia dan tidak dianggap sebagai keadaan yang normal. Hasil penelitian menunjukkan sepertiga populasi dunia memiliki oklusi normal sedangkan sisanya memiliki berbagai tingkatan maloklusi. 1,2 Maloklusi dapat menyebabkan masalah pada pasien yaitu (1) diskriminasi sosial karena bentuk wajah; (2) masalah fungsi oral, termasuk kesulitan dalam pergerakan rahang, disfungsi sendi temporomandibular, serta masalah fungsi penelanan, pengunyahan dan bicara; (3) masalah trauma dan penyakit periodontal. 1,2 Kelainan maloklusi dan dentofasial bukan disebabkan oleh faktor patologis. Berbagai contoh kasus menunjukkan kelainan tersebut merupakan penyimpangan perkembangan yang normal. Masalah tersebut lebih sering dihasilkan oleh interaksi yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, serta sulit untuk menentukan faktor etiologi yang pasti. Etiologi klinis yang dapat mengakibatkan maloklusi diantaranya faktor herediter, kegagalan masa perkembangan embrio, trauma, agen fisik dan kebiasaan buruk. 1,3 Perkembangan normal dentofasial tergantung pada fungsi normal otot sekitar mulut. Keseimbangan antara otot bibir, pipi dari luar lengkung gigi dan lidah dari dalam perlu dipertahankan. 3 Adanya ketidakseimbangan ketiga otot orofasial tersebut akan mempengaruhi perkembangan struktur dentofasial. 4 Deteksi dini ketidakseimbangan otot orofasial pada anak sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan terjadinya maloklusi. Makalah ini akan membahas peranan triangular force concept, pola penelanan yang salah, serta deteksi dini ketidakseimbangan otot orofasial pada anak. Telaah Pustaka Fungsi fisiologis rongga mulut adalah penelanan, mastikasi, bicara dan pernafasan. 1 Pola tekanan kompleks otot orofasial berkaitan dengan pola

penelanan yang normal. 1,4 Aktifitas penelanan menghasilkan tekanan terhadap kompleks orofasial. Seseorang melakukan penelanan 2000-2400 kali selama 24 jam, sedangkan anak 800-1200 kali selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan tekanan yang dihasilkan lidah selama penelanan adalah 40-700 g/cm 2. 5 Oleh karena itu, pola penelanan yang salah akan mempengaruhi kompleks otot orofasial. 4 Menurut Garliner, tiga otot yang mempengaruhi oklusi gigi selama penelanan adalah (1) otot lidah, yang berfungsi sebagai daya pendorong dan penahan dari dalam mulut; (2) otot masseter dan buccinator, kedua otot tersebut akan teraktivasi setiap gerakan penelanan. Adanya kegagalan aktivasi otot disebabkan oleh posisi lidah yang salah; (3) otot orbicularis oris, berperan untuk stabilisasi gigi-geligi yaitu sebagai penahan alami gigi anterior. Keseimbangan antara ketiga otot tersebut disebut triangular force concept. 4 Gambar. 1. Triangular Force Concept 4 Posisi lidah terhadap relasi gigi insisif atas dan bawah selama penelanan akan mengganggu fungsi bibir. Penempatan ujung lidah diantara gigi insisif atas dan bawah saat penelanan, maka lidah akan menahan bibir bawah berkontak dengan gigi atas. Akibatnya adalah menghalangi fungsi orbicularis oris sebagai penahan stabilisasi, sehingga akhirnya otot tersebut menjadi lemah. 4

Perkembangan Proses Penelanan Kompleks otot orofasial telah sempurna sejak lahir. Hal tersebut berguna bagi bayi untuk bertahan hidup dan mempelajari sekitarnya. Pola penelanan pada bayi disebut pola penelanan infantil. 1 Ciri khas penelanan infantil ditandai dengan kontraksi aktif otot bibir, ujung lidah berkontak dengan bibir bawah, sedangkan otot lidah bagian posterior dan pharingeal sedikit berkontraksi. Otot lidah bagian posterior dan pharingeal maturasinya belum sempurna. 1 Pola penelanan infantil akan berlangsung sampai anak berusia satu tahun atau setelah erupsi gigi insisif sulung. 1,4 Gambar. 2. Pola Penelanan Infantil 4 Sejalan dengan perkembangan anak, otot elevator mendibula mulai berfungsi dan pola penelanan anak mulai berubah yang disebut periode transisi. 1 Pergerakan lidah bagian posterior yang kompleks menunjukkan perubahan transisi yang jelas dari pola penelanan infantil. 1,4 Pola penelanan dewasa ditandai dengan berkurangnya aktivitas otot bibir. Bibir menjadi relaks, ujung lidah diletakkan pada prosessus alveolaris di belakang insisif atas, serta gigi posterior beroklusi saat penelanan. 1 Proses pola penelanan dewasa yang normal adalah (1) ujung lidah diletakkan dibelakang gigi insisif rahang atas; (2) bagian tengah lidah terangkat

sehingga berkontak dengan palatum durum; (3) bagian belakang lidah membentuk posisi 45 0 terhadap dinding pharing; (4) sejalan dengan aktivitas otot lidah, otot masseter dan buccinator, menekan ke arah mid-line; (5) otot orbicularis oris menekan gigi insisif atas ke arah posterior. 4 Gambar. 3. Pola Penelanan Dewasa Mendeteksi Ketidakseimbangan Otot Orofasial dan Pola Penelanan Yang Salah Pada Anak Penempatan Posisi Lidah Yang Salah Penempatan ujung lidah saat istirahat merupakan tanda awal yang harus diperhatikan. 4 Lidah yang diletakkan terlalu ke anterior, berada diantara gigi insisif atas dan bawah di dalam rongga mulut. Posisi lidah tersebut tidak mungkin ditarik ke posterior dalam waktu seperlima detik saat proses penelanan normal. Oleh karena itu, apabila penempatan posisi lidah yang salah dibiarkan akan menyebabkan perubahan pola penelanan normal. 4 Pola Penelanan yang Salah

Penempatan ujung lidah diantara gigi insisif atas dan bawah saat penelanan disebut tongue trust. Penempatan posisi lidah yang salah akan menahan bibir bawah berkontak dengan gigi atas. Akibatnya adalah menghalangi fungsi otot orbicularis oris sebagai penahan stabilisasi, sehingga otot tersebut menjadi lemah. 4 Bernafas Melalui Mulut Anak yang bernafas melalui mulut dapat disebabkan oleh alergi, tonsil, adenoid. 6 Anak tersebut cenderung untuk menempatkan posisi lidah dibawah dasar mulut untuk memudahkan aliran udara. Penempatan posisi lidah dibawah dasar mulut menyebabkan palatum menjadi sempit, sehingga lidah cenderung untuk ke depan atau ke samping diantara gigi atas dan bawah. 4,6 Kebiasaan Mulut Yang Buruk Kebiasaan mulut merupakan proses pembelajaran kontraksi otot dan proses alami yang kompleks. Kebiasaan mulut normal merupakan bagian fungsi dentofasial yang berperan penting terhadap pertumbuhan normal wajah dan fisiologi oklusal. 1,2,4 Kebiasaan mulut yang dilakukan anak berusia lebih dari 4 atau 5 tahun disebut kebiasaan mulut yang buruk. Hal tersebut akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dentofasial. Kebiasaan mulut yang buruk pada anak yang sering terjadi adalah menghisap jari dan menggigit bibir. 4 Oklusi yang Buruk (poor occlusion) Oklusi yang buruk dapat disebabkan oleh adanya keausan oklusal, kerusakan gigi akibat karies, atau hilangnya gigi karena pencabutan. 4 Keadaan tersebut menyebabkan hilangnya kontak antara gigi atas dan bawah. Apabila terjadi kehilangan kontak gigi di posterior, maka lidah akan menempati ruang

tersebut, akibatnya adalah terjadi kegagalan fungsi otot masseter dan fungsi buccinator. 4 Tonus Bibir Yang Tidak Adekuat Bibir atas dan bawah tetap berkontak dalam keadaan istirahat. Fungsi bibir tersebut berperan sebagai penahan untuk gigi anterior. 4 Kekuatan tonus bibir yang normal adalah 4-6 lbs yang diukur dengan spring tension gauge. Relasi bibir atasa dan bawah yang terbuka saat istirahat menunjukkan adanya ketidakseimbangan otot orofasial. Kekuatan tonus bibir yang tidak adekuat hanya 1-2 ½ lbs. 5 Selain itu, tonus bibir yang terlalu kuat (hipertonus) juga harus dperhatikan. Kelainan Anatomi Lidah Adanya ankilosis, makroglosia dan ikatan frenulum yang rendah akan mengganggu proses penelanan. 4 Mekanisme Terjadinya Maloklusi Akibat Ketidakseimbangan Otot Orofasial Bentuk anatomi palatum dipengaruhi oleh lidah. Lidah akan menempati palatum saat istirahat. Penempatan posisi lidah yang salah atau adanya kebiasaan buruk menyebabkan posisi lidah berada di bawah dan depan. Tekanan lateral akan menyebabkan palatum menjadi sempit. 1,8 Palatum yang sempit, mempengaruhi bentuk lengkung rahang sehingga akan mengganggu erupsi gigi serta perubahan pola fungsi otot sehingga terjaadi maloklusi. 8 Deteksi dini adanya ketidakseimbangan otot terutama sebelum anak mencapai usia 4-5 tahun atau sebelum erupsi gigi permanennya akan terjadi koreksi alamiah palatum. Hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan dentofasial kembali normal. 8

Pembahasan Rongga mulut terutama lidah merupakan salah satu organ tubuh penting yang perkembangannya telah sempurna sejak lahir. Hal tersebut berguna untuk mendapatkan makanan dan berkontak dengan lingkungan sekitarnya. Aktifitas rongga mulut adalah penelanan, mastikasi, bicara dan pernafasan. Aktifitas rongga mulut akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan struktur dentofasial pada anak. maturasi fungsi oral terlihat dari perubahan pola penelanan infantil menjadi dewasa. Otot yang bekerja pada pola penelanan infantil adalah lidah, mandibula dan otot fasial. Aktifitas pola penelanan dewasa dikontrol oleh otot pengunyahan, yaitu otot temporalis, masseter, pterigoideus lateral dan medial, digastrikus serta geniohioid. Penelanan merupakan aktifitas yang dilakukan terus menerus selama 24 jam. Proses penelanan melibatkan otot orofasial. Tiga otot yang berperan adalah otot lidah, masseter dan buccinator dan orbicularis oris. Ketiga otot tersebut harus dalam keadaan seimbang saat fungsi. Adanya kebiasaan mulut yang buruk, kelainan anatomi lidah, oklusi buruk, pola penelanan salah, merubah keseimbangan ketiga otot tersebut. Hal tersebut sering diakibatkan oleh penempatan posisi lidah yang salah. Ketidakseimbangan otot orofasial dapat mengakibatkan terjadinya maloklusi pada anak apabila dibiarkan sampai erupsi gigi tetapnya. Dokter Gigi khususnya Spesialis Kedokteran Gigi Anak mempunyai peluang untuk mendeteksi adanya ketidakseimbangan otot orofasial dan pola penelanan yang salah pada anak. oleh karena itu, dokter gigi dapat memberikan kontribusi untuk melakukan tindakan preventif dan intersetif terjadinya maloklusi pada anak. Kesimpulan Keseimbangan otot orofasial yaitu otot lidah, masseter dan buccinator, serta orbicularis oris berperan dalam perkembangan kompleks dentofasial. Ketidakseimbangan otot orofasial tersebut ditandai dengan adanya penempatan

posisi lidah yang salah saat istirahat, kebiasaan mulut buruk, pola penelanan salah, kelainan anatomi lidah, oklusi buruk dan tonus bibir yang tidak adekuat. Dokter gigi khususnya dokter gigi anak mempunyai kesempatan untuk mendeteksi dini adanya ketidakseimbangan otot tersebut pada anak. DAFTAR PUSTAKA 1. Proffit WR, Contemporary Orthodontic. Ed. ke-3.st. Louis: Mosby Inc. 2000;134-139 2. Bishara SE, Textbook of Orthodontics. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 2001;43-66 3. Moyers RE, Handbook of orthodontics. Ed ke-4. Chicago : Year Book Medical Publisher. Inc., 1988 4. Garliner D, Muofunctional Therapy. Philadelphia : W.B. Saunders Company., 1976;7-15;334-343. 5. Chiba Y, Motoyoshi M, Namura S. Tongue pressure on loop of transpalatal arch during deglitition. Am J. Orthod Dento fac orthop. 2003; 123.29-34 6. Barberia E, Lucavechi T, Cardenas D. An atypical lingual lesion resulting from the unhealthy habit of sucking the lower lip : clinical case stusy. J Clin Pediatr. Dent. 2006; 30(4):280-282 7. Pinkham JR, Fields HW. Pediatric Dentistry. Ed. ke-4. Philadelphia: W.B. Saunders Company.,2005; 8. Roc S, Treatment recommendations for nonnutritive sucking habits. J of Pract Hygiene. 1998;7:11-15