BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB IV DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. IV.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TK II SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan tujuan nasional

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menentukan nilai ekonomis aset dan potensi harta kekayaan. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui kelemahan dan kekurangan jasa pelayanan kesehatan.

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang sangat diperhatikan bagi tiap-tiap stake holder di berbagai penjuru

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 ANALISIS KINERJA RUMAH SAKIT RUJUKAN BPJS KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan. kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah pada tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

secara jelas sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan baik untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Menurut UU No. 36

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

h. Kecamatan Prambanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2004 sebagai bagian dari kewajiban pemerintah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan investasi sumber daya manusia. Dengan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

I. PENDAHULUAN. kegiatan di bidang kesehatan. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 23. yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar 1945 menjelaskan bahwa negara wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009 tentang pelayanan publik pasal 18 dijelaskan bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan pelayanan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.91/Menkes/SK/IV/2000 bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Undang-Undang No.32 tahun 1992 tentang kesehatan, telah ditetapkan bahwa setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi 1

2 penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pada bab IV pasal 11 ayat (2) bahwa bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan daerah kota adalah pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. Atas dasar tersebut maka pemerintah bertanggung jawab secara penuh terhadap pelayanan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satu yang dianggap mempunyai peranan cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Azwar, 1996). Pelayanan adalah suatu aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan (Ratminto dan Winarsih, 2005). Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat

3 diantaranya tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, dijangkau, dan bermutu. Adapun proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, balai pengobatan), pelayanan rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan dan obat-obatan. Kinerja pelayanan menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan pelanggan, dan ketetapan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Pemerintah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit dan PUSKESMAS di seluruh wilayah Indonesia demi meningkatkan kesehatan masyarakat. Pemerintah juga mengeluarkan program jaminan kesehatan untuk masyarakat miskin yang dikenal JAMKESMAS. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah program bantuan social untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang diselenggarakan secara nasional, agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan menyeluruh bagi masyarakat miskin. Tujuan JAMKESMAS adalah meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh

4 warga miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Selain JAMKESMAS pemerintah daerah juga memberikan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) yang pendanaannya berasal dari APBD. Program JAMKESMAS dan JAMKESDA belum berjalan efektif, hingga pemerintah beralih kepada JKN. Dalam rangka menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia maka pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Terhitung sejak 1 Januari 2014 pemerintah telah memberlakukan system Jaminan Sosial terbaru atau JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 tentang BPJS yang merupakan transformasi dari empat Badan Usaha Milik Negara (ASKES, ASABRI, JAMSOSTEK, dan TASPEN). Melalui Undang- Undang nomor 24 tahun 2011 ini, maka dibentuk 2 (dua) BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Dengan terbentuknya kedua BPJS tersebut maka jangkauan

5 kepesertaan program jaminan social akan diperluas secara bertahap (Qomaruddin, dalam Rante dan Mutiarin, 2015). Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 mewajibkan pemerintah untuk memberikan lima jaminan dasar bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, pensiun, dan tunjangan hari tua. Jaminan dimaksud akan dibiayai oleh 1) perseorangan, 2) pemberi kerja, 3) pemerintah. BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Menjadi peserta JKN-BPJS menguntungkan karena beberapa hal jika dibandingkan asuransi kesehatan swasta, JKN-BPJS lebih murah. Selain itu, jaminan JKN-BPJS juga lengkap mencakup rawat inap, rawat jalan, kehamilan dan melahirkan; termasuk jika harus melahirkan secara Caesar, dijamin sepenuhnya oleh JKN-BPJS. JKN-BPJS juga tidak menyaratkan batasan plafond; biaya maksimal yang ditanggung penyedia asuransi. Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Perubahan iuran jaminan kesehatan nasional untuk peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja. Perpres tentang naiknya iuran bagi para peserta

6 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tersebut ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 29 Februari 2016. Tabel I.1 Perubahan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja Ruang Perawatan Iuran Lama (Peraturan Presiden no.12 tahun 2013) Iuran Baru (Peraturan Presiden no.19 tahun 2016) Kelas III Rp 25.500 Rp 30.000 Kelas II Rp 42.500 Rp 51.000 Kelas I Rp 59.500 Rp 80.000 Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementrian Kesehatan, Murti Utami mengklaim per tanggal 7 Februari 2014 jumlah penerima manfaat layanan JKN melalui BPJS Kesehatan telah mencapai 116.497.209 jiwa yang menjadi penerima layanan. Jumlah Penerima Bantuan Iuran (PBI) mencapai 86.400.000 jiwa. Sedangkan yang mendaftar melalui jalur mandiri sudah mencapai 499.918 jiwa. Selain Penerima Bantuan Iuran dan juga peserta mandiri, masih ada lagi penerima layanan BPJS kategori lain. Jumlahnya pun saat ini telah mencapai 29.597.291 jiwa. Jumlah kepesertaan jaminan kesehatan di Kabupaten Sleman yang langsung dapat diintegrasikan dengan JKN kurang lebih 43,2% dari jumlah penduduk Kabupaten Sleman yang berjumlah 1.059.383 jiwa. Diluar 40% tersebut, masih terdapat kurang lebih 26,7% yang

7 juga memiliki jaminan kesehatan yang meliputi JAMKESDA Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari APBD Kabupaten Sleman, yaitu berjumlah 143,191 jiwa JAMKESDA untuk pamong desa, pegawai honorer dan kader kesehatan sebanyak 11.327 jiwa, JAMKESDA mandiri sebanyak 19,470 jiwa, peserta JAMKESOS miskin sebanyak 19.000 jiwa dan JAMKESOS Kader sebanyak 7.503 jiwa dengan bantuan iuran dari APBD Provinsi dan 10% prediksi penduduk yang memiliki jaminan kesehatan komersial lainnya (www.slemankab.go.id) Kabupaten Sleman pada saat ini telah memiliki 25 fasilitas pelayanan primer, 25 PUSKESMAS, 48 dokter keluarga, 15 dokter gigi keluarga, serta klinik pratama telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Fasilitas kesehatan rujukan ada 26 rumah sakit. Dari 26 rumah sakit, sebanyak 17 rumah sakit telah bekerjasama dengan BPJS (www.republika.co.id).

8 Tabel I.2 Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Sleman Nama Fasilitas Nama Fasilitas Wilayah Jumlah Jumlah Kesehatan 1 Kesehatan 2 Kalasan Prambanan Depok Mlati Gamping Ngemplak Sayegan Ngaglik Minggir Kalasan Prambanan 1. Depok I 2. Depok II 3. Depok III 1. Mlati I 2. Mlati II 1. Gamping I 2. Gamping II 1. Ngemplak I 2. Ngemplak II Sayegan 1. Ngaglik I 2. Ngaglik II Minggir 1 1. RSIY PDIH 2. RS Panti Rini 3. RS Bhayangkara Sleman 1 RSUD Prambanan 3 1. RS Condong Catur 2. Depok II 3. Depok III 2 1. RSIA Sakina Idaman 2. RSUP Dr. Sardjito 2 1. RS Queen Latifa 2. RSU Mitra Sehat 3. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II 4. RS Akademik UGM 5. Klinik Hemodialisis Golden PMI 2 RS Mitra Paramedika 1 RS At Turots Al Islamy 2 1. RS Gramedika 10 2. RS Puri Husada 1 RSU Panti Bhaktiningsih 3 1 3 2 5 1 1 2 1

9 Sleman Pakem Godean Moyudan Tempel Turi Cangkringan Sleman Pakem 1. Godean I 2. Godean II Moyudan 1. Tempel I 2. Tempel II Turi Cangkringan 1 RSUD Sleman 1 1 1. RSJ Grhasia 2 2. RS Panti Nugroho 2-1 - 2-1 - 1 - Berbah 1 - Berbah TOTAL 25 22 Sumber: diolah oleh penulis dari data BPJS Dari data diatas tampak bahwa di wilayah kabupaten sleman terdapat 25 puskesmas, 22 Rumah sakit. Jumlah ini terbagi atas fasilitas kesehatan terbanyak di Kecamatan Gamping, dan jumlah fasilitas kesehatan paling sedikit terdapat di Kecamatan Moyudan, Turi, Cangkringan, dan Berbah dimana hanya memiliki puskesmas saja. Dibentuknya Undang-Undang nomor 24 tahun 2011 untuk keperluan tata kelola penyelenggaraan jaminan sosial yang efektif bagi seluruh warga Negara Indonesia ternyata dalam

10 implementasinya masih banyak ditemukan kendala di lapangan seperti BPJS Kesehatan di Kabupaten Sleman yang mendapat sorotan dari masyarakat. Lembaga tersebut dinilai tidak konsisten memberikan pelayanan. Seperti yang dikutip dari berita Koran Sindo bahwa masih banyak keluhan dari masyarakat soal layanan kesehatan yang belum maksimal, seperti pelayanan yang tidak sesuai standar dan berbelit-belit, terlebih juga panjangnya antrian (www.koran-sindo.com) Selain itu masalah lain yang dikemukakan oleh Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Danny Pomanto menolak kenaikan tarif baru BPJS yang berlaku pertanggal 1 April 2016 dengan alasan banyaknya keluhan masyarakat tentang pelayanan BPJS selama ini yang dinilai pelayanannya tidak prima sesuai yang dijanjikan. Keluhan tentang layanan BPJS akhir-akhir ini banyak didapatkan seperti pasien harus keluar paksa dari rumah sakit lantaran limit BPJS yang mereka gunakan sudah maksimal serta munculnya bayaran selisih dari pihak rumah sakit lantaran tidak menjadi tanggungan BPJS. (www.penarakyat.com) Lain halnya yang dirasakan oleh warga Yogyakarta, masalah yang sering dihadapi secara umum di pelayanan fasilitas kesehatn tingkat I (faskes 1) mengeluhkan pelayanan BPJS yang dinilai

11 menyulitkan pesertanya yang akan berobat. Selain pelayanan administrasi yang berbelit-belit, untuk mendapatkan rujukan ke dokter spesialis dan obat-obatan yang sesuai juga sulit terealisasi. Seperti yang diungkapkan Bekti Wiboso yang istrinya yang sudah empat kali berobat ke puskesmas tetapi tidak sembuh juga. Akhirnya meminta rujukan untuk ke dokter spesialis. Namun tidak diberikan, dan hanya disuruh bersabar oleh pihak puskesmas. (www.okezone.com) Mengetahui masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan terkhusus pelayanan kesehatan BPJS, maka penting untuk mengevaluasi bagaimana pelayanan peserta BPJS di puskesmas Kabupaten Sleman agar mengetahui pelayanan yang telah diberikan apakah sesuai dengan apa yang diharapkan. I.2 Rumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan di dalam latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini pokok permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana prosedur pelayanan BPJS di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana kualitas pelayanan BPJS fasilitas kesehatan 1 di Kabupaten Sleman?

12 I.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian I.3.1 Tujuan 1. Mengevaluasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada fasilitas kesehatan tingkat pertama, yaitu dari sisi model prosedur pelayanan, dan kualitas pelayanan di Kabupaten Sleman. 2. Mengetahui secara mendalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu dari prosedur pelayanan dan kualitas pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kabupaten Sleman. I.3.2 Kegunaan/ Manfaat Selain mempunyai tujuan seperti diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis. 1. Manfaat akademis adalah untuk memberikan gambaran secara mendalam kepada dunia akademik dan untuk pengembangan pengetahuan dalam menganalisis kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. 2. Manfaat praktis adalah untuk memberikan informasi mengenai analisis kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan khususnya Kabupaten Sleman.