PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
SUMBER INOKULUM PENYAKIT BULAI Peronosclerospora philippinensis PADA TANAMAN JAGUNG

FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

REAKSI AKSESI PLASMA NUTFAH JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora philippinensis)

UJI EFEKTIVITAS FUNGISIDA SAROMIL 35SD (b.a. Metalaksil) TERHADAP PENYAKIT BULAI (Peronsclerospora philippinensis) PADA TANAMAN JAGUNG

Penyakit Bulai di Pulau Madura Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

SKRINING GALUR/VARIETAS LOKAL JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE

PENGARUH PEMUPUKAN PETROBIO GR TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG DI DAERAH ENDEMIS PENYAKIT BULAI

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

CENDAWAN Peronosclerospora sp. PENYEBAB PENYAKIT BULAI DI JAWA TIMUR

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).

PENGARUH BEBERAPA EKSTRAK TANAMAN TERHADAP PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

PENGARUH STOMATA DAN KLOROFIL PADA KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG TERHADAP PENYAKIT BULAI

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),

BABHI BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di halaman

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

IDENTIFIKASI DAN TINGKAT SERANGAN PENYEBAB PENYAKIT BULAI DI LAMPUNG TIMUR, PESAWARAN, DAN LAMPUNG SELATAN

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan akan dilaksanakan di Laboratorium Nematologi dan Rumah Kaca Jurusan Hama

I. METODE PENELITIAN. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Juni 2011 sampai Januari 2012.

KAJIAN JENIS FUNGISIDA SISTEMIK TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) PADA JAGUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

Pengaruh Pupuk Kalium Pada Ketahanan Kacang tanah 446 (Nurhayati) PENGARUH PUPUK KALIUM PADA KETAHANAN KACANG TANAH TERHADAP BERCAK DAUN CERCOSPORA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

PERANAN VARIETAS DAN FUNGISIDA DALAM DINAMIKA PENULARAN PATOGEN OBLIGAT PARASIT DAN SAPROFIT PADA TANAMANJAGUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS/GALUR SORGUM TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA. Soenartiningsih dan Rahmawati Balai Penelitian Tanaman Serealia

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Desa Negara

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PENYAKIT KARAT DAUN (Puccinia polysora Underw.) DI DATARAN RENDAH ABSTRACT

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

III. BAHAN DAN METODE. Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Febuari hingga April 2015.

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Pengamatan Selintas Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Keadaan Cuaca Selama Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Green House Laboratorium Pertanian

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

STATUS PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN PENGENDALIANNYA

MUTU BENIH JAGUNG HASIL TANGKARAN DI KABUPATEN BULUKUMBA DAN WAJO, SULAWESI SELATAN. Rahmawati dan I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

PENGENALAN HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA JAGUNG

BAHAN DAN METODE. Bahan

KONTAMINASI FUNGI Aspergillus sp. PADA BIJI JAGUNG DITEMPAT PENYIMPANAN DENGAN KADAR AIR YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang menduduki perinkat kedua

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dua bulan yaitu dari bulan Maret sampai bulan Mei Tanah, Pasir dan pupuk kandang sebagai media tanam

III. BAHAN DAN METODE

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit PTPN 7 Unit Usaha

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

EFETIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP INFEKSI Colletotrichum capsici PADA BUAH CABAI. Nurhayati

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

Transkripsi:

PENGARUH PENYIMPANAN DAN FREKUENSI INOKULASI SUSPENSI KONIDIA Peronosclerospora philippinensis TERHADAP INFEKSI PENYAKIT BULAI PADA JAGUNG Burhanuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tanaman sumber inokulum bulai mutlak diperlukan dalam kegiatan penelitian penyakit bulai pada tanaman jagung terutama untuk skrining galur-galur jagung hasil persilangan para pemulia dan pengujian efektivitas fungisida terhadap penyakit bulai. Penelitian ini terdiri dari dua kegiatan, keduanya dilaksanakan di rumah kasa (screen house) Balai Penelitian Tanaman Sereal Maros Sulawesi Selatan. Tujuan penelitian adalah 1) untuk mengetahui berapa lama waktu penyimpanan suspensi konidia masih efektif digunakan sebagai bahan inokulan pada tanaman jagung, 2) berapa kali frekuensi waktu inokulasi dilakukan untuk menghasilkan tanaman sumber inokulum intensitas serangan bulainya tinggi. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) terdiri dari 3 perlakuan dan 4 ulangan. Kegiatan pertama yaitu (1) inokulasi suspensi konidia bulai sesaat setelah dibuat bahan inokulannya, (2) inokulasi suspensi konidia bulai setelah bahan inokulannya disimpan selama dua hari (24 jam), dan (3) inokulasi suspensi konidia bulai setelah bahan inokulannya disimpan selama tiga hari (48 jam). Ketiga perlakuan tersebut diaplikasikan pada umur 10 HST. Sedangkan kegiatan kedua yaitu (1) inokulasi suspensi konidia bulai pada umur 10 HST, (2) inokulasi suspensi konidia bulai pada umur 10 dan 11 HST, serta (3) inokulasi suspensi konidia bulai pada umur 10, 11, dan 12 HST (inokulan yang digunakan adalah suspensi konidia bulai masing-masing dibuat sesaat sebelum diaplikasikan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan tanaman sumber inokulum penyakit bulai yang memiliki intensitas serangan bulai yang tinggi maka setiap inokulasi digunakan suspensi konidia yang dibuat sesaat sebelum diaplikasikan ke tanaman jagung dan cukup dilakukan satu kali saja pada 10 hari setelah tanam Kata kunci: penyakit bulai, suspensi konidia bulai, inokulasi. PENDAHULUAN Penyakit bulai (Downy mildew) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam peningkatan produksi jagung di dunia (Surtleff 1980), termasuk di Indonesia (Semangun 1993; Wakman 2004a dan 2004b). Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronosclerospora spp. Spesies P. maydis dilaporkan dominan menyerang tanaman jagung di Pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera. Sedangkan spesies P. philippinensis dominan menyerang tanaman jagung dipulau Sulawesi dan Filipina (Shurtleff 1980; Wakman dan Djatmiko 2002). Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerugian mencapai 100 persen atau gagal panen terutama bila menyerang tanaman muda pada varietas jagung yang peka (Sudjadi 1979). Pengendalian penyakit bulai pada tanaman jagung idealnya dilakukan secara terpadu. Komponen-komponen dalam konsep pengendalian hama-penyakit terpadu 396

Seminar Nasional Serealia, 2013 antara lain adalah varietas tahan dan pestisida (bahan kimia). Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian yang mudah diterapkan oleh petani dan aman terhadap lingkungan. Sedangkan penggunaan bahan kimia dilakukan sebagai alternatif terakhir, diterapkan apabila komponen pengendalian lainnya kurang efektif. Varietas jagung tahan dan fungisida yang efektif mengendalikan penyakit bulai diperoleh melalui serangkaian kegiatan penelitian seperti skrining galur-galur jagung dari hasil persilangan oleh para pemulia. Sedangkan untuk mengetahui jenis-jenis fungisida yang efektif mengendalikan penyakit bulai dapat dilakukan melalui pengujian efektivitasnya terhadap penyakit di lapangan, rumah kaca atau di laboratorium. Kegiatan skrining galur-galur jagung maupun uji efektivitas fungisida terhadap penyakit bulai mutlak diperlukan sumber inokulum. Selama ini, persiapan tanaman sumber inokulum dilakukan pada 3-4 minggu lebih awal sebelum galur-galur yang diuji ditanam dengan cara menginokulasi suspensi konidia bulai selama tiga kali berturutturut pada umur 10,11, dan 12 hari setelah tanam (HST). Apakah suspensi konidia bulai cukup dibuat satu kali saja untuk digunakan sebagai bahan inokulan selama tiga hari bertutut-turut atau harus dibuat setiap perlakuan inokulasi belum diketahui secara pasti. Demikian juga halnya terhadap frekuensi waktu inokulasi yang efektif dan efisien juga belum tersedia data yang memadai. Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa lama penyimpanan suspensi konidia bulai masih efektif sebagai bahan inokulan dan berapa kali aplikasi inokulan dilakukan untuk menghasilkan tanaman sumber inokulum dengan intensitas serangan bulai yang tinggi. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di rumah kasa (screen house) Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal), Maros Sulawesi Selatan, terdiri dari dua kegiatan yaitu 1) penyimpanan suspensi konidia bulai dilaksanakan pada bulan September sampai Nopember 2012 dan 2) frekuensi waktu inokulasi dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013. Kedua kegiatan tersebut menggunakan rancangan acak lengkap, terdiri dari masing-masing 3 perlakuan dan 4 ulangan. Bahan dan alat yang digunakan meliputi jagung varietas Anoman, baki plastik, baskom, tanah, pupuk kandang, pupuk NPK, kantong plastik klip, air, gunting, kertas tisu, daun tanaman jagung stadia vegetatif terinfeksi penyakit bulai. 397

Prosedur Percobaan Kegiatan Pertama : Penyimpanan suspensi konidia bulai Benih jagung varietas Anoman ditanam pada baki plastik yang terlebih dahulu diisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1, setiap baki ditanam 20 biji, penanaman dilakukan 3 kali dengan interval waktu tanam satu hari. Pada umur 10 hari setelah tanam masing-masing diinokulasi dengan bahan inokulan suspensi konidia bulai dengan cara meneteskan bahan inokulan tepat di titik tumbuh tanaman (bahan inokulan yang digunakan dibuat satu kali saja). Suspensi konidia yang tersisa dari inokulasi hari pertama disimpan di dalam kulkas sebagai bahan inokulan pada hari kedua dan ketiga. Kegiatan Kedua : Frekuensi waktu inokulasi Benih jagung varietas Anoman ditanam pada petakan di dalam screen house, terdiri dari 3 waktu inokulasi yaitu pada umur 10 HST, 10 dan 11 HST, serta 10, 11 dan 12 HST. Setiap perlakuan terdiri dari 2 baris tanaman (25 tanaman/baris), diulang 4 kali (bahan inokulan yang digunakan dibuat setiap kali dilakukan inokulasi). Suspensi konidia P. philippinensis yang digunakan pada kedua kegiatan ini diperoleh dengan cara sebagai berikut : daun tanaman jagung stadia vegetatif yang terinfeksi penyakit bulai diambil dari lapangan pada sore hari, dimasukkan ke dalam kantong plastik klip. Untuk menghilangkan tangkai-tangkai konidia yang ada di permukaan daun dicuci dengan air bersih dengan cara mengusap daun dengan dua jari sambil dibilas dengan air. Daun yang telah dicuci ditiriskan dengan meletakkan pada gelas yang berisi air setinggi 1 cm dengan posisi pangkal daun berada dibagian bawah di dalam gelas dan dibiarkan sampai pukul 20.00. Antara pukul 20.00-21.00, pangkal daun yang basah dilap dengan kertas tisu, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong plastik klip, kemudian diletakkan di luar rumah/halaman dengan posisi permukaan daun atas menghadap ke atas dan dibiarkan sampai pukul 04.00. Setelah pukul 04.00 kantong plastik yang berisi daun dibawa masuk ke dalam rumah dan daunnya dikeluarkan, dibilas dengan air bersih dan ditadah pada wadah baskom plastik. Air bilasan tersebut adalah suspensi konidia P. philippinensis, dimasukkan ke dalam botol plastik yang telah dilubangi penutupnya, kemudian diinokulasikan/disemprotkan ke tanaman jagung umur 10 HST. pada pukul 05.00-06.00 atau sebelum matahari terbit. Pengamatan terhadap penyakit bulai dilakukan pada umur 2 dan 3 minggu setelah inokulasi (MSI) dengan cara menghitung jumlah tanaman yang diinokulasi dan 398

Seminar Nasional Serealia, 2013 jumlah tanaman terinfeksi bulai setiap perlakuan. Persentase serangan penyakit bulai dihitung berdasarkan formula berikut : Dimana : B P = ----- x 100% T P = Persentase serangan penyakit bulai B = Jumlah tanaman jagung terinfeksi bulai T = Jumlah tanaman jagung yang diinokulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pertama : Penyimpanan suspensi konidia bulai Hasil pengamatan intensitas serangan penyakit bulai pada umur 2 dan 3 minggu setelah inokulasi (MSI) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Intensitas serangan bulai dari berbagai perlakuan waktu penyimpanan suspensi konidia sebelum diinokulasikan ke tanaman jagung Waktu Penyimpanan (jam) Jumlah Tanaman Inokulasi Intensitas Serangan Bulai (%) 2 MSI 3 MSI 0 80 57,50 89,15 24 80 0 0 48 80 0 0 Hasil pengamatan 2 MSI menunjukkan bahwa intensitas serangan penyakit bulai yang diinokulasi dengan bahan inokulan suspensi konidia bulai pada hari pertama mencapai 57,50%, sedangkan yang diinokulasi dengan bahan inokulan suspensi konidia bulai yang tersimpan selama 24 dan 48 jam di dalam kulkas tidak memperlihatkan gejala serangan bulai. Demikian pula pada pengamatan 3 MSI, hanya pada tanaman yang diinokulasi pada hari pertama menunjukkan intensitas serangan bulai sebesar 89,15%. Data ini menunjukkan bahwa suspensi konidia P. pilippinensis. yang tersimpan selama dua sampai tiga hari setelah dibuat tidak efektif lagi digunakan sebagai bahan inokulan pada tanaman jagung. Kegiatan Kedua : Frekuensi waktu inokulasi Hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan bahwa gejala serangan penyakit bulai pada tanaman jagung varietas Anoman mulai terlihat di semua perlakuan pada 2 minggu setelah inokulasi (MSI). Gejala awal yang tampak pada daun yang baru membuka adalah bercak klorosis kecil-kecil. Selanjutnya, seiring dengan 399

bertambahnya umur tanaman bercak tersebut berkembang menyerupai garis-garis kuning pucat (klorosis) sejajar dengan tulang induk daun. Setelah jamur mencapai titik tumbuh maka gejala meluas ke seluruh daun tanaman disebut gejala sistemik. Semangun (1993) mengemukakan bahwa gejala sistemik hanya terjadi bila jamur mencapai titik tumbuh. Gejala lain yang tampak dengan jelas terutama pada pagi hari adalah adanya lapisan warna putih seperti tepung di sisi bawah daun. Lapisan warna putih tersebut terdiri dari konidiofor dan konidia jamur penyebab penyakit bulai (Semangun, 1993). Tabel 2. Rata-rata intensitas serangan bulai pada tiga perlakuan waktu inokulasi suspensi konidia bulai pada tanaman jagung Perlakuan Intensitas Serangan Bulai (%) 2MSI 3MSI Inokulasi 1kali (10 HST) 62,50 tn 97,19 tn Inokulasi 2kali (10+11 HST) 67,22 90,10 Inokulasi 3kali (10+11+12 HST) 70,42 93,51 Rata-rata 66,71 93,60 KK (%) 21,51 8,02 Keterangan: tn = tidak berbeda nyata, pada uji BNT α0,05. HST = hari setelah tanam MSI = minggu setelah inokulasi Hasil analisis statistik (Tabel 2) menunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap persentase serangan penyakit bulai pada jagung varietas Anoman baik pada pengamatan 2MSI maupun pada 3MSI. Namun perkembangan intensitas serangan penyakit bulai mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur tanaman yaitu antara 62,50-70,42 % pada 2MSI menjadi antara 90,10-97,19 % pada 3MSI. Perkembangan intensitas serangan penyakit bulai disajikan pada Gambar 1 sebagai berikut : 400

Seminar Nasional Serealia, 2013 Hasil pengamatan pada 3MSI menunjukkan bahwa perlakuan inokulasi satu kali pada umur 10 hari setelah tanam intensitas serangan penyakit bulai mencapai 97,19 %, tidak berbeda nyata dengan perlakuan inokulasi yang dilakukan sebanyak dua kali pada 10 dan 11 HST dan tiga kali pada 10, 11, dan 12 HST dengan intensitas serangan penyakit bulai berturut-turut sebesar 90,10 % dan 93,60 % (Tabel 2). Dalam hal ini diduga infeksi penyakit bulai telah terjadi pada saat inokulasi 10 HST sehingga perlakuan inokulasi pada 11 dan 12 HST tidak berpengaruh lagi. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka untuk mempersiapkan tanaman sumber inokulum bulai pada kegiatan percobaan penyakit bulai baik untuk skrining galur-galur jagung maupun pengujian efektivitas fungsida terhadap penyakit bulai, cukup satu kali dilakukan inokulasi dengan bahan inokulan suspensi konidia bulai pada umur 10 hari setelah tanam. Keberhasilan pelaksanaan inokulasi buatan dengan menggunakan bahan inokulan suspensi konidia bulai sangat ditentukan oleh persiapan materi yang digunakan seperti daun tanaman terinfeksi yang dijadikan sebagai sumber inokulan. Selain itu, juga yang sangat menentukan terjadinya infeksi penyakit bulai adalah air guttasi. Air guttasi sangat berperan penting dalam perkecambahan spora jamur penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung (Semangun dan Sumardi, 1971). KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan tanaman sumber inokulum penyakit bulai yang memiliki serangan yang tinggi maka digunakan inokulan suspensi konidia bulai yang dibuat sesaat sebelum diinokulasikan ke tanaman jagung dan cukup dilakukan satu kali pada umur 10 hari setelah tanam, dengan intensitas serangan 57,50% pada 2 minggu setelah inokulasi dan 89,15% pada 3 minggu setelah inokulasi. DAFTAR PUSTAKA Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. (Food crop diseases in Indonesia). Gadjah Mada University Press. 449 p. ----------------- dan Sumardi. 1971. The influence of guttation water of maize seedling on Sclerospora maydis. Proc. Workshop VII Inter-Asian Corn Prog., Los Bonos:101-104. Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of Corn Diseases. Second Edition. The American Phytopathological Society. P.105. 401

Sudjadi, M. 1979. Kemungkinan pemberantasan cendawan penyakit bulai (S. maydis) dengan fungisida Ridomil. Laporan Kemajuan Penelitian Seri Hama Penyakit. No.18. LP3 Bogor: 102-111. Wakman, W. 2004a. Penyakit bulai pada tanaman jagung di Indonesia: Masalah, penelitian dan cara mengatasinya. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan XV PEI, PFI dan HPTI Komda Sulawesi Selatan, Maros, 29 Oktober 2004. ---------------. 2004b. Penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung, tanaman inang lain, daerah sebaran dan pengendaliannya. Seminar Mingguan Balitsereal. Jumat 23 Juli 2004. --------------- dan H. A. Djatmiko. 2002. Sepuluh spesies cendawan penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung. Makalah disajikan pada Seminar PFI di Universitas Negeri Jenderal Sudirman Purwokerto. 7 September 2002. 402