BAB I PENDAHULUAN. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada. orang tua. Pada saat dilahirkan ke dunia anak membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

BAB 1 PENDAHULUAN. pada saat yang sama usia onset depresi menjadi semakin muda. WHO

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak kemasa

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH METOPEN PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Della Alvialli Suwanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. alkohol, napza, seks bebas) berkembang selama masa remaja. (Sakdiyah, 2013). Bahwa masa remaja dianggap sebagai suatu masa dimana

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UMS YANG TINGGAL DI PONDOKAN DENGAN MAHASISWA YANG TINGGAL BERSAMA ORANG TUA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk remaja adalah bagian dari penduduk dunia yang berskala kecil namun memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Penduduk dunia saat ini berjumlah lebih dari 6,3 miliar jiwa dan memiliki jumlah penduduk remaja lebih dari satu miliar. Terkait dengan itu, jumlah penduduk Indonesia yang saat ini berjumlah diatas 213 juta, 30 % diantaranya adalah remaja. Istilah remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (Ali & Asrori, 2010), istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Secara psikologis Pieget (Hurlock, 1993) menyebutkan bahwa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Batasan usia remaja itu sendiri sebenarnya berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun. Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. 1

Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Masa remaja di bagi menjadi masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal berada pada rentang usia 13 sampai 17 tahun, sedangkan masa remaja akhir berada pada rentang usia 17 sampai dengan 21 tahun. Remaja mulai berfikir mengenai keinginan mereka sendiri, berfikir mengenai ciri-ciri ideal bagi mereka sendiri dan orang lain, membandingkan diri mereka dengan orang lain, serta mau berfikir tentang bagaimana memecahkan masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis (Sulaeman,1995). Pada sisi lain, remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental yang lebih baik. Remaja harus dipersiapkan untuk lebih berorientasi pada masa depan sehingga remaja tidak terjebak pada kegiatan yang kurang bermanfaat bagi kehidupan masa depannya. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak banyak mengalami perubahan pada psikis dan fisiknya. Masa remaja pada dasarnya merupakan masa atau usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak lagi merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1993). Remaja dianggap memiliki otonomi yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian pula dalam menentukan perilakunya, remaja seringkali juga mengambil 2

keputusan sendiri. Adapun perilaku remaja itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana, 2004). Hurlock (1993) juga berpendapat bahwa masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Sehubungan dengan pernyataan di atas, Soekanto (2003) menerangkan bahwa masa remaja dikatakan sebagai masa yang berbahaya, karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. Pada waktu itu remaja memerlukan bimbingan terutama dari orang tuanya. Hal tersebut lebih dikarenakan pada masa remaja terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis yang akan berdampak pada kondisi psikologis remaja terutama berkaitan dengan adanya gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan-aturan dan normanorma sosial yang berlaku (Koeswara,1988). Gejolak emosi dan tekanan jiwa yang dialami oleh remaja inilah yang sering membuat orang tua kemudian perlu memberikan perlindungan (protektif) yang kadang sangat berlebihan kepada remaja dengan alasan takut terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh sikap dan emosi remaja. Sebenarnya sikap protektif ini memang harus dilakukan oleh orang tua dimana 3

fungsi protektif ini bertujuan agar para anggota keluarga dapat terhindar dari hal-hal yang negatif, karena fungsi orang tua adalah memberikan perlindungan baik fisik, ekonomis, dan psikologis bagi seluruh anggota keluarganya. Bahkan sehubungan dengan hal ini, Firman Allah SWT dalam Q.S. At-Tahrim ayat 6 menyebutkan yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. Hal inilah yang kemudian membuat banyak orang tua benar-benar berusaha menjada keluarga (termasuk anaknya) agar terhindar dari hal hal negatif yang timbul dalam diri remaja. Sejalan dengan pertumbuhan anak/remaja, rasa cemas orang tua juga ikut tumbuh bersamanya. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anak anak remaja mereka terhindar dari hal hal negatif adalah dengan memberikan perlindungan (protektif) terhadap anak remajanya. Sikap protektif orang tua terhadap remaja ini secara umum biasanya tercermin dalam pola asuh keseharian orang tua terhadap anaknya. Namun, perhatian dan perlindungan yang berlebihan kadang membuat remaja sulit mengembangkan rasa percaya diri dan ketangguhan yang diperlukan di kemudian hari. Biasanya anak yang dididik dengan pola asuh yang ketat (over protective) cenderung menjadi orang yang tidak cepat tanggap dengan apa yang sedang terjadi, tidak tahu harus berbuat apa di saat sedang menghadapi masalah yang ada saat itu dan anak cenderung mengikuti apa yang diinginkan atau dikatakan oleh orang tua. Hal ini sesuai dengan pendapat Munandar (1993) bahwa lingkungan orang tua yang khawatir, mengawasi, menuntut kepatuhan, bersikap over 4

protective, serta banyak melontarkan kritik kepada anak dan jarang memuji hasil kreativitas anak merupakan lingkungan yang menghambat kreativitas anak. Mappiare (1982) berpendapat bahwa orang tua yang terlalu melindungi (over protective) dan memanjakan anaknya akan menjadikan anak-anaknya tidak dapat mengurusi keperluannya sendiri, membuat rencana, menyusun alternatif, mengambil keputusan sendiri serta tidak dapat bertanggung jawab terhadap keputusannya sendiri. Sikap orang tua yang over protective kadang justru akan berakibat negatif terhadap perkembangan remaja terutama pada masa depannya. Beberapa akibat dari perilaku over protective orang tua terhadap anak dapat menghambat kreativitas anak, membatasi pergaulan anak yang berlebihan, serta dapat juga membentuk sikap pemberontak pada diri anak. Semakin remaja dikekang oleh orang tua, semakin berusaha memberontaklah remaja tersebut. Kondisi ini tentu saja dapat mengakibatkan depresi pada diri remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Seligman (Mardiya, 2011) yang menyebutkan bahwa depresi terjadi bila seorang individu termasuk remaja mengalami suatu peristiwa yang tidak dapat dikendalikannya, kemudian merasa tidak mampu pula menguasai masa depan. Istilah depresi pertama kali dikenalkan oleh Meyer (Mardiya, 2011) untuk menggambarkan suatu penyakit jiwa dengan gejala utama sedih, yang disertai gejala-gejala psikologis lainnya, gangguan somatik (fisik) maupun gangguan psikomotor dalam kurun waktu tertentu dan digolongkan ke dalam 5

gangguan afektif. Maka dari itu, stres dan depresi merupakan dua hal yang akan dan selalu berkaitan. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 139 yang artinya sebagai berikut : Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Dari ayat tersebut mengingatkan manusia agar dalam menghadapi permasalahan hidup hendaknya tetap tegar dan tidak mudah jatuh dalam depresi, syaratnya adalah tetap menjaga keimanan, karena sesungguhnya orang yang beriman itu tinggi derajatnya sehingga tidak perlu merasa rendah diri. Kaitan antara stres dan depresi ini dipertegas dengan hasil studi yang dilakukan oleh Robert C. Pianta dan Byron Egeland (1994) yang memperlihatkan bahwa stres dan depresi mempunyai dampak yang saling mempengaruhi. Artinya, stres dapat menimbulkan gejala depresi, tetapi sebaliknya, gejala depresi itu sendiri berpotensi membuahkan stres. Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini, diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi pada semua usia termasuk remaja. Gangguan depresi ini dapat menimbulkan penderitaan yang berat. Depresi juga menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat. Biaya pengobatannya sangat besar dan bila tidak diobati dapat terjadi hal yang sangat buruk karena dapat menimbulkan gangguan serius dalam fungsi sosial, kualitas hidup penderita, hingga kematian karena bunuh diri. Penelitian yang dilakukan oleh Harvard School of 6

Public Health dan World Bank mendapatkan angka global burden of disease 2000 yang disebabkan oleh depresi pada penduduk umur 15-44 tahun adalah sebesar 8,6% Disability Adjusted Life Year (DALY). Sedangkan depresi pada semua usia adalah 4,4% DALY. Penelitian oleh Richelson (Jurnal Kedokteran Brawijaya, April 2008) juga menunjukkan bahwa angka prevelensi depresi, sebanyak 30% orang dewasa di Amerika menderita depresi, sedangkan National Institute of Mental Health mendapatkan prevalensi pada anak usia 9-17 tahun adalah adalah lebih dari 6%, dimana 4,9% diantaranya mengalami depresi mayor. Remaja yang mengalami gangguan depresi akan menunjukkan gejala-gejala seperti perasaan sedih yang berkepanjangan, suka menyendiri, sering melamun di dalam kelas/di rumah, kurang nafsu makan atau makan berlebihan, sulit tidur atau tidur berlebihan, merasa lelah, lesu atau kurang bertenaga, serasa rendah diri, sulit konsentrasi dan sulit mengambil keputusan. Selain itu merasa putus asa, gairah belajar berkurang, tidak ada inisiatif, hipo atau hiperaktif. Anak remaja dengan gejala-gejala depresi akan memperlihatkan kreativitas, inisiatif dan motivasi belajar yang menurun, sehingga akan menimbulkan kesulitan belajar sehingga membuat prestasi belajar anak menurun dari hari ke hari (Mardiya, 2011). Sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara sikap over protective orang tua dengan tingkat depresi pada remaja Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 7 Yogyakarta. 7

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang sudah penulis jabarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara sikap over protective orang tua terhadap remaja dengan tingkat depresi yang dialami remaja Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 7 Yogyakarta C. Tujuan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan ini memiliki beberapa tujuan yaitu : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara sikap over protective orang tua terhadap remaja dengan tingkat depresi yang dialami remaja Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 7 Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran sikap over protective orang tua terhadap remaja Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 7 Yogyakarta. b. Untuk mengetahui tingkat depresi yang di alami oleh remaja Sekolah Menengah Umum Muhammadiyah 7 Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Bagi Peneliti 8

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan bagi peneliti untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai depresi dan permasalahnya terutama terkait dengan pola asuh keluarga serta dapat merangsang peneliti untuk untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas di masa yang akan datang. 2. Bagi Orang tua dan masyarakat Diharapkan orang tua khususnya dan masyarakat pada umumnya mendapatkan mengetahuan dan sekaligus memberikan masukan sehubungan dengan pola pengasuhan yang tepat dan hubungan yang baik antara orang tua dan anak, sehingga para anak atau remaja terhidak dari depresi yang diakibatkan oleh pola asuh yang keliru dari orang tua. 3. Bagi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah, terutama terkait dengan pemahaman dalam ilmu Psikiatri dan kesehatan dan gangguan mental pada remaja serta dapat memberikan gambaran dan sekaligus penjelasan mengenai dampak dan penyebab dari depresi yang terjadi pada remaja sehingga dapat diketahui upaya atau cara untuk menghindari timbulnya depresi pada remaja serta dapat mengetahui pada tingkat mana depresi yang timbul pada remaja. 9

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan antara lain : Prevalensi Depresi dan Gambaran Stressor Psikososial pada Remaja Sekolah Umum di Wilayah Kotamadya Malang (Asmika, Hariyanto dan Nina Handayani), Gambaran kecemasan dan depresi pada siswi yang mengalami kesurupan massa (Dian Mayang Sari & Augustine Sukarlan Basrie) dan pengaruh komunikasi interpersonal orang tua-anak terhadap sikap protektif dalam seksualitas remaja di lingkungan RT 8 Tambakbayan Yogyakarta (Anita Yulianti). Perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan, dijelaskan dalam tabel berikut ini : Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Peneliti, Tahun Subjek Penelitian Variabel Penelitian Tempat Penelitian 1. Dian Mayang Sari & 4 siswi remaja SMU yang - Kecemasan SMUN 6 dan SMK Augustine Sukarlan menjadi subjek pemicu dan - Depresi Yapena Bandar Basrie, 2007 tertular dalam kesurupan Lampung massal 2. Asmika, Hariyanto 244 siswa SMU favorit, 103 - Depresi SMU Kotamadya dan Nina Handaya, siswa SMU Sedang dan 111 - Stressor psikossosial Malang 2008 siswa SMU tidak favorit 3. Anita Yulianti, 2009 42 remaja yang hidup dilingkungan kost. - Sikap Protektif - Komunikasi interpersonal RT 8 Tambakbayan Yogyakarta 10

Perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan selain terletak pada judul juga terletak pada subjek, waktu, variabel dan tempat penelitian. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan subjek penelitian yang terdiri dari 58 siswa SMU usia 14-18 tahun, Orang tua masih hidup dan tidak pernah menyalahgunakan napza. Adapun waktu penelitian penulis lakukan pada tahun 2011. Perbedaan lainnya adalah pada variabel penelitian, dimana variabel yang penulis gunakan adalah depresi dan sikap over protective. Sedangkan perbedaan lainnya adalah pada tempat penelitian, dimana penelitian yang penulis lakukan bertempat di SMU Muhammadiyah 7 Yogyakarta 11