BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dariyo (2007:37) mengatakan setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini dimulai dari sejak terjadinya konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak, remaja dan mati. Proses tumbuh kembang manusia tersusun dalam berbagai tahapan. Salah satu tahapannya adalah tahap sekolah, menurut Poerwanti (2000:97) menjelaskan bahwa; Masa sekolah yaitu fase antara usia 6 sampai 12 tahun, sering juga disebut masa kanak-kanak akhir atau masa bermain. Karena pada masa ini perkembangan sosial anak nampak sangat menonjol, yang ditandai dengan mulai hilangnya sikap egosentrisme yang berubah pada orientasi sosial. Selain itu juga meliputi perkembangan dalam bidang ketrampilan yang meliputi ketrampilan untuk menolong dirinya sendiri, ketrampilan untuk menolong orang lain, ketrampilan untuk sekolah, dan terutama keterampilan dalam bermain. Dalam masa sekolah seorang anak selalu diikuti dengan berbagai perkembangan, baik itu perkembangan fisik, ketrampilan, maupun sosial. Menurut Susanto (2011:19) perkembangan merupakan suatu perubahan, perubahan ini tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan segi fungsional. 1
2 Dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu, maka wajar saja jika dalam aktivitas mereka sehari-hari lebih banyak bermain dari pada belajarnya. Tetapi, sebenarnya dari bermain itulah mereka juga belajar (Susanto, 2011:4). Dan menurut Ismail (2009:26) bermain memiliki dua pengertian yang harus dibedakan, yang pertama adalah bermain yang merupakan aktivitas untuk mencari kesenangan tanpa mencari menang-kalah (play). Sedangkan pengertian yang kedua adalah bermain untuk mencari kesenangan dan kepuasan dengan ditandai adanya menang-kalah (games). Sedangkan menurut Poerwanti (2002:82) dalam bermain dengan orang lain anak akan dapat membandingkan kemampuannya dengan orang lain. Dengan ini anak dapat mengukur keterampilan dan kemampuannya dengan anak lain, hal ini akan memungkinkan anak mengembangkan konsep diri secara lebih nyata Jadi, bermain merupakan bagian yang tidak mungkin lepas dari kehidupan keseharian anak-anak. Dalam setiap tahap perkembangannya mereka melewatinya dengan bermain, bermain sambil belajar - belajar sambil bermain. Bermain dapat mengembangkan kreatifitasnya, kemampuan sosialnya, kemampuan intelektualnya dan dapat membandingkan kemampuannya dengan anak lain. Permainan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu permainan tradisional dan permainan moderen. Menurut Ismail (2009:100) permainan tradisional adalah permainan yang mengandung unsur-unsur budaya yang telah diwariskan oleh leluhur secara turun-temurun. Permainan tradisional dikenal juga sebagai permainan yang mengandung nilai-nilai budaya tertentu yang nantinya berfungsi terhadap kehidupan pemainnya ditengah masyarakat, seperti melatih kecakapan dalam berhitung, kecakapan berfikir, melatih bandel (tidak cengeng), melatih
3 keberanian, melatih bersikap jujur, dan sportif dan sebagainya (Tashadi, dalam Dharmamulya dkk, 2005:27). Contoh permainan tradisional adalah ciluk ba, petak umpet, bermain kelereng, lompat tali, pasaran, gobak sodor, dam-daman, membuat mainan dari kayu/bambu/pelepah pisang dsb. Sedangkan permainan moderen adalah permainan yang berteknologi canggih bersifat atraktif dan elektris. Contoh permainan moderen; play station, komputer, permainan dengan mesin-mesin moderen (mobil-mobilan, robot, kereta api mini, pesawat terbang mini, boneka), dsb. Munculnya permainan-permainan moderen yang serba canggih sangat menarik perhatian anak-anak, permainan moderen dianggap praktis dan menarik untuk dimainkan. Namun, dampaknya adalah berkurangnya perkembangan kreativitas anak, karena permainan moderen merupakan rangkaian permainan yang sudah dirancang dengan baik, dan pemainnya tinggal memainkannya begitu saja. Akan tetapi, ada beberapa permainan moderen yang bersifat mendidik dan mengembangkan kekreatifan anak. Seperti; finger puzzle, lego, boneka tangan, balok,flash card, dsb. Distributor permainan pun juga turut berperan serta, banyaknya toko-toko yang menyediakan permainan moderen yang dapat dibeli dengan mudah sekalipun dengan harga yang cenderung lebih mahal membuat orang lebih memilih permainan moderen. Berbeda dengan sedikitnya toko yang menjual permainan tradisional, membuat orang menjadi semakin tidak mengenal permainan tradisional.
4 Kondisi yang saat ini terjadi adalah semakin terkikisnya permainanpermainan tradisional oleh permainan-permainan moderen. Meskipun ada permainan moderen yang bersifat mendidik, namun kenyataanya adalah permainan yang lebih disukai anak-anak saat ini adalah permainan moderen seperti play sation dan game komputer. Hal inilah yang perlu dikuatirkan karena dampak dari permainan itu sangat tidak baik bagi perkembangan anak. Berbeda dengan permainan moderen, permainan tradisional memang tidak menggunakan teknologi canggih bahkan terkesan kuno. Akan tetapi, satu hal yang kita lupakan yakni makna dari permainan ini dampaknya bagi perkembangan anak terlebih lagi dalam hubungannya dengan interaksi soial (Julqurniati, 2010:3). Ilmuan sosial dan budaya Indonesia mengatakan bahwa permainan tradisional anak merupakan unsur-unsur kebudayaan yang tidak dapat dianggap remeh, karena permainan ini memberikan pengaruh yang tidak kecil terhadap perkembangan kejiwaan, sifat dan kehidupan sosial anak dikemudian hari (Budisantoso dkk, dalam Dharmamulya, 2005:28-29). Permainan tradisional lebih memiliki dampak positif selain sebagai pelestarian budaya-budaya yang terkandung didalamnya juga pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual, emosional dan sebagai sarana interaksi sosial anak terhadap lingkungannya. Jadi munculnya permainan-permainan moderen seperti play station, komputer dan mesin-mesin moderen mengakibatkan perubahan dalam perkembangan anak. Anak menjadi kurang kreatif, kurangnya interaksi sosial, bahkan membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk mendapatkannya. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik ingin mengetahui Identifikasi Jenis dan Analisis Manfaat Permainan Tradisional Bagi
5 Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (Studi Kasus di SDN Landungsari 01 MALANG). B. Fokus Masalah Adapun fokus dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi permainan tradisional yang meliputi jenis-jenis permainan tradisional, masa anak usia sekolah dan perkembangan anak. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah yang perlu dikaji : 1. Jenis permainan tradisional apakah yang masih dimainkan oleh anak-anak di SDN Landungsari 01? 2. Apa manfaat permainan tradisional bagi perkembangan anak? D. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi jenis permainan tradisional yang masih dimainkan oleh anak-anak di SDN Landungsari 01. 2. Mengetahui manfaat permainan tradisional bagi perkembangan anak.
6 E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan pendidikan guru sekolah dasar khususnya kaitannya dengan perkembangan kemampuan anak. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : a. Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah agar dapat membantu melestarikan permainan tradisional dengan mengikutkan beberapa permainan tradisional ke dalam kegiatan berolah raga, dan menyediakan fasilitas permainan yang dibutuhkan. b. Guru Guru hendaknya mendukung siswa ketika bermain permainan tradisional. c. Bagi siswa Siswa diharapkan tetap bermain permainan tradisional untuk melestarikan budaya-budaya yang terkandung di dalamnya dan membantu mengoptimalkan perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosinya d. Bagi masyarakat dan orang tua Orang tua diharapkan mengizinkan dan mengarahkan anaknya untuk bermain permainan tradisional tanpa perlu menghawatirkan kotor, panas, debu dsb.
7 F. Batasan Istilah 1. Permainan Tradisional Permainan tradisional merupakan permainan yang mengandung nilai-nilai budaya tertentu yang nantinya berfungsi terhadap kehidupan pemainnya ditengah masyarakat, seperti melatih kecakapan dalam berhitung, kecakapan berfikir, melatih bandel (tidak cengeng), melatih keberanian, melatih bersikap jujur, dan sportif dan sebagainya (Tashadi, dalam Dharmamulya dkk, 2005:27). 2. Masa Anak Usia Sekolah Masa anak usia sekolah juga disebut sebagai masa pertengahan dan masa akhir anak-anak. Masa ini adalah adalah periode perkembangan yang merentang dari usia 6-11 tahun yang kira-kira setara dengan tahun-tahun sekolah dasar (Santrock, 2002:23). 3. Perkembangan Perkembangan merupakan suatu proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikhologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedang proses pertumbuhan seringkali akan berhenti bila seseorang telah mencapai kematangan phisik (Poerwanti 2002:27).