BAB VI PENUTUP. implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
Ma'had al Jamiáh dan Pembinaan Karakter Mahasiswa

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB V ANALISIS INTEGRASI PESANTREN KE DALAM SISTEM PENDIDIKAN UIN MALIKI MALANG

DEPARTEMEN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG Jl. Gajayana No. 50 Malang Telepon (0341) , Faksimile (0341)

Pendidkan Tinggi Bersama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. pendidikan Pesantren Bumi Damai al Muhibbin, dapat dikategorikan menjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat Ma had Sunan Ampel al-ali

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

Ulumuna Jurnal Studi Keislaman, Volume 18 Nomor 1 (Juni)

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

KURIKULUM PROGRAM STUDI S.1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN AKADEMIK

Desain Pengembangan Kurikulum Integratif

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan penelitian yang berjudul PENDIDIKAN. ISLAM INTEGRATIF (Konsep Keilmuan Universitas Islam Negeri Sunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses hasil belajar peserta

BAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :

BAB IV GAMBARAN UIN SUSKA. Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 tertanggal 4 Januari Keputusan Menteri Agama RI No. 194 Tahun 1970.

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SISTEM PENDIDIKAN WIRAUSAHA AGRIBISNIS DI PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF

BAB IV ANALISIS FUNGSI PERENCANAAN DAKWAH DALAM MEMBENTUK KADER MUBALLIGH YANG BERWAWASAN KEBANGSAAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perusahaan besar bukan tidak adanya suatu sebab. Namun banyak sekali faktor

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

Urgensi, Strategi, dan Implikasi Perubahan IAIN Menjadi UIN

BAB V PEMBAHASAN. analisis masing-masing rumusan masalah yang berupa hasil analisis statistik

BAB V PENUTUP. maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai yang bisa di dapat dalam budaya Shalawat Albanjari yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB II PROFIL PONDOK PESANTREN DAARUL AHSAN

PENGUMUMAN Nomor: 366.A/Dt.I.II/KP.00.2/5/2018

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Menurut G.R. Terry

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Dunia pendidikan, khususnya perguruan

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. unutk mencapai tujuan pembangunan, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada

SATUAN ACARA PENGAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

pada diri mereka sehingga mudah menguasai bahasa yang dipelajari baik secara aktif maupun pasif. Demikian juga penciptaan lingkungan dan budaya

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

PERLUKAH PERGURUAN TINGGI PASCA PESANTREN. Disusun oleh : Azwan Lutfi Pembina Ponpes As ad Jambi

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

Oleh: Dr. Badrudin, M.Ag.

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN YANG MENGACU PADA KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDODNESIA (KKNI)

BAB VI PENUTUP. 1. Karakteristik Buku Ajar SMA Wachid Hasyim 1 dan SMA Muhammadiyah 2

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Berubahnya status perguruan tinggi dari Institut menjadi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. L.W. Stren (dalam Baharuddin, 2009: 73) mengatakan bahwa bakat dapat

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang cukup berarti terhadap perkembangan anak didik.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Institut KeIslaman Abdullah Faqih (INKAFA) adalah perguruan tinggi Islam,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. ranah kognitif, sehingga ranah-ranah yang lain menjadi terabaikan. Tuntutan

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Mahad Sunan Ampel Al-ali UIN Maulana Malik Ibrahim

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pondok Pesantren TPI Al Hidayah Plumbon Limpung

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB V PENUTUP. pengetahuan. Kesadaran yang harus kembali kepada Al-Qur an sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KUESIONER Kepada Yth. Alumni Mahasantri/wati Program Pembinaan UPT. Ma had Al-Jami ah IAIN Antasari Banjarmasin di Tempat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

Transkripsi:

BAB VI PENUTUP Pada bab ini peneliti memaparkan tentang kesimpulan, rekomendasi, implikasi teoritik, dan keterbatasan studi sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Model integrasi Ma had Sunan Ampel Al-Aly ke dalam sistem pendidikan UIN Maliki Malang, dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu, integrasi lembaga dan integrasi kurikulum. Adapun model integrasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut: a. Integrasi lembaga. Dalam rangka mengimplementasikan integrasi ilmu dan agama secara holistik, sistem pendidikan pesantren diintegrasikan dengan sistem pendidikan UIN Maliki Malang. Secara institusional UIN Maliki Malang membentuk lembaga penunjang akademik seperti: Lembaga Kajian al-qur an dan Sains, Hai'ah Tah}fi>z} al-qur an, Pusat Kajian Sains dan Islam, Kajian Tarbiyah Ulul Albab, Lembaga Penerbitan, Kajian Zakat dan Wakaf, Unit Informasi dan Publikasi, Unit Kerjasama, Laboratorium Bahasa. Sedangkan lembaga pelaksana teknis misalnya: Ma had Aly, Program Khusus Pendidikan Bahasa Arab, Program Khusus Pendidikan Bahasa Inggris, Perpustakaan, Lembaga Penjaminan Mutu. Untuk memperkuat sistem kelembagaan tersebut, UIN Maliki Malang membentuk sembilan Arka>n al-ja>mi'ah (rukun perguruan tinggi) sebagai pilar pengembangan, yaitu: 1) SDM

289 yang unggul, 2) Masjid, 3) Ma'had, 4) Perpustakaan, 5) Laboratorium, 6) Tempat-tempat pertemuan ilmiah, 7) Perkantoran sebagai pusat pelayanan akademik, 8) Pusat-pusat pengembangan seni dan olahraga, dan 9) Sumber pendanaan yang luas dan kuat. b. Integrasi kurikulum. Untuk mewujudkan sosok ulul albab, diperlukan struktur keilmuan integratif, struktur kurikulum integratif dan integrasi tradisi pendidikan, disimpulkan sebagai berikut: 1) Struktur keilmuan dengan metafora pohon ilmu bersifat dialogiskonsultatif. 2) Struktur kurikulum mengintegrasikan program Ma had Sunan Ampel Al-Aly dengan kurikulum UIN Malang, dengan menjadikan sertifikat kelulusan ta li>m al-afkar al-isla>mi dan ta li>m al-qur a>n sebagai prasarat untuk memprogram studi keislaman dan sebagai prasarat ujian komprehensif. Pembinaan kajian al-qur an bagi dosen melalui kegiatan di LKQS dan pembinaan membaca al-qur an bagi karyawan melalui kegiatan tah}si>n al-qur an dan pembinaan hafalan al-qur an mahasiswa di HTQ. Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk menerapkan pembelajaran berparadigma Qur ani yaitu, (a) memetakan konsep keilmuan umum dan keilmuan agama; (b) memadukan konsep keilmuan umum dan keilmuan agama; (c) mengelaborasi ayat-ayat al-qur an yang relevan secara saintifik. Dengan demikian, model pengorganisasian kurikulum UIN Maliki Malang menggunakan correlated curriculum.

290 3) Integrasi tradisi ma had seperti salat berjama ah, dhikir bersama, khatmil qur an dan hifd}ul qur a>n, puasa senin dan kamis, berinfaq dan shadaqah untuk membentuk karakter mahasiswa dan mengembangkan kultur Islami di kalangan civitas akademika UIN Maliki Malang. Tradisi pesantren juga dikembangkan sebagai wahana pendidikan kepemimpinan umat dan pengembangan kecakapan berbahasa Arab dan Inggris. 2. Integrasi pesantren dan UIN Maliki Malang secara filosofis dilatar belakangi oleh pandangan bahwa pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bersifat value-free, tetapi value-bond. Bangunan ilmu yang telah terintegrasi tidak banyak berarti jika dipegang oleh orang yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab, maka perlu dibenahi pada aspek aksiologinya. Secara praktis, pendirian Ma had Sunan Ampel Al-Ali untuk merespon rendahnya pengetahuan agama Islam di kalangan mahasiswa UIN Maliki Malang yang salah satu sebabnya adalah lemahnya penguasaan bahasa Arab. Karena itu, pendirian Ma had Sunan Ampel Al-Ali bertujuan untuk menciptakan suasana kondusif bagi pengembangan kepribadian mahasiswa yang memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, kemantapan professional, dan pengembangan bahasa Arab dan Inggris. B. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian disertasi ini, peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

291 1. Bagi UIN Maliki Malang, dalam rangka menghasikan lulusan Ulul Albab, sebaiknya mahasiswa tidak hanya dua semester diwajibkan tinggal di Ma had Sunan Ampel Al-Aly, tetapi enam semester, agar tradisi-tradisi yang dikembangkan di pesantren semakin terserap dalam sanubari mahasiswa dan akhirnya menjadi karakter kehidupannya. Di samping itu, perlu ada pembinaan dan evaluasi dari pihak UIN Maliki Malang atau Ma had bagi mahasiswa yang telah selesai nyantri selama setahun yang telah berlaku selama ini. Dengan adanya evaluasi dan pembinaan ini bisa digunakan pihak UIN dan Ma had untuk mengadakan evaluasi atas keberadaan Ma had Sunan Ampel Al-Aly. 2. Bagi Kementrian Agama RI, dalam rangka merealisasikan program Ma had al-jamiah di lingkungan PTAI maka model integrasi pesantren dan PTAI yang telah diterapkan di UIN Maliki Malang bisa digunakan sebagai acuan, karena secara empirik telah mengembangkan sistem pendidikan tinggi integrated antara pesantren dan PTAI dengan mengembangkan model integrasi lembaga dan integrasi kurikulum. 3. Bagi pengelola PTAI, untuk PTAI yang memiliki program studi umum dan pesantren maka pola integrasi pesantren yang dikembangkan UIN Maliki Malang bisa digunakan sebagai acuan, meskipun demikian kearifan lokal dan ciri khas dari masing-masing PTAI bisa tetap dipertahankan. 4. Bagi peneliti-peneliti berikutnya, mengingat penelitian ini hanya di fokuskan pada UIN Malang dan dimungkinkan ada model integrasi

292 pesantren dan PTAI yang lainnya. Sehingga model integrasi pesantren ini bisa dibandingkan dengan hasil penelitian integrasi pesantren lainnya, dan pada akhirnya akan banyak menambah khasanah dalam pengembangan kelembagaan di lingkungan Kementrian Agama RI. Dengan model integrasi pesantren dan PTAI ini, diharapkan akan tercipta metode pendidikan komprehensif yang meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif mahasiswa. Peran kontrol yang dilakukan oleh perguruan tinggi tidak hanya mencakup prestasi akademik mahasiswa, namun juga pada aspek-aspek moral dan perilaku mahasiswa. Karena itu, perhatian yang serius dari pemerintah, penyelenggara pendidikan tinggi maupun kalangan pesantren sangat diperlukan. C. Implikasi Hasil Penelitian 1. Implikasi Teoretis Penelitian ini secara teoritis menemukan teknis pelaksanaan integrasi ilmu dan agama. Dengan mengembangkan teori Bilgrami tentang konsep universitas Islam, dia menawarkan tiga rekonstruksi yang harus dilakukan: pertama, rekonstruksi tentang konsep ilmu, dia memasukkan ilmu-ilmu naqliyyah, seperti al-qur an, Hadis, Fiqh, Tauhid, dan metafisika sebagai matakuliah dasar umum elektif bagi mahasiswa, melandasi disiplin ilmunya masing-masing yang bersifat aqliyyah. Kedua, rekonstruksi kelembagaan, yaitu menjadikan lembaga pengembangan studi ilmu-ilmu naqliyyah sebagai bagian dari universitas. Ketiga, pengembangan kepribadian individual, mulai dari dosennya sampai ke alumninya. Pribadi yang ada dalam disiplin ilmu

293 apapun diharapkan dapat mengembangkan konseptualisasi Islami dalam karya ilmiyahnya, penelitiannya, dan pengamalannya. Dalam penerapannya teori Bilgrami tersebut mengalami perkembangan, yaitu untuk mewujudkan sosok ulul albab yang memiliki kemantapan akidah dan spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu, dan kemantapan professional, UIN Maliki Malang meniscayakan struktur keilmuan integratif antara ilmu-ilmu naqliyyah dan ilmu-ilmu aqliyyah. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut UIN Maliki Malang mengintegrasikan sistem pendidikan pesantren dan universitas. Dalam rangka mengimplementasikan integrasi ilmu umum dan ilmu agama secara holistik. UIN Maliki Malang mengembangkan konsep universitas Islam yang secara teknis berbeda dengan konsep yang ditawarkan Bilgrami. Langkah-langkah yang telah dilakukan UIN Maliki Malang diuraikan sebagai berikut: Pertama, menyusun struktur keilmuan integratif antara ilmu-ilmu naqliyyah dan ilmu-ilmu aqliyyah dengan metafora pohon ilmu, meskipun pada tataran epistemologi ada sedikit perdebatan mengenai letak atau posisi al-qur an dan Hadith. Namun menurut Imam Suprayogo posisi al-qur an dan Hadith pada akar adalah sebagai dasar bagi mahasiswa ketika mengkaji ilmuilmu aqliyyah. Sehingga struktur keilmuan tersebut berimplikasi pada struktur kurikulum integratif yang dikembangkan yaitu mengintegrasikan program Ma had Sunan Ampel Al-Aly dengan kurikulum UIN Malang, dengan menjadikan sertifikat kelulusan ta li>m al-afkar al-isla>mi dan ta li>m al-qur a>n

294 sebagai prasarat untuk memprogram studi keislaman dan sebagai prasarat ujian komprehensif. Pembinaan kajian al-qur an bagi dosen melalui kegiatan di LKQS dan pembinaan membaca al-qur an bagi karyawan melalui kegiatan tah}si>n al-qur an dan pembinaan hafalan al-qur an mahasiswa di HTQ. Kedua, UIN Maliki Malang mengembangkan beberapa lembaga kajian yaitu lembaga penunjang akademik seperti, Lembaga Kajian al-qur an dan Sains, Hai'ah Tah}fi>z} al-qur an, Pusat Kajian Sains dan Islam, Kajian Tarbiyah Ulul Albab, Lembaga Penerbitan, Kajian Zakat dan Wakaf, Unit Kerjasama, Laboratorium Bahasa. Dan lembaga pelaksana teknis misalnya: Ma had Aly, Program Khusus Pendidikan Bahasa Arab, Program Khusus Pendidikan Bahasa Inggris, Perpustakaan, Lembaga Penjaminan Mutu. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut sebagai bagian penting dari proses pendidikan UIN Maliki Malang. Ketiga, untuk mengembangkan kepribadian individual, UIN Maliki Malang mengintegrasikan tradisi pendidikan pesantren seperti salat berjama ah, dhikir bersama, khatmil qur an dan hifd}ul qur a>n, berinfaq dan shadaqah untuk membentuk karakter mahasiswa dan mengembangkan kultur Islami di kalangan civitas akademik. Tradisi pesantren juga dikembangkan sebagai pengembangan kecakapan berbahasa Arab dan Inggris. Untuk memperkuat sistem kelembagaan tersebut, UIN Maliki Malang membentuk sembilan Arka>n al-ja>mi'ah (rukun perguruan tinggi) yaitu: 1) SDM yang unggul, 2) Masjid, 3) Ma'had, 4) Perpustakaan, 5) Laboratorium, 6) Tempat-tempat pertemuan ilmiah, 7) Perkantoran sebagai pusat pelayanan

295 akademik, 8) Pusat pengembangan seni dan olahraga, dan 9) Sumber pendanaan yang luas dan kuat. Adapun gambar di bawah ini akan memperjelas pengembangan teori Bilgrami tentang konsep universitas Islam. Konsep Univer sitas Islam Bilgami Keilmuan Integratif antara Ilmu Naqliyyah dan Aqliyyah Pengembangan Kelembagaan Pengembangan Kepribadian Individual Struktur Keilmuan Integratif Metafora Pohon Ilmu Struktur Kurikulum Integratif antara Program Ma had dan UIN Bentuk Lembaga Penunjang Akademik, seperti, LKQS Lembaga Pelaksana Teknis, seperti Ma had, PKPBA Integrasi Tradisi Pendidikan UIN & Pesantren Tradisi Pesantren untuk Kembangkan Kultur Islami Mewujudkan Sosok Ulul Albab yang mengedepankan Dhikir, Fikir dan Amal Shaleh Kembangkan Sembilan Arkan al- Jami ah: 1)SDM yang unggul, 2) Masjid, 3) Ma'had, 4) Perpustakaan, 5) Laboratorium, 6)Tempat-tempat pertemuan ilmiah, 7)Perkantoran sebagai pusat pelayanan akademik, 8)Pusat pengembangan seni dan olahraga, dan 9)Sumber pendanaan yang luas dan kuat. Gambar 6.1. Pengembangan Konsep Universitas Islam

296 Gambar di atas merupakan logika pengembangan konsep universitas Islam yang di tawarkan oleh Bilgrami. Dengan pengembangan konep tersebut UIN Maliki Malang berharap dapat menghasilkan sosok ulul albab melalui sembilan Arkan al-jami ah. Kajian tentang pondok pesantren dan ma had aly sudah banyak dilakukan, sehingga menghasilkan beberapa klasifikasi, misalnya Jamal Ma mur Asmani membagi pesantren menjadi tiga macam. 1) pesantren salaf an-sich; 2) pesantren modern an-sich; 3) pesantren semi salaf-semi modern. Sedangkan A. Qodri Azizy membagi pesantren atas dasar kelembagaannya yang dikaitkan dengan sistem pengajarannya menjadi lima kategori: 1) Pesantren yang mendirikan lembaga pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik sekolah keagamaan maupun sekolah umum; 2) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meskipun tidak menerapkan kurikulum nasional; 3) Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk madrasah diniyah; 4) Pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian; 5) Pesantren untuk asrama anak-anak belajar sekolah umum dan mahasiswa. Mencermati kategori pesantren di atas, secara garis besar pesantren dapat dibedakan menjadi dua macam; 1) pesantren tradisionil; 2) pesantren modern, pesantren yang berusaha mengintregasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah ke dalam pondok pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya, ada tiga bentuk pesantren mahasiswa yaitu; 1) model

297 pengasramaan dalam perguruan tinggi; 2) pesantren yang kemudian membuka PTAI dan kebanyakan mahasiswanya adalah santri pesantren tersebut; 3) membangun pesantren yang mengkhususkan diri untuk menerima santri dari kalangan mahasiswa. Berdasarkan klasifikasi tersebut Ma had Sunan Ampel Al-Aly UIN Maliki Malang termasuk pada kategori pesantren mahasiswa yaitu model pengasramaan dalam perguruan tinggi. Namun nama Ma had Aly tersebut tidak bisa dikategorikan pada klasifikasi ma had aly institusional maupun substansial seperti yang dibuat oleh Marzuqi Wahid, karena secara kelembagaan, organisasional dan administratif di Ma had Sunan Ampel Al-Aly tidak terdapat suatu penyelenggaraan pendidikan tingkat tinggi yang berbasis pada tradisi intelektual dan keilmuan pesantren. Meskipun demikian sistem pembelajaran di Ma had Sunan Ampel Al Aly UIN Malang juga menggunakan kajian kritis, misalnya pada pembelajaran Ta lim al-afkar al-islamiyah kelas takhassus, disini bagi mahasiswa yang mampu membaca kitab kuning dengan lancar langsung dibimbing oleh Kyai ma had dengan sistem dialog. Sementara bagi mahasiswa yang belum mampu membaca kitab kuning dengan lancar menggunakan sistem bandongan dan dipandu oleh seorang musyrif sampai dia mampu membaca kitab kuning dengan lancar. Menurut peneliti Ma had Sunan Ampel Al-Ayi UIN Malang bisa dikategorikan sebagai Ma had Aly Integratif, karena secara kelembagaan, kurikulum maupun sistem pembelajarannya diintegrasikan dengan sistem pendidikan UIN Maliki Malang.

298 Komponen yang ada di Ma had Sunan Ampel Al-Aly sama dengan ciriciri pesantren yang dibuat oleh Zamakhsyari Dhofier yaitu, ada kyai yang mengajar, santri yang belajar, pondok, masjid dan pengajian kitab kuning. Tetapi ada sedikit perbedaan dengan sebutan kyai dan santri di sini. Gelar kyai pada pesantren, umumnya diberikan oleh masyarakat. Sedangkan kyai di Ma had Al-Aly ini disebut mudir dan diangkat oleh Rektor. Sementara santri Ma had Sunan Ampel Al-Aly adalah mahasiswa semester I dan II UIN Maliki Malang dan hanya diwajibkan tinggal di ma had selama satu tahun. Sedangkan kurikulum integratif UIN Maliki Malang, menegaskan kembali pendapat Gorton bahwa ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengaplikasikan kurikulum integratif perguruan tinggi yaitu, Pertama, pendekatan kebutuahn sosial (social demand approach). Pendekatan ini menitikberatkan pada tujuan pendidikan yang mengandung misi pendidikan. Kedua, pendekatan ketenagaan (manpower approach) yaitu pendekatan yang mengutamakan keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja. Ketiga, pendekatan cost effectiveness yang menitikberatkan pada pemanfaatan biaya secermat mungkin untuk mendapatkan hasil pendidikan yang seoptimal mungkin, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Menurut peneliti dalam mengembangkan kurikulum integratif, UIN Maliki Malang dapat menggunakan pendekatan yang pertama yaitu pendekatan kebutuhan sosial. Dengan alasan dalam rangka mewujudkan misi UIN Maliki Malang dengan empat pilar yaitu (1) Kedalaman Spiritual; (2) Keluhuran

299 Akhlak; (3) Keluasan Ilmu Pengetahuan; dan (4) Kematangan Profesional, maka model pembelajaran di UIN Maliki Malang adalah dengan mengintegrasikan kurikulum ma had dengan kurikulum UIN. 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis hasil penelitian integrasi pesantren ke dalam sistem pendidikan UIN Maliki Malang pada lembaga pendidikan tinggi Islam yaitu; Teori Bilgrami tentang konsep universitas Islam dapat diterapkan di lingkungan PTAI Kementrian Agama RI dengan syarat PTAI tersebut memiliki konsep keilmuan integratif antara ilmu-ilmu naqliyyah dan ilmu-ilmu aqliyyah; mengembangkan lembaga studi naqliyah sebagai bagian integral dari PTAI; mengembangkan kepribadian Ulul Albab baik bagi mahasiwa dan dosen. Gagasan UIN Maliki Malang mengintegrasikan sistem pendidikan pesantren sebagai bagian dari sistem kelembagaan dan pendidikan universitas, tidak bisa terlepas upaya mengimplementasikan integrasi ilmu-ilmu naqliyyah dan ilmu-ilmu aqliyyah. Sehingga model integrasi pesantren tersebut merupakan salah satu teknis pelaksanaan integrasi yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan tinggi Islam lainnya. Kebijakan UIN Maliki Malang mengintegrasikan program Ma had Sunan Ampel Al-Aly dan kurikulum UIN dengan menjadikan sertifikat kelulusan ta li>m al-afkar al-isla>mi dan ta li>m al-qur a>n sebagai prasarat untuk memprogram studi keislaman dan sebagai prasarat ujian komprehensif, dapat membantu mahasiswa mendalami kajian Islam secara komprehensif.

300 Membantu mahasiswa untuk menguasai bahasa Arab dengan baik sebagai alat untuk mengkaji ilmu pengetahuan yang bersumber dari al-qur an dan Hadith, melalui perkuliahan di PKPBA (Program Khusus Pendidikan Bahasa Arab) yang secara intensif dilaksanakan mulai jam 14.00-20.00 WIB setiap hari Senin sampai Kamis, dan program s}aba>h} al-lughah di ma had mulai jam 05.00-05.30 WIB selama lima hari. Membantu membentuk karakter mahasiswa dan mengembangkan kultur Islami di kalangan civitas akademik melalui, tradisi Ma had Sunan Ampel Al- Aly seperti shalat berjamaah, dhikir bersama, khatmil qur an dan hifd}ul qur a>n, berinfaq dan shadaqah. D. Keterbatasan Studi Penelitian tentang integrasi ilmu agama dan ilmu umum sudah sering dilakukan. Namun penelitian tentang integrasi pesantren ke dalam sistem pendidikan PTAI sangat terbatas. Karena secara empiris PTAI yang mendirikan pesantren di lingkungan perguruan tinggi tersebut masih sedikit, sementara pesantren yang mendirikan Perguruan Tinggi di lingkugan pesantren sudah banyak, sehingga tujuan dan pengelolaannya pun berbeda. Keterbatasan penelitian ini terletak pada fokus kajiannya yang hanya mengungkap mengapa pesantren perlu diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan UIN Maliki Malang, dan model integrasi pesantren ke dalam sistem pendidikan UIN Maliki Malang. Padahal dalam kajiannya, masih banyak fokus kajian yang sangat menarik, seperti dampak integrasi tersebut terhadap civitas akademikanya, evaluasi hasil integrasi, dan lain-lain. Lokus

301 penelitiannya hanya di UIN Maliki Malang, sebenarnya ada beberapa perguruan tinggi yang mendirikan pesantren, seperti IAIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Maskumambang Gresik, meskipun tujuan mendirikan pesantren di lingkungan PTAI tersebut berbeda-beda. Oleh karena itu, ke depan penelitian dapat dikembangkan dengan membandingkan pola integrasi dari masing-masing perguruan tinggi tersebut.