Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta Evaluation Of Salako Cumulative Index On Local Ewes In Neglasari Darangdan District Of Purwakarta Nancy Nur Putriani*, Nena Hilmia**, Jan Alex Siwi** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran email: nancysetiadharma@gmail.com Abstrak Indeks Kumulatif Salako adalah salah satu metoda yang digunakan untuk menentukan tipe atau fungsi ternak domba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai evaluasi indeks kumulatif salako pada domba lokal betina yang dipelihara di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan objek penelitian yaitu domba lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 26 ekor dengan pengambilan sampel secara purposive sampling. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata length index 1,06±0,03; balance 0,57±0,03 dengan Indeks Kumulatif Salako sebesar 2,62±0,06. Kata kunci : Domba Lokal,Indeks Kumulatif Salako Abstract Salako Cumulative Index is the one of method to determine type or function of sheep. The aimed of this research was to find out cumulative value of Index Salako on local ewes which reared in Neglasari Darangdan District of Purwakarta. The descriptive method was used in this research and the object were non pregnant local ewes about 26 heads that choose by purposive sampling. Data of this research was analyzed in descriptive. The result of this research, the length index 1.06±0.03 ; 0.57±0.03 balance with Salako Cumulative Index 2.62±0.06. Key words : Local Sheep, Cumulative Index Salako PENDAHULUAN Domba lokal mempunyai keunggulan antara lain mampu bertahan hidup pada tekanan stres iklim dan pakan dengan kualitas rendah, tahan terhadap penyakit diantaranya 1
gangguan caplak, serta masih produktif dipelihara dengan biaya relatif rendah. Domba lokal mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi sosial, ekonomis dan budaya. Pemeliharaan domba lokal terutama ditujukan untuk penghasil pedaging. Kriteria ternak pedaging adalah memiliki konformasi tubuh yang baik. Penilaian konformasi dapat dilakukan melalui evaluasi indeks morfologi tubuh ternak. Indeks morfologi merupakan sistem pengukuran linear penduga produktifitas ternak yang mencakup konformasi tubuh atau bentuk ternak. Sistem pengukuran tubuh dapat memberikan penilaian kepada tipe dan fungsi ternak. Salah satu indeks penilaian konformasi tubuh yang digunakan pada domba adalah Indeks Kumulatif Salako. Indeks Kumulatif Salako adalah indeks ukuran tubuh untuk menilai jenis dan fungsi pada ternak. Indeks Kumulatif Salako merupakan salah satu indeks nilai yang dapat digunakan untuk menduga produktivitas seekor domba dan indeks ini melibatkan ukuran-ukuran tubuh. Indeks Kumulatif Salako diharapkan dapat memberikan gambaran untuk menyeleksi seekor domba masuk kedalam kategori pedaging. Pengukuran tubuh seperti tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, tinggi dan panjang pinggang serta lebar pinggul dalam mengestimasi bobot badan menggunakan beberapa metode telah membuktikan bahwa adanya korelasi yang tinggi antara kedua parameter di atas. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai evaluasi Indeks Kumulatif Salako pada domba lokal betina yang dipelihara di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta. BAHAN DAN METODE 1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Lokal betina dewasa sebanyak 26 ekor dengan ketentuan domba yang tidak bunting dan berusia sekitar 2-3 tahun. 2. Alat yang Digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian: 1. Timbangan, digunakan untuk mengukur bobot badan domba dengan satuan kilogram. 2
2. Pita ukur dalam satuan (cm) dengan ketelitian 0.1 cm, digunakan untuk mengukur diameter lingkar dada domba 3. Tongkat ukur dalam satuan (cm) dengan ketelitian 0,1 cm digunakan untuk mengukur tinggi pundak domba. 4. Laptop, digunakan untuk mengolah data hasil pengumpulan data. 5. Alat tulis kerja (ATK), digunakan untuk mencatat kegiatan dan hasil pengukuran yang telah dilakukan. 6. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan ternak yang diamati. 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode Deskriptif dengan pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Data yang diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran langsung pada ternak, kemudian dianalisis dengan statistika deskriptif. 4. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Panjang Badan (PB) merupakan jarak garis lurus dari tepi Os humerus sampai benjolan tulang duduk (Os ichium), diukur dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. 2. Tinggi Pundak (TP) diukur dengan tongkat ukur dari permukaan tanah sampai bagian pundak tepat dibelakang kaki depan (Os vertebra thoracalis). Dalam pengukuran tinggi pundak ini posisi kaki domba harus berbentuk segi empat dan lurus. Domba harus ditempatkan di tempat yang datar. 3
6 7 3. Lingkar Dada (LD), diukur dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran dilakukan pada daerah dada tepat di belakang kaki depan. 4. Dalam Dada (DD) ukuran tubuh yang diukur dari bagian pundak (Os vertebra thoracalis) hingga dasar dada tepat dibagian belakang kaki depan. Diukur menggunakan tongkat ukur dengan satuan cm. 5. Panjang pinggang diukur dari pin bone sampai hip dengan menggunakan caliper. 6. Lebar Pinggul diukur dengan menggunakan tongkat ukur atau caliper pada jarak antara benjolan pinggul kiri dan pinggul kanan. 7. Lebar Dada (LbD) diukur dengan menggunakan tongkat ukur atau caliper dari dada kiri sampai dada kanan, diukur dari sendi bahu kiri ke kanan. 8. Bobot Badan (BB) yaitu pengukuran bobot badan dilakukan langsung terhadap ternak domba menggunakan timbangan dengan satuan kilogram. 5. Analisis Statistik Data yang terkumpul dianalisis menggunakan statistika deskripitif yang meliputi : 1. Rata-rata/Mean (x ), yaitu bilangan yang diperoleh dari seluruh jumlah data dibagi banyaknya data (Sudjana, 2005). Keterangan : x x i n = Rata-rata x = X i n = Jumlah nilai data = Jumlah sampel 4
2. Ragam (s 2 ), yaitu jumlah kuadrat semua deviasi nilai-nilai individu terhadap rata-rata sampel (Sudjana, 2005). Keterangan: x i = Peubah ke-i x n i s 2 = n Xi2 ( X i ) 2 n(n 1) = Rata-rata sampel = Banyaknya data sampel =1,2,3, 30 3. Simpangan Baku (s), yaitu akar dari ragam (Sudjana, 2005). Keterangan: s 2 = Ragam s = s 2 4. Koefisien Variasi (KV), yaitu ukuran yang digunakan untuk membandingkan variasi relatif kumpulan data dengan satuan yang berbeda (Sudjana, 2005). KV = s x x 100% Keterangan: s = Simpangan baku 5. Indeks Kumulatif Salako x = Rata-rata sampel Pada pengukuran tubuh domba lokal betina dewasa didapatkan dari hasil perhitungan berdasarkan rumus Salako (2009) sebagai berikut, Length index Balance : Body length (cm) / wither height (cm) : (Rump length (cm) x hip width (cm)) / (Chest depth (cm) x chest width (cm)) Cumulative index : (weight (kg)/ breed average weight (kg)) + length index + balance HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba Berdasarkan hasil pengukuran ukuran tubuh domba lokal betina dewasa diperoleh data hasil analisis yang ditampilkan pada Tabel 1. 5
Tabel 1. Hasil Analisis Ukuran Tubuh Domba Ukuran Tubuh Minimal Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Koefisien Variasi (%) 1. PB(cm) 49,75 73,50 61,32 7,62 12,43 2. TPun(cm) 50,50 66,50 58,29 3,95 6,78 3. LingD(cm) 65,50 86,50 73,49 5,64 7,67 4. DD(cm) 20,50 34,75 28,23 3,48 12,32 5. PP(cm) 14,50 24,50 17,19 2,17 12,60 6. LP(cm) 11,50 21,50 15,97 2,41 15,07 7. LD(cm) 14,50 22,50 17,52 1,99 11,37 8. BB(kg) 19,25 36,75 26,44 5,15 19,49 n= 26 Ekor Domba Lokal Betina Keterangan = PB = Panjang Badan Tpun = Tinggi Pundak LingD = Lingkar Dada DD = Dalam Dada PP = Panjang Pinggang LP = Lebar pinggul LD =Lebar Dada BB = Bobot Badan Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Panjang badan domba lokal betina dewasa yang dipelihara di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta memiliki rata-rata sebesar 61,32 ± 7,62 cm. Pada penelitian yang dilakukan Salako (2006), domba WAD (West African Dwarf ) memiliki rata-rata panjang badan sebesar 62,56 ± 5,60 cm dan pada domba Yankasa sebesar 70,90 ± 5,67 cm. Domba Lokal betina pada umur yang relatif sama memiliki panjang badan relatif lebih rendah dibandingkan dengan domba WAD (West African Dwarf ) dan domba Yankasa. Panjang badan menunjukan kapasitas badan yang besar sehingga mempengaruhi persentase karkas. Perbedaan ukuran tubuh pada beberapa jenis domba salah satunya dipengaruhi oleh faktor genetik. Tinggi pundak pada domba lokal betina dewasa memiliki rata-rata 58,29 ± 3,95 cm. Hasil penelitian yang dilakukan Hafiz (2009), pengukuran tinggi pundak pada domba ekor gemuk memiliki nilai 54,53 ± 2,37 cm, sedangkan pada domba ekor tipis nilai tinggi pundak yaitu 51,17 ± 2,16 cm. Domba lokal memiliki tinggi pundak lebih besar bila dibandingkan dengan domba ekor gemuk dan domba ekor tipis. Pada domba tipe pedaging tidak diharapkan domba tinggi, karena bagian kaki depan dan belakang tidak termasuk untuk penilaian karkas (Nurfaridah, 2013). 6
Nilai lingkar dada pada domba lokal betina dewasa memiliki rata-rata 73,49 ± 5,64 cm. Lingkar dada mempunyai hubungan yang lebih erat dengan bobot badan dibandingkan dengan panjang badan, tinggi pundak, serta dalam dan lebar dada pada domba Priangan jantan tipe pedaging dan tangkas (Nurhayati, 2004). Dalam dada pada domba Lokal betina dewasa memiliki rata-rata 28,23 ± 3,48 cm. Panjang pinggang domba lokal berkisar antara 14,5-24,5 cm dengan rata-rata 17,19 ± 2,17 cm. Lebar pinggul pada domba Lokal rata-ratanya sebesar 15,97 ± 2,41 cm. Menurut Hafiz (2009) lebar pinggul pada domba ekor tipis sebesar 12,10 ± 1,02 cm sedangkan pada domba ekor gemuk sebesar 13,03 ± 0,84 cm. Domba lokal memiliki lebar pinggul lebih besar bila dibandingkan dengan domba ekor tipis dan domba ekor gemuk. Lebar pinggul semakin bertambah umur, maka lebar pinggul akan meningkat pula. Nilai rata-rata lebar dada domba lokal sebesar 17,52 ± 1,99 cm. Sejalan dengan bobot badan yang dipengaruhi oleh umur, bahwa peningkatan umur akan diikuti peningkatan lebar dada (Nurfaridah, 2013). Bobot Badan domba Lokal memiliki rata-rata sebesar 26,44 ± 5,15 kg dan memiliki koevisien variasi yang tinggi yaitu 19,49%. Bobot badan domba lokal dikatakan tidak seragam karena memiliki koefisien variasi diatas 15%. Bobot badan pada domba ekor gemuk yaitu 23,14 ± 1,62 kg, sedangkan pada domba ekor tipis 20,24 ± 2,51 kg dengan selisih sebesar 2,90 kg (Hafiz, 2009). Domba Lokal dapat dikategorikan sebagai domba yang berbobot besar bila di bandingkan dengan domba ekor tipis dan domba ekor gemuk karena memiliki bobot badan yang relatif lebih besar. Tabel 2. Indeks Kumulatif Salako Nilai Length Index 1,06 Balance 0,57 Indeks Kumulatif Salako 2,62 Nilai length index pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 1,06 ± 0,15. Nilai length index positif dibawah satu dapat dikatakan ternak tersebut bertipe tinggi, sedangkan bila diatas satu maka 7
dikatakan bertipe panjang (Salako, 2006). Rata-rata balance pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 0,57 ± 0,14. Indeks Kumulatif Salako pada domba lokal betina dewasa di desa Neglasari, kecamatan Darangdan, kabupaten Purwakarta yaitu sebesar 2,62 ± 0,31. Pada penelitian Indeks Kumulatif Salako dengan menggunakan sampel domba Yankansa dan domba WAD (West African Dwarf ), Nilai Indeks Kumulatif Salako berturut-turut sebesar 1,18 dan 2,80 (Salako, 2006). Nilai Indeks Kumulatif Salako domba lokal bila dibandingkan dengan dengan hasil penelitian sebelumnya lebih besar dari domba Yankansa dan lebih rendah dari domba WAD. Berdasarkan beberapa hasil penelitian diatas, Indeks Kumulatif Salako domba lokal relatif lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa domba lokal dapat dimasukkan dalam kategori domba pedaging. KESIMPULAN Nilai length indeks, balance dan indeks kumulatif salako pada domba lokal betina yang dipelihara di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta masingmasing sebesar 1,06 ± 0,15 ; 0,57 ± 0,14 dan 2,62 ± 0,31. Domba lokal yang berada di desa Neglasari dapat dikategorikan sebagai domba pedaging. SARAN Dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk mendapatkan standar baku dari nilai Indeks Kumulatif Salako sehingga nilai indeks tersebut dapat digunakan pada ternak lain.. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan kepada VBC (Village Breeding Center) di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta dan pihak-pihak terkait yang telah meluangkan waktu dan membantu dalam proses penelitian. 8
DAFTAR PUSTAKA Hafiz. 2009. Aplikasi Indeks Morfologi dalam Pendugaan Bobot Badan dan Tipe atau Jenis pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis. Skripsi. Bogor : Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Heratri, Komala. 2012. Evaluasi Morfologi dan Sistem Indeks Serta Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis dan Domba Garut Pada Umur dan Ransum yang Berbeda. Skripsi. Bogor : Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Nurfaridah A. 2013. Indeks Kumulatif Ukuran-ukuran Tubuh dan Bobot Badan Domba Komposit Betina Dewasa Sebagai Domba Pedaging (Studi Kasus di Kandang Percobaan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran). Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung Nurfaridah, A, dkk. 2013. Identifikasi Cumulative Index pada Berbagai Bangsa Domba (Padjadjaran, Garut dan Komposit). Seminar Nasional Peternakan Berkelanjutan 5. Bandung : Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Nurhayati, L. 2004. Penampilan pertumbuhan domba Priangan di kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Salako, A. E. 2006. Application of Morphological Indices in the Assessment of Type and Function in Sheep. International Journal of Morphology. Vol 24 (1) : 13-18. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito. 9