IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VII DI MTS MA ARIF BALONG PONOROGO

Oleh LINA DEWI ANDRAINI NIM Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVA SDN 4 PEKANBARU

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 5 PONOROGO

ABSTRAK. Kata kunci: Komunikasi Matematis, Pembelajaran Kooperatif, Think Talk Write. ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TEKNIK LISTRIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DAN SEGITIGA MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PTK

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU

Oleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KASIHAN BANTUL

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika OLEH AGUSSANTA HIDAYAT E1R112002

PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN

Oleh: AKROUN NAFIANI NIM Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Prakoso et al., Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar IPA Biologi...ister

Oleh : A A Gde Wahyu Wicaksana, Universitas Negeri Yogyakarta,

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 BABADAN TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Skripsi. Oleh: Dwi Listiawan X

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI AKTIVITAS MENULIS MATEMATIKA DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEAKTIFAN SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PENGGUNAAN TUGAS MIND MIND SEBAGAI INSTRUMEN PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KUADRAT

PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DI SMP AL INAYAH PURWOSARI PASURUAN

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Matematika

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

PUBLIKASI ILMIAH AFRINA NUR BAITI A

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KALKULUS II

Oleh: RIDA PUSPAHANI YANA RANDI. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan. untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

Asmarita 1, Sehatta Saragih 2, Zuhri D 3 Contact :

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL

Oleh : RISKA DWI JAYANTI Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PLC MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMKN2 WONOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES BTN IKIP II MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X TKJ2 SMK NEGERI 1 BADEGAN

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 26 MAKASSAR.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : WIDI AULIYA RACHMAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA KELAS VIIIE DI MTSN SAMPUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

LINDA ROSETA RISTIYANI K

Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

p-issn : e-issn :

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

ARTIKEL PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Matematika.

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol. 1, No. 2, September 2013 ISSN:

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

MENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLANATION

Transkripsi:

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Verra Novia Wardani, Senja Putri Merona Universitas Muhammadiyah Ponorogo verranoviawardani@gmail.com Abstrak Mathematical communication is very important for mathematic learning. But, mathematic learning in school can t increase mathematical communication. This research aims to describe the implementation of problem based learning to enhance students mathematical communication know increase of the mathematical communication through problem based learning in class VII MTs. Maarif Balong Ponorogo.This research is a classroom action research (CAR) conducted in two cycles. This research subject is the students of class VII B MTs. Ma arif Balong Ponorogo. The data collection technique used is a test block, at the end of each cycle to measure mathematical communication and observation to evaluate the adherence of teachers and students activities. The results showed that mathematical communication increased from the first cycle to the second cycle after the implementation of problem-based learning model. This score average has been increased in accordance with the indicator of the success that was determined by the researchers. Based on the analysis of learning process through observation sheets of problembased learning model showed that the average percentage activities of teachersand students activities increased from the first cycle to the second cycle. Keywords: Problem Based Learning, Mathematical Communication, Increase PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, yaitu agar siswa memiliki kemampuan dalam mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas masalah. Hal tersebut sejalan dengan standar proses yang ditetapkan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000), dimana kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk mencapai standar isi meliputi kemampuan pemecahan masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), penelusuran pola atau hubungan (connections) dan representasi (representation). Berdasarkan hal tersebut, komunikasi matematis tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran matematika. Komunikasi matematis merupakan bagian penting pada pembelajaran matematika. Menurut Baroody (dalam Lim & Cheng Meng Chew, 2007), ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi perlu menjadi fokus perhatian dalam pembelajaran matematika, yaitu: pertama, matematika sebagai bahasa, matematika bukan hanya sebagai alat bantu berpikir yang membantu kita menemukan pola, menyelesaikan masalah, menarik kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai alat bantu yang baik untuk mengkomunikasikan berbagai ide sehingga jelas, tepat, dan ringkas, dan kedua pembelajaran matematika merupakan aktivitas sosial, baik antara guru dan siswa maupun antara siswa itu sendiri. Selanjutnya Mumme & Shepherd (dalam McKenzie, 2001) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menetapkan pemahaman bersama, memberdayakan siswa sebagai pembelajar, menyediakan lingkungan belajar yang nyaman, dan membantu guru dalam mengidentifikasi pemahaman dan miskonsepsi dari siswa sehingga dapat mencari cara untuk mengarahkan siswa. Menurut Mahmudi (2009) komunikasi matematis yang baik berpotensi dalam memicu siswa untuk mengembangkan ide-ide dan membangun pengetahuan matematikanya. Siswa yang memiliki komunikasi matematis dapat mengkomunikasikan ide-ide matematisnya kepada orang lain sehingga dapat meningkatkan pemahaman matematisnya. Dengan kemampuan komunikasi Page 34

yang baik maka suatu masalah akan dapat dipahami dengan benar sehingga akan lebih mudah untuk diselesaikan. Ini berarti siswa yang tidak memiliki komunikasi matematis dengan baik, siswa tersebut akan kesulitan untuk memahami permasalahan ataupun konsep matematika dan ia tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan benar. Faktanya, pembelajaran di sekolah masih banyak yang belum dapat mengembangkan komunikasi matematis. Berdasarkan observasi pembelajaran matematika di kelas VII B MTs. Ma arif Balong Ponorogo diperoleh keterangan bahwa pembelajaran pada umumnya bersifat konvensional. Metode pembelajaran yang digunakan masih terbatas pada metode ceramah sehingga siswa tampak pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Tampak bahwa pembelajaran belum berpusat pada siswa. Siswa menerima materi yang disampaikan oleh guru dengan mencatat dan tanpa ada satupun siswa yang mengajukan pendapat atau bertanya secara lisan terkait dengan materi tersebut. Ketika siswa diberikan soal sebagian siswa tidak dapat mengerjakan karena kesulitan untuk memahami permasalahan pada soal tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII-B MTs. Ma arif Balong Ponorogo diperoleh keterangan bahwa komunikasi matematis siswa masih tergolong rendah. Menurut guru tersebut, kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa itu dapat dilihat dari: 1) ketika diberikan suatu permasalahan misalnya dalam bentuk soal cerita, siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal, siswa sering salah dalam memahami maksud dari soal tersebut, 2) siswa kesulitan mengubah suatu permasalahan dalam bentuk gambar, grafik atau tabel, 3) kurangnya ketepatan siswa dalam menggunakan simbolsimbol atau istilah-istilah matematika dan 4) adanya sikap ragu-ragu siswa untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan-gagasan matematika kedalam bentuk tulisan. Dari informasi yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa komunikasi matematis siswa kelas VII B MTs. Ma arif Balong Ponorogo masih relatif rendah. Untuk meningkatkan komunikasi matematis, perlu dirancang pembelajaran yang menekankan pada permasalahan nyata. Dalam pembelajaran matematika yang memanfaatkan permasalahan, siswa akan terdorong untuk mengeksplorasi pengetahuan atau ide-ide yang relevan agar menemukan berbagai strategi atau solusi suatu permasalahan. Sehingga siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami konsep-konsep matematika. Salah satu model pembelajaran yang mengkaitkan dengan permasalahan nyata yang dapat meningkatkan komunikasi matematis adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Siswa akan lebih dituntut berkomunikasi secara matematis karena model pembelajaran ini menyajikan permasalahan nyata yang harus diubah kedalam bahasa matematika. Menurut Fachrurazi (2011) terdapat peningkatan komunikasi matematis, siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah mengalami peningkatan komunikasi matematisnya daripada siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan menurut Hastuti (2014) penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII. Peningkatan kemampuan komunikasi matematika dapat dilihat dari persentase peningkatan indikator-indikatornya Ini berarti model pembelajaran berbasis masalah berhasil untuk meningkatkan komunikasi matematis siswa. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif pada kelas VII B MTs. Ma arif Balong Ponorogo tahun pelajaran 2015/2016. Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diambil dari hasil tes siklus siswa. Tes siklus siswa dilakukan untuk mengetahui komunikasi matematis Page 35

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Tes komunikasi matematis dilakukan setiap akhir siklus. Soal tes berbentuk uraian yang disusun berdasarkan indikator komunikasi matematis. Sedangkan data kualitatif diambil dari observasi kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Data tersebut akan digali dari sumber data dalam penelitian ini yaitu: (1) hasil tes kemampuan komunikasi matematis siwa tiap akhir siklus; (2) hasil observasi keterlaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh 2 orang observer menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Lembar observasi ini digunakan peneliti sebagai panduan dalam mengamati kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah setiap siklus dalam penelitian ini terdiri dari: 1) persiapan tindakan, merupakan tahapan menyusun rencana tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, 2) pelaksanaan tindakan dan observasi yang dilakukan bersamaan dengan observasi. Tindakan adalah penerapan dari strategi dan skenario yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Sedangkan observasi bertujuan untuk mengamati jalannya proses pembelajaran, dan 3) refleksi, merupakan kegiatan analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil tindakan dan observasi. Refleksi dilakukan untuk mengkaji seluruh kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dievaluasi untuk menyempurnakan tindakan selanjutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kuantitatif yang diperoleh dari skor hasil tes komunikasi matematis mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil tes komunikasi matematis disajikan pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Peningkatan hasil tes komunikasi matematis Indikator Presentase skor Siklus I Siklus II A 61% 83% B 68% 85% C 51% 73% Rata-rata 59% 80% Keterangan: Indikator A: Memahami permasalahan dan mengevaluasi ide matematika secara Indikator B: Mengekspresikan ide-ide matematika secara tertulis. Indikator C: Menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol matematika gambar dan memodelkan situasi atau permasalahan matematika. tertulis. struktunya untuk Tabel 1 menunjukan bahwa presentase skor komunikasi matematis siswa pada siklus I adalah 59% dan meningkat menjadi 80% pada siklus II setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Selain skor hasil tes komunikasi matematis, peningkatan juga ditunjjukan dari skor hasil observasi keterlaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa. Peningkatan tersebut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3 berikut: Tabel 2. Peningkatan hasil observasi kegiatan guru Pertemuan Presentase skor ke- Siklus I Siklus II 1 90 % 98,7% 2 87,5 % 100 % 3 95 % - Rata-rata 91% 99% Page 36

Tabel 2 menunjukkan bawa presentase skor observasi keterlaksanaan kegiatan guru pada siklus I adalah 91% dan meningkat menjadi 99% pada siklus II. Tabel 3. Peningkatan hasil observasi kegiatan siswa Pertemuan Presentase skor ke- Siklus I Siklus II 1 56,7 % 82,8 % 2 65,9 % 85,7 % 3 74,9 % - Rata-rata 66% 84% Tabel 3 menunjukkan bawa presentase skor observasi keterlaksanaan kegiatan siswa pada siklus I adalah 66% dan meningkat menjadi 84% pada siklus II. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, temuan dalam setiap siklus penelitian adalah: 1) Realisasi alokasi waktu pembelajaran tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, 2) Perubahan kelompok menjadi kelompok kecil menjadikan pembelajaran lebih efektif, 3) Kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat setelah pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah, dan 4) melalui model pembelajaran berbasis masalah siswa mampu mengerjakan soal yang berbeda dari contoh yang diberikan. PEMBAHASAN Menurut Hastuti (2014), model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VII B MTs. Ma arif Balong Ponorogo yang meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis dilihat dari persentase peningkatan setiap indikatornya. Berdasarkan analisis hasil tes siklus I dan siklus II persentase peningkatan skor untuk setiap indikator komunikasi matematis dapat dilihat pada Diagram 1 berikut: Diagram 1. Persentase Peningkatan Skor Komunikasi Matematis Berdasarkan Diagram 1 tersebut, dapat diketahui bahwa setiap indikator dalam komunikasi matematis mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada indikator memahami permasalahan dan mengevaluasi ide matematika secara tertulis dari siklus I ke siklus II meningkat 22%. Pada indikator mengekspresikan ide-ide matematika secara tertulis meningkat 17%. Pada indikator menggunakan istilah-istilah, simbol-simbol matematika, gambar dan struktur-strukturnya untuk memodelkan situasi atau permasalahan matematika meningkat 22%. Selain peningkatan komunikasi matematis setiap indikator, peningkatan juga dapat dilihat dari skor rata-rata setiap siswa. Perbandingan skor rata-rata setiap siswa dapat dilihat pada Diagram 2 berikut: Page 37

Diagram 2. Perbandingan Skor Rata-rata Setiap Siswa Dari skor rata-rata setiap siswa, diperoleh persentase rata-rata nilai tes komunikasi matematis pada setiap siklus. Persentase rata-rata pada siklus I adalah 59% dan meningkat 21% menjadi 80% pada siklus II. Perbandingan persentase rata-rata nilai tes siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Diagram 3 berikut: Diagram 3. Perbandingan Persentase Rata-rata Nilai Tes Siklus Peningkatan kemampuan komunikasi matematis tersebut merupakan dampak dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah, yang secara umum sudah sesuai dengan karakteristiknya. Menurut Choridah (2013) karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah belajar dimulai dengan suatu permasalahan. Dengan permasalahan tersebut, siswa akan memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan permasalahan. Selain itu karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yang berorientasi pada suatu permasalahan yang berhubungan dengan dunia nyata berpengaruh positif terhadap proses berfikir siswa. Pengaruh positif pada siswa dapat dilihat dari sejauh mana siswa dalam mencari dan menemukan penyelesaian suatu permasalahan. Siswa akan mudah untuk menemukan penyelesaian permasalahan tersebut karena berhubungan dengan dunia nyata mereka. Menurut Akhmadi (2015) kekurangan model pembelajaran berbasis masalah salah satunya adalah membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk menghadapi permasalahan yang diberikan. Hal ini terjadi pada pelaksanaan siklus I, siswa membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengamati dan memahami masalah yang diberikan sehingga pembelajaran berjalan kurang optimal. Namun, hal ini masih dapat dimaklumi karena selama ini siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru saja. Sedangkan pada model pembelajaran berbasis masalah, siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep atau rumus. Sebelumnya pada pembelajaran konvensional, siswa dapat langsung menggunakan rumus tersebut, bukan melakukan penyelidikan untuk mencari dan menemukannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Akhmadi (2015) yang menyatakan bahwa pada model pembelajaran berbasis masalah guru tidak dapat menyampaikan materi berupa konsep-konsep seperti pada pembelajaran konvensional. Pada siklus II siswa sudah melakukan penyelidikan sendiri untuk mencari dan menemukan suatu konsep atau rumus terlebih dahulu, kemudian menggunakannya untuk menyelesaikan permasalahan dalam bentuk soal. Ini merupakan salah satu kelebihan dari model pembelajaran Page 38

berbasis masalah yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan suatu permasalahan. Selain itu model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan motivasi belajar karena pembelajaran terkait dengan permasalahan yang menantang minat dan kemampuan siswa (Akhmadi, 2015). Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa pada siklus I kegiatan diskusi yang dilakukan dalam 4-5 siswa tiap kelompoknya berjalan kurang efektif. Hal ini terlihat ketika diskusi pada setiap kelompok terdapat 1 atau 2 siswa yang hanya mengobrol sendiri dengan temannya. Selain itu ada beberapa siswa yang tidak mau untuk berdiskusi dan hanya mengandalkan teman pada kelompoknya. Sehingga pada siklus II dilakukan perubahan menjadi 3-4 siswa tiap kelompok. Perubahan kelompok ini menjadikan kegiatan diskusi menjadi lebih efektif. Perubahan kelompok ini sesuai pendapat Choridah (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah hanya menggunakan kelompok kecil. Secara umum, proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah sudah sesuai dengan lima langkah dari Akhmadi (2015). Hal ini diketahui dari persentase keterlaksanaan kegiatan guru dengan model pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori baik, yaitu 91% pada siklus I dan 99% pada siklus II. Sedangkan untuk persentase keterlaksanaan kegiatan siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah yaitu berada pada kategori cukup dengan persentase 66% dan meningkat pada kategori baik dengan persentase 84%. Langkah-langkah model pembelajaran berbasis masalah tersebut meliputi orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan komunikasi siswa kelas VII B di MTs Ma arif Balong Ponorogo, meliputi 5 tahapan yaitu: a. Orientasi siswa pada masalah Pembelajaran dimulai dengan pemberian permasalahan untuk merangsang pengetahuan yang dimiliki siswa dan memunculkan pendapat-pendapat siswa mengenai materi yang sedang dipelajari. Selanjutnya, siswa mengkomunikasikan secara tertulis. b. Mengorganisasi siswa untuk belajar Setelah siswa dihadapkan pada permasalahan, kemudian siswa diberikan LKS untuk diselesaikan secara berkelompok. c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Dalam diskusi kelompok, siswa melakukan penyelidikan untuk membantu dalam menyelesaikan LKS. d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Setelah diskusi kelompok, perwakilan kelompok diminta untuk menunjukkan dan menuliskan hasil diskusinya di depan kelas. e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Setelah kegiatan kelompok selesai, siswa diberikan soal berisi permasalahan untuk diselesaikan. Soal ini digunakan untuk evaluasi terhadap siswa tentang materi yang telah dipelajari dan mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa. Dilihat dari keterlaksanaan kegiatan guru dan kegiatan siswa kelas VII B MTs Ma arif Balong Ponorogo melalui model pembelajaran berbasis masalah sudah mengalami peningkatan Hal ini terlihat dari persentase keterlaksanaan kegiatan guru pada siklus I adalah 91% dan pada siklus II meningkat menjadi 99%. Sedangkan untuk keterlaksanaan kegiatan siswa pada siklus I adalah 66% dan meningkat menjadi 84% pada siklus II. Page 39

2. Setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan 5 tahapan, terjadi peningkatan komunikasi matematis siswa kelas VII B di MTs Ma arif Balong Ponorogo. Peningkatan tersebut diketahui dari persentase rata-rata tes pada siklus I adalah 59% dalam kategori cukup dan pada siklus II meningkat menjadi 80 % dalam kategori baik. Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. SARAN Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis masalah, yaitu: 1. Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga penggunaan alokasi waktu harus benar-benar dipertimbangkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan optimal. 2. Pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan sebagai salah satu variasi dalam pembelajaran matematika karena dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah siswa dapat terlibat secara aktif dalam memahami konsep matematika. DAFTAR RUJUKAN Akhmadi, Agus. 2015. Model Pembelajaran Saintifik. Yogyakarta: Araska. Choridah, Dedeh Tresnawati. 2013. Peran Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kreatif serta Disposisi Matematis Siswa Sma. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika Stkip Siliwangi Bandung, 2(2), 200. Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Edisi Khusus 1, 81-87. Hastuti, Widha Puri. 2014. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning. Skripsi S-1 FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lim, Chap Sam & Cheng Meng Chew. 2007. Mathematical Communication in Malaysian Bilingual Classrooms. Paper APEC-Tsukuba International Conference, 1-2. Mahmudi, Ali. 2009. Komunikasi dalam Pembelajaran Matematik. Jurnal Mipmipa Unhalu, 8(1), 3-9. McKenzie, Fiona. 2001. Developing Children s Communication Skill to Aid Mathematical Understanding. ACE Papers, 10. Mendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. National Council Of Teachers Of Mathematics. 2000. Principles And Standards For School Mathematic. United States of America: The National Council Of Teachers Of Mathematics, Inc. Purwanto, Ngalim. 2012. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Page 40