IDENTIFIKASI IRIS OPSI IDENTIFIKASI BIOMETRIK

dokumen-dokumen yang mirip
HISTOFISIOLOGI RETINA

MENGENAL TEKNOLOGI BIOMETRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

YOGI WARDANA NRP

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEAMANAN DENGAN SISTEM BIOMETRIK Oleh : Krisnawati

INDERA PENGLIHATAN (MATA)

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

PENGARUH PROSES DOWNSAMPLE PADA KINERJA PENGENALAN WAJAH DENGAN PENDEKATAN ROBUST REGRESSION

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition

Keamanan Komputer. Keamanan Komputer. - Biometrik Missa Lamsani Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. identitas individu baik secara fisiologis, sehingga dapat dijadikan alat atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

Keamanan Komputer. Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. Pengertian

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2011 T E N T A N G

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

7.4 Alat-Alat Optik. A. Mata. Latihan 7.3

Sumber : Tortora, 2009 Gambar 2.1. Anatomi Bola Mata

METODE DALAM EAR RECOGNITION

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempati ruang anterior dan posterior dalam mata. Humor akuos

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metodologi, dan sistematika

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, hal ini membuktikan bahwa pengenalan pola sangatlah penting terutama dalam

SISTEM PENDETEKSI WAJAH MANUSIA PADA CITRA DIGITAL (PROPOSAL SKRIPSI) diajukan oleh. NamaMhs NIM: XX.YY.ZZZ. Kepada

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

Perancangan Sistem Keamanan Alternatif E-KTP Menggunakan Berbagai Algoritma Kriptografi

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

10/6/2011 INDERA MATA. Paryono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESlA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Pengunjung Atlantis Water Adventure. Jumlah Pengunjung

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB IV BIOOPTIK FISIKA KESEHATAN

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

ENTROPION PADA KUCING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III CARA PEMERIKSAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II ANATOMI. Sebelum memahami lebih dalam tentang jenis-jenis trauma yang dapat terjadi pada mata,

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses autentikasi itu sendiri adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Anatomi Mata

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB I PENDAHULUAN. mengenali dan membedakan ciri khas yang dimiliki suatu objek (Hidayatno,

Anatomi Organ Mata. Anatomy Mata

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat dibedakan dengan individu yang lain.

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Suara merupakan salah satu media komunikasi yang paling sering dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2013 ANATOMI MATA. dr. H. SUTARA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah penggunaan smartphone. Weiser (1999) mengatakan bahwa semakin

*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALAT ALAT OPTIK MATA KAMERA DAN PROYEKTOR LUP MIKROSKOP TEROPONG

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembentukan Vektor Ciri Dengan Menggunakan Metode Average Absolute Deviation (AAD)

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 67 TAHUN 2015 TENTANG

KARYA TULIS ILMIAH E-BISNIS PENERAPAN E-KTP PADA MASYARAKAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang keamanan, salah satunya adalah pengenalan wajah (face recognition).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil penggalian arkeologi, diketahui bahwa kosmetik telah

BAB I PENDAHULUAN. bertanggungjawab, responsif, efektif dan efisien. e-government memanfaatkan

Gambar 2.1 Anatomi Mata

One picture is worth more than ten thousand words

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

- PENCAHAYAAN - 13/11/2011. Ajeng Yeni Setianingrum. Universitas Mercu Buana 2011 IRIS PUPIL LENSA SARAF OPTIK. dsb

ALAT INDERA MANUSIA INDERA PENGLIHATAN / PENGLIHAT (MATA)

Alat-Alat Optik. Bab. Peta Konsep. Gambar 18.1 Pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Bagian-bagian mata. rusak Mata. Cacat mata dibantu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

Sistem Pengenal Wajah Manusia untuk Personalisasi Perintah pada Robot

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BIOKIMIA KULIT B Y D R. K U S U M A W A T I S O E T R I S N O

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Transkripsi:

IDENTIFIKASI IRIS OPSI IDENTIFIKASI BIOMETRIK 1 Erwin G. Kristanto 1 Elisa Rompas 2 Sunny Wangko 2 1 SMF Kedokteran Forensik & Medikolegal RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: gk_erwin@yahoo.com Perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari membuat timbulnya kebutuhan untuk membuktikan pada mesin dan sistem bahwa seorang individu ialah pemilik identitas yang ditampilkan oleh mesin dan sistem tersebut. Aktivitas membuka pintu, absensi, membuka komputer, hingga membuat dokumen, membutuhkan verifikasi bahwa kegiatan tersebut dilakukan oleh orang yang tepat. Kebutuhan ini dijawab dengan suatu metode identifikasi yang disebut identifikasi biometrik. Penggunaan identifikasi biometrik membantu peningkatan keamanan sistem komputer dengan menggantikan penggunaan kata kunci (password) yang dapat diretas. Password yang terdiri dari 6 karakter tanpa karakter khusus walau memiliki 2,25 miliar kemungkinan kombinasi, ternyata dapat diretas dalam beberapa detik dengan menggunakan sebuah server komputer. Akun media sosial yang memiliki pengaman yang cukup baik, ternyata banyak yang diretas dan kemudian disalahgunakan. Identifikasi iris dianggap merupakan salah satu metode identifikasi biometrik yang ideal dan lebih stabil karena iris adalah organ internal yang terproteksi oleh kornea. Beberapa kekurangan metode ini ialah pada pengguna kacamata, lensa kontak, atau cadar, serta peminum alkohol. STRUKTUR HISTOLOGIK IRIS Iris merupakan bagian berwarna bola mata, berbentuk donat gepeng yang terletak di antara kornea dan lensa, dan dilekatkan pada bagian luarnya ke prosesus siliaris. Stroma iris kaya akan vaskularisasi dan permukaan posteriornya dilapisi sel-sel yang kaya pigmen yaitu epitel pigmen posterior dengan lamina basalis yang menghadap ke ruang posterior mata. Ke arah anterior terdapat lapisan mio-epitel pigmen anterior; bagian apikal sel-sel ini mengandung pigmen. Bagian basal sel-sel mioepitel mempunyai tonjolan-tonjolan mengandung elemen kontraktil yang membentuk m. dilatator pupillae. Pada stroma iris dekat batas pupil terdapat sel-sel S7 otot polos yang tersusun meling-kari pupil, yaitu m. constrictor pupillae. Permukaan anterior iris memperlihatkan tonjolantonjolan dan lekukan yang tersusun oleh lapisan yang tidak kontinu dari fibroblas dan melanosit (Gambar 1 A, B). Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke bagian posterior bola mata melalui pupil. Pada rangsangan cahaya terang, serat saraf parasimpatis merangsang otot polos sirkular (m constrictor pupillae) untuk berkontraksi dan menyempitkan ukuran pupil (konstriksi). Pada cahaya redup, serat saraf simpatis merangsang otot polos radial (m. dilatator pupillae) untuk berkontraksi dan memperbesar ukuran pupil (dilatasi). Respons-respons ini bersifat refleks viseral.

S8 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S7-11 A B Gambar 1. A, Iris: potongan iris bagian tengah, dekat pupil. Permukaan anterior (berbatasan dengan akueus humor, AC) tidak mempunyai epitel dan terdiri dari lapisan fibroblas yang berinterdigitasi dan melanosit. Stroma di bawahnya (S) mengandung banyak melanosit dengan kandungan melanin yang bervariasi. B, Mikrograf memperlihatkan stroma bagian dalam yang kaya pembuluh darah (anak panah). Epitel iris bagian posterior terdiri dari dua lapisan sel kubis, yang sangat kaya dengan granula melanin untuk melindungi mata bagian dalam dari cahaya yang berlebihan. Ke arah anterior terdapat lapisan mioepitel (lebih kurang mengandung pigmen) yang menyusun m. dilatator pupillae (DPM), sedangkan di dekat pupil terdapat m. sphincter pupillae. Sumber: Mescher AL, 2010. IDENTIFIKASI BIOMETRIK Identifikasi biometrik adalah metode pengukuran objektif atas karakteristik fisik tertentu dari seseorang. Data biometrik dari sekelompok orang bila disimpan dalam sebuah bank data, dapat digunakan untuk verifikasi identitas orang dalam kelompok tersebut. Metode identifikasi biometrik yang telah banyak digunakan yaitu sidik jari, pengenalan wajah dan identifikasi iris. Negara tertentu seperti Amerika serikat, RRC, India, dan Indonesia, telah menerapkan penggunaan identifikasi biometrik dalam pembuatan identitas resmi warga negara maupun wisatawan yang akan masuk ke negaranya. Penggunaan metode identifikasi biometrik menghindarkan terjadinya salah identifikasi maupun pemalsuan identitas seseorang, dengan berbagai maksud. Identifikasi biometrik juga dapat membantu mengenali orang atau jenazah yang sebelumnya tidak diketahui identitasnya. Mekanisme penggunaan sistem biometrik dapat digambarkan dengan beberapa fase. Fase pertama yaitu fase pemasukan data (enrollment). Pada fase ini

Kristanto, Rompas, Wangko; Identifikasi Iris S9 masukan akan di pindai oleh sensor biometrik, yang mengambil data digital karakteristik anggota tubuh seseorang. Fase ini dilanjutkan dengan fase pencocokan; dalam fase ini sekelompok data pembanding yang telah dimasukkan sebelumnya akan dicocokkan dengan identifikasi data yang dimasukkan pada fase pertama. Pada pencatatan data digital dimungkinkan adanya reduksi, sehingga dihasilkan data digital yang bebas dari data yang menyebabkan kesalahan identifikasi. Hasil ini akan diproses dengan ekstraktor ciri untuk menghasilkan suatu representasi individual yang ekspresif dalam bentuk template, yang dapat disimpan dalam database di sistem biometrik atau dapat direkam pada berbagai media seperti kartu magnetik, chip, atau media penyimpan lain sesuai maksud penggunaannya. Pada fase pengenalan, bagian tubuh individu dibaca oleh pembaca biometrik dan dikonversi dalam bentuk digital, untuk diproses sebagai template. Selanjutnya, template ini dicocokkan dengan identifikasi individu yang disim-pan dalam database, kartu magnetik, chip, atau media penyimpan lain. IDENTIFIKASI IRIS Identifikasi iris (iris recognition) adalah metode identifikasi biometrik yang menggunakan pengenalan pola matematis data video dari iris mata seseorang. Iris memiliki pola yang kompleks dan unik pada setiap orang, yang dapat dilihat dari jarak tertentu. Pengertian sebagian orang mengenai identifikasi iris sering tertukar dengan identifikasi retina, yaitu suatu metode identifikasi biometrik yang lain. Identifikasi retina menggunakan pengenalan pola pembuluh darah retina yang unik pada setiap orang. Penggunaan identifikasi retina harus dilakukan dengan hatihati, karena akurasinya dapat berkurang pada beberapa penyakit atau gangguan mata seperti katarak dan astigmatisma berat. Identifikasi iris dimulai dengan melokalisasi batas luar dan dalam dari iris (pupil and limbus) pada data gambar sebuah mata. Selanjutnya, program algoritma mendeteksi dan melakukan eksklusi kelopak mata, bulu mata, dan refleksi spektrum cahaya. Data gambar mata yang sekarang hanya berisi data gambar iris dinormalisasi untuk mengompensasi dilatasi atau konstriksi pupil, kemudian dianalisis dengan mengambil data berupa informasi pola iris untuk dapat dibandigkan dengan pola pembanding. Pada algoritma Daugman, sebagian besar informasi amplitudo dihilangkan; hal ini dimaksudkan agar pola iris tidak dipengaruhi oleh perubahan pada pencahayaan atau kontras kamera. Metode identifikasi iris umumnya mengambil data gambar iris pada panjang gelombang sinar yang terlihat oleh mata (visible wavelenght, VW) yaitu 400-700 nm atau menggunakan panjang gelombang 700-900 nm yang disebut near infrared (NIR). Mayoritas metode identifikasi iris menggunakan panjang gelombang NIR yang dapat menembus iris berwarna gelap. Sebagian besar populasi manusia di dunia memiliki iris berwarna gelap, yang lebih sulit didata oleh gelombang sinar VW. Penggunaan NIR juga membantu mengurangi kontaminasi data pola iris, dengan menghalangi refleksi kornea yang mungkin terbaca pada penggunaan VW. Pembacaan menggunakan panjang gelombang NIR memiliki kelemahan karena cara ini tidak dapat membedakan efek yang ditimbulkan oleh melanin. Melanin atau kromofor yang merupakan komponen utama pemberi warna iris, terutama terdiri atas dua makromolekul heterogen yaitu eumelanin yang berwarna coklat hitam dan feomelanin yang berwarna kuning kemerahan. Penggabungan pengambilan data gambar dengan panjang gelombang NIR dan VW akan meningkatkan ketelitian identifikasi iris. Identifikasi atau verifikasi identitas seseorang dilakukan dengan mencocokkan pola iris yang diperoleh dengan data pola iris yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database. Data yang diperoleh dianalisis dengan komputer menggunakan metode bayesian untuk meningkatkan

S10 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S7-11 akurasinya. Pengambilan data biometrik untuk kepentingan data pembanding pada kelompok masyarakat yang lebih luas akan meningkatkan fungsionalitas identifikasi iris. Kelebihan identifikasi iris Metode identifikasi iris dianggap merupakan salah satu metode identifikasi biometrik yang ideal karena iris adalah organ internal yang terproteksi oleh kornea. Berbeda dengan sidik jari yang akan sulit dicocokkan bila kulit jari mengalami kerusakan, iris umumnya stabil dan datar. Konfigurasi geometrik iris dikontrol oleh otot sfingter pupil dan dilator pupil. Sedikitnya otot yang mampu menimbulkan perubahan menyebabkan iris lebih stabil dibanding metode identifikasi biometrik lain seperti metode pengenalan wajah. Sejak masa gestasi, iris telah memiliki pola yang unik; bisa dikatakan bahwa tidak ada pola iris yang sama pada manusia, bahkan pada kembar identik sekalipun. Keunikan ini juga membuat kemungkinan terjadinya salah identifikasi amat kecil bila menggunakan metode identifikasi iris. Metode identifikasi iris mengambil data gambar iris dari jarak 10 cm hingga beberapa meter, tergantung ketelitian alat pengambil gambar. Cara ini mengurangi kontak dan penularan penyakit akibat penggunaan alat, atau terjadinya penolakan pada budaya tertentu akibat terjadinya kontak langsung atau jarak individu yang diperiksa amat dekat dengan pemeriksa. Walau beberapa prosedur operasi dapat merubah warna dan bentuk keseluruhan iris, namun pola halus pada iris tetap stabil hingga beberapa dekade. Kekurangan identifikasi iris Kebanyakan teknologi biometrik mengalami kesulitan membedakan apakah data biometrik yang diperolehnya berasal dari jaringan hidup. Identifikasi biometrik baru dianggap terpercaya bila dapat dibuktikan bahwa data yang diperoleh merupakan data yang berasal dari bagian tubuh yang hidup, dan bukan dari cetakan atau gambar yang sengaja dibuat. Pada identifikasi iris kekurangan di atas dapat diatasi dengan melakukan analisis spektrum warna untuk membedakan apakah data berasal dari jaringan iris atau bahan lain. Beberapa alat dibuat dengan menggunakan penyaring berupa pergerakan bola mata untuk menghindarkan digunakannya gambar mata untuk menggantikan mata orang yang akan diidentifikasi. Identifikasi iris dapat mengalami kesalahan atau menurun ketepatannya, khususnya pada keadaan sebagai berikut, yaitu: penggunaan kacamata yang memantulkan cahaya atau menghalangi pengambilan gambar bola mata; lensa kontak untuk kepentingan kosmetik atau yang berpola; dan penggunaan cadar atau penutup wajah yang menutupi daerah mata. Oleh karena itu, sebelum identifikasi iris penggunaan hal tersebut di atas harus dipastikan untuk dilepas sementara waktu. Identifikasi iris saat subjek menggunakan alkohol pada penelitian awal dianggap tidak akurat karena terdeteksinya deformitas iris akibat dilatasi atau konstriksi pupil subjek. Identifikasi iris idealnya dilakukan setelah subjek tidak lagi dalam pengaruh alkohol. DAFTAR PUSTAKA 1. Barret W. Detecting a contact lens during iris recognition. [Cited 2008 Aug 28]. Available from: http://www.engr.sjsu.edu/wbarrett/publi cations/composite.pdf. 2. Gibson research corporation. How big is your haystack? [cited 2013 July 29]. Available from: https://www.grc.com/haystack.htm. 3. Jain A, Pankanti S, Bolle R. Biometrics. Personal identification in networked society. Massachusets: Kluwer Academic Publishers; 2002. 4. Mescher AL. Junqueira s Basic Histology Text & Atlas (Twelfth Edition). New York: McGrawHill Medical; 2010. 5. Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2012 tentang perubahan ketiga atas peraturan

Kristanto, Rompas, Wangko; Identifikasi Iris S11 presiden nomor 26 tahun 2009 tentang penerapan KTP berbasis nomor induk kependudukan secara nasional. Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2012 nomor 293. 6. Ross MH, Pawlina W. Histology a Text and Atlas (Sixth Edition). Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2011. 7. Sarwoko EA. Mekanisme Sistem Identifikasi Biometrik. Semarang: Universitas Diponegoro; 2006. 8. Thornton J, Kumar V. A Bayesian approach to deformed pattern matching of iris images. Pattern analysis and machine intelegence. 2007;(29)4:596-606. 9. Vatsa M, Singh R, Jain A. Iris recognition under alcohol influence: A preliminary study. New Delhi: 5 th IAPR International Conference on Biometrics, 29 th March 2012.