BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Standard Operating Procedure PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI (RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI)

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI. Ghita Hadi Hollanda, drg

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

PERBANDINGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL SEBENARNYA DENGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL PADA PERHITUNGAN DIAGNOSTIC WIRE FOTO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL 1

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

untuk melihat area yang luas pada rahang atas dan rahang bawah pada satu film c. Foto ekstraoral

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Jelaskan cara pembuatan activator secara direct dan indirect. Melakukan pencetakan pada rahang atas dan rahang bawah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

PERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

gambar cavities, tersembunyi gigi struktur (seperti gigi bungsu), dan tulang kerugian yang

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

IDA BAGUS KRESNANANDA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BIONATOR Dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Populer di Amerika Serikat tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen (seorang fisikawan) pada tahun 1895 di Jerman. Roentgen bekerja dengan tabung sinar katoda di laboratorium, dan tanpa sengaja menemukan sinar-x yang ternyata sinar-x tersebut dapat melewati jaringan tubuh manusia.eksperimen pertama menggunakan tangan sang istri dengan sebuah cincin dijarinya dan pada hasilnya terlihat tulang dan logam. 3 Selanjutnya pada akhir Desember 1895 dan awal Januari 1896 Dr Otto Walkoff (dokter gigi) dari Jerman menggunakan sinar-x pada foto gigi (premolar bawah) dengan waktu penyinaran 25 menit, selanjutnya waktu penyinaran tersebut diperkecil oleh Walter Koenig menjadi 9 menit dan sekarang menjadi 1/10 detik. CE Kells menjadi orang pertama di dunia yang menggunakan mesin sinar-x di klinik gigi. 3 Radiografi mempunyai peranan penting dalam menunjang perawatan, memudahkan perkerjaan dokter gigi untuk melakukandiagnosa, rencana perawatan dan mengevaluasi pasien pasca perawatan. Pemeriksaan radiografi gigi dinilai efektif, efisien dan keberhasilan yang didapat optimal. Terdapat 2 hal yang harus diperhatikandalam pemeriksaan radiografi gigi, pertama adalah teknik mendapatkan radiografi yang optimal dan kedua adalah interpretasi hasil radiografi yang telah dibuat. Alat radiografi gigi yang mutakhir tidak menjamin suatu radiografi yang baik tanpa disertai dengan teknik yang memadai (Margono, 1998). 2,3 2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi di kedokteran gigi ada 2 macam, yaitu radiografi intraoral (film di dalam mulut) dan radiografi ekstraoral (film di luar mulut). 3

2.2.1 Radiografi Intraoral Radiografi intraoral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya. Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi. Dimana tipetipe radiografi intraoral secara umum terbagi 3 yaitu radiografi periapikal, bite-wing dan oklusal. Dari masing-masing tipe ini tentu saja memiliki teknik yang berbedabeda. 3 2.2.1.1 Radiografi Periapikal Tipe radiografi periapikal ini bertujuan untuk memeriksa gigi (mahkota dan akar) serta jaringan disekitarnya. Tipe ini memiliki dua teknik yaitu teknik paralleling dan bisekting. 3 A. Teknik Paralleling Teknik ini juga disebut teknik konus panjang, karena pada teknik ini pembuatannya menggunakan konus panjang. Pada teknik ini posisi film di dalam mulut pasien terhadap sumbu panjang gigi yaitu sejajar dan arah sinar tegak lurus pada bidang film, jadi tegak lurus juga dengan sumbu panjang gigi. 1,2,14 Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu : - Film diletakkan paralel dengan aksis panjang gigi - Pusat sinar-xtegak lurus terhadap film dan aksis panjang gigi - Film holder harus dipakai untuk menjaga agar film tetap paralel dengan aksis panjang gigi Adapun keuntungan dari teknik ini yaitu tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, jaringan periodontal terlihat dengan jelas, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi. Keuntungan lain dari teknik ini adalah apabila dipergunakan untuk pembuatan rontgen gigi molar atas, maka tidak terjadi super impose dengan tulang zigomatikus dan dasar dari sunus maksilaris. Namun teknik ini juga memiliki kerugian yaitu sulit meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, kemudian teknik ini juga memiliki kekurangan pada pemakaian film holder

karena film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga mengurangi kenyamanan. 1,2,3 Untuk membuat keadaan film sejajar dengan aksis gigi maka diperlukan alat penolong yang sederhana dan siap pakai misalnya seperti cotton roll, dan balok gigit yang dibuat khusus. 2 B. Teknik Bisekting Pada teknik ini dilakukan dengan menggunakan film holder untuk mempertahankan posisi film dalam mulut pasien, film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi, jadi posisi film tidak sejajar dengan sumbu panjang bidang film, dan pada teknik ini konus yang digunakan adalah konus pendek. 1,2,14 Teknik ini memiliki beberapa prinsip, yaitu 1,3 : - Pada teknik ini digunakan prinsip geometri - Film harus diletakkan sepanjang permukaan lingual/palatal dari gigi - Film kontak dengan gigi, kemudian bidang film dan aksis panjang gigi membentuk sudut - Adanya imaginary bisector - Pusat sinar-x tegak lurus terhadap garis bisektris sehingga menghasilkan dua segitiga yang sama - Film holder digunakan untuk menstabilkan film selama penyinaran Keuntungan teknik ini adalah dapat digunakan tanpa menggunakan film holder, penempatan film nyaman untuk dilakukan pada seluruh area rongga mulut, serta penentuan posisi relatif mudah dan sederhana. Namun kerugian teknik ini menyebabkan mudah terjadinya distorsi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang harus diperhatikan). 1,2,3 2.2.1.2 Radiografi Bitewing Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh Raper pada tahun 1925. Tipe radiografi interproksimal ini bertujuan untuk mendeteksi karies di puncak alveolar yang secara klinis tidak dapat dideteksi, memeriksa mahkota, kerusakan tulang alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film dan film yang dipakai pada tipe ini

adalah film khusus. Teknik ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini) dan kerusakan tulang antara dua gigi. 2,3,12 Prinsip-prinsip yang digunakan pada teknik ini, yaitu : - Film diletakkan dalam mulut sejajar dengan mahkota gigi-gigi di maksila dan mandibula - Film distabilkan dengan pasien menggigit bitewing tab atau bitewing filmholder - Pusat sinar-x diarahkan menembus kontak gigi dengan angulasi vertikal +10 0 Dasar teknik ini adalah teknik parallelingyang sedikit dimodifikasi, dengan sudut antara bidang vertikal dengan konus sebesar 0-10 derajat.pada teknik ini digunakan film berukuran 3,2 x 4,1 cm. Teknik juga menggunakan film holder khusus yaitu Rinn XCT bite wing instrumen. 2,3 Keuntungan teknik ini adalah dengan satu film dapat digunakan untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus, selain itu teknik ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan karies sekunder yang berada di bawah tumpatan. 2 Gambar 1. Hasil radiografi bite-wing 10 2.2.1.3 Radiografi Oklusal Tipe radiografi oklusal ini bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film dan film yang digunakan juga film khusus. Yang bisa dilihat menggunakan teknik ini adalah melihat lokasi akar gigi, lokasi supernumerary, tidak erupsi, atau gigi yang impaksi, salivary stone di saluran

kelenjar submandibular, serta memeriksa pasien dengan trismus dimana pasien tidak dapat membuka mulut terlalu besar. 2,3,9 Prinsip pada teknik ini adalah film diletakkan didalam mulut di antara permukaan oklusal maksila dan mandibula. Film tersebut distabilkan dengan menggigit permukaan film tersebut. 3 Teknik ini juga terbagi dua, yaitu maksila oklusal proyeksi dan mandibula oklusal proyeksi. Dimana maksila oklusal proyeksi terbagi lagi menjadi tiga jenis yaitu topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa palatum dan gigi anterior di maksila, lateral (right/left) occlusal projection berguna untuk memeriksa akar molar di palatal juga digunakan untuk melihat benda asing atau lesi di palatum, dan yang terakhir yaitu pediatric occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi anterior dan disarankan untuk anak berumur 5 tahun atau di bawah 5 tahun. 3 Kemudian mandibula oklusal proyeksi juga terbagi lagi menjadi tiga, yaitu topographic occlusal projection berguna untuk memeriksa gigi anterior di mandibula, cross-sectional occlusal projection berguna untuk memeriksa bagian bukal dan lingual dari mandibula dan dapat juga digunakan untuk melihat benda asing atau salivary stone di bagian dasar mulut, dan yang terakhir pediatric occlusal projection digunakan untuk memeriksa gigi anterior. 3 Gambar 2. Hasil radiografi oklusal 12

2.2.2 Radiografi Ekstraoral Radiografi ekstraoral dalam pembuatannya, sumber sinar-x maupun film berada di luar mulut dan pasien selama penyinaran harus berada pada posisi yang telah ditentukan dan tidak boleh bergerak. Radiografi ini merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Radiografi ekstraoral terdiri dari berbagai jenis, yaitu 3,10 : - Panoramik - Lateral Jaw - Lateral Cephalometri - Postero-Anterior - Submentovertec - Reverse Towne - Transcranial - Tomografi Projections 2.3 Prosesur Pembuatan Radiografi Beberapa ketentuan dalam melaksanakan teknik radiografi pada umunya, yaitu : a. Terangkan kepada pasien tentang cara kerja pada waktu pengambilan. b. Penderita diinstruksikan menanggalkan segala yang merintangi pembuatan radiografi yang menyebabkan gambaran radiopak seperti misalnya gigi palsu,kaca mata, dan lain-lain. c. Perhatikan kepala penderita dan letakkan kepala penderita pada tempat yang benar di sandaran kepala pada kursi dental dan instruksikan padanya untuk tidak menggerakkan kepalanya. Posisi kepala yang perlu diperhatikan ada dua, yaitu pertama bidang vertikal atau sagital dimana posisi kepala yang ditunjang oleh sandaran kepala disandarkan sedemikian sehingga bidang vertikal atau bidang sagital tegak lurus pada bidang horizontal. Kedua bidang horizontal atau oklusal dimana untuk daerah maksila diimajinasikan suatu garis yang ditarik dari ala nasi ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontal, sedangkan untuk daerah mandibula diimajinasikan suatu

garis yang ditarik dari sudut mulut ke tragus dan garis ini sejajar dengan bidang horizontal. 2 d. Perhatikan palatum dan vestibulum pasien. Kemudian lihat apakah pasien penderita hiposalivasi atau hipersalivasi, serta lihat apakah pasien ambang rasa mualnya tinggi atau rendah. e. Letakkan film dalam mulut, pada regio yang akan dibuat radiografi. Kemudian ajarkan kepada pasien bagaimana memegang film tersebut dengan cara dan teknik yang dipakai dan ingatkan agar pasien tidak bergerak. f. Operator harus berada di luar ruang penyinaran atau di belakang alat penyinaran g. Tempatkan tabung sinar-x mengarah pada gigi yang akan dibuat radiografi dengan sudut yang sudah ditentukan dengan benar. h. Setelah dilakukan penyinaran, bersihkan film dari saliva dan keringkan. i. Setelah dilakukan pemrosesan maka hasil radiografi tersebut keringkan dengan menggunakan hair dryer atau menggunakan kertas buram. j. Setelah kering masukkan hasil radiografi tersebut ke tempat yang tidak mudah rusak. Cara meletakkan film di dalam mulut untuk gigi anterior yaitu sumbu panjang film diletakkan secara vertikal, sedangkan untuk gigi posterior yaitu sumbu panjang film di letakkan secara horizontal. Gigi yang akan dibuatkan foto rontgennya harus berada di tengah-tengah film dan jarak oklusal gigi dan pinggir film adalah 3 mm. 2 Fiksasi film di dalam mulut perlu dilakukan agar film tidak melengkung sehingga tidak terjadi perpanjangan gambar gigi dari ukuran gigi sebenarnya. Untuk gigi kaninus terutama kaninus atas film dipasang sedemikian sehingga sumbu gigi berada diagonal dari film. Untuk molar ketiga atas ataupun bawah film dipasang sedemikian sehingga pinggir depan film diletakkan pada setengah mesio-distal dari gigi molar satu. 2 Sedangkan dari segi arah konus, untuk rahang atas arah konus harus tegak lurus apabila menggunakan teknik bisekting, untuk gigi anterior pada gigi insisivus satu konus diarahkan pada ujung hidung, insisivus kedua konus diarahkan antara puncak

nasi. 2 Arah konus untuk rahang bawah juga harus tegak lurus apabila menggunakan dan sayap hidung dan untuk kaninus konus diarahkan pada cuping hidung. Kemudian untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang menghubungkan tragus ke ala teknik bisekting, untuk gigi anterior konus diarahkan ke protruberentia sedangkan untuk gigi posterior konus diarahkan ke garis yang berada seperempat inci atau 0,60 cm di atas tepi mandibula dan sejajar. 2 Prosessing filmdapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu manual (dengan kamar gelap dan tanpa kamar gelap), komputerisasi dan otomatis. Tahap-tahap prosessingpada umumnya ada 5 tahapan yaitu developing, rinsing, fixing, washing dan drying. 2,3 Metode yang sering digunakan di klinik gigi adalah metode manual dengan kamar gelap dan tanpa kamar gelap yang biasa disebut self processing. Adapun tahap prosessing dengan kamar gelap yaitu 2,3 : 1. Masuk ke kamar gelap dan pintu dikunci dari dalam, ambil hanger film lalu tandai film tersebut atas nama siapa. 2. Periksa temperatur larutan dan atur waktu. 3. Semua lampu dipadamkan dan hidupkan safe light. 4. Kemudian buka film dari pembungkusnya dan pakaikan film hanger. 5. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer selama 8-10 detik tergantung dari developer yang digunakan. Kemudian angkat film dan lihat dibawah safe light apakah sudah ada bayangan putih yang kabur atau belum. (proses developing) 6. Kemudian film tersebut dicuci di bawah air yang mengalir selama 20 detik. (proses rinsing) 7. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat gambaran gigi dan jaringan sekitarnya (proses fixing) 8. Film tersebut dicuci di bawah air mengalir sampai bau asam dari larutan fiksasi hilang (proses washing) 9. Proses yang terakhir adalah tahap pengeringan dari film tersebut (proses

drying) Sedangkan untuk pemrosesan secara otomatis digunakan alat yang disebut prosesor otomatis, caranya film yang sudah disinari dimasukkan ke dalam prosesor otomatis yang sudah berisikan larutan developer dan fiksasi. Film secara otomatis melalui kedua larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering. Proses ini dapat digunakan untuk film-film yang ukurannya besar, misalnya panoramik dan sefalometrik. 2 2.4 Faktor-Faktor yang Berperan Dalam Pembuatan Radiografi Dalam pembuatan radiografi ada beberapa hal yang berperan, yaitu 1,3 : 1. Jarak Target Film Jarak dari target adalah jarak dari target anoda (sumber sinar) ke film untuk film size 1 (standard) dan size 0 (anak) serta bite-wing adalah 8 inchi, long cone tehnik 16-20 inchi. 3,10 2. Milliampere Merupakan ukuran jumlah dari energi listrik yang melewati x-ray tube. Untuk dental x-ray digunakan 10-15 Ma. 3,10 3. Voltase Merupakan ukuran kualitas dari energi listrik yang melewati x-ray tube yaitu sekitar 65-90 Kv. 3,10 4. Posisi Kepala Pasien Untuk maksila garis imajiner adalah garis yang ditarik dari alanasi ke tragus (sejajar dengan lantai) sedangan pada mandibula garis imaginer adalah garis yang ditarik dari sudut bibir ke tragus (sejajar dengan lantai) dengan catatan sagital plane tegak lurus terhadap lantai. 3,10 5. Posisi Film Posisi film pada prinsipnya harus meliputi gigi yang menjadi perhatian untuk di foto. Untuk daerah anterior, film diletakkan pada posisi vertikal. Sedangkan untuk daerah posterior, film diletakkan pada posisi horizontal. Rahang atas film dipegang dengan ibu jari sedangkan rahang bawah film dipegang dengan telunjuk (tangan yang

berlawanan dengan regio yang akan difoto). Permukaan film sejajar dengan dataran oklusal, sekurang-kurangnya 1/8 inchi sampai ¼ inchi melebihi permukaan oklusal. Dalam peletakan posisi film ini bisa saja terjadi berbagai hal misalnya seperti tersedak yang biasanya terjadi pada pengambilan foto ronsen pada daerah posterior. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan cara operator bekerja dengan lebih baik atau mungkin pasien bisa berkumur-kumur dengan air dingin terlebih dahulu, pada pasien sensitif gunakan anastesi topikal. 3,10 6. Sudut Penyinaran Sudut penyinaran bervariasi tergantung regio gigi yang akan difoto. Sudut penyinaran juga terbagi dua yaitu sudut vertikal dan sudut horizontal. Sudut vertikal terhadap dataran oklusal ditentukan dengan menarik garis dari pusat sinar sampai bertemu dengan dataran oklusal. Biasanya sudut vertikal ini sudah ditentukan, akan tetapi ini hanya berupa acuan perkiraan. 3,10 Tabel 1. Angulasi vertikalpada maksila dan mandibula 10 Gigi Maksila Mandibula Insisivus +40 0-15 Kaninus +45 0-20 Premolar +30 0-10 Molar +20 0-5 Pada dataran horizontal, pusat sinar harus diarahkan ke daerah kontak interproksimal, untuk menghindari overlapping. Oleh karena itu sudut-sudut horizontal ditentukan berdasarkan bentuk rahang dan posisi gigi. 3,10 7. Waktu Penyinaran Waktu penyinaran untuk ultra speed film ¼ detik, namun pada gigi molar 3/8 detik. 3,10

8. Prosessing Film Prosessing film dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalanya seperti menggunakan mesin otomatis, secara injeksi maupun dilakukan pada kamar gelap. 3,10 2.5 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral Untuk menginterpretasikan hasil suatu radiografi meliputi empat langkah dasar yaitu peletakan film yang benar, angulasi vertikal, angulasi horizontal, dan posisi pusat sinar-x tepat di tengah gigi yang akan di rontgen. Kesalahan teknik dapat terjadi jika salah satu dari prosedur ini selesai tidak benar. 13 2.5.1 Kesalahan Persiapan Pasien Radiografer harus selalu menjelaskan prosedur radiografi kepada pasien dan memberikan instruksi yang jelas tentang apa yang harus pasien lakukan untuk membantu memastikan kualitas gambar, menghindari pengulangan radiografi dan mengurangi paparan radiasi. Kesalahan yang paling umum terjadi dalam kategori ini adalah gerakan. Faktor-faktor yang menyebabkan pasien bergerak, yaitu 13 : - Rasa tidak nyaman Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut, penempatan film yang tepat, menginstruksikan pasien untuk menutup mulut secara perlahan, dan penggunaan film holder yang baik. Film ditempatkan lebih ke arah garis tengah langit-langit mulut dan menuju lidah pada mandibula akan membuat penempatan yang lebih nyaman bagi pasien. Membengkok, terlipat atau kekusutan film akan menghasilkan artefak yang dapat mengganggu kualitas diagnostik gambar radiografi. 9,13 - Posisi kepala Sandaran kepala pada kursi gigi harus ditempatkan tepat pada lobus oksipital di dasar bagian belakang kepala. Ini akan mendukung kepala selama prosedur radiografi dan mengurangi kemungkinan gerakan. Penempatan sandaran kepala yang tepat menentukan posisi dataran oklusal sejajar lantai dan midsagital tegak lurus ke lantai untuk radiografi periapikal rahang atas dan bitewing. Hal ini membantu untuk

menyesuaikan posisi kepala dengan menaikkan dagu pasien sedikit untuk radiografi periapikal pada rahang bawah. Hal ini meningkatkan penglihatan operator ke dalam dasar mulut pasien untuk meletakkan film dan membuat dasar mulut lebih santai. 13 - Refleks muntah Refleks muntah adalah mekanisme perlindungan tubuh yang berfungsi untuk membersihkan jalan napas obstruksi. Semua pasien memiliki refleks muntah, beberapa orang lebih sensitif daripada yang lain. refleks muntah dapat dirangsang ketika terjadi kontak antar film dan langit-langit lunak, pangkal lidah, atau dinding posterior faring. Ketika akan melakukan radiografi, dianjurkan untuk memulai di wilayah anterior terlebih dulu. Penempatan anterior cenderung lebih tidak merangsang refleks muntah dan juga akan membantu pasien menjadi lebih terbiasa dan nyaman dengan prosedur. 13 Untuk memastikan pengalaman pasien cepat dan halus, mempersiapkan semua peralatan sebelum film tersebut ditempatkan di dalam mulut. Pengaturan pengambilan radiografi harus ditetapkan terlebih dahulu, dan cone harus ditempatkan di daerah perkiraan paparan. Ini dapat membantu untuk mendorong pasien untuk menelan sekali sebelum penempatan film. Pasien dapat diinstruksikan untuk melepaskan tekanan menggigit atau mengeluarkan film secepat mungkin setelah paparan selesai. Prosedur lain yang direkomendasikan untuk mengendalikan rasa mual termasuk pernapasan melalui hidung atau mulut,melakukan anastesi mulut dengan lozenges, obat kumur, anestesi topikal, atau memfokuskan kembali perhatian pasien. 13 - Ketidakmampuan pasien Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan selama prosedur radiografi karena cacat fisik atau kognitif, cedera atau kondisi medis. Dalam keadaan seperti itu, mungkin perlu untuk meminta anggota keluarga atau wali untuk membantu memegang pasien tetap dalam posisi. Perisai harus disediakan untuk kedua pasien dan orang yang memberikan bantuan. Radiografer harus mempertimbangkan teknik apa yang akan digunakan dalam situasi tersebut. Misalnya, pasien dengan penyakit

Parkinson bisa lebih baik mentolerir radiografi intraoral yang memiliki waktu paparan singkat. 12,13 2.5.2 Kesalahan Teknik A. Kesalahan Peletakan Film - Cakupan yang tidak memadai Sebuah kesalahan penempatan film yang sering terjadi adalah cakupan yang tidak memadai dari daerah yang akan diperiksa. Ini biasanya terjadi pada proyeksi molar ketika pasien memiliki kesulitan mempertahankan penempatan film yang tepat. Pada teknik periapikal dan bite-wing dalam survei lengkap telah menetapkan kriteria yang menggambarkan struktur yang harus disimpan pada setiap tampilan. 10,12,13 - Penempatan film terbalik Penempatan film terbalik di dalam mulut akan menyebabkan lempengan timah yang terpapar sinar-x bukan film. Sinar x -ray dilemahkan oleh thinfoil sebelum mencapai film. Hal ini menyebabkan efek herringbone atau efekdiamond terlihat pada saat film diproses. Kesalahan ini juga menghasilkan gambar yang terang dan ketidakjelasan anatomi yang benar pada saat film diproses. 13 Gambar 3.Backward receptorimage 13

- Pembengkokan Film Pembengkokan film dapat terjadi karena bentuk palatum atau lingual yang terlalu melengkung sehingga sewaktu film dimasukkan, operator secara tidak sengaja menekan film terlalu keras sehingga film menjadi bengkok. Bila menggunakan film holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke tempatnya. Ukuran film yang terlalu besar juga dapat menyebabkan terjadinya pembengkokan film. Film yang bengkok akan menyebabkan terjadinya emulsi pada film, yang akhirnya berdampak pada kualitas gambar. Dalam mengatasi masalah ini, harus hati-hati dalam memasukkan film ke dalam mulut pasien dan memilih ukuran film yang sesuai. 13 Gambar 4. Pembengkokan film 13 - Kemiringan dataran oklusal Ketika film tersebut tidak ditempatkan tegak lurus terhadap bidang oklusal, bidang oklusal akan muncul miring atau diagonal. Ketika memperlihatkan hasil bitewing radiografi, tepi atas film mungkin kontak dengan gingiva palatal atau lengkung langit-langit. Ketika ini terjadi, bidang oklusal akan muncul bengkok. Film harus ditempatkan lurus atau tegak lurus dengan bidang oklusal, atau ditempatkan lebih jauh dari gigi untuk menghindari kesalahan ini. Selalu menempatkan biteblock dalam kontak dengan oklusal atau insisal permukaan gigi atau tidak pada gigi lawan. 13

Gambar 5.Tilted occlusal plane 13 A. Kesalahan Angulasi Vertikal - Elongasi (Perpanjangan) Perpanjangan gigi dan struktur di sekitarnya adalah hasil dari kecilnya angulasi sinar x-ray. Untuk memperbaiki kesalahan ini operator harus meningkatkan angulasi vertikal. Dengan kata lain, untuk lengkung rahang atas, angulasi positif harus ditingkatkan, untuk lengkung rahang bawah, angulasi negatif harus ditingkatkan. 9,13 Gambar 6. Elongasi 13

- Perpendekan Perpendekan gigi dan struktur di sekitarnya juga dapat hasil dari angulasi vertikal yang tidak benar. Foreshortening adalah hasil dari overangulation dari sinar x-ray. Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel, operator harus menurunkan angulasi vertikal positif untuk proyeksi rahang atas, dan mengurangi vertikal negatif untuk proyeksi mandibula. Kesalahan ini juga dapat terjadi jika reseptor tidak ditempatkan sejajar dengan sumbu panjang gigi. 9,13 Gambar 7. Foreshortening 13 B. Kesalahan Angulasi Horizontal Angulasi horizontal yang tepat dari sinar x-ray akan membuka kontak interproksimal dan memfasilitasi evaluasi karies menyeluruh dan penilaian tingkat tulang, yang semua komponen terdiri dari pemeriksaan klinis dan radiografi menyeluruh. Sinar x-ray harus ditujukan langsung antara gigi ditargetkan untuk membuka permukaan interproksimal. Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan gambar bergeser ke anterior atau posterior, yang mengakibatkan tumpang tindih permukaan interproksimal. 9,13

Gambar 8. Overlapping 13 2.5.3 Kesalahan Pemaparan dan Prosessing A. Kesalahan Pemaparan - Under Exposure Menghasilkan gambar yang terlalu terang atau rendah kepadatan. Gambaran cahaya juga dapat disebabkan oleh peningkatan jarak sumber benda, atau tidak menempatkan tubehead cukup dekat ke wajah pasien selama pemaparan. Jaraktubehead ini tidak lebih dari 2 cm dari wajah pasien. Film dapat kurang terang jika alat pemapar tidak digunakan sesuai indikasi atau waktu yang tidak benar. Dengan kata lain, dokter melepaskan tombol paparan terlalu cepat. Hasil overexposure dalam kepadatan tinggi atau gambar gelap. Penyebabnya antara lain pengaturan faktor paparan yang tidak tepat. 9,13 - Double Exposure Hasil paparan ganda ketika film digunakan dua kali dan dua gambar muncul bersamaan. Hal ini sangat penting untuk dihindari karena pengulangan membuat pasien terkena radiasi dua kali. Untuk menghindari kesalahan ini, radiografer harus menjaga ruang kerja agar terorganisir, di mana setiap film ditempatkan di daerah berbeda. 9,13

Gambar 9 Double exposure 13 B. Kesalahan Prosessing - Thin Image / Terang Disebabkan oleh karna undeveloper film. Waktu developer yang tidak tepat, terlalu cepat, larutan developer yang terlalu dingin, waktu terlalu singkat. 3 Gambar 10. Thin image 3

- Dense Image / Gelap Disebabkan karena undeveloper film. Waktu prosessing film yang terlalu lama, larutan developer yang terlalu panas. Konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat. 3 Gambar 11. Dense image 3 - Cracked / Pecah-Pecah Disebabkan karena retikulasi dari emulsi film. Masalahnya adalah perubahan temperatur developer yang tiba-tiba. 3 Gambar 12. Cracked image 3

- Spot Hitam Pada Film Disebabkan oleh spot larutan developer. Masalahnya adalah developer kontak dengan film sebelum film diproses. 3 Gambar 13. Dark spots 3 - Spot Putih Pada Film Disebabkan oleh spot larutan fixer. Masalahnya adalah larutan fixer kontak dengan film sebelum diproses 3 Gambar 14. Bright Spots 3

- Warna Kuning Kecoklatan Disebabkan oleh waktu fixer yang tidak tepat. Masalahnya adalah fixer yang tidak efektif dan rinsing yang tidak efektif. 3 Gambar 15. Steins 3 - Gambar Putih di Bagian Pinggir Film Disebabkan karena developer cut off. Masalahnya karena sewaktu prosessing sebagian film tidak masuk ke dalam larutan developer. 3 Gambar 16. Partial white image 3

- Gambar Hitam di Bagian Pinggir Film Disebabkan karena fixer cut off. Masalahnya adalah sewaktu prosessing sebagian film tidak masuk ke dalam larutan fixer. 3 Gambar 17. Partial dark image 3 - Daerah Putih / Hitam Pada Daerah Overlap Disebabkan oleh film yang overlap. Masalahnya adalah dua film kontak sebelum atau selama prosessing. 3 Gambar 18. Daerah putih / hitam pada daerah overlap 3

- Black Crescent Shaped Marks Disebabkan oleh finger nail artifact. Masalahnya adalah rusaknya emulsi film oleh tangan operator selama pengerjaannya. 3 Gambar 19. Black crescent shaped marks 3 - Lack Finger Print Disebabkan oleh finger print artifact. Masalahnya adalah film bersentuhan dengan jari ketika kontak dengan larutan developer. Gambar 20. Lack finger print 3

- Film Bergaris Bercabang (Static Electricity) Terjadi pada saat mengeluarkan film. Masalahnya adalah mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar. 3 Gambar 21. Static electricity 3

2.6 Kerangka Teori Radiografi Kedokteran Gigi Definisi Radiografi Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi Prosedur Pembuatan Radiografi Radiografi Intra Oral Radiografi Ekstra Oral Faktor yang Berperan Dalam Pembuatan Radiografi Kesalahan Pembuatan Radiografi - Periapikal - Bite-wing - Oklusal -Panoramik -Lateral Jaw LateralCephalom etri -PosteroAnterior - Jarak Target Film - Milliampere - Voltase - Posisi Kepala Pasien - Kesalahan Persiapan Pasien - Kesalahan Teknik - Kesalahan Prosessing -Submentovertec - Posisi Film -Reverse Towne -Transcranial -Tomografi Projection - Sudut Penyinaran - Waktu Penyinaran -Prosessing Film

2.7 Kerangka Konsep Pengetahuan Radiografer Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi Intra Oral Periapikal Bite-wing Oklusal Hasil Optimal Hasil Tidak Optimal Operasional, yaitu : - Elongasi - Forshortning - Cone Cutting - Dan lain-lain Prosessing, yaitu : - Thin Image - Dense Image - Cracked - Static Electricity - Dan lain-lain